Perjuangan seorang single parent
Nama saya Tammy dan berusia 46 tahun. Saya mempunyai anak perempuan
berusia 21 tahun. Dia akan berusia 22 tahun pada bulan Desember. Saya
juga mempunyai seorang anak lelaki berusia 17 tahun.
23 tahun yang lalu, saya masih seorang wanita muda dan baru saja
memulai kehidupan berumah tangga. Kami memiliki dua orang anak dari
pernikahan yang bahagia. Kebahagiaan selama 14 tahun ini tiba-tiba
berakhir.
Untuk 10 tahun
kemudiannya, saya menghabiskan waktu sebagai single parent membesarkan
anak-anak saya. Saya harus berjuang melewati mencari uang demi
membesarkan dua anak dengan pendapatan satu orang. Dan bukan itu saja,
semua karena anak. Makan malam, kerja sekolah, dan segala urusan rumah
tangga yang harus saya tanggung sendirian.
Saya sedang duduk di dalam sebuah pertemuan.Saya seorang guru dan
kedengaran sebagian guru di belakang saya sedang berkata, "Jika saja
anak-anak dari rumah tersebut mendapat dukungan, maka kita juga sudah
pasti akan mendapat semangat yang tinggi". Saya masih ingat, ketika itu
saya berpikir: "Jangan menoleh ke belakang, jangan menoleh ke belakang"
dan sesuatu seolah-olah memukul saya dan sudah tentu saya menoleh ke
belakang. Sebenarnya saya tidak percaya mendengar kenyataan tersebut.
Itulah kata-kata yang menyebabkan timbul percikan di jiwa saya, dan
saya bertekad, "Saya akan bekerja keras untuk memastikan bahwa anak-anak
saya mengenal Tuhan. Misi saya sejak hari itu ialah menunjukkan
anak-anak saya bahwa rumah mereka tidak hancur, kehidupan kami tidak
separah yang dibayangkan. Dan kata-kata itulah yang memberi dorongan
kepada saya, dan saya mengambil misi baru dalam kehidupan."
Selama lebih dari 10 tahun saya menjalani kehidupan sebagai seorang
single parent dan saya mengambil keputusan untuk menikah sekali lagi
tanpa merujuk kepada Tuhan. Dan saya benar-benar tidak siap pada tahap
ini.Karena saya tidak tahu betapa sulitnya perkara itu.Seseorang yang
sebenarnya tidak mengasihi anak saya seperti saya menyayangi mereka.
Maka terjadilah sebuah kegagalan kembali dalam kehidupan saya.
Dan seperti yang saya katakan, saya baru saja berusaha untuk menggapai
seluruh tujuan saja. Bagaimanapun, kira-kira lima tahun lalu, saya mulai
membaca buku berkaitan Islam, Timur Tengah, hijab, sekadar untuk
memenuhi rasa ingin tahu saya.
Perjalanan ke Jordania
Tiga tahun lalu, anak perempuan saya menikah dengan jejaka muda dari
Jordania. Selama dua musim panas saya berpeluang untuk ke Jordania dan
melihat dari dekat sedikit cara hidup mereka. Saya terus saja jatuh
cinta dengan keluarga ini. Saya jatuh cinta dengan cara hidup mereka.
Ketika saya sebutkan Islam, maka yang saya maksud adalah cara
hidup.Karena itulah yang dapat saya rasakan ketika saya berada di
Jordania. Sebagai seorang wanita muda yang berusaha untuk membesarkan
anak sendirian, saya senantiasa berpikir bahwa anda harus melakukan doa
secara sendirian, anda harus berada dalam keadaan tenang.
Dan ketika saya berada di Jordania, saya merasakan bahwa hanya dengan
melihat amalan-amalan Islam seperti satu cara hidup, saya melihat orang
tua akan menunaikan shalat, sementara cucu mereka akan menunggangi
mereka seperti menunggangi kuda, saya pikir ini merupakan perkara paling
indah di dunia ini. Tidak ada siapapun yang pergi bersembunyi karena
ingin menunaikan shalat, semuanya dilakukan ketika tiba masuk waktu
shalat, maka andapun shalat. Sebelum ini tidak pernah melihat seseorang
melakukanshalat lima kali sehari, makanya fenomena ini memberikan dampak
yang mendalam pada diri saya. Saya tidak pernah mengalaminya.
Sekembali dari Jordania selepas sebulan tinggal di sana, saya berusaha
untuk mencari hakikat, saya pikir "saya harus kembali ke gereja sekali
lagi".Saya hanya ingin melihat apa yang terjadi, maka saya pergi ke
gereja dan tiba di layanan 605. Pada seluruh layanan jiwa saya amat
tersiksa. Saya tidak merasa ada sesuatu di sana, merasa kosong.
Belajar mengenai Islam
Saya memberitahu teman saya Aisha, saya pulang ke rumah dan saya
menangis karena dari apa yang saya dengar, gereja menentang dengan apa
yang saya alami. Maka, saya mengambil keputusan untuk mencari sebuah
tempat di mana saya bisa belajar tentang Islam. Mungkin ini bukanlah
perkara yang benar buat saya, mungkin tidak benar sama sekali. Saya
sekadar ingin tahu karena saya telah melihat dengan mata saya sendiri.
Dengan niat itu saya pergi ke Pusat Islam Dallas, saya kira ia terletak
di Jalan Parker atau di satu tempat, saya juga membuat rencana untuk
belajar al-Quran. Hari itu, hujan turun dan macet parah, dan segalanya
berjalan salah. Sebenarnya tidaklah demikian, karena pada akhirnya
segalanya berjalan lancar! Saya tidak dapat mencari jalan dan GPS saya
tidak bekerja. Akhirnya saya sampai di satu tempat, saya bertemu dengan
penjaga gedung di ruang masuk; saya tidak tahu siapa harus saya temui.
Saya sedang mencari kelas. Saya sedang mencari sebuah kelas yang dibuka
untuk umum dan orang ini berkata, "Di sini ada seorang wanita", dia
menghantar saya pada wanita itu dan wanita itu berkata, "Ada kelas
wanita di tingkat atas".
Mereka
memasukkan saya ke dalam kelas dan ketika itu bulan Mei. Sebenarnya saya
belum begitu bersedia. Di sinilah saya bertemu Aisha yang ketika itu
sedang belajar. Pikir saya, "Wah, kelas ini sungguh bagus sekali." Saya
bertemu Aisha selepas kelas selesai, saya mengatakan bahwa saya pernah
bertemu dengannya dan beberapa orang lain, sebenarnya saya berusaha
untuk keluar. Saya tidak memakai hijab, saya tidak bersedia sebenarnya
untuk berada di situ. Kebetulan waktu shalatpun tiba. Dan dalam upaya
untuk keluar dari tempat itu.Mereka menarik saya dan saya pikir, saya
tidak pernahpun melakukan shalat. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa
saya tidak tahu bagaimana untuk shalat, salah seorang dari mereka
berbisik "ikut saja apa yang kami lakukan".
Dan saya berkata, "Baiklah." Sayapun melakukan seperti apa yang mereka
buat. Aisha memperkenalkan saya kepada seorang muslimah lain bernama
Shazia, dia inilah yang memperkenalkan saya pada orang-orang baik lain
di EPIC. Mereka mempunyai kelas bagi orang-orang yang baru memeluk agama
Islam dan saya pun mengikuti kelas tersebut. Satu hari seorang Imam
datang dan memberikan sebuah pelajaran yang begitu mempesonakan. Saya
pikir "Inilah waktunya! Sudah tiba waktunya untuk saya mengucapkan
syahadah".
Kedamaian dengan Takdir
Sejak hari itu hingga hari ini saya menemui kedamaian dengan takdir.
Setiap isu kecil dan setiap gunung kecil yang saya rasakan harus saya
daki, segala apa yang menyebabkan saya marah, saya merasakan bahwa saya
bisa kembali dan menilainya kembali dan saya menerima segala yang telah
ditakdirkan kepada saya, dan apa saja yang akan datang!
Saya sedang pulang ke rumah, saya sedang melakukan perjalanan dan saya
sedang memikirkan bahwa saya ingin melakukan sesuatu dan benar-benar
ingin memberi dan bisa pula memberi inspirasi kepada orang lain yang
berhadapan dengan kesulitan seperti yang saya lewati.Tiba-tiba datang
sebuah inspirasi dan istilah lights(cahaya) masuk ke benak saya.
L.I.G.H.T.S dan saya mula menulis apakah cahaya? Apakah maksudnya?
Saya menulis, kehidupan, berminat, memberikan harapan kepada yang lain.
Dengan menyampaikan kisah kehidupan saya, mungkin saja saya bisa
memberikan harapan kepada seseorang. Kami menemui banyak orang dan kita
tidak tahu apakah mereka dalam kesulitan.Kita tidak tahu tentang mereka
mungkin seolah-olah tidak berada dalam kesulitan, tetapi sebenarnya
mereka berada dalam kesulitan maka kita harus menjadi cahaya. Kita harus
menjadi cahaya untuk semua orang.
Tiga minggu lalu, anak perempuan saya memeluk agama Islam. Anak lelaki
saya adalah seorang yang tipikal. Dia baru saja berusia 17 tahun. Dia
beralasan betapa mudahnya saya dapat melaksanakan shalat lima waktu
sehari semalam karena dia adalah seorang remaja yang tipikal. Saya bisa
shalat 10 kali sehari, orang yang mempunyai anak remaja akan
memahaminya. Lima waktu tidak ada apa-apanya. Kita perlukan 10!
Bagaimanapun, saya begitu terinspirasi untuk menjadi Muslim dan saya
benar-benar berbagi kisah saya karena saya tahu bahwa saya telah menemui
beberapa orang yang telah dipilih Allah untuk menyentuh kehidupan saya
karena saya tidak mencari mereka. Saya malah tidak tahupun bagaimana
untuk mencari mereka. Anda semua begitu signifikan dalam kehidupan saya.
Saya sesat jalan dan berakhir disini, di tempat ini yang begitu
membantu saya untuk bergerak belajar tentang apa yang saya perlukan dan
memperolehi kebenaran serta memenuhi kehidupan saya.
Dan sekali lagi saya merasakan kedamaian yang paling menakjubkan yang
pernah saya rasakan dalam kehidupan ini. Terima kasih karena membenarkan
saya untuk berbagi kisah saya di sini. (IRIB Indonesia/onislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar