Rabu, 06 Februari 2013

Rehana: Dia Lebih Muslim dari Mereka yang Lahir dalam Keluarga Islam

Ada kebiasaan dimana satu keluarga secara berkala tidak menetap lama sehingga lebih dari lima tahun. Keluarga kami juga demikian. Kami pindah dari Seattle ke daerah Los Angeles, California. Jiran muslim yang terdekat ialah saudara Abdul Wahab.Kami tidak saja bertemu di masjid setiap hari, kami juga turut minum teh bersama. Satu hari dia menceritakan tantangan dan ujian yang dilalui sehingga isterinya Rehana menerima Islam.

Demikian kisahnya:

Ketika saya menikahi Rehana, saya bukan orang yang mengamalkan Islam. Dia juga bukan orang yang mengamalkan Kristen. Saya jarang pergi ke masjid dan dia tidak pernah ke gereja. Waktu berlalu dan Allah mengaruniakan kami anak. Saya coba membujuknya untuk ke masjid. Dia menolak. Apa yang mengejutkan saya, dia malah ke gereja. Semakin saya mengajaknya ke masjid, semakin dia melarikan diri ke gereja. Tidak ada siapapun yang akan memenangi bertarung dengan perempuan semacam itu.

Saya menawarkan kompromi secara lembut dan penuh hormat. Di penghujung minggu kami sama-sama akan ke gereja, dan minggu berikutnya kami akan sama-sama ke masjid. Dia setuju. Dengan cara ini saya berharap untuk membuka Islam kepadanya.

Saya bertekad untuk menjadi seorang muslim yang sebenarnya dan mengamalkan Islam secara terbaik di rumah dan dengan orang yang berada disekitar saya. Dengan cara inilah saja bisa dia menemui dan menghargai nilai-nilai Islam yang sejati. Kesan baik dan negatif antara suami dan istri tidak bisa disembunyikan karena mereka saling berinteraksi antara satu sama lain.

Ini merupakan satu perkara baru bagi saya tetapi satu gaya kehidupan yang indah buat saya. Saya terpaksa berlaku menjadi model untuk menghasilkan dampak yang positif. Rehana mula memahami Islam secara perlahan, tetapi pasti, lewat pengalaman-pengalaman yang positif di rumah serta ketika bersama masyarakat Islam. Apresiasinya terhadap Islam semakin tumbuh setiap hari. Akhirnya dia memeluk agama Islam. Alhamdulillah.

Kini Rehana adalah seorang wanita yang lain. Dia menutup kepalanya seperti muslimah yang lain. Dia malah heran mengapa banyak wanita muslim yang lahir dalam agama Islam tidak mempedulikan aturan pakaian Islam. Dia ingin anak-anak kami diberikan pendidikan di sekolah Islam sepanjang waktu. Dia terus menerus mendidik dirinya. Dia meminta suaminya kaset berkaitan pelajaran fiqih yang disampaikan oleh Dr. Muzammil Siddiqui di masjid untuk meningkatkan pengetahuannya tentang Islam.

Problema Abdul Wahab berakhir dan problema Rehana baru saja bermula. Rehana berusaha keras untuk mendalami Islam. Apa saja yang dipelajari, mau diterapkan karena ia memberikan ketenangan dan kepuasan di hati dan pikirannya. Dia menyerap nilai-nilai Islam dengan begitu baik sekali.

Setiap kali kami berbicara dengannya, kami dapati dia lebih Muslim dari mereka yang lahir dalam keluarga Islam. Cintanya kepada amalan-amalan Islam memberikan inspirasi kepada kami. Rehana begitu bersyukur kepada suaminya karena telah memberikan hadiah teristimewa baginya iaitu keimanan dan nilai-nilai Islam.

Ayah ibunya tinggal di Chicago. Penerimaannya terhadap Islam merupakan sebuah kejutan besar bagi mereka. Mereka bereaksi keras. Ayahnya menjadi kasar dan keras. Malah ayah dan ibu Rehana tidak lagi mengunjungi kami. Rehana menganggap bahwa menjadi tanggung jawabnya untuk mengunjungi mereka dengan harapan dia dapat memberikan mereka bimbingan ke jalan yang benar. Dia pernah pulang ke Los Angeles dengan keadaan lelah dan kecapaian sekali. Rehana juga malah membawa anak-anaknya bersamanya ke Chicago. Kedua orang tuanya begitu rasa terkesan sekali dan tertarik dengan tingkah laku dan perangai cucu-cucu mereka. Jauh di kedalaman hati mereka mulai merasa bahwa Islam tidaklah begitu buruk. Sehingga mereka setuju untuk mengunjungi Rehana di Los Angeles. Kami merasa sungguh terharu. Akhirnya mereka datang ke Los Angeles.

Saya mengundang keluarga Abdul Wahab untuk makan malam bersama. Saya turut juga mengundang Naseem dan istrinya untuk bersama kami. Isteri Naseem merupakan seorang Amerika yang baru memeluk agama Islam dan mengenakan hijab. Sebenarnya kami ingin memberi pembahasan berkaitan Islam kepada kedua orang tua Rehana. Kami menikmati pertemuan tersebut dan terjaga hingga tengah malam. Kedua orang tuanya menjadi ramah. Kami berpisah sekitar jam 1 pagi dalam kondisi yang baik.

Ini kisah sampingan yang perlu kami sampaikan
Rehana dan kedua orang tuanya kembali ke rumah mereka. Naseem dan istrinya terpaksa menyetir mobil sekitar 20 mil ke Riverside di larut malam ini. Supir mabuk memang amat merbahayakan di tengah malam begini. Naseem dan istrinya ditabrak oleh sebuah mobil lain. Keduanya terlempar keluar dari mobil mereka. Naseem tidak sadarkan diri dan terbaring di sisi jalan. Istrinya mengalami cedera parah di tulang tetapi dia sadar dengan apa yang terjadi. Istri muda ini duduk di samping suaminya dan membaca Quran tanpa henti dengan suara yang kuat. Anggota medis sampai ke lokasi. Mereka terlihat pada wanita yang berpakaian Islam ini dan mendengarkan bacaan Qurannya. Pertanyaan pertama mereka ialah, "Anda bisa berbahasa Inggris?" Isteri Naseem memberikan jawaban dan menjelaskan bahwa dia sedang membaca Quran dalam bahasa Arab. Selepas berbulan-bulan tinggal di hospital, akhirnya mereka berdua sembuh dengan izin Allah Swt.

Orang tua Rehana kembali ke Chicago setelah tinggal untuk beberapa waktu. Rehana berharap kedua orang tuanya menerima Islam. Satu hari istri saya menceritakan bahwa Rehana menangis karena ibunya jatuh sakit. Dia bimbang ibunya mati sebelum sempat memeluk agama Islam dan lantas tidak dapat masuk surga. Malangnya ibunya mati sebagai seorang Kafir.

Kami semua berusaha untuk menjalin hubungan dengan ayah Rehana. Abdul Wahab pernah ke Chicago dan mengunjungi ayah Rehana. Karena dia ingin sekali membantunya. Baginya ayah Rehana juga adalah teman saya. Dia ingin ikut menjalankan tanggung jawabnya.

Saya pindah ke Detroit, Michigan. Saya menelepon ayah Rehana dan mengundangnya ke rumah. Malangnya, imej Detroit rusak ketika itu gara-gara permainan kotor beberapa polisi di kota tersebut. Ayah Rehana memberi jawaban dengan baik, "Imtiaz, saya ingin menemui anda tetapi saya berusaha tidak ingin melewati Detroit sepanjang hidup saya,"

Semoga Allah memberikan bimbingan kepadanya. Ameen. (IRIB Indonesia / shariahprogram.ca)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar