Rabu, 06 Februari 2013

Rehana: Dia Lebih Muslim dari Mereka yang Lahir dalam Keluarga Islam

Ada kebiasaan dimana satu keluarga secara berkala tidak menetap lama sehingga lebih dari lima tahun. Keluarga kami juga demikian. Kami pindah dari Seattle ke daerah Los Angeles, California. Jiran muslim yang terdekat ialah saudara Abdul Wahab.Kami tidak saja bertemu di masjid setiap hari, kami juga turut minum teh bersama. Satu hari dia menceritakan tantangan dan ujian yang dilalui sehingga isterinya Rehana menerima Islam.

Demikian kisahnya:

Ketika saya menikahi Rehana, saya bukan orang yang mengamalkan Islam. Dia juga bukan orang yang mengamalkan Kristen. Saya jarang pergi ke masjid dan dia tidak pernah ke gereja. Waktu berlalu dan Allah mengaruniakan kami anak. Saya coba membujuknya untuk ke masjid. Dia menolak. Apa yang mengejutkan saya, dia malah ke gereja. Semakin saya mengajaknya ke masjid, semakin dia melarikan diri ke gereja. Tidak ada siapapun yang akan memenangi bertarung dengan perempuan semacam itu.

Saya menawarkan kompromi secara lembut dan penuh hormat. Di penghujung minggu kami sama-sama akan ke gereja, dan minggu berikutnya kami akan sama-sama ke masjid. Dia setuju. Dengan cara ini saya berharap untuk membuka Islam kepadanya.

Saya bertekad untuk menjadi seorang muslim yang sebenarnya dan mengamalkan Islam secara terbaik di rumah dan dengan orang yang berada disekitar saya. Dengan cara inilah saja bisa dia menemui dan menghargai nilai-nilai Islam yang sejati. Kesan baik dan negatif antara suami dan istri tidak bisa disembunyikan karena mereka saling berinteraksi antara satu sama lain.

Ini merupakan satu perkara baru bagi saya tetapi satu gaya kehidupan yang indah buat saya. Saya terpaksa berlaku menjadi model untuk menghasilkan dampak yang positif. Rehana mula memahami Islam secara perlahan, tetapi pasti, lewat pengalaman-pengalaman yang positif di rumah serta ketika bersama masyarakat Islam. Apresiasinya terhadap Islam semakin tumbuh setiap hari. Akhirnya dia memeluk agama Islam. Alhamdulillah.

Kini Rehana adalah seorang wanita yang lain. Dia menutup kepalanya seperti muslimah yang lain. Dia malah heran mengapa banyak wanita muslim yang lahir dalam agama Islam tidak mempedulikan aturan pakaian Islam. Dia ingin anak-anak kami diberikan pendidikan di sekolah Islam sepanjang waktu. Dia terus menerus mendidik dirinya. Dia meminta suaminya kaset berkaitan pelajaran fiqih yang disampaikan oleh Dr. Muzammil Siddiqui di masjid untuk meningkatkan pengetahuannya tentang Islam.

Problema Abdul Wahab berakhir dan problema Rehana baru saja bermula. Rehana berusaha keras untuk mendalami Islam. Apa saja yang dipelajari, mau diterapkan karena ia memberikan ketenangan dan kepuasan di hati dan pikirannya. Dia menyerap nilai-nilai Islam dengan begitu baik sekali.

Setiap kali kami berbicara dengannya, kami dapati dia lebih Muslim dari mereka yang lahir dalam keluarga Islam. Cintanya kepada amalan-amalan Islam memberikan inspirasi kepada kami. Rehana begitu bersyukur kepada suaminya karena telah memberikan hadiah teristimewa baginya iaitu keimanan dan nilai-nilai Islam.

Ayah ibunya tinggal di Chicago. Penerimaannya terhadap Islam merupakan sebuah kejutan besar bagi mereka. Mereka bereaksi keras. Ayahnya menjadi kasar dan keras. Malah ayah dan ibu Rehana tidak lagi mengunjungi kami. Rehana menganggap bahwa menjadi tanggung jawabnya untuk mengunjungi mereka dengan harapan dia dapat memberikan mereka bimbingan ke jalan yang benar. Dia pernah pulang ke Los Angeles dengan keadaan lelah dan kecapaian sekali. Rehana juga malah membawa anak-anaknya bersamanya ke Chicago. Kedua orang tuanya begitu rasa terkesan sekali dan tertarik dengan tingkah laku dan perangai cucu-cucu mereka. Jauh di kedalaman hati mereka mulai merasa bahwa Islam tidaklah begitu buruk. Sehingga mereka setuju untuk mengunjungi Rehana di Los Angeles. Kami merasa sungguh terharu. Akhirnya mereka datang ke Los Angeles.

Saya mengundang keluarga Abdul Wahab untuk makan malam bersama. Saya turut juga mengundang Naseem dan istrinya untuk bersama kami. Isteri Naseem merupakan seorang Amerika yang baru memeluk agama Islam dan mengenakan hijab. Sebenarnya kami ingin memberi pembahasan berkaitan Islam kepada kedua orang tua Rehana. Kami menikmati pertemuan tersebut dan terjaga hingga tengah malam. Kedua orang tuanya menjadi ramah. Kami berpisah sekitar jam 1 pagi dalam kondisi yang baik.

Ini kisah sampingan yang perlu kami sampaikan
Rehana dan kedua orang tuanya kembali ke rumah mereka. Naseem dan istrinya terpaksa menyetir mobil sekitar 20 mil ke Riverside di larut malam ini. Supir mabuk memang amat merbahayakan di tengah malam begini. Naseem dan istrinya ditabrak oleh sebuah mobil lain. Keduanya terlempar keluar dari mobil mereka. Naseem tidak sadarkan diri dan terbaring di sisi jalan. Istrinya mengalami cedera parah di tulang tetapi dia sadar dengan apa yang terjadi. Istri muda ini duduk di samping suaminya dan membaca Quran tanpa henti dengan suara yang kuat. Anggota medis sampai ke lokasi. Mereka terlihat pada wanita yang berpakaian Islam ini dan mendengarkan bacaan Qurannya. Pertanyaan pertama mereka ialah, "Anda bisa berbahasa Inggris?" Isteri Naseem memberikan jawaban dan menjelaskan bahwa dia sedang membaca Quran dalam bahasa Arab. Selepas berbulan-bulan tinggal di hospital, akhirnya mereka berdua sembuh dengan izin Allah Swt.

Orang tua Rehana kembali ke Chicago setelah tinggal untuk beberapa waktu. Rehana berharap kedua orang tuanya menerima Islam. Satu hari istri saya menceritakan bahwa Rehana menangis karena ibunya jatuh sakit. Dia bimbang ibunya mati sebelum sempat memeluk agama Islam dan lantas tidak dapat masuk surga. Malangnya ibunya mati sebagai seorang Kafir.

Kami semua berusaha untuk menjalin hubungan dengan ayah Rehana. Abdul Wahab pernah ke Chicago dan mengunjungi ayah Rehana. Karena dia ingin sekali membantunya. Baginya ayah Rehana juga adalah teman saya. Dia ingin ikut menjalankan tanggung jawabnya.

Saya pindah ke Detroit, Michigan. Saya menelepon ayah Rehana dan mengundangnya ke rumah. Malangnya, imej Detroit rusak ketika itu gara-gara permainan kotor beberapa polisi di kota tersebut. Ayah Rehana memberi jawaban dengan baik, "Imtiaz, saya ingin menemui anda tetapi saya berusaha tidak ingin melewati Detroit sepanjang hidup saya,"

Semoga Allah memberikan bimbingan kepadanya. Ameen. (IRIB Indonesia / shariahprogram.ca)

Tammy: Sejak Hari Itu Hingga Kini Saya Menemui Kedamaian dengan Takdir

Perjuangan seorang single parent
Nama saya Tammy dan berusia 46 tahun. Saya mempunyai anak perempuan berusia 21 tahun. Dia akan berusia 22 tahun pada bulan Desember. Saya juga mempunyai seorang anak lelaki berusia 17 tahun.
 
23 tahun yang lalu, saya masih seorang wanita muda dan baru saja memulai kehidupan berumah tangga. Kami memiliki dua orang anak dari pernikahan yang bahagia. Kebahagiaan selama 14 tahun ini tiba-tiba berakhir.
 
Untuk 10 tahun kemudiannya, saya menghabiskan waktu sebagai single parent membesarkan anak-anak saya. Saya harus berjuang melewati mencari uang demi membesarkan dua anak dengan pendapatan satu orang. Dan bukan itu saja, semua karena anak. Makan malam, kerja sekolah, dan segala urusan rumah tangga yang harus saya tanggung sendirian.
 
Saya sedang duduk di dalam sebuah pertemuan.Saya seorang guru dan kedengaran sebagian guru di belakang saya sedang berkata, "Jika saja anak-anak dari rumah tersebut mendapat dukungan, maka kita juga sudah pasti akan mendapat semangat yang tinggi". Saya masih ingat, ketika itu saya berpikir: "Jangan menoleh ke belakang, jangan menoleh ke belakang" dan sesuatu seolah-olah memukul saya dan sudah tentu saya menoleh ke belakang. Sebenarnya saya tidak percaya mendengar kenyataan tersebut.
 
Itulah kata-kata yang menyebabkan timbul percikan di jiwa saya, dan saya bertekad, "Saya akan bekerja keras untuk memastikan bahwa anak-anak saya mengenal Tuhan. Misi saya sejak hari itu ialah menunjukkan anak-anak saya bahwa rumah mereka tidak hancur, kehidupan kami tidak separah yang dibayangkan. Dan kata-kata itulah yang memberi dorongan kepada saya, dan saya mengambil misi baru dalam kehidupan."
 
Selama lebih dari 10 tahun saya menjalani kehidupan sebagai seorang single parent dan saya mengambil keputusan untuk menikah sekali lagi tanpa merujuk kepada Tuhan. Dan saya benar-benar tidak siap pada tahap ini.Karena saya tidak tahu betapa sulitnya perkara itu.Seseorang yang sebenarnya tidak mengasihi anak saya seperti saya menyayangi mereka. Maka terjadilah sebuah kegagalan kembali dalam kehidupan saya.
 
Dan seperti yang saya katakan, saya baru saja berusaha untuk menggapai seluruh tujuan saja. Bagaimanapun, kira-kira lima tahun lalu, saya mulai membaca buku berkaitan Islam, Timur Tengah, hijab, sekadar untuk memenuhi rasa ingin tahu saya.
 
Perjalanan ke Jordania
Tiga tahun lalu, anak perempuan saya menikah dengan jejaka muda dari Jordania. Selama dua musim panas saya berpeluang untuk ke Jordania dan melihat dari dekat sedikit cara hidup mereka. Saya terus saja jatuh cinta dengan keluarga ini. Saya jatuh cinta dengan cara hidup mereka. Ketika saya sebutkan Islam, maka yang saya maksud adalah cara hidup.Karena itulah yang dapat saya rasakan ketika saya berada di Jordania. Sebagai seorang wanita muda yang berusaha untuk membesarkan anak sendirian, saya senantiasa berpikir bahwa anda harus melakukan doa secara sendirian, anda harus berada dalam keadaan tenang.
 
Dan ketika saya berada di Jordania, saya merasakan bahwa hanya dengan melihat amalan-amalan Islam seperti satu cara hidup, saya melihat orang tua akan menunaikan shalat, sementara cucu mereka akan menunggangi mereka seperti menunggangi kuda, saya pikir ini merupakan perkara paling indah di dunia ini. Tidak ada siapapun yang pergi bersembunyi karena ingin menunaikan shalat, semuanya dilakukan ketika tiba masuk waktu shalat, maka andapun shalat. Sebelum ini tidak pernah melihat seseorang melakukanshalat lima kali sehari, makanya fenomena ini memberikan dampak yang mendalam pada diri saya. Saya tidak pernah mengalaminya.
 
Sekembali dari Jordania selepas sebulan tinggal di sana, saya berusaha untuk mencari hakikat, saya pikir "saya harus kembali ke gereja sekali lagi".Saya hanya ingin melihat apa yang terjadi, maka saya pergi ke gereja dan tiba di layanan 605. Pada seluruh layanan jiwa saya amat tersiksa. Saya tidak merasa ada sesuatu di sana, merasa kosong.
 
Belajar mengenai Islam
Saya memberitahu teman saya Aisha, saya pulang ke rumah dan saya menangis karena dari apa yang saya dengar, gereja menentang dengan apa yang saya alami. Maka, saya mengambil keputusan untuk mencari sebuah tempat di mana saya bisa belajar tentang Islam. Mungkin ini bukanlah perkara yang benar buat saya, mungkin tidak benar sama sekali. Saya sekadar ingin tahu karena saya telah melihat dengan mata saya sendiri.
 
Dengan niat itu saya pergi ke Pusat Islam Dallas, saya kira ia terletak di Jalan Parker atau di satu tempat, saya juga membuat rencana untuk belajar al-Quran. Hari itu, hujan turun dan macet parah, dan segalanya berjalan salah. Sebenarnya tidaklah demikian, karena pada akhirnya segalanya berjalan lancar! Saya tidak dapat mencari jalan dan GPS saya tidak bekerja. Akhirnya saya sampai di satu tempat, saya bertemu dengan penjaga gedung di ruang masuk; saya tidak tahu siapa harus saya temui. Saya sedang mencari kelas. Saya sedang mencari sebuah kelas yang dibuka untuk umum dan orang ini berkata, "Di sini ada seorang wanita", dia menghantar saya pada wanita itu dan wanita itu berkata, "Ada kelas wanita di tingkat atas".
 
Mereka memasukkan saya ke dalam kelas dan ketika itu bulan Mei. Sebenarnya saya belum begitu bersedia. Di sinilah saya bertemu Aisha yang ketika itu sedang belajar. Pikir saya, "Wah, kelas ini sungguh bagus sekali." Saya bertemu Aisha selepas kelas selesai, saya mengatakan bahwa saya pernah bertemu dengannya dan beberapa orang lain, sebenarnya saya berusaha untuk keluar. Saya tidak memakai hijab, saya tidak bersedia sebenarnya untuk berada di situ. Kebetulan waktu shalatpun tiba. Dan dalam upaya untuk keluar dari tempat itu.Mereka menarik saya dan saya pikir, saya tidak pernahpun melakukan shalat. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa saya tidak tahu bagaimana untuk shalat, salah seorang dari mereka berbisik "ikut saja apa yang kami lakukan".
 
Dan saya berkata, "Baiklah." Sayapun melakukan seperti apa yang mereka buat. Aisha memperkenalkan saya kepada seorang muslimah lain bernama Shazia, dia inilah yang memperkenalkan saya pada orang-orang baik lain di EPIC. Mereka mempunyai kelas bagi orang-orang yang baru memeluk agama Islam dan saya pun mengikuti kelas tersebut. Satu hari seorang Imam datang dan memberikan sebuah pelajaran yang begitu mempesonakan. Saya pikir "Inilah waktunya! Sudah tiba waktunya untuk saya mengucapkan syahadah".
 
Kedamaian dengan Takdir
Sejak hari itu hingga hari ini saya menemui kedamaian dengan takdir. Setiap isu kecil dan setiap gunung kecil yang saya rasakan harus saya daki, segala apa yang menyebabkan saya marah, saya merasakan bahwa saya bisa kembali dan menilainya kembali dan saya menerima segala yang telah ditakdirkan kepada saya, dan apa saja yang akan datang!
 
Saya sedang pulang ke rumah, saya sedang melakukan perjalanan dan saya sedang memikirkan bahwa saya ingin melakukan sesuatu dan benar-benar ingin memberi dan bisa pula memberi inspirasi kepada orang lain yang berhadapan dengan kesulitan seperti yang saya lewati.Tiba-tiba datang sebuah inspirasi dan istilah lights(cahaya) masuk ke benak saya. L.I.G.H.T.S dan saya mula menulis apakah cahaya? Apakah maksudnya?
 
Saya menulis, kehidupan, berminat, memberikan harapan kepada yang lain. Dengan menyampaikan kisah kehidupan saya, mungkin saja saya bisa memberikan harapan kepada seseorang. Kami menemui banyak orang dan kita tidak tahu apakah mereka dalam kesulitan.Kita tidak tahu tentang mereka mungkin seolah-olah tidak berada dalam kesulitan, tetapi sebenarnya mereka berada dalam kesulitan maka kita harus menjadi cahaya. Kita harus menjadi cahaya untuk semua orang.
 
Tiga minggu lalu, anak perempuan saya memeluk agama Islam. Anak lelaki saya adalah seorang yang tipikal. Dia baru saja berusia 17 tahun. Dia beralasan betapa mudahnya saya dapat melaksanakan shalat lima waktu sehari semalam karena dia adalah seorang remaja yang tipikal. Saya bisa shalat 10 kali sehari, orang yang mempunyai anak remaja akan memahaminya. Lima waktu tidak ada apa-apanya. Kita perlukan 10!
 
Bagaimanapun, saya begitu terinspirasi untuk menjadi Muslim dan saya benar-benar berbagi kisah saya karena saya tahu bahwa saya telah menemui beberapa orang yang telah dipilih Allah untuk menyentuh kehidupan saya karena saya tidak mencari mereka. Saya malah tidak tahupun bagaimana untuk mencari mereka. Anda semua begitu signifikan dalam kehidupan saya. Saya sesat jalan dan berakhir disini, di tempat ini yang begitu membantu saya untuk bergerak belajar tentang apa yang saya perlukan dan memperolehi kebenaran serta memenuhi kehidupan saya.
 
Dan sekali lagi saya merasakan kedamaian yang paling menakjubkan yang pernah saya rasakan dalam kehidupan ini. Terima kasih karena membenarkan saya untuk berbagi kisah saya di sini. (IRIB Indonesia/onislam.net)

Titiana: Seribu Pertanyaan Setiap Hari "Mengapa Anda Mengenakan Hijab?"

Nama saya Titiana, dan nama Muslimah saya ialah Tasnim. Saya memeluk Islam kira-kira 5 tahun yang lalu, Alhamdulillah. Saya berasal dari Kyrgizstan, Asia Tengah dan kini berada di Dubai, kira-kira 9 bulan. Saya dilahirkan di 60 kilometer dari ibukota negara saya dan tinggal dengan kedua nenek dari ibu dan ayah. Merekalah yang bertanggungjawab atas pendidikan saya. Saya sangat menyayangi mereka dan teramat rindu dengan mereka.
 
Sebelum memeluk Islam, saya hanyalah seorang pemerhati. Saya mengamati Muslim dan kehidupan mereka. Kami punya beberapa buah masjid di negara kami, tetapi saya bukanlah seorang muslim ketika itu. Saya hanya melihat mereka menunaikan shalat Subuh di akhir Ramadan, begitu ramai Muslim di Central Square dan mereka menunaikan shalat bersama, Masya Allah. Begitu menakjubkan. Selepas memeluk agama Islam, saya mengenali banyak orang baru dan apa yang saya perhatikan bahwa banyak sekali anak-anak muda yang memeluk agama Islam di seluruh dunia dari berbagai bangsa.

Alhamdulillah, setiap tahun di akhir bulan Ramadan, Central Square tidak punya ruang kosong untuk shalat, Alhamdulillah.
 
Mencari kebenaran
Saya pernah mengikuti nenek ke gereja Ortodoks. Saya turut dalam group paduan suara. Saya pernah menyanyi lagu-lagu Kristen bersama nenek saya. Ia menyenangkan tetapi terdapat banyak konflik dalam diri saya.Karena ketika saya masih kecil, saya tidak memahaminya. Saya ke gereja dan saya tidak memahami mengapa mereka berdoa di hadapan gambar dan simbol? Terdapat konflik besar dalam jiwa dan raga saya. Selepas beberapa waktu, saya hanya bertanya dengan nenek saya mengapa mereka berdoa di hadapan gambar? Dan tidak ada siapapun yang memberikan saya jawaban yang benar.
 
Karena inilah saya melanjutkan pencarian. Saya benar-benar ingin mencari sesuatu untuk jiwa saya, untuk raga saya, demi memuaskan hati dengan agama yang sayat anut. Saya melihat ke berbagai agama lain, untuk mencoba sesuatu, untuk mencari sesuatu yang dekat dengan diri saya, di jiwa saya, di raga saya. Saya mencari pada buku-buku, perpustakaan, dan internet mengenai berbagai agama lain di dunia. Saya berminat dengan Hinduisme dan Buddhisme sekadar untuk mengetahui konsep agama ini. Hanya lima tahun yang lalu, saya menemukan Islam. Alhamdulillah. Ia begitu menakjubkan sekali seolah-olah seperti menemukan sebuah dunia baru. Sebuah lembaran baru bermula dalam hidup saya.
 
Ketika saya berusia 19-20 tahun, saya mula membaca Injil karena ingin mencari kebenaran; mengapa kita berada di muka bumi ini? Mengapa Tuhan menciptakan semua makhluk? Dan apa yang kita lakukan di atas bumi ini? Bagaimana dengan bintang-bintang, bagaimana dengan alam ini, berkaitan semuanya? Dan apakah misteri terbit dan terbenamnya matahari? Saya mula membaca bagian lama Injil. Tetapi ketika saya membaca versi baru Injil, terdapat perbedaan yang begitu besar sekali, ini justru menambah persoalan kepada saya.
 
Oleh itu, saya meneruskan pencarian. Saya ingin tahu mengenai semuanya ini. Begitu banyak sekali persoalan yang timbul dan saya bertanya kepada banyak orang di gereja. Saya bertanya kepada nenek mengenai hal ini dan bagaimana saya mendapati perbedaan di antara Injil bagian lama dengan yang baru. Saya hanya ingin mengetahui kebenarannya.
 
Saya menemui banyak orang yang baik. Mereka berdakwah kepada saya, alhamdulillah. Saya mulai mendapat pengetahuan dari mereka. Mereka menjelaskan berbagai perkara kepada saya seperti bagaimana mengambil wudhu dan menunaikan shalat. Sungguh menarik dapat mendengar hadis-hadis Rasulullah Saw, mengenai kehidupannya dan perilaku dalam Islam; apa yang harus kita lakukan dan apa yang tidak harus kita lakukan. Semua ini terjadi begitu lambat sekali, selangkah demi selangkah. Tidak ada paksaansedikitpun. Saya hanya mengetahui Islam lebih mendalam.
 
Setiap hari saya mempelajari sesuatu yang baru, dan banyak sekali fakta mudah dalam Islam. Yang paling saya senangi ialah tidak ada perantara antara kamu dan Allah Swt. Dan anda bisa langsung memohon dari Allah, tidak perlu meminta kepada orang lain pergi ke gereja dan anda sendiri yang bisa berdoa terus kepada Allah. Keimanan ini menjadi semakin teguh, Allah baru saja membuka hati, mata dan telinga saya dan saya kemudian mengucapkan syahadah (tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya). Alhamdulillah, saya telah menjadi seorang muslimah pada hari itu dan saya tidak akan pernah melupakannya. Sebuah lembaran baru bermula dalam kehidupan saya. Alhamdulillah.
 
Kehidupan saya sebagai seorang muslim
Saya berusaha untuk menjelaskan agama saya, bagaimana kehidupan dalam Islam? Ia begitu berbeda sekali. Memang saya menghadapi banyak problema terutama dari kedua orang tua dan nenek saya. Mereka berkata, "Mengapa anda bisa jadi begitu, mengapa anda mengubah agama anda dari Kristen kepada Islam." Dan sehingga hari ini, mungkin saja mereka tidak paham mengapa saya mengubah agama saya, dan saya berusaha untuk menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan, Dia Maha Esa, Dia tunggal, dan kita hanya menyembahnya dalam lima waktu setiap hari. Alhamdulillah.
 
Saya mulaishalat lima waktu sehari semalam, sungguh menakjubkan ketika anda shalat, jarak waktu antara satu shalat dengan satu lagi membuat diri anda begitu gembira, alhamdulillah.
 
Saya mula mengenakan hijab setahun yang lalu, alhamdulillah. Mula-mula saya shalat, kemudian saya berdoa, "Ya Allah, jadikanlah saya orang yang lebih kuat, jadikanlah Islam saya kuat". Karena ketika saya memasuki kamar shalat, saya menutup diri saya dan selesai shalat, saya melepaskannya dan pergi keluar, saya berusaha untuk membuat iman saya lebih kuat. Saya memohon kepada Allah semoga Dia menjadikan hijab sebagai pakaian harian saya, Alhamdulillah setahun kemudian saya mulai menutup diri saya. Saya bekerja di sebuah universitas ketika itu. Saya mengajar di sana, saya memiliki banyak mahasiswa termasuk para dosen dan profesor, lebih dari 2 ribu 500 orang, semuanya datang kepada saya dan berkata, "Ow, kenapa anda mula mengenakan hijab? Jelaskan kepada kami, apa yang telah terjadi?"
 
Saya berkata, "Saya mengetahui tentang Islam dan anda juga tahu tentang Islam. Alhamdulillah! Saya telah memeluk agama Islam dan mengenakan hijab."
 
Tetapi dalam keluarga saya, masih terdapat konflik yang besar. "Mengapa anda mengenakan hijab? Mengapa anda memakai kerudung? Mengapa anda mengenakan pakaian yang lain?"
 
Seribu pertanyaan setiap hari "Mengapa anda mengenakan hijab?"
 
Ketika saya berhasrat untuk pergi ke universitas, saya bertanya kepada ibu saya warna kerudung apa yang harus saya pilih, dengan pakaian apa warnanya cocok, dan sebagainya.
 
Dan dia berkata, "Lebih baik anda tidak memakai kerudung!".
 
Saya tidak dapat menerima apa yang dikatakan oleh ibu saya. Saya berharap dia dapat memahami jiwa saya dan merasakan apa yang terdapat dalam lubuk hati saya. Alhamdulillah, sebulan kemudian ibu saya menawarkan hadiah untuk saya. Dia menghadiahkan sehelai kerudung berwarna hijau untuk saya! Ini merupakan tanda bahwa Allah berada di sisi saya. Ibu saya mulai memahami mengapa saya memeluk agama Islam dan itu merupakan satu hal yang serius bagi saya. (IRIB Indonesia/onislam.net)

Naseem Abdul Rahman: Ya, Saya Warga Australia, Tapi Juga Harus Shalat Jumat!

Nama saya Naseem Abdul Rahman. Saya dilahirkan di Australia. Kedua orang tua saya berasal dari Eropa. Saya menikah dengan seorang muslimah Lebanon sebulan selepas memeluk agama Islam.
 
Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen tetapi saya bukanlah seorang Kristen yang baik. Kedua orang tua saya juga menganggap diri mereka Kristen, tetapi kami hanya pergi ke gereja setahun sekali untuk merayakan Krismas.Itupun kira-kira setengah jam saja! Dan setelah mencapai usia 10 tahun, saya merasa aneh untuk menganggap diri saya seorang Kristen.
 
Pada usia 14 atau 15 tahun, saya mula mencari jawaban. Saya menjadi seorang yang spiritual, saya menyadari bahwa ada sesuatu dalam kehidupan ini, hidup ini mempunyai tujuan. Subhanallah, saya membaca buku berkaitan semua hal. Demi mendapatkan pengetahuan, saya membaca buku tentang Hinduisme, Buddhisme, dan banyak lagi. Pada masa itu, saya tidak pernah menemui Islam. Saya tidak pernah bertemu dengan seorang muslim.
 
Kontak pertama dengan muslim
 
Pertama kali saya berkenalan dengan Islam ialah lewat seorang saudara lelaki teman saya. Dia adalah seorang Muslim tetapi bukan seorang muslim yang mengamalkan ajaran Islam saat itu. Dia hanya pada dasarnya seorang muslim karena dia lahir dalam keluarga Islam. Tetapi dia tidak puasa, tidak shalat. Dia tidak melaksanakan ajaran Islam. Tetapi dia berbicacra mengenai Islam pada orang lain. Itulah pertama kali saya mempunyai hubungan dengan seorang muslim. Dari kata-katanya tentang beberapa hal mendasar Islam, saya mula ingin melihat lebih jauh tentang Islam.
 
Tapi semua ini memakan waktu yang lama.Kira-kira setahun, saya mula mencari apa saja tentang Islam dan membacanya. Begitu saya membaca tentang Islam, jiwa saya mula tertarik kepadanya dan saya merasa begitu bergairah untuk menjadi seorang muslim dan mempelajari Islam lebih banyak. Tetapi masih banyak lagi kesalahpahaman saya tentang agama ini yang belum dalam diperjelaskan karena saya tidak mengenali seorang muslim sejati.
 
Pada satu hari saya ke toko dan bertemu dengan seorang lelaki Australia, saya tidak tahu dia ini seorang muslim. Ada beberapa orang lelaki lain masuk dan dia mengucapkan "Assalamualaikum"  kepada mereka. Saya kembali mengatakan "Assalamualaikum" kepadanya. Dia bertanya kepada saya apakah saya seorang muslim. Saya katakan tidak. Dia mengatakan bahwa saya harus ke Pusat Islam Melbourne. Saya berasal dari Perth, tetapi kini saya berada di Melbourne selama dua tahun. Dia mengundang saya untuk ke pusat ini dan mendengarkan ceramah. Saya merasa takut. Saya tidak ingin pergi. Tapi ia memegang tangan saya seperti setan.
 
Tetapi dia tidak memberikan saya kesempatan untuk berpikir. Dia berkata, "Saya akan datang menjemputAnda pada jam 8 dan anda akan mengikuti saya. Saya akan menjemputAnda dan saya tidak akan memberikan anda kesempatan. Saya akan menemui Anda pada jam 8."
 
Pada jam 8 dia datang dan mengetuk pintu saya, maka saya tidak dapat mengatakan tidak. Dengan demikian saya ke pusat ini. Untuk pertama kali dalam hidup saya, saya menemui Muslim yang mengamalkan ajaran Islam. Saya dapat merasakan persaudaraan Islam dan disitu saya melakukan shalatMaghrib pertama saya, saya tidak merasa ragu sama sekali. Saya mengucapkan syahadah dan menjadi Muslim.
 
Saya tidak pernah melakukan perbuatan tidak baik dengan orang lain sebelum menjadi Muslim. Saya hanya melakukan kejahatan pada diri saya sendiri karena saya meninggalkan sekolah, keluyuran dan memakai narkotika serta perbuatan buruk lainnya. Tapi saya tidak pernah membahayakan orang lain, saya hanya membahayakan diri saya sendiri.
 
Reaksi Keluarga
 
Kedua orang tua saya menjadi gembira karena saya memeluk agama Islam. Mereka terkesan dengan perubahan yang terjadi setelah saya memeluk agama Islam. Mereka melihat betapa saya menjadi orang yang lebih baik. Mereka gembira, hanya apa yang membuat mereka bimbang adalah kesalahpahaman mereka terhadap Islam. Otak mereka dicuci dengan apa yang mereka lihat di televisi.
 
Kapan saja saya berbicara mengenai Islam, mereka akan berkata kepada saya "Anda melihat sendiri bagaimana Muslim melakukan perkara ini di sini dan di sana."
 
Sebenarnya saya berusaha untuk menjelaskan kepada mereka bahwa peristiwa itu tidak ada kaitannya dengan Islam. Sebaik apapun saya membuka mulut untuk bercakap tentang Islam, mereka tidak merasa tenang dan berkata, "Adalah baik ada seorang muslim, tetapi jangan coba untuk mengajak kami! Kami tidak ingin mengetahui tentangnya. Itu adalah untuk Anda dan itu adalah jalan yang Anda pilih. Anda tidak perlu bercakap dengan orang lain berkaitannya."
 
Alhamdulillah mereka masih menerima saya. Saya menghormati mereka sebelum ini dan kini saya menghormati mereka lebih baik dari dahulu. Karena perkara kedua setelah menyembah Allah Swt adalah menghormati dan berbuat baik kepada kedua orang tua. Alhamdulillah hubungan kami bertambah baik.
 
Saya mempunyai dua saudara lelaki. Salah seorang dari mereka menerima perubahan agama saya. Dia merasa senang ketika saya bercakap tentang Islam walaupun dia punya pandangannya sendiri, tetapi dia lebih bersikap terbuka. Sayangnya seorang lagi saudara saya bersikap tertutup!
 
Dia berkata, "Saya tidak percaya Anda telah menjadi muslim".
 
Dia masih merasa kesal berkaitan hal itu.
 
Dia pernah berkesempatan untuk berkunjung ke Mesir dan beberapa negara lain. Tetapi dia berkata, "Saya melihat banyak hal yang terjadi di sana. Mereka melakukan ini dan itu".
 
Dia benar-benar mempunyai pandangan buruk tentang Muslim dari apa yang dia lihat. Saya berusaha untuk menjelaskan kepadanya bahwa mereka memanggil diri sebagai Muslim, tetapi anda haruslah dapat memisahkan Islam dari tindak tanduk orang-orang tersebut.
 
Sayangnya dia masih berpikiran tertutup. Dia tidak dapat menerima. Contohnya, dia bekerja dalam pembuatan plat beton untuk rumah. Sebelum memeluk agama Islam, saya pernah bekerja dengannya. Dan ketika saya pulang ke Perth, dia berkata, "Marilah bekerja dengan saya."
 
Saya menjawab, "OK, tetapi saya harus menunaikan shalat ketika makan siang."
 
Dia berkata, "Ok".
 
Kemudian saya menambah, "Saya harus menunaikan shalat Jumat secara berjemaah pada setiap hari Jumat yang memakan waktu satu jam atau satu jam setengah."
 
Dia terus berkata, "TIdak, Anda tidak bisa pergi."
 
Saya merasa sungguh kecewa dan berkata, "Saya senang sekali bekerja dengannya, tetapi jika Anda tidak membenarkan saya menunaikan shalat Jumat, maka saya tidak dapat bekerja dengannya."
 
Dia berkata, "Saya sungguh tidak faham mengapa Anda harus menunaikan shalat Jumat. Ini adalah Australia. Bukan sebuah negara Muslim. Anda harus bersikap seimbang. Anda tinggal di sini bukan di negara lain."
 
Saya berkata, "Ya, saya mungkin tinggal di Australia, tetapi merupakan keharusan bagi saya untuk menunaikan shalat Jumat". (IRIB Indonesia/onislam.net)

Abdullah Seymour: Menjadi Muslim bukan Langkah Akhir, Tapi Permulaan Jalan

Merenungi apa yang terjadi di sekitarnya membawa Abdullah menyoal apa yang berlaku dalam politik, media dan peristiwa-peristiwa kontemporer, serta mencari kebenarannya.
 
Dia terinspirasi dengan pertanyaan dan jawabannya sendiri, dari satupertanyaan membawanya kepada persoalan dan jawaban yang lain.
 
Saya sedang belajar di sebuah universitas, saya mengambil Bisnis Internasional. Di waktu luang saya gunakan untuk menjadi DJ.
 
Ketika itu saya berminat dengan apa yang terjadi di dunia karena saya tidak begitu percaya dengan apa yang dipaparkan oleh media sebagai suatu kebenaran. Maka saya begitu berminat bukan dengan teori-teori konspirasi, tetapi lebih cenderung kepada berita-berita alternatif dengan apa yang terjadi.
 
Apa lagi pasca 11 September, saya begitu tertarik sekali dengan apa yang terjadi, serta apa reaksi pemerintah dan media terhadapnya. Itulah yang menjadi pemicu saya mencari kebenaran terhadap apa yang terjadi.
 
Mencari Islam
Saya menemui beberapa Muslim, mereka mengedarkan artikel berkaitan Islam dalam bentuk pamflet. Setelah membacanya, saya merasakan bahwa kita tidak punya pilihan lain, saya tidak dapat menolaknya. Saya mempercayai apa yang tertera di dalamnya.
 
Pada satu malam, malam Sabtu, saya mengemukakan pembahasan mengenai kematian. Saya merasakan bahwa untuk beberapa alasan, saya akan mati dalam usia muda. Maka alangkah baiknya jika saya memeluk Islam sebelum ajal menjemput saya. Itu yang terlintas dalam pikiran saya. Kemudian saya pun memeluk agama Islam dengan mengucapkan syahadah.
 
Sebenarnya pada ketika itu, saya tidak begitu kenal banyak dengan Islam, kecuali Islam itu punya lima pilar, dan saya mengetahui dan mempercayai pada keesaan Allah, dan Nabi Muhammad sebagai pesuruh Allah. Saya menyakininya dan mengucapkan syahadah.
 
Beberapa bulan kemudian saya tidak lagi berhubungan dengan Muslim yang pernah saya temui. Pada masa itu saya tidak punya kenalan Muslim, maka saya melakukan apa yang saya ketahui sendirian. Saya berusaha untuk mencari beberapa orang Muslim secara acak di tempat saya bekerja. Mereka datang ke toko, dan saya mula menjalin hubungan dengan mereka. Kami menjadi teman baik untuk beberapa tahun kemudian. Terdapat mereka yang baru memeluk Islam. Saya merasa begitu kagum karena sebelum ini saya tidak mengetahui bahwa ada orang lain yang memeluk Islam.
 
Semua ini seperti karunia yang benar, saya menghabiskan waktu dengan mereka dan saya banyak belajar tentang Islam dari mereka.
 
Anda suka sandwich dengan ham?
Saya masih ingat, satu hari ibu saya berkata kepada saya, "Sukakah Anda sandwich dengan ham?"
 
Saya menjawab kepadanya bahwa saya tidak bisa makan ham.
 
Dan dia bertanya, "Mengapa?"
 
Sayapun menjawab,"Sejak saya menjadi Muslim."
 
Dia bertanya, "Apa pula itu?"
 
Saya berkata lagi,"Sejak saya menjadi Muslim."
 
Dia berkata,"Anda bukan seorang Muslim!"
 
Saya berkata, "Saya percaya kepada Keesaan Tuhan dan saya percaya bahwa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah, maka saya adalah seorang Muslim."
 
Dia agak kebingungan.
 
Sebenarnya, saya tidak menghadapi kesulitan seperti orang lain dimana keluarga dan teman-teman mereka menjauhkan diri dari mereka. Kedua orang tua saya berpandangan liberal dan tidak menghalangi saya. Mereka memang bersikap demikian, seperti membenarkan apa saja yang ingin saya lakukan; mengizinkan saya untuk mencari jalan saya sendiri.
 
Sebuah permulaan
Sebagian muslim memikirkan bahwa menjadi muslim merupakan langkah akhir. Sebenarnya, menjadi seorang muslim itu merupakan satu permulaan. Jika anda sedang mencari jalan, semuanya berubah dalam kehidupan anda. Ia juga bisa menjauhkan orang dari Islam karena mereka menyadari bahwa banyak perkara yang berubah.
 
Sebenarnya tidak ada yang perlu ditakuti.Karena Islam berartiberserah diri kepada Tuhan. Allah bisa membawa Anda kepada Islam dan kemudian memberikan kesulitan kepada Anda, ini tidak masuk akal.
 
Siapa saja yang menemui Islam, mereka haruslah jujur terhadap diri mereka sendiri, kemudian baru mereka merasakan sesuatu di dalam hati mereka – mereka akan mengakui – bahwa mereka perlu kembali kepada Tuhan mereka dan menyerahkan diri mereka kepada-Nya.
 
Siapa saja yang benar-benar memikirkan tentang Islam akan berkata:
 
Patuhilah hati anda.
 
Bersikap jujurlah.
 
Sepanjang anda melakukannya, anda tidak perlu merasa bimbang.
 
Dia akan membimbing anda kepada Islam…… (IRIB Indonesia/onislam.net)

Umm Aisha: Sebagai Muslim, Jangan Memuji dan Mengingat Allah Hanya di Saat Membutuhkan!

Saya dibaptis di Gereja Roma Katolik di Slovakia.
 
Saya juga menghadiri Perjamuan Kudus pertama, tetapi famili saya tidak pernah pergi ke gereja. Sekalipun demikian, saya besar sebagai seorang Kristen yang senantiasa percaya bahwa Tuhan itu ada dan berusaha mencari kebenaran.
 
Banyak sekali perkara dalam Katolik yang tidak masuk akal bagi saya, contohnya, isu dosa keturunan. Ketika saya berusia 10 tahun, saya mulai mengunjungi gereja Kristen. Saat mereka menjawab beberapa pertanyaan saya, termasuk dosa keturunan; mereka tidak menyentuh sedikitpun dalam Injil asli.Padahal di sana tertera anak-anak lahir tanpa dosa, dan tidak ada mediatoratau perantara antara kita dan Tuhan.
 
Dalam gereja ini saya banyak belajar bagaimana menghormati orang, menyembah Tuhan dan mempercayai Tuhan dalam semua hal. Berusaha untuk menjadi baik bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain; membantu mereka, dan senantiasa mempunyai hati yang bersih dan jujur serta hal-hal positif yang lain.
 
Segalanya berubah ketika saya menghabiskan waktu libur di Switzerland bersama dengan sebuah keluarga Muslim. Saya ke Switzerland dalam usaha untuk memperbaiki bahasa Jerman saya sebelum menjalani ujian sekolah.
 
Saya melihat hubungan baik dalam keluarga ini, sikap hormat sang anak terhadap kedua orang tuanya dan sebagainya. Ia merupakan satu cahaya dalam perjalanan saya menuju Islam.
 
Ketika saya kembali ke Slovakia dua bulan kemudian, saya meminjam sebuah Quran yang mempunyai terjemahan bahasa Inggris dari gereja yang saya hadiri. Saya membacanya, tetapi sayangnya saya tidak memahami banyak hal di sana.Untuk itu saya ikut kelas bahasa Inggris. Dengan itu, bahasa Inggris saya lebih baik. Saya berbincang dengan beberapa pelajar Libya yang beragama Islam. Kami berbincang mengenai Islam dan umat Islam. Tukar pikiran ini kemudian menjadi rutinitas kami untuk berbincang hal tersebut dalam kelas.
 
Saya memperolehi informasi tentang Islam lebih banyak dan mereka, sekaligus memperbaiki kemampuan bahasa Inggris mereka. Teman-teman muslim inilah yang mulai memberikan jawaban-jawaban masuk akal kepada semua pertanyaan saya.
 
Kemudian, seperti ada yang mengerakkan hati saya, menunjukkan saya jalan yang benar bahwa sudah tiba waktunya saya memeluk agama Islam sebagai jalan kehidupan saya. Lantas menjadikan saya salah seorang yang istimewa.
 
Saya ingin menjerit dan memberitahu seluruh dunia berkaitan perasaan saya saat itu dan demikian juga sehingga hari ini.
 
Saya tahu banyak saya harus pelajaritentang hal-hal yang baru, dan untungnya segala yang baru menarik hati saya. Saya bersyukur kepada Tuhan yang telah membimbing saya dan memberikan peluang kepada saya untuk mempelajari berbagai agama sebelum memeluk Islam. Islam merupakan puncak perjalanan saya dalam mencari kebenaran.
 
Saya memeluk agama Islam pada bulan Desember 1999. Saya tidak punya masalah sedikitpun dalam melaksanakan ibadah puasa, shalat dan mengenakan pakaian Islami. Saya juga tidak punya masalah dalam memakai hijab. Saya hanya mencobanya sekali dan seterusnya saya mengenakan hijab. Alhamdulillah.
 
Memang saya bimbang dengan reaksi dari kedua orang tua saya dan juga dari teman-teman sekerja. Saya merasa pasti bahwa ayah dan ibu saya akan mengusir saya keluar dari rumah atau pimpinan saya akan memberhentikan saya dari kerja.
 
Sekalipun demikian, jauh di sudut hati, saya yakin bahwa apa saja yang akan berlaku, adalah kehendak Ilahi. Dan Dia saja yang akan memelihara saya karena hanya Dia saja yang mengetahui apa yang terbaik buat saya. Saya bersyukur untuk semuanya itu.
 
Alhamdulillah, kedua orang tua dan teman-teman di tempat saya bekerja menerima saya tanpa ada masalah. Adalah penting sekali untuk mempercayai Tuhan sepenuhnya karena Dia yang tahu apa yang berada di dalam diri kita, apa yang kita pikirkan dan sebanyak mana kita memohon dari-Nya dan mempercayai-Nya.
 
Dia saja yang senantiasa membantu kita.Karena Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Memeluk agama Islam bukanlah titik akhir perjalanan kita.Ini baru sebuah permulaan. Kita harus berusaha untuk mendapat informasi sebanyak mungkin dan melakukan yang terbaik untuk menjadi Muslim yang baik.
 
Kira-kira setahun selepas memeluk agama Islam, saya bertemu dengan suami saya. Kami saling memahami antara satu dengan lain, dia adalah seorang yang begitu sabar dan penuh pengertian. Saya belajar banyak berkaitan Islam darinya.
 
Dia juga mengajar saya untuk bagaimana mengamalkan Islam dalam dunia realita. Dia mengajar saya untuk menjadi sabar, menerima semua kesilapan saya, menjadi gembira karena perkara-perkara kecil, tidak bersedih karena masalah duniawi, dan saya bersyukur kepada Allah untuk semuanya.
 
Saya tidak pernah menyesal karena memilihnya sebagai suami saya, walaupun kami tidak begitu saling mengenal. Dia meminang saya pada hari ketiga saya memeluk agama Islam.
 
Kami hanya mengenal dari jauh. Tetapi saya tahu bahwa dia adalah orang yang benar untuk saya karena dapat merasakannya sama seperti ketika saya memeluk agama Islam.
 
Beberapa bulan selepas pernikahan kami, suami saya selesai belajar dan kami harus kembali ke rumah baru kami di Kuwait.
 
Beberapa minggu sebelum wisudanya, keluarga suami saya datang ke Slovakia dan kami menghabiskan waktu bersama. Mereka benar-benar orang yang baik dan mereka menerima saya dengan hati yang terbuka.
 
Di Kuwait saya menghadiri beberapa ceramah dari tokoh terkenal, seperti Yusuf Estes dari Amerika, yang diselenggarakan oleh Komite Presentasi Islam di Kuwait. Saya turut menghadiri kelas-kelas Islam di sana.
 
Saya belajar banyak berkaitan Islam di Kuwait dan lewat keluarga suami saya yang begitu membantu. Islam merupakan cara hidup untuk mereka. Kami sepakat untuk punya anak kemudian karena saya masih muda dan ingin belajar lebih tentang Islam terlebih dahulu. Saya juga ingin mengetahui lebih banyak mengenai kehidupan di Kuwait dan bahasa mereka.
 
Pada mulanya saya berpikir, tidak mungkin saya dapat mengelola hidup dengan seorang anak. Kini, saya tahu bahwa pandangan saya itu salah. Saya bisa menjalaninya, walaupun ia mengambil sedikit waktu. Tuhan mengaruniakan kami seorang anak perempuan bernama Aisha. Dia mengisi hidup kami, cinta kami dan cinta kami kepada Tuhan.
 
Saya senantiasa merasakan bahwa saya nanti akan punya anak. Bagaimanapun Tuhan lebih mengetahui kapan waktunya saya harus punya anak. Kami bersyukur kepada-Nya.
 
Sebagai kesimpulan, saya ingin katakan bahwa kita haruslah membenarkan Tuhan mengendalikan kehidupan kita untuk segala hal. Kita harus menjadi Muslim yang baik, memuji-Nya, mengingat-Nya dan bukan sekadar ketika kita memerlukan-Nya.
 
Semoga Tuhan memberikan kita kekuatan untuk terus berada dijalan yang benar. Amin! (IRIB Indonesia/onislam.net)

Eric Mason: Tidak Ada Paksaan Dalam Islam!

Nama saya Jebril Mason. Dulu nama saya ialah Eric Mason, saya mengubah nama menjadi Jebril Mason, mengambil nama Malaikat Jibrail setelah memeluk agama Islam. Saya bekerja di bagian utara Jeddah disebuah marina. Di marina ini kami punya restoran, dan fasilitas rekreasi. Kami membawa banyak tamu dari luar negeri menyelam bersama kami.
Ketika masih muda, saya tinggal bersama keluarga saya di Nigeria. Ibu saya adalah seorang penganut Katolik Italia, dan ayah saya seorang  Kristen Protestan Inggris. Mereka bertemu pada zaman pasca perang, dan mempunyai empat orang anak. Saya merupakan anak bungsu laki-laki, sementara ayah saya bekerja dengan pemerintah Nigeria selama bertahun-tahun.
Banyak teman sekerja ayah saya yang beragama Islam, terutama orang-orang Hausa dari utara. Masa itu saya merasa agak heran karena hampir semua orang-orang yang bekerja di bidang keamanan, supir truk dan pembantu adalah orang-orang Muslim. Ayah saya menjelaskan bahwa mereka adalah orang-orang baik, dan saya bisa mempercayai mereka.
Anak lelaki saya lahir di Arab Saudi. Dia kini sedang belajar di universitas Inggris. Media tidak akan menunjukkan foto anak saya bermain bola sepak dengan teman-teman Saudinya. Seandainya anak saya berkelahi dengan teman saudinya, sudah pasti mereka akan segera mempublikasikan foto tersebut. Media massa memang bisa dipersoalkan sekaitan perspektif mereka terutama tentang Islam.
Umat Islam seperti juga manusia lain. Ada Muslim yang baik dan ada yang tidak baik. Mayoritas mereka yang mengamalkan ajaran Islam adalah orang-orang yang baik.
Saya memeluk agama Islam kira-kira 5 atau 6 tahun lalu. Tetapi saya memperoleh al-Quran sejak saya masih anak-anak di Nigeria. Saya tidak pernah meninggalkannya.
Saya mengambil waktu yang lama untuk memeluk agama Islam.Karena saya ingin memeluk Islam karena diri saya, bukan karena orang lain. Hanya untuk diri saya dan Tuhan saya. Maksud saya Tuhan tidak duduk di tepi meja dengan 20 telepon dan bercakap lewat satu telepon dengan seorang muslim dan satu lagi dengan seorang buddhist! Hanya ada Tuhan yang Esa, dan Tuhan adalah Allah, Muhammad adalah utusan-Nya. Itulah mengapa saya memeluk agama Islam.
Banyak teman yang tidak dapat menerimanya dan saya mendapatinya sulit, tapi lebih banyak lagi yang menerima dengan mudah keislaman saya. Banyak pula yang pernah melalui jalan tersebut dan memahami Islam merupakan jalan yang benar. Banyak yang dengan mudah menerimanya. Banyak juga yang berkata,"Eric bagaimana Anda bisa memeluk Islam? Anda memakai celana pendek, rambut anda punk, Anda mengatakan "Dude". Semuanya biasa saja.Karena Muslim adalah manusia seperti orang lain. Jangan sekali keluar ide bahwa mereka semua mengenakan sorban dan meledakkan bom. Mereka bukan seperti itu.
Sebenarnya terdapat unsur 'teroris/orang jahat' dalam semua agama. Anda tidak bisa menghentikannya. Tidak semua perkara sama. Terdapat Muslim yang baik, dan terdapat juga Muslim yang tidak baik. Begitu juga terdapat Katolik yang baik dan Katolik yang tidak baik.
Mereka yang menganiaya orang yang tidak berdosa adalah penjahat. Islam tidak mengajar yang demikian. Islam tidak mengajar membunuh orang lain. Saya tinggal di Arab Saudi selama 36 tahun dan mendapatinya sebuah negara yang bagus. Jika tidak, sudah pasti saya meninggalkan negara ini 30 tahun lalu.
Islam merupakan sebuah agama persaudaraan. Barat tidak memahaminya. Andai Anda menganiaya salah seorang saudara muslim, yang lain akan melindunginya. Barat tidak memahami konsep ini, bahwa jika anda mencederai seseorang maka bermakna anda mencederai semua yang lain. Itulah persaudaraan dalam Islam.
Saya akan menunaikan ibadah haji tahun depan bersama dengan rekan-rekan sekerja dari Eropa. Kami akan berkumpul dan melakukannya bersama-sama. Kami datang dari Amerika, Jerman, Perancis, Italia dan Inggris. Saya telah melakukan umrah sebanyak dua kali. Ia merupakan pengalaman yang indah sekali. Saya juga mengunjungi Masjid Nabi di Madinah.
Pesan saya kepada semua, jadilah orang yang baik. Bacalah al-Quran. Ia merupakan buku hikmah. Tidak ada seorangpun yang memaksa saya menjadi Muslim. Pilihannya terserah pada diri sendiri. Pilihannya Anda yang buat sendiri. Tidak ada paksaansedikitpun. Islam bukanlah sulit. Ia merupakan logika. Mengapa anda melakukan wudhu lima kali sehari sebelum shalat?
Mengapa?
Mudah saja…Karena Anda berkeringat sepanjang hari, kemudian Anda harus menunaikan shalat bersama orang lain.
Mengapa anda diharamkan makan babi?
Mengapa?
Karena ia merupakan daging yang berbahaya.
Mengapa Anda tidak dibenarkan minum alkohol?
Karena ia membuat Anda lupa diri dan Anda melakukan hal-hal yang tidak benar.
Anda tentu tahu kisah mengenai perempuan jahat. Dia mengajak seorang pria tidur bersamanya, pria itu menolak. Kemudian dia meminta pemuda itu membunuh anaknya, pemuda itu menolak. Kemudian dia merayu pemuda itu untuk minum alkohol. Mula-mula pemuda itu menolak kemudian dia minum alkohol. Dari satu gelas ke gelas yang lain, sehingga akalnya hilang….Perempuan itu memintanya membunuh anakitu,  lalu pemuda itu membunuh anak tersebut.
Janganlah melakukan perkara yang bisa melukai orang lain…………(IRIB Indonesia/onislam.net)

Hether: Perjalanan Seorang “Ateis” Meyakini Islam Sebagai Kebenaran?

Saya mencari semua jenis kepercayaan di dunia yang bisa saya gapai, tapi tidak ada yang menyentuh hati saya. Ketika ada yang bertanya mengapa saya memeluk agama Islam, maka banyak sekali teman-teman di sekolah lama saya yang mencari dan menemui di Facebook akan merasa terkejut. Mereka ikut bertanya "Mengapa?" Karena hijab yang mereka lihat dahulu tidak sama dengan apa yang dilihat sekarang.

Hijab bukan sekadar penutupkepala. Ia merupakan segala-galanya yang saya percayai.Karena dulu saya merupakan seorang ateis yang bla-blakan. (Sayasekarang sudah tua.Saya tidak percaya bahwa saya sudah menjadi tua!).

Anda bisa menebak? Bagaimana saya bisa sampai di sini?

Baiklah, ketika itu saya masih belajar di sekolah tinggi, dan punya pacar yang begitu baik sekali, benarkah?!

Bagaimanapun, ini bukanlah merupakan hubungan yang terbaik. Dia merupakan seorang sampah! Itulah dia. Begitulah, saya hamil dan tersingkir dari sekolah. Saya menyerahkan anak untuk diadopsi dan menyalahkan Tuhan mengapa hidup saya sedemikian buruk. Saya membelakangi Tuhan, dan apayang bisa anda katakan.

Saya sedikit pulih dan mulai menilai diri saya. Dari sini bermula kisah pencarian.

Mencari Kebenaran
Saya dibesarkan sebagai seorang Lutheran. Saya dibaptis sebagai Lutheran. Saya masih ingat ketika melihat Laura dan Grint Welder di dalam cerita Little House. Saya begitu gembira melihat mereka ke gereja dan saya ingin sekali pergi ke gereja. Saya bertanya kepada ibu saya mengapa kami tidak pergi ke gereja. Dia meminta maaf dan berkata bahwa sebagai Lutheran kita hanya ke gereja saat pernikahan dan kematian. Saya tahu bahwa itu adalah bohong! Tetapi saya mempercayainya. Ketika menoleh ke belakang dan mengingat masa lalu,hal itu terasa lucu sekali. Itulah mengapa kami ke gereja hanya ketika ada pernikahan dan kematian.

Saya pergi ke gereja Lutheran.Saya pergi ke dalamya dan ia kelihatan masih baik. Saya mendapat sebuah kitab Injil dan membacanya. Saya tidak dapat menikmatinya. Saya tidak dapat merasakan seperti apa yang saya lihat dari orang di sekitar saya. Oleh karena itu, saya melihat ke tempat-tempat lain. Saya mencari semua isme. Saya mempelajari Taoisme, Buddhisme, dan Judaisme. Saya mencari segala apa yang bisa saya pikir, semuanya. Saya mencari segala jenis kepercayaan dan semua agama dunia yang bisa saya temui dan tidak ada yang menyentuh sanubari saya. Saya putus asa dan  merasakan semua yang saya temukan itu tidak benar. Jika ada yang benar dan saya menemukannya, maka saya akan menemukannya. Untuk saat itu, tidak ada apapun untuk saya, bahkan tidak ada Tuhan.

Saya kembali kepada Ateisme, tetapi tetap masih mencari. Sekalipun demikian, Anda bukan benar-benar ateis jika Anda masih mencari Tuhan. Satu hari saya sedang bekerja dengan seorang perempuan yang sejak lahir adalah seorang Kristen. Tidak ada yang menentang lahir sebagai Kristen, tetapi dia memang merupakan seorang perempuan yang lahir sebagai kristen. Dia begitu gemar bercerita dan saya memang seolah-olah pendengar yang baik saat orang bercakap dengan saya karena sebenarnya saya tidak begitu mengambil perhatian.

Dia bercerita dengan saya bahwa saat dia bercinta dengan suaminya, seolah-olah dia sedang bercinta dengan Jesus! Saya merasa marah dan perlu waktu untuk memahaminya. Sepertinya saya ingin saja mengatakan "Anda sudah menyimpang! Anda sudah gila! Anda benar-benar mabuk! ".

Ketika saya berusia 10 atau 11 tahun, saya tidak percaya bahwa Nabi Isa adalah putra Tuhan. Saya pikir dia adalah Tuhan. Maka mengapa Dia memerlukan anak? Dia adalah Tuhan. Adakah Dia akan mati, sehingga Dia memerlukan seorang putra? Dan Nabi Isa berjalan di atas muka bumi, makan dan berperilaku seperti orang lain?! Itu benar-benar bukan sifat Tuhan bagi saya".

Sejak awal saya sudah punya pikiran seperti itu dan saya menyampaikannya kepada kawan saya. Dia tidak dapat menerimanya, kami seperti berselisih paham,tapi tidak sampai pukul-pukulan, sekadar bersilat lidah saja. Perselisihan antara pandangan seorang ateis dengan pandangan seorang yang lahir sebagai Kristen kembali.

Bos Muslim
Kebetulan bos di tempat kerja saya adalah seorang muslim. Dia memanggil saya dan berkata, "Anda mempunyai ide-ide yang menarik. Saya akan membawakan buku-buku untuk anda." Keesokan harinya, dia datanglagi.Saya tidak tahu sama ada dia ke masjid atau tidak.Dia membawakan beberapa pamflet tentang Islam dan saya membacanya. Saya tidak dapat membaca cepat.

Dia kemudian membawakan saya sebuah al-Quran dan saya membacanya. Saya tidak membaca kesemuanya! Saya baru saja selesai membaca surat pertama. Surat ini disebut  surat al-Fatihah, yang begitu serupa sekali dengan beberapa hal dalam Kristen, tetapi saat Anda berhadapan dengan kebenaran, ia benar-benar tidak dapat ditolak dan demikianlah surat itu tadi. Saya tidak dapat menolaknya. Saya mengetahuinya. Ia mengandungi tujuh ayat, tidak memakan 1/4 halamanpun. Tetapi saya mengetahui bahwa saya telah menemui agama yang saya cari.

Saya menjadi takut, 13 tahun lalu, Islam begitu dikenali sebagai agama teroris. Saya mula berpikir bagaimana saya mengetahui bahwa ini adalah jalan yang benar buat saya ketika masih mendengar berkaitan bom bunuh diri, pembajak dan sebagainya? Semakin saya mempelajarinya dan semakin banyak saya membaca, saya tidak sekadar mengambil bulat-bulat apa yang diucapkan oleh bos saya. Saya  punya akal, maka saya harus mengunakan akal saya dan saya terus belajar. Kebenaran adalah kebenaran, walau dengan segala cara apapun Anda berusaha untuk mengubahnya, memutar dan menutupnya, ia tetaplah kebenaran. Dan saya mengetahui apa yang saya perlukan…..Saya menjadi seorang muslim………..Dan kemudian saya menikah dengan bos saya!

Itulah kisah saya, saya harap kisah saya itu tadi menarik, atau sekurang-kurang menjawab beberapa pertanyaan. (IRIB Indonesia/onislam.net)

Ismail Abu Adam: Resep Mencari Kebenaran, Jujur dan Mintalah Bantuan Kepada Allah!

Nama saya Ismail Abu Adam. Dulu saya merupakan penganut Kristen. Kami biasa ke gereja tetapi itu bukanlah merupakan satu rutinitas bagi keluarga saya. Ada masanya saya rajin ke gereja dan ada masanya saya tidak pergi ke gereja. Semua berjalan sampai saya mencapai usia 20 tahun. Pada waktu saya menjadi termotivasi dan begitu antusias. Saya menjadi seorang pengamal Kristen yang taat untuk satu waktu. Saya seolah-olah dilahirkan kembali untuk menganut Kristen. Saya pernah mengamalkan Kristen Roman Katolik dan juga Evangelical.
 
Setelah beberapa tahun mengikuti ajaran Kristen, dan berusaha untuk menerapkan kepercayaan dengan mengamalkannya serta menjadi seorang penganut Kristen yang baik, dan juga mengajar atau memberitahu orang lain tentang Nabi Isa, atau membaca Injil serta ke gereja menonton program-program televisi Kristen setiap hari. Perlahan-lahan saya juga mulai mempertanyakan ajaran Kristen. Sepertinya ada sesuatu di dalam diri saya yang hilang, dan saya merasakan bahwa saya perlu mencari apakah kekosongan tersebut. Lobang yang terdapat dalam diri saya ini perlu saya isi. Inilah yang telah membawa saya kepada Islam.
 
Lalu apa yang telah menghubungkan saya dengan Islam, walaupun saya adalah seorang Kristen? Nabi Isa as merupakan penghubungnya. Saya mengetahui bahwa Islam mengajar Muslim bahwa Nabi Isa merupakan seorang nabi yang diutus oleh Tuhan, dan ini sudah mencukupi untuk saya melakukan penyelidikan berkaitan ajaran Islam, dan akhirnya saya meninggalkan Kristen dan beralih kepada Islam.
 
Islam merupakan sebuah agama yang benar. Tidak ada kesangsian apapun dalam pikiran saya. Saya tidak akan meninggalkan Islam. Tidak ada uang sebanyak manapun  di dunia ini yang bisa membuat saya meninggalkan Islam. Tidak ada hukuman apapun yang akan menyebabkan saya meninggalkan Islam. Saya akan menjadi seorang muslim sehingga ajal menjemput saya, insya Allah, dengan bantuan Allah Swt.
 
Bagi saya, begitu banyak sekali contoh dan bukti yang menunjukkan bahwa Islam itu benar. Contohnya, al-Quran sendiri merupakan sebuah mukjizat; bahasa arabnya begitu indah sekali. Begitu banyak sekali statemen saintifik di dalam Quran yang bertepatan sekali dengan sains modern. Terdapat ramalan-ramalan di dalam Quran yang telah terjadi.
 
Masih banyak bukti yang bisa anda gunakan. Terdapat juga bukti praktikal dan personal yang bisa anda renungkan. Jika anda mengikuti Islam dengan iman dan keikhlasan dan mengamalkannya, anda akan dapati kehidupan anda dipenuhi berkah dan Allah membuka pintu-pintu peluang untuk anda yang tidak pernahpun anda bayangkan sebelum ini. Terdapat banyak jalan yang dapat membuktikan bahwa Islam adalah agama yang benar.
 
Ada yang menyebutkan bahwa kita harus mengikuti agama terdahulu, misalnya Kristen lebih dahulu dari Islam. Ini bukan satu pembahasan yang logikal, kononnya al-Quran turun lebih kurang 600 tahun setelah Testament baru, maka kita tidak harus mengikuti Quran, kita haruslah mengikuti Injil. Maka kita bisa membahas bahwa mengapa orang Kristen mengunakan Testament baru bukan Testament lama? Mengapa kita mengikuti Nabi Isa bukan Nabi Musa?.... dan seterusnya.
 
Ia bukan satu yang logis untuk digunakan dalam menentang Islam. Kita sama-sama mempercayai satu Tuhan yang kita panggil Allah dalam bahasa Arab. Tuhan yang sama ditemui dalam kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, dalam kitab Injil kepada Nabi Isa dan Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Allah merupakan Tuhan yang sama dan makanya anda akan mendapati kesamaan dalam ayat-ayat yang terdapat dalam Testament lama, Testament Baru dan Quran, karena sumbernya sama iaitu Allah. Sudah tentu apa yang dimaksudkan di sini ialah Taurat yang asli dan Injil yang asli, bukan versi hari ini yang tidak pasti akan keasliannya.
 
Ini tidak bermaksud pula seseorang itu bisa mengikuti Kristen atau Judaisme karena sumbernya sama. Allah Swt telah menurunkan Islam dan Quran kepada nabi terakhir,yaitu Nabi Muhammad Saw. Inilah cara hidup yang harus kita anut. Maka sejak dari zaman Rasulullah Saw dan seterusnya, cara kehidupan yang sah adalah Islam. Walaupun Islam mengakui kebenaran Judaisme dan Kristen, tetapi ia telah memansukhkan agama-agama tersebut dan agama-agama itu tidak lagi valid. Kini sebagai seorang penganut agama yang benar dan pengikut Nabi, anda haruslah menjadi seorang muslim.
 
Setelah memeluk agama Islam kehidupan saya lebih berkah bukan saja dalam hal-hal duniawi tetapi juga secara maknawiah. Saya merasakan lebih berkah kini, dan memang terdapat perbedaan jauh antara saya sekarang dengan saya sebelum memeluk agama Islam.
 
Saya tinggal di Afrika Utara, di Timur Tengah, saya punya pengalaman dan saya tahu cara pikir Muslim. Jika anda tinggal di sebuah negara Islam, anda akan melihat orang di sekitar anda, semua mereka muslim, dan mereka menghormati Islam dan Muslim, Quran dan semacamnya. Tetapi jika anda tidak pernah melakukan kunjungan di luar negara-negara tersebut, maka gambarannya berbeda. Di Barat tidak semua orang menghormati Islam, tidak semua orang menyenangi Muslim atau Quran dan sebagainya.
 
Adakah penting untuk anda menyadari hal tersebut, lebih-lebih lagi mereka yang tinggal di negara Muslim, dan melakukan apa yang mungkin dapat anda lakukan untuk mengenalkan Islam kepada dunia luar. Misalnya, jika anda menemui seorang asing, seorang non-muslim, datang ke negara anda atau sebagai seorang turis, berusahalah untuk bersikap lemah lembut dengannya, tunjukkan kepadanya contoh-contoh yang baik dan perilaku Islam yang baik. Anda bisa berusaha menyampaikan ajaran Islam kepada mereka dan menjadi seorang muslim yang baik. Insya Allah orang disekitar anda juga dapat mengambil manfaat darinya.
 
Nasihat saya kepada non-muslim: Sadarlah, kehidupan tidak lama. Apa yang anda lihat disekitar anda dalam dunia ini tidak akan berakhir selamanya, termasuk diri anda sendiri. Anda akan menemui ajal suatu hari nanti. Saya juga akan menemui ajal satu hari nanti. Ini merupakan satu realita yang disepakati bersama. Carilah kebenaran dengan penuh keikhlasan. Carilah kebenaran selagi hayat masih dikandung badan. Selidikilah Islam, dan juga agama-agama lain. Bersikap jujurlah dan berpikiran terbuka. Sedapat mungkin jangan bersikap bias. Dan ketika anda melakukan penyelidikan terhadap Islam, lihatlah al-Quran. Renungilah sejarah Nabi Muhammad dan para sahabatnya. Lihatlah betapa berani dan ikhlasnya mereka. Lihatlah mukjizat-mukjizat yang telah Tuhan turunkan kepada mereka. Mereka adalah orang-orang Badui yang tidak mengenal huruf, dan jumlah mereka begitu sedikit sekali. Tetapi Islam bisa menjadi kekuatan iman yang besar dan superpower dunia. Malah hari inipun Islam merupakan sebuah kekuatan yang sedang tidur. Ini berlaku karena Allah menggunakan orang-orang sederhana ini dan menyebarkan Islam setelah mereka.
 
Jujurlah, minta bantuan dari Allah, dan Allah akan membimbing anda kepada Islam seperti yang dilakukan kepada saya. Jika anda benar-benar ikhlas, dan anda ingin diselamatkan dan masuk surga di akhirat kelak, maka bersikap tuluslah! (IRIB Indonesia/onislam.net)

Melanie Jane: Orang Seringkali Berprasangka Anda Dipaksa Memakai Hijab

Melanie Jane adalah seorang warga Inggris yang baru memeluk agama Islam.
Menurutnya, dia dibesarkan dalam keluarga yang berpikiran terbuka. Kedua orang tuanya sering mengajarnya untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap siapapun dengan latar belakang agama, budayadan sebagainya. Saya pikir itulah yang telah menjadi pondasi terhadap pencarian saya dan membuat saya menjadi seperti sekarang ini.
 
Ketika orang melihat saya mengenakan hijab, terutama mereka yang mengenali saya sebelum ini, kesan pertama mereka "Oh lihat lah! Sudah tentu dia menikah dengan pria muslim" dan "Oh lihat lah! Sungguh memalukan, lihat apa yang sudah terjadi ke atasnya, kini dia seorang yang tertindas."
 
Banyak sekali orang yang mengasosiasikan saya dengan penampilan diri saya. Mereka pikir saya berpakaian seperti ini karena suami saya yang memaksakannya ke atas saya. Atau sesuatu yang memang telah disuruh untuk saya melakukannya. Tetapi ia sama sekali bertentangan dengan agama dan alasan mengapa saya melakukannya.
 
Saya pikir anda mempunyai pandangan yang unik ketika anda mengenakan hijab dan mengetahui mengapa anda mengenakannya. Bukan untuk orang lain, ia adalah untuk diri anda sendiri dan untuk Allah Swt, itulah mengapa kita mengenakan hijab, bukan karena arahan dari orang lain.
 
Sungguh lucu, saya pergi ke salon untuk memotong rambut. Saya memasuki salon dengan mengenakan hijab, saya melepaskan hijab dan meletakkannya, setelah memotong rambut, wanita itu berkata kepada saya:
 
"Anda sudah menikah?"
 
Saya menjawab, "Iya".
 
Kemudian dia bertanya lagi, "Saya kira anda menikah dengan seorang lokal?"
 
Dia membuat asumsi bahwa saya mengenakan hijab karena saya menikah dengan seorang lokal dan kemungkinan suami saya yang memaksa saya memakai hijab. Saya kita ini adalah satu contoh prasangka orang terhadap hijab. Orang sering kali mengasumsi bahwa anda telah dipaksa mengenakan hijab dan bukan Islam atau pilihan kita sendiri.
 
Kemudian saya melihat diri saya sendiri. Saya pikir kita harus menjelaskan alasan mengapa kita mengenakan hijab. Saya pikir orang lain tidak harus meremehkannya. Orang ingin belajar dan begitulah caranya saya memulai, dan jika orang meremehkan saya sudah tentu saya tidak akan berada di tempat ini saat ini.Oleh karena itu, saya pikir sebagai Muslim kita haruslah bertanggungjawab untuk mengambil waktu dengan memberikan penjelasan kepada orang-orang ini…
 
Di Dubai
Pada dasarnya, ketika pertama kali saya pindah ke Dubai, saya tidak mempunyai banyak harapan.Hal itu lebih merupakan gerakan atau motivasi karier dari alasan-alasan lain. Saya juga berminat dengan kebudayaan, pun demikian karierlah yang menjadi gerakan tanpa harapan lain yang dikaitkan dengannya.
 
Saya berubah sedikit saat pindah ke Dubai. Saat saya datang dari Inggris, saya datang dengan pikiran yang stereotip berkaitan bagaimana rupa Muslim, dan ternyata yang saya saksikan tidak seperti apa yang saya pikirkan. Pandangan saya berkaitan dengan Islam dan Muslim tidaklah seperti masa lalu, setelah berpindah dari Inggris.
 
Sayangnya, ramai orang yang berpikir bahwa Islam terkait dengan penindasan terhadap wanita. Saya percaya dengan apa yang diberitahukan tentang Islam, bermula dengan cara wanita muslimah berpakaian dan bagaimana suami muslim melayani isteri mereka…..Tetapi setelah bertemu Mahmoud, semuanya kebalikan.
 
Dalam sejarah Islam, ramai sekali orang yang berpendidikan, pemimpin pedagang, Khadijah, isteri pertama Rasulullah Saw, merupakan seorang wanita pedagang, tetapi kisah Islam dan Muslim di Inggris begitu jauh berbeda.
 
Saya sering mempercayai sesuatu, tetapi saya tidak pasti apa sebenarnya. Semua agama yang pernah saya lewati tidak memberikan jawaban terhadap pertanyaan saya dan pada satu tahap saya fikir jawaban yang mereka berikan terhadap pertanyaan mudah saya tidak memberikan kepuasan atau jawaban yang seharusnya.
 
Ketika saya menemui Islam setelah berpindah tempat kerja ke Dubai, saya mulai banyak belajar berkaitan Islam. Saya dapati bahwa Islam begitu OK untuk saya kemukakan pertanyaan; dan setiap pertanyaan anda tanya anda akan diberikan jawaban, sedangkan agama-agama lain sekadar anda harus punya keyakinan. Bagi saya mungkin itu baik, tetapi tidak begitu mencukupi.
 
Dalam Islam semuanya sempurna dan semuanya tersusun rapi. Itulah sebabnya saya menyakini Islam…(IRIB Indonesia/onislam.net)

Michelle Hutchins: Allah Telah Memberikan Saya Keluarga yang Hebat!

Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga yang baik tetapi tidaklah selalu baik. Tetapi sebagai anak, hanya orang tua yang kita punya. Dan tanpa menduga-duga apa yang mereka lakukan, anda akan berpikir bahwa mereka adalah baik. Ayah saya minum alkohol, memakai narkotika dan adakalanya dia memukul ibu saya. Kedua orang tua saya bercerai ketika saya berusia enam tahun dan adik lelaki saya belum mencapai usia setahun. Ibu kemudian menikah dengan orang lain.
 
Pada usia enam tahun, saya menjaga adik saat ibu pergi kerja. Kami akan menemui ayah dan ibu tiri kami pada akhir pekan dan kemudian kami ke gereja bersama mereka. Di sekolah tinggi, saya memutuskan untuk menerima Nabi Isa dan menjalani kehidupan sebagai seorang penganut Kristen yang loyal, walaupun saya juga berusaha untuk menjalani kehidupan dengan baik. Tampak seolah-olah apa saja yang saya lakukan, saya akan masuk neraka, makanya saya berusaha keras untuk menjadi sempurna supaya saya tidak dimasukkan ke neraka.
 
Ketika hubungan saya dengan Tuhan tumbuh semakin baik, saya mulai sering pergi ke gereja. Saya ikut berpartisipasi dalam paduan suara, mengajar di sekolah hari Minggu dan gereja anak-anak. Saya menjadi wakil departemen di bidang perempuan dan menjadi pelaksana di departemen komedi. Pada tahun 1999, saya memutuskan untuk pergi lebih jauh dengan mengambil kelas yang lebih tinggi disebut sebagai M.A.P (Ministerial Affirmation Program) di Gereja Tuhan, yang akan mensahkan seseorang yang ingin pergi ke Gereja Tuhan. Pada tahun 2000, saya menamatkan kelas ini dan mula mengikuti M.I.P. (Ministerial Internship Program), yang pada dasarnya untuk menamatkan magang.
 
Saya memulai pelatihan saya di bawah seorang pastor lelaki di Gereja Tuhan. Pastor ini tidak ingin sama sekali wanita memiliki wewenang. Dalam pelatihan ini ada beberapa perkara yang terjadi dan sangat melukai semangat saya. Saya mulai bertanyakepada diri saya dan hubungan saya dengan Tuhan. Saya tidak tahu apakah saya harus mengikuti arahan pastor itu atau tidak. Saya merasa perlu untuk mematuhinya karena dia yang memberikan nilai kepada saya dalam program ini. Saya meneruskan dan akhirnya berhasil menamatkan pelajaran saya dari M.I.P. pada bulan Mei 2001.
 
Saya tinggal di gereja dan meneruskan pekerjaan saya di sana. Bagaimanapun, saya tidak pernah mengambil ujian surat izin untuk menjadi menteri di Gereja Tuhan karena hati saya telah luka. Tetapi saya menyadari kemudian bahwa disebutkan luka hati itulah, Tuhan telah mengaruniakan saya dan bermulalah perjalanan saya kepada Islam.
 
Bertemu dengan Muslim pertama
Kejadian September 2001 merupakan perubahan dalam kehidupan saya. Pada tanggal 14 September 2001, saya mengikuti sebuah konferensi wanita untuk mendengar ceramah pastor perempuan. Malam itu merupakan sebuah perjalanan seumur hidup untuk menyembah Tuhan dan Tuhan yang esa. Penceramahnya ialah Janice Jostrand dan dia menyampaikan ceramah mengenai Hosea Chapter 2. Dia bercerita bagaiamana Tuhan ingin kita melakukan hubungan perorang/atau secara pribadi dengan-Nya. Dulu memang saya pikir bahwa begitulah hubungan saya dengan-Nya, tetapi kejadian yang terjadi pada program pelatihan menyebabkan saya berpikir lain. Saya rasakan bahwa saya kurang memikirkan tentang manusia dan Tuhan. Pada malam itu saya berdoa supaya Tuhan memberikan saya hubungan seperti itu. Janice Jostrand mengatakan bahwa jika kita berdoa kepada Tuhan, maka manusia dan perkara yang menjauhkan kita dari Tuhan akan lambat laun tertinggal. Dia benar. Pilihan yang saya buat pada malam itu telah mengubah kehidupan saya dan bermulalah perjalanan saya kepada Islam.
 
Selepas itu, saya bertemu seorang pria bukan asal Amerika dan saya juga tidak pasti agama apa yang dia anut. Saat saya mengetahui bahwa dia adalah seorang Muslim, kami berbincang mengenai kejadian 11 September dan politik. Dia adalah seorang yang berpengetahuan tentang agamanya dan juga Kristen. Tanpa pengetahuan saya, Allah telah menempatkan saya ke langkah pertama menuju Islam.
 
Kami mula sering berbincang tentang agama. Saya tidak pernah berusaha untuk mengubah agamanya, dan dia juga berbuat demikian. Dia akan bertanya saya tentang agama saya. Saya pikir saya mengetahui jawabannya, tetapi ketika saya melihat semula ke teks, saya tidak dapat memberikannya jawaban. Saya merasa kecewa setelah melalui kelas-kelas injil dan ujian, saya gagal untuk memberikan sebarang bukti bagi jawaban saya.
 
Saya mulai melakukan kajian mendalam terhadap Kristen dan Islam. Saya menemukan banyak sekali persamaan antara dua agama ini, dan juga perbedaan. Saya dapati bahwa umat Islam mempercayai para nabi yang saya percayai, mukjizat, Bunda Maryam, hari akhirat dan neraka dan kembalinya Nabi Isa ke dunia pada hari akhir. Perbedaan yang nyata ialah Islam menolak kepercayaan bahwa Nabi Isa itu anak Tuhan.
 
Mempelajari Kristen
Saya agak berbeda dengan kebanyakan mualaf.Karena saya mempercayai Trinitas sepenuhnya. Saya tidak dapat bayangkan apa akan terjadi ke atas saya jika saya mencela Nabi Isa dengan mengatakan bahwa Nabi Isa bukan anak Tuhan. Di sinilah bermulanya perjuangan saya. Saya harus mencari sendiri apa yang dikatakan oleh Injil tentang Nabi Isa as. Perkara pertama yang saya cari ialah keotentikan Injil yang saya dapati sangat menganggu. Saya dapati manuskrip asli Injil tidak ada. Saya tahu terdapat banyak versi Injil tetapi ia tidak pernah menganggu saya hinggalah saya dapati orang-orang terdahulu mengubah Injil bermula pada Council of Nicea tahun 325 sebelum masehi.
 
Saya mempelajari perbedaan dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Saya sering mendengar bahwa kita harus hidup mengikuti Perjanjian Baru karena Nabi Isa adalah pengisian Perjanjian Lama oleh Tuhan telah menjadi daging dan mati di salib demi menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka, dengan syarat mereka mempercayainya. Saya menemukan skripsi yang menolak teori ini dalam Micah 7:18, Psalm 78:38-39, Isaiah 43:25, Jeremiah 36:3, Isaiah 55:7, Psalm 32:5, Proverbs 16:6,2 Chronicles 7:14. Ezekiel 18:21-30, Proverbs 21:3, Hosea 6:6, Micah 6:6-8, Isaiah 1:11-18, dan banyak lagi.
 
Saya juga menemukan Paul, seorang Yahudi Farisi, merupakan penemu Kristen. Dalam Matthew 23:15, Jesus mengatakan sesuatu tentang mazhab Paul:
"Celakalah kalian guru-guru agama dan orang-orang Farisi! Kalian tukang berpura-pura! Kalian pergi jauh-jauh menyeberang lautan, dan menjelajahi daratan hanya untuk membuat satu orang masuk agamamu. Dan sesudah orang itu masuk agamamu, kalian membuat dia calon neraka yang dua kali lebih jahat daripada kalian sendiri!"
 
Paul adalah seorang penganiaya terbesar terhadap penganut Jesus dan di sini bisa dilihat lewat: Galatians 1:13-15, Acts 8:1-3, Acts 9:1-2, Acts 9:41, and Acts 6:5. Paul mengambil segala yang diperkatakan oleh Jesus dan menentangnya. Jesus dalam Matthew 5:18-19 mengatakan:
 
"Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga."
 
* * *
 
Saya mula mempelajari lebih banyak berkaitan Islam selepas ini dan mendapati bahwa Islam berbeda dengan agama-agama lain. Ia adalah satu-satunya agama yang tidak dinamakan dengan nama orang. Ia bermaksud berserah diri pada kehendak Allah.  Saya mulai melihat Islam dan Muslim dari pandangan saya sendiri bukan dari sudut pandang media. Pada bulan November 2002, saya menemukan sebuah masjid lokal di Greenville, SC, dan ia merupakan langkah kedua saya menuju Islam. Saya melakukan beberapa kali kunjungan ke masjid tersebut sebelum bertemu dengan salah seorang saudara perempuan di situ.
 
Saya begitu gigih dan mulaimengajukan banyak pertanyaan. Alhamdullilah, perempuan itu memiliki ilmu yang banyak berkaitan Islam. Dia juga mengetahui tentang Kristen. Saya mulai menghadiri masjid secara rutin dan pada tanggal 19 Januari 2003, saya memeluk agama Islam.
 
Tantangan yang terpaksa dihadapi sebagai Muslim
Jika saya memberitahu anda bahwa kehidupan saya sebagai muslim adalah mudah, bermakna saya membohongi anda. Saya tidak ingin berbuat dosa. Selepas menyerah kepada kehendak Allah bermulalah tantangan saya sebagai seorang Muslim. Tantangan pertama saya adalah shalat. Saya tidak lagi bisa shalat seperti orang Kristen dan saya tidak tahu pula bagaimana untuk shalat seperti orang Islam. Saya bertemu semula dengan saudara perempuan itu dan dia bersama rekan-rekan yang lain mengajar saya cara menunaikan shalat.
 
Apa yang menarik ialah pria muslim yang saya temui dalam kisah saya ini, mengajar saya bahasa Arab dan ayat-ayat Quran untuk membantu saya menunaikan shalat dalam bahasa aslinya. Alhamdulillah, saya belajar dengan cepat dan kini saya menghadapi tantangan kedua pula: kedua orang tua saya. Bagaimana bisa saya melukai hati kedua ayah dan ibu saya! Mereka mengetahui bahwa saya adalah seorang penganut Kristen yang patuh. Sudah pasti mereka tidak gembira jika mereka tahu bahwa anak mereka telah memeluk agama Islam. Apa yang mereka tahu tentang umat Islam ialah mereka menyembah Tuhan yang palsu, memiliki nabi palsu, dan selain itu dilatih untuk menjadi teroris. Saya memutuskan untuk tidak memberitahu mereka tentang agama baru saya. Saya akan mengenalkan mereka kepada Islam secara berangsur-angsur.
 
Saya mulai bicara dengan mereka tentang apa yang telah saya pelajari. Saya tunjukkan apa yang saya temui dalam Injil yang menimbulkan tanda tanya, mereka turut mempersoalkannya. Hampir setahun berlalu, barulah saya memberitahu mereka bahwa saya adalah seorang Muslim, mereka tidak lagi terkejut karena mereka telah biasa dengan cara berpikir saya. Mereka hanya merespon dengan mengatakan: Kami kini tahu anda lebih bahagia sekarang dan anda tampaknya menemukan kedamaian.
 
Kini setelah kedua orang tua saya menerima keputusan saya, tantangan terbesar mulai menemui saya, yaitu tunduk kepada perintah Allah dan mulai memakai hijab. Ia merupakan sebuah tantangan yang serius buat saya. Saya mengenakan hijab hanya saat berada di masjid. Saya tidak mengenakan hijab di publik atau saat berada bersama keluarga saya. Saya bimbang dengan apa yang akan mereka katakan. Tetapi adakalanya saya mengenakan hijab dalam publik. Saya hanya mengenakan hijab secara penuh pada bulan Mei 2004, pada saat itu saya telah menikah maka agak mudah saya untuk menuruti perintah Tuhan dan memelihara diri saya.
 
Saya terpaksa berhadapan dengan kata-kata nista dari orang lain misalnya : Anda tentu tidak akan mengenakan popok dikepala anda? Anda ingin menjadi apa? Ada seorang pemuda nakal yang menunjukkan jari telunjuknya kepada saya sambil berkata: Bang! Bang! Tetapi keputusan saya merupakan yang terbaik dalam kehidupan saya. Saya memilih untuk tidak takut dengan kata-kata nista orang lain, sebaliknya saya hanya takut kepada Allah dan ini begitu membantu sekali. Saya juga memberikan jawaban jitu terhadap kata-kata yang dilontarkan: Saya seorang muslim atau menjadi dewasa!
 
Iman dan Bersandar kepada Allah
Kehidupan saya sebagai muslim baru saja mulai tetapi ia bukanlah satu jalan yang mudah, dan tidak ada siapapun yang mengatakannyamudah. Ada satu ayat dalam al-Quran yang menyebutkan: Tidak ada paksaan untuk memasuki agama (Islam): Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah. Karena itu barangsiapa yag ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan pernah putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
 
Saya tahu saya telah memperoleh pegangan kokoh yang tidak akan pernah musnah. Saya takut kepada Allah dan hanya Allah, dan saya tahu bahwa pertama kali saya berhubungan dengan Islam, Allah senantiasa mendengar doa-doa saya.
 
Allah telah memberikan karunia yang melimpah kepada saya. Allah telah memberikan saya sebuah keluarga yang hebat. Mereka menerima saya. Allah telah mengaruniakan seorang suami yang mengagumkan. Seorang suami yang bisa kapan saja membantu saya saat saya memerlukan.Seorang suami yang mengajar saya tentang Islam setiap hari. Allah telah memberikan saya peluang dan kesempatan untuk berbagi Islam dengan yang lain dan saya tidak akan pernah melupakan segala karunia-Nya kepada saya.
 
Saya berharap mereka yang membaca kisah saya ini, memohon doa untuk Allah supaya membimbing keluarga saya kepada Islam sehingga kami dapat pula berhimpun di hari akhirat kelak. Benih telah disemai, semoga ia tumbuh mekar. (IRIB Indonesia/welcomeback.org)

Nicole: Kesempatan Buat Saya, Ketika Ada Yang Bertanya Anda Seorang Muslim?

Nicole berasal dari Dallas. Dia telah memeluk Islam pada bulan Mei 2007. Sebelum itu dia merupakan seorang penganut Baptis.
 
Dahulunya dia seperti seorang yang kehilangan. Untuk beberapa tahun yang lalu dia melewati fase kehidupan dimana dia mencari sesuatu yang berbeda dari apa yang sedang dia lewati ketika itu.
 
Sebenarnya agama Baptis yang dianutinya agak baik. Dia ke gereja, dan mengikuti agama tersebut. Kemudian dia melewati satu fase dimana dia tidak lagi mengenali realita berkaitan banyak hal: Adakah surga itu? Adakah neraka itu? Apa yang akan terjadi kemudian hari? Apakah yang akan saya perkatakan ketika bertemu dengan Tuhan? Semua persoalan ini berputar di kepala saya.
 
Saya minum alkohol. Saya melakukan hal-hal yang dilakukan oleh kebanyakan orang Amerika. Saya bekerja di klub malam, dan menjadi fotografer. Banyak sekali perbuatan yang saya lakukan tetapi tidak ada kaitannya dengan Tuhan. Saya benar-benar memerlukan sebuah perubahan.
 
Kemudian, teman-teman memberitahu saya berkaitan dengan eramah yang bisa saya akses di Youtube. Saya mula melihatnya, dan mendengar segala hal berkaitan dengan Islam. Saya begitu tertarik dengannya, sehingga saya terjaga sampai jam lima pagi. Saya duduk di hadapan komputer dan melihat serta mendengar ceramah-ceramah orang-orang Amerika yang memeluk agama Islam. Pengalaman yang mereka tempuh. Kelihatan seperti apa yang mereka lalui, sama seperti yang saya lalui. Saya merasakan dapat memahaminya, karena mereka juga dulunya penganut agama kristen, mereka menghadapi berbagai tantangan, dan mereka menemui sesuatu yang memberikan jawaban kepada pertanyaan mereka. Dan itulah yang saya inginkan. Saya inginkan jawaban. Saya tidak ingin seseorang sekadar memberitahu saya apa yang harus saya percayai. Saya ingin mengetahui mengapa, dan bagaimana ia akan memberi kesan atas kehidupan saya, dan bagaimana saya bisa menerapkannya dalam kehidupan.
 
Saya menemuinya dalam Islam. Saya mempelajari agama ini untuk beberapa lama sebelum saya mengikuti kelas di masjid. Semakin pula saya tenggelam dalam buku-buku dan apa saja yang bisa saya gapai untuk mendalami agama ini. Akhirnya saya mengucapkan syahadah. Saya tidak lagi menoleh ke belakang dan saya mengubah segala yang ada dalam kehidupan saya: teman-teman saya, lemari pakaian saya, pekerjaan saya, dan semuanya. Saya berubah serta merta dan ternyata itu tidaklah begitu sulit.Karena saya mengetahui apa yang harus saya lakukan. Saya mengucapkan syukur karena Allah telah mengaruniakan saya dengan agama Islam.
 
Mulanya memang agak sulit bagi kedua orang tua saya. Mereka masih terbiasa dengan pandangan dan pikiran lama. Saya memberitahu ibu saya bahwa saya sedang mempelajari Islam sebelum memeluk agama ini dan saya memang menaruh minat terhadapnya. Saya pikir dia tentu mengira bahwa ini hanyalah satu fase dalam kehidupan. Apabila saya memberitahu bahwa saya telah memeluk agama Islam, barulah dia mengetahui bahwa saya serius dengan apa yang saya katakan.
 
Apa yang baik ialah dia melihat perubahan yang saya lalui. Dia melihat sebelum dan bagaimana kemudian saya berubah. Dia melihat saya berpakaian lain dari sebelumnya. Dia melihat saya berhenti dari melakukan segala yang diharamkan dalam agama. Dia juga menyadari bahwa setelah memeluk agama Islam dan saya semakin dekat dengan Tuhan dan hal ini membuat dia gembira. Anda tahu, jika Islam telah membawa saya dekat dengan Tuhan maka dia gembira. Sudah tentu, hal ini bertambah mudah apabila dia memahaminya.
 
Saya tidak merasa terganggu oleh faktor-faktor dari luar. Semuanya saya lakukan sendiri. Saya ke kelas sendiri, dan saya juga belajar semua hal sendiri. Saya tidak melakukannya karena orang lain. Jika anda tidak merasakan dalam hati, jika ia tidak menyentuh hati dan perasaan anda maka ia tidak akan kekal dalam diri anda. Saya pernah melihat ada anak-anak gadis yang masuk dan keluar Islam karena mereka sekadar ingin bersama seseorang. Kemudian ketika lelaki itu meninggalkannya, diapun meninggalkan Islam. Saya banyak sekali menyaksikan hal ini. Ia harus menyentuh hati anda, merasa keimanan dan memakai hijab serta hal-hal lain. Ia harus berada dalam hati jika tidak ia tidak akan menetap dalam diri anda.
 
Dulu saya memang punya banyak teman sebelum saya memeluk agama Islam. Saya sering ke klub-klub dan hal-hal seperti itu. Hal yang sering dilakukan oleh anak muda. Dan mereka melihat saya berubah, dan itu tidak terjadi dalam semalam. Saya melewati transisi dan mereka melihat hal ini karena saya merupakan orang yang terbuka. Mereka mengetahui apa yang sedang saya lakukan.
 
Mereka melihat saya semakin menjauhkan diri dari klub-klub malam dan tidak lagi melakukan hal-hal yang pernah saya lakukan dulu. Apabila saya berkata kepada mereka tentang apa yang sedang saya lakukan dalam kehidupan baru saya, mereka berkata: Wow! Dia sedang melakukan pergerakan dalam kehidupannya dan kita masih saja ditahap yang sama. Kawan-kawan saya memahami apa yang sedang saya lakukan dan mengapa saya tidak lagi bersama mereka.
 
Saya juga menulis dalam blog saya mengenainya, saya menguploadnya dan mengundang sekumpulan orang untuk melihat dan membacanya. Banyak sekali gadis-gadis yang tidak punya agama, sekadar melewati kehidupan mereka dan melakukan apa saja yang mereka inginkan. Mereka mengunjungi situs saya dan ketika mereka membacanya, mereka mengatakan bahwa mereka menangis setelah membacanya, mereka merasa tersentuh hati dan mereka melihat kembali apa yang mereka lewati dalam kehidupan mereka. Mereka pikir, sudah tiba waktunya mereka juga berubah.
 
Alhamdulillah, semakin ramai teman bicara tentang apa yang saya lalui dulu dan setelah berubah, semakin mereka melihat diri mereka dan berpikir, saya juga boleh melakukannya. Mereka bereaksi seperti itu dan menghormati keputusan yang telah saya buat.
 
Setelah berhenti kerja di klub dimana saya mengambil foto, saya mencari kerja di bidang lain. Apa lagi ketika saya memakai hijab, saya melihat beberapa perubahan. Saya banyak melakukan wawancara untuk mendapatkan pekerjaan. Tetapi kini, semuanya telah berlalu. Jujurnya, saya mengenakan pakaian Islami dan hadir dalam wawancara. Saya memperlihatkan kebolehan dan kemampuan saya. Dan saya tidak menghadapi masalah dalam hal ini.
 
Sering kali sebagai seorang Amerika, saya mendapat banyak pertanyaan. Tetapi hal itu merupakan peluang dan kesempatan. Contohnya, ketika saya berjalan, ada saja orang yang akan berhenti dan bertanya kepada saya; Adakah anda seorang Muslim? Karena mereka mengetahui anda adalah seorang Amerika. Saya juga tidak melepaskan kesempatan berharga tersebut dan berkata: Ya, saya seorang muslim dan menceritakan kepada mereka mengapa saya menganut Islam.
 
Mereka akan berpikir: "Wow!" (IRIB Indonesia/onislam.net)