Rabu, 06 Februari 2013

Michelle Hutchins: Allah Telah Memberikan Saya Keluarga yang Hebat!

Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang baik tetapi tidaklah selalu baik. Tetapi sebagai anak, hanya orang tua yang kita punya. Dan tanpa menduga-duga apa yang mereka lakukan, anda akan berpikir bahwa mereka adalah baik. Ayah saya minum alkohol, memakai narkotika dan adakalanya dia memukul ibu saya. Kedua orang tua saya bercerai ketika saya berusia enam tahun dan adik lelaki saya belum mencapai usia setahun. Ibu kemudian menikah dengan orang lain.
 
Pada usia enam tahun, saya menjaga adik saat ibu pergi kerja. Kami akan menemui ayah dan ibu tiri kami pada akhir pekan dan kemudian kami ke gereja bersama mereka. Di sekolah tinggi, saya memutuskan untuk menerima Nabi Isa dan menjalani kehidupan sebagai seorang penganut Kristen yang loyal, walaupun saya juga berusaha untuk menjalani kehidupan dengan baik. Tampak seolah-olah apa saja yang saya lakukan, saya akan masuk neraka, makanya saya berusaha keras untuk menjadi sempurna supaya saya tidak dimasukkan ke neraka.
 
Ketika hubungan saya dengan Tuhan tumbuh semakin baik, saya mulai sering pergi ke gereja. Saya ikut berpartisipasi dalam paduan suara, mengajar di sekolah hari Minggu dan gereja anak-anak. Saya menjadi wakil departemen di bidang perempuan dan menjadi pelaksana di departemen komedi. Pada tahun 1999, saya memutuskan untuk pergi lebih jauh dengan mengambil kelas yang lebih tinggi disebut sebagai M.A.P (Ministerial Affirmation Program) di Gereja Tuhan, yang akan mensahkan seseorang yang ingin pergi ke Gereja Tuhan. Pada tahun 2000, saya menamatkan kelas ini dan mula mengikuti M.I.P. (Ministerial Internship Program), yang pada dasarnya untuk menamatkan magang.
 
Saya memulai pelatihan saya di bawah seorang pastor lelaki di Gereja Tuhan. Pastor ini tidak ingin sama sekali wanita memiliki wewenang. Dalam pelatihan ini ada beberapa perkara yang terjadi dan sangat melukai semangat saya. Saya mulai bertanyakepada diri saya dan hubungan saya dengan Tuhan. Saya tidak tahu apakah saya harus mengikuti arahan pastor itu atau tidak. Saya merasa perlu untuk mematuhinya karena dia yang memberikan nilai kepada saya dalam program ini. Saya meneruskan dan akhirnya berhasil menamatkan pelajaran saya dari M.I.P. pada bulan Mei 2001.
 
Saya tinggal di gereja dan meneruskan pekerjaan saya di sana. Bagaimanapun, saya tidak pernah mengambil ujian surat izin untuk menjadi menteri di Gereja Tuhan karena hati saya telah luka. Tetapi saya menyadari kemudian bahwa disebutkan luka hati itulah, Tuhan telah mengaruniakan saya dan bermulalah perjalanan saya kepada Islam.
 
Bertemu dengan Muslim pertama
Kejadian September 2001 merupakan perubahan dalam kehidupan saya. Pada tanggal 14 September 2001, saya mengikuti sebuah konferensi wanita untuk mendengar ceramah pastor perempuan. Malam itu merupakan sebuah perjalanan seumur hidup untuk menyembah Tuhan dan Tuhan yang esa. Penceramahnya ialah Janice Jostrand dan dia menyampaikan ceramah mengenai Hosea Chapter 2. Dia bercerita bagaiamana Tuhan ingin kita melakukan hubungan perorang/atau secara pribadi dengan-Nya. Dulu memang saya pikir bahwa begitulah hubungan saya dengan-Nya, tetapi kejadian yang terjadi pada program pelatihan menyebabkan saya berpikir lain. Saya rasakan bahwa saya kurang memikirkan tentang manusia dan Tuhan. Pada malam itu saya berdoa supaya Tuhan memberikan saya hubungan seperti itu. Janice Jostrand mengatakan bahwa jika kita berdoa kepada Tuhan, maka manusia dan perkara yang menjauhkan kita dari Tuhan akan lambat laun tertinggal. Dia benar. Pilihan yang saya buat pada malam itu telah mengubah kehidupan saya dan bermulalah perjalanan saya kepada Islam.
 
Selepas itu, saya bertemu seorang pria bukan asal Amerika dan saya juga tidak pasti agama apa yang dia anut. Saat saya mengetahui bahwa dia adalah seorang Muslim, kami berbincang mengenai kejadian 11 September dan politik. Dia adalah seorang yang berpengetahuan tentang agamanya dan juga Kristen. Tanpa pengetahuan saya, Allah telah menempatkan saya ke langkah pertama menuju Islam.
 
Kami mula sering berbincang tentang agama. Saya tidak pernah berusaha untuk mengubah agamanya, dan dia juga berbuat demikian. Dia akan bertanya saya tentang agama saya. Saya pikir saya mengetahui jawabannya, tetapi ketika saya melihat semula ke teks, saya tidak dapat memberikannya jawaban. Saya merasa kecewa setelah melalui kelas-kelas injil dan ujian, saya gagal untuk memberikan sebarang bukti bagi jawaban saya.
 
Saya mulai melakukan kajian mendalam terhadap Kristen dan Islam. Saya menemukan banyak sekali persamaan antara dua agama ini, dan juga perbedaan. Saya dapati bahwa umat Islam mempercayai para nabi yang saya percayai, mukjizat, Bunda Maryam, hari akhirat dan neraka dan kembalinya Nabi Isa ke dunia pada hari akhir. Perbedaan yang nyata ialah Islam menolak kepercayaan bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan.
 
Mempelajari Kristen
Saya agak berbeda dengan kebanyakan mualaf.Karena saya mempercayai Trinitas sepenuhnya. Saya tidak dapat bayangkan apa akan terjadi ke atas saya jika saya mencela Nabi Isa dengan mengatakan bahwa Nabi Isa bukan anak Tuhan. Di sinilah bermulanya perjuangan saya. Saya harus mencari sendiri apa yang dikatakan oleh Injil tentang Nabi Isa as. Perkara pertama yang saya cari ialah keotentikan Injil yang saya dapati sangat menganggu. Saya dapati manuskrip asli Injil tidak ada. Saya tahu terdapat banyak versi Injil tetapi ia tidak pernah menganggu saya hinggalah saya dapati orang-orang terdahulu mengubah Injil bermula pada Council of Nicea tahun 325 sebelum masehi.
 
Saya mempelajari perbedaan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Saya sering mendengar bahwa kita harus hidup mengikuti Perjanjian Baru karena Nabi Isa adalah pengisian Perjanjian Lama oleh Tuhan telah menjadi daging dan mati di salib demi menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka, dengan syarat mereka mempercayainya. Saya menemukan skripsi yang menolak teori ini dalam Micah 7:18, Psalm 78:38-39, Isaiah 43:25, Jeremiah 36:3, Isaiah 55:7, Psalm 32:5, Proverbs 16:6,2 Chronicles 7:14. Ezekiel 18:21-30, Proverbs 21:3, Hosea 6:6, Micah 6:6-8, Isaiah 1:11-18, dan banyak lagi.
 
Saya juga menemukan Paul, seorang Yahudi Farisi, merupakan penemu Kristen. Dalam Matthew 23:15, Jesus mengatakan sesuatu tentang mazhab Paul:
"Celakalah kalian guru-guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian tukang berpura-pura! Kalian pergi jauh-jauh menyeberang lautan, dan menjelajahi daratan hanya untuk membuat satu orang masuk agamamu. Dan sesudah orang itu masuk agamamu, kalian membuat dia calon neraka yang dua kali lebih jahat daripada kalian sendiri!"
 
Paul adalah seorang penganiaya terbesar terhadap penganut Jesus dan di sini bisa dilihat lewat: Galatians 1:13-15, Acts 8:1-3, Acts 9:1-2, Acts 9:41, and Acts 6:5. Paul mengambil segala yang diperkatakan oleh Jesus dan menentangnya. Jesus dalam Matthew 5:18-19 mengatakan:
 
"Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga."
 
* * *
 
Saya mula mempelajari lebih banyak berkaitan Islam selepas ini dan mendapati bahwa Islam berbeda dengan agama-agama lain. Ia adalah satu-satunya agama yang tidak dinamakan dengan nama orang. Ia bermaksud berserah diri pada kehendak Allah.  Saya mulai melihat Islam dan Muslim dari pandangan saya sendiri bukan dari sudut pandang media. Pada bulan November 2002, saya menemukan sebuah masjid lokal di Greenville, SC, dan ia merupakan langkah kedua saya menuju Islam. Saya melakukan beberapa kali kunjungan ke masjid tersebut sebelum bertemu dengan salah seorang saudara perempuan di situ.
 
Saya begitu gigih dan mulaimengajukan banyak pertanyaan. Alhamdullilah, perempuan itu memiliki ilmu yang banyak berkaitan Islam. Dia juga mengetahui tentang Kristen. Saya mulai menghadiri masjid secara rutin dan pada tanggal 19 Januari 2003, saya memeluk agama Islam.
 
Tantangan yang terpaksa dihadapi sebagai Muslim
Jika saya memberitahu anda bahwa kehidupan saya sebagai muslim adalah mudah, bermakna saya membohongi anda. Saya tidak ingin berbuat dosa. Selepas menyerah kepada kehendak Allah bermulalah tantangan saya sebagai seorang Muslim. Tantangan pertama saya adalah shalat. Saya tidak lagi bisa shalat seperti orang Kristen dan saya tidak tahu pula bagaimana untuk shalat seperti orang Islam. Saya bertemu semula dengan saudara perempuan itu dan dia bersama rekan-rekan yang lain mengajar saya cara menunaikan shalat.
 
Apa yang menarik ialah pria muslim yang saya temui dalam kisah saya ini, mengajar saya bahasa Arab dan ayat-ayat Quran untuk membantu saya menunaikan shalat dalam bahasa aslinya. Alhamdulillah, saya belajar dengan cepat dan kini saya menghadapi tantangan kedua pula: kedua orang tua saya. Bagaimana bisa saya melukai hati kedua ayah dan ibu saya! Mereka mengetahui bahwa saya adalah seorang penganut Kristen yang patuh. Sudah pasti mereka tidak gembira jika mereka tahu bahwa anak mereka telah memeluk agama Islam. Apa yang mereka tahu tentang umat Islam ialah mereka menyembah Tuhan yang palsu, memiliki nabi palsu, dan selain itu dilatih untuk menjadi teroris. Saya memutuskan untuk tidak memberitahu mereka tentang agama baru saya. Saya akan mengenalkan mereka kepada Islam secara berangsur-angsur.
 
Saya mulai bicara dengan mereka tentang apa yang telah saya pelajari. Saya tunjukkan apa yang saya temui dalam Injil yang menimbulkan tanda tanya, mereka turut mempersoalkannya. Hampir setahun berlalu, barulah saya memberitahu mereka bahwa saya adalah seorang Muslim, mereka tidak lagi terkejut karena mereka telah biasa dengan cara berpikir saya. Mereka hanya merespon dengan mengatakan: Kami kini tahu anda lebih bahagia sekarang dan anda tampaknya menemukan kedamaian.
 
Kini setelah kedua orang tua saya menerima keputusan saya, tantangan terbesar mulai menemui saya, yaitu tunduk kepada perintah Allah dan mulai memakai hijab. Ia merupakan sebuah tantangan yang serius buat saya. Saya mengenakan hijab hanya saat berada di masjid. Saya tidak mengenakan hijab di publik atau saat berada bersama keluarga saya. Saya bimbang dengan apa yang akan mereka katakan. Tetapi adakalanya saya mengenakan hijab dalam publik. Saya hanya mengenakan hijab secara penuh pada bulan Mei 2004, pada saat itu saya telah menikah maka agak mudah saya untuk menuruti perintah Tuhan dan memelihara diri saya.
 
Saya terpaksa berhadapan dengan kata-kata nista dari orang lain misalnya : Anda tentu tidak akan mengenakan popok dikepala anda? Anda ingin menjadi apa? Ada seorang pemuda nakal yang menunjukkan jari telunjuknya kepada saya sambil berkata: Bang! Bang! Tetapi keputusan saya merupakan yang terbaik dalam kehidupan saya. Saya memilih untuk tidak takut dengan kata-kata nista orang lain, sebaliknya saya hanya takut kepada Allah dan ini begitu membantu sekali. Saya juga memberikan jawaban jitu terhadap kata-kata yang dilontarkan: Saya seorang muslim atau menjadi dewasa!
 
Iman dan Bersandar kepada Allah
Kehidupan saya sebagai muslim baru saja mulai tetapi ia bukanlah satu jalan yang mudah, dan tidak ada siapapun yang mengatakannyamudah. Ada satu ayat dalam al-Quran yang menyebutkan: Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam): Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yag ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
 
Saya tahu saya telah memperoleh pegangan kokoh yang tidak akan pernah musnah. Saya takut kepada Allah dan hanya Allah, dan saya tahu bahwa pertama kali saya berhubungan dengan Islam, Allah senantiasa mendengar doa-doa saya.
 
Allah telah memberikan karunia yang melimpah kepada saya. Allah telah memberikan saya sebuah keluarga yang hebat. Mereka menerima saya. Allah telah mengaruniakan seorang suami yang mengagumkan. Seorang suami yang bisa kapan saja membantu saya saat saya memerlukan.Seorang suami yang mengajar saya tentang Islam setiap hari. Allah telah memberikan saya peluang dan kesempatan untuk berbagi Islam dengan yang lain dan saya tidak akan pernah melupakan segala karunia-Nya kepada saya.
 
Saya berharap mereka yang membaca kisah saya ini, memohon doa untuk Allah supaya membimbing keluarga saya kepada Islam sehingga kami dapat pula berhimpun di hari akhirat kelak. Benih telah disemai, semoga ia tumbuh mekar. (IRIB Indonesia/welcomeback.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar