Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang baik tetapi
tidaklah selalu baik. Tetapi sebagai anak, hanya orang tua yang kita
punya. Dan tanpa menduga-duga apa yang mereka lakukan, anda akan
berpikir bahwa mereka adalah baik. Ayah saya minum alkohol, memakai
narkotika dan adakalanya dia memukul ibu saya. Kedua orang tua saya
bercerai ketika saya berusia enam tahun dan adik lelaki saya belum
mencapai usia setahun. Ibu kemudian menikah dengan orang lain.
Pada usia enam tahun, saya menjaga adik saat ibu pergi kerja. Kami akan
menemui ayah dan ibu tiri kami pada akhir pekan dan kemudian kami ke
gereja bersama mereka. Di sekolah tinggi, saya memutuskan untuk menerima
Nabi Isa dan menjalani kehidupan sebagai seorang penganut Kristen yang
loyal, walaupun saya juga berusaha untuk menjalani kehidupan dengan
baik. Tampak seolah-olah apa saja yang saya lakukan, saya akan masuk
neraka, makanya saya berusaha keras untuk menjadi sempurna supaya saya
tidak dimasukkan ke neraka.
Ketika
hubungan saya dengan Tuhan tumbuh semakin baik, saya mulai sering pergi
ke gereja. Saya ikut berpartisipasi dalam paduan suara, mengajar di
sekolah hari Minggu dan gereja anak-anak. Saya menjadi wakil departemen
di bidang perempuan dan menjadi pelaksana di departemen komedi. Pada
tahun 1999, saya memutuskan untuk pergi lebih jauh dengan mengambil
kelas yang lebih tinggi disebut sebagai M.A.P (Ministerial Affirmation
Program) di Gereja Tuhan, yang akan mensahkan seseorang yang ingin pergi
ke Gereja Tuhan. Pada tahun 2000, saya menamatkan kelas ini dan mula
mengikuti M.I.P. (Ministerial Internship Program), yang pada dasarnya
untuk menamatkan magang.
Saya
memulai pelatihan saya di bawah seorang pastor lelaki di Gereja Tuhan.
Pastor ini tidak ingin sama sekali wanita memiliki wewenang. Dalam
pelatihan ini ada beberapa perkara yang terjadi dan sangat melukai
semangat saya. Saya mulai bertanyakepada diri saya dan hubungan saya
dengan Tuhan. Saya tidak tahu apakah saya harus mengikuti arahan pastor
itu atau tidak. Saya merasa perlu untuk mematuhinya karena dia yang
memberikan nilai kepada saya dalam program ini. Saya meneruskan dan
akhirnya berhasil menamatkan pelajaran saya dari M.I.P. pada bulan Mei
2001.
Saya tinggal di gereja dan
meneruskan pekerjaan saya di sana. Bagaimanapun, saya tidak pernah
mengambil ujian surat izin untuk menjadi menteri di Gereja Tuhan karena
hati saya telah luka. Tetapi saya menyadari kemudian bahwa disebutkan
luka hati itulah, Tuhan telah mengaruniakan saya dan bermulalah
perjalanan saya kepada Islam.
Bertemu dengan Muslim pertama
Kejadian September 2001 merupakan perubahan dalam kehidupan saya. Pada
tanggal 14 September 2001, saya mengikuti sebuah konferensi wanita untuk
mendengar ceramah pastor perempuan. Malam itu merupakan sebuah
perjalanan seumur hidup untuk menyembah Tuhan dan Tuhan yang esa.
Penceramahnya ialah Janice Jostrand dan dia menyampaikan ceramah
mengenai Hosea Chapter 2. Dia bercerita bagaiamana Tuhan ingin kita
melakukan hubungan perorang/atau secara pribadi dengan-Nya. Dulu memang
saya pikir bahwa begitulah hubungan saya dengan-Nya, tetapi kejadian
yang terjadi pada program pelatihan menyebabkan saya berpikir lain. Saya
rasakan bahwa saya kurang memikirkan tentang manusia dan Tuhan. Pada
malam itu saya berdoa supaya Tuhan memberikan saya hubungan seperti itu.
Janice Jostrand mengatakan bahwa jika kita berdoa kepada Tuhan, maka
manusia dan perkara yang menjauhkan kita dari Tuhan akan lambat laun
tertinggal. Dia benar. Pilihan yang saya buat pada malam itu telah
mengubah kehidupan saya dan bermulalah perjalanan saya kepada Islam.
Selepas itu, saya bertemu seorang pria bukan asal Amerika dan saya juga
tidak pasti agama apa yang dia anut. Saat saya mengetahui bahwa dia
adalah seorang Muslim, kami berbincang mengenai kejadian 11 September
dan politik. Dia adalah seorang yang berpengetahuan tentang agamanya dan
juga Kristen. Tanpa pengetahuan saya, Allah telah menempatkan saya ke
langkah pertama menuju Islam.
Kami
mula sering berbincang tentang agama. Saya tidak pernah berusaha untuk
mengubah agamanya, dan dia juga berbuat demikian. Dia akan bertanya saya
tentang agama saya. Saya pikir saya mengetahui jawabannya, tetapi
ketika saya melihat semula ke teks, saya tidak dapat memberikannya
jawaban. Saya merasa kecewa setelah melalui kelas-kelas injil dan ujian,
saya gagal untuk memberikan sebarang bukti bagi jawaban saya.
Saya mulai melakukan kajian mendalam terhadap Kristen dan Islam. Saya
menemukan banyak sekali persamaan antara dua agama ini, dan juga
perbedaan. Saya dapati bahwa umat Islam mempercayai para nabi yang saya
percayai, mukjizat, Bunda Maryam, hari akhirat dan neraka dan kembalinya
Nabi Isa ke dunia pada hari akhir. Perbedaan yang nyata ialah Islam
menolak kepercayaan bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan.
Mempelajari Kristen
Saya agak berbeda dengan kebanyakan mualaf.Karena saya mempercayai
Trinitas sepenuhnya. Saya tidak dapat bayangkan apa akan terjadi ke atas
saya jika saya mencela Nabi Isa dengan mengatakan bahwa Nabi Isa bukan
anak Tuhan. Di sinilah bermulanya perjuangan saya. Saya harus mencari
sendiri apa yang dikatakan oleh Injil tentang Nabi Isa as. Perkara
pertama yang saya cari ialah keotentikan Injil yang saya dapati sangat
menganggu. Saya dapati manuskrip asli Injil tidak ada. Saya tahu
terdapat banyak versi Injil tetapi ia tidak pernah menganggu saya
hinggalah saya dapati orang-orang terdahulu mengubah Injil bermula pada
Council of Nicea tahun 325 sebelum masehi.
Saya mempelajari perbedaan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Saya sering mendengar bahwa kita harus hidup mengikuti Perjanjian Baru
karena Nabi Isa adalah pengisian Perjanjian Lama oleh Tuhan telah
menjadi daging dan mati di salib demi menyelamatkan manusia dari
dosa-dosa mereka, dengan syarat mereka mempercayainya. Saya menemukan
skripsi yang menolak teori ini dalam Micah 7:18, Psalm 78:38-39, Isaiah
43:25, Jeremiah 36:3, Isaiah 55:7, Psalm 32:5, Proverbs 16:6,2
Chronicles 7:14. Ezekiel 18:21-30, Proverbs 21:3, Hosea 6:6, Micah
6:6-8, Isaiah 1:11-18, dan banyak lagi.
Saya juga menemukan Paul, seorang Yahudi Farisi, merupakan penemu
Kristen. Dalam Matthew 23:15, Jesus mengatakan sesuatu tentang mazhab
Paul:
"Celakalah kalian guru-guru agama dan
orang-orang Farisi! Kalian tukang berpura-pura! Kalian pergi jauh-jauh
menyeberang lautan, dan menjelajahi daratan hanya untuk membuat satu
orang masuk agamamu. Dan sesudah orang itu masuk agamamu, kalian membuat
dia calon neraka yang dua kali lebih jahat daripada kalian sendiri!"
Paul adalah seorang penganiaya terbesar terhadap penganut Jesus dan di
sini bisa dilihat lewat: Galatians 1:13-15, Acts 8:1-3, Acts 9:1-2, Acts
9:41, and Acts 6:5. Paul mengambil segala yang diperkatakan oleh Jesus
dan menentangnya. Jesus dalam Matthew 5:18-19 mengatakan:
"Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit
dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari
hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.Karena itu siapa yang meniadakan
salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan
mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang
paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan
mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki
tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga."
* * *
Saya mula mempelajari lebih banyak berkaitan Islam selepas ini dan
mendapati bahwa Islam berbeda dengan agama-agama lain. Ia adalah
satu-satunya agama yang tidak dinamakan dengan nama orang. Ia bermaksud
berserah diri pada kehendak Allah. Saya mulai melihat Islam dan Muslim
dari pandangan saya sendiri bukan dari sudut pandang media. Pada bulan
November 2002, saya menemukan sebuah masjid lokal di Greenville, SC, dan
ia merupakan langkah kedua saya menuju Islam. Saya melakukan beberapa
kali kunjungan ke masjid tersebut sebelum bertemu dengan salah seorang
saudara perempuan di situ.
Saya
begitu gigih dan mulaimengajukan banyak pertanyaan. Alhamdullilah,
perempuan itu memiliki ilmu yang banyak berkaitan Islam. Dia juga
mengetahui tentang Kristen. Saya mulai menghadiri masjid secara rutin
dan pada tanggal 19 Januari 2003, saya memeluk agama Islam.
Tantangan yang terpaksa dihadapi sebagai Muslim
Jika saya memberitahu anda bahwa kehidupan saya sebagai muslim adalah
mudah, bermakna saya membohongi anda. Saya tidak ingin berbuat dosa.
Selepas menyerah kepada kehendak Allah bermulalah tantangan saya sebagai
seorang Muslim. Tantangan pertama saya adalah shalat. Saya tidak lagi
bisa shalat seperti orang Kristen dan saya tidak tahu pula bagaimana
untuk shalat seperti orang Islam. Saya bertemu semula dengan saudara
perempuan itu dan dia bersama rekan-rekan yang lain mengajar saya cara
menunaikan shalat.
Apa yang
menarik ialah pria muslim yang saya temui dalam kisah saya ini, mengajar
saya bahasa Arab dan ayat-ayat Quran untuk membantu saya menunaikan
shalat dalam bahasa aslinya. Alhamdulillah, saya belajar dengan cepat
dan kini saya menghadapi tantangan kedua pula: kedua orang tua saya.
Bagaimana bisa saya melukai hati kedua ayah dan ibu saya! Mereka
mengetahui bahwa saya adalah seorang penganut Kristen yang patuh. Sudah
pasti mereka tidak gembira jika mereka tahu bahwa anak mereka telah
memeluk agama Islam. Apa yang mereka tahu tentang umat Islam ialah
mereka menyembah Tuhan yang palsu, memiliki nabi palsu, dan selain itu
dilatih untuk menjadi teroris. Saya memutuskan untuk tidak memberitahu
mereka tentang agama baru saya. Saya akan mengenalkan mereka kepada
Islam secara berangsur-angsur.
Saya mulai bicara dengan mereka tentang apa yang telah saya pelajari.
Saya tunjukkan apa yang saya temui dalam Injil yang menimbulkan tanda
tanya, mereka turut mempersoalkannya. Hampir setahun berlalu, barulah
saya memberitahu mereka bahwa saya adalah seorang Muslim, mereka tidak
lagi terkejut karena mereka telah biasa dengan cara berpikir saya.
Mereka hanya merespon dengan mengatakan: Kami kini tahu anda lebih
bahagia sekarang dan anda tampaknya menemukan kedamaian.
Kini setelah kedua orang tua saya menerima keputusan saya, tantangan
terbesar mulai menemui saya, yaitu tunduk kepada perintah Allah dan
mulai memakai hijab. Ia merupakan sebuah tantangan yang serius buat
saya. Saya mengenakan hijab hanya saat berada di masjid. Saya tidak
mengenakan hijab di publik atau saat berada bersama keluarga saya. Saya
bimbang dengan apa yang akan mereka katakan. Tetapi adakalanya saya
mengenakan hijab dalam publik. Saya hanya mengenakan hijab secara penuh
pada bulan Mei 2004, pada saat itu saya telah menikah maka agak mudah
saya untuk menuruti perintah Tuhan dan memelihara diri saya.
Saya terpaksa berhadapan dengan kata-kata nista dari orang lain
misalnya : Anda tentu tidak akan mengenakan popok dikepala anda? Anda
ingin menjadi apa? Ada seorang pemuda nakal yang menunjukkan jari
telunjuknya kepada saya sambil berkata: Bang! Bang! Tetapi keputusan
saya merupakan yang terbaik dalam kehidupan saya. Saya memilih untuk
tidak takut dengan kata-kata nista orang lain, sebaliknya saya hanya
takut kepada Allah dan ini begitu membantu sekali. Saya juga memberikan
jawaban jitu terhadap kata-kata yang dilontarkan: Saya seorang muslim
atau menjadi dewasa!
Iman dan Bersandar kepada Allah
Kehidupan saya sebagai muslim baru saja mulai tetapi ia bukanlah satu
jalan yang mudah, dan tidak ada siapapun yang mengatakannyamudah. Ada
satu ayat dalam al-Quran yang menyebutkan: Tidak ada paksaan untuk
memasuki agama (Islam): Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yag ingkar kepada
thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada tali yang amat kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Saya tahu saya telah memperoleh pegangan kokoh yang tidak akan pernah
musnah. Saya takut kepada Allah dan hanya Allah, dan saya tahu bahwa
pertama kali saya berhubungan dengan Islam, Allah senantiasa mendengar
doa-doa saya.
Allah telah
memberikan karunia yang melimpah kepada saya. Allah telah memberikan
saya sebuah keluarga yang hebat. Mereka menerima saya. Allah telah
mengaruniakan seorang suami yang mengagumkan. Seorang suami yang bisa
kapan saja membantu saya saat saya memerlukan.Seorang suami yang
mengajar saya tentang Islam setiap hari. Allah telah memberikan saya
peluang dan kesempatan untuk berbagi Islam dengan yang lain dan saya
tidak akan pernah melupakan segala karunia-Nya kepada saya.
Saya berharap mereka yang membaca kisah saya ini, memohon doa untuk
Allah supaya membimbing keluarga saya kepada Islam sehingga kami dapat
pula berhimpun di hari akhirat kelak. Benih telah disemai, semoga ia
tumbuh mekar. (IRIB Indonesia/welcomeback.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar