Saya dibaptis di Gereja Roma Katolik di Slovakia.
Saya juga menghadiri Perjamuan Kudus pertama, tetapi famili saya tidak
pernah pergi ke gereja. Sekalipun demikian, saya besar sebagai seorang
Kristen yang senantiasa percaya bahwa Tuhan itu ada dan berusaha mencari
kebenaran.
Banyak sekali perkara
dalam Katolik yang tidak masuk akal bagi saya, contohnya, isu dosa
keturunan. Ketika saya berusia 10 tahun, saya mulai mengunjungi gereja
Kristen. Saat mereka menjawab beberapa pertanyaan saya, termasuk dosa
keturunan; mereka tidak menyentuh sedikitpun dalam Injil asli.Padahal di
sana tertera anak-anak lahir tanpa dosa, dan tidak ada mediatoratau
perantara antara kita dan Tuhan.
Dalam gereja ini saya banyak belajar bagaimana menghormati orang,
menyembah Tuhan dan mempercayai Tuhan dalam semua hal. Berusaha untuk
menjadi baik bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang
lain; membantu mereka, dan senantiasa mempunyai hati yang bersih dan
jujur serta hal-hal positif yang lain.
Segalanya berubah ketika saya menghabiskan waktu libur di Switzerland
bersama dengan sebuah keluarga Muslim. Saya ke Switzerland dalam usaha
untuk memperbaiki bahasa Jerman saya sebelum menjalani ujian sekolah.
Saya melihat hubungan baik dalam keluarga ini, sikap hormat sang anak
terhadap kedua orang tuanya dan sebagainya. Ia merupakan satu cahaya
dalam perjalanan saya menuju Islam.
Ketika saya kembali ke Slovakia dua bulan kemudian, saya meminjam
sebuah Quran yang mempunyai terjemahan bahasa Inggris dari gereja yang
saya hadiri. Saya membacanya, tetapi sayangnya saya tidak memahami
banyak hal di sana.Untuk itu saya ikut kelas bahasa Inggris. Dengan itu,
bahasa Inggris saya lebih baik. Saya berbincang dengan beberapa pelajar
Libya yang beragama Islam. Kami berbincang mengenai Islam dan umat
Islam. Tukar pikiran ini kemudian menjadi rutinitas kami untuk
berbincang hal tersebut dalam kelas.
Saya memperolehi informasi tentang Islam lebih banyak dan mereka,
sekaligus memperbaiki kemampuan bahasa Inggris mereka. Teman-teman
muslim inilah yang mulai memberikan jawaban-jawaban masuk akal kepada
semua pertanyaan saya.
Kemudian,
seperti ada yang mengerakkan hati saya, menunjukkan saya jalan yang
benar bahwa sudah tiba waktunya saya memeluk agama Islam sebagai jalan
kehidupan saya. Lantas menjadikan saya salah seorang yang istimewa.
Saya ingin menjerit dan memberitahu seluruh dunia berkaitan perasaan saya saat itu dan demikian juga sehingga hari ini.
Saya tahu banyak saya harus pelajaritentang hal-hal yang baru, dan
untungnya segala yang baru menarik hati saya. Saya bersyukur kepada
Tuhan yang telah membimbing saya dan memberikan peluang kepada saya
untuk mempelajari berbagai agama sebelum memeluk Islam. Islam merupakan
puncak perjalanan saya dalam mencari kebenaran.
Saya memeluk agama Islam pada bulan Desember 1999. Saya tidak punya
masalah sedikitpun dalam melaksanakan ibadah puasa, shalat dan
mengenakan pakaian Islami. Saya juga tidak punya masalah dalam memakai
hijab. Saya hanya mencobanya sekali dan seterusnya saya mengenakan
hijab. Alhamdulillah.
Memang saya
bimbang dengan reaksi dari kedua orang tua saya dan juga dari
teman-teman sekerja. Saya merasa pasti bahwa ayah dan ibu saya akan
mengusir saya keluar dari rumah atau pimpinan saya akan memberhentikan
saya dari kerja.
Sekalipun
demikian, jauh di sudut hati, saya yakin bahwa apa saja yang akan
berlaku, adalah kehendak Ilahi. Dan Dia saja yang akan memelihara saya
karena hanya Dia saja yang mengetahui apa yang terbaik buat saya. Saya
bersyukur untuk semuanya itu.
Alhamdulillah, kedua orang tua dan teman-teman di tempat saya bekerja
menerima saya tanpa ada masalah. Adalah penting sekali untuk mempercayai
Tuhan sepenuhnya karena Dia yang tahu apa yang berada di dalam diri
kita, apa yang kita pikirkan dan sebanyak mana kita memohon dari-Nya dan
mempercayai-Nya.
Dia saja yang
senantiasa membantu kita.Karena Dia tahu apa yang terbaik untuk kita.
Memeluk agama Islam bukanlah titik akhir perjalanan kita.Ini baru sebuah
permulaan. Kita harus berusaha untuk mendapat informasi sebanyak
mungkin dan melakukan yang terbaik untuk menjadi Muslim yang baik.
Kira-kira setahun selepas memeluk agama Islam, saya bertemu dengan
suami saya. Kami saling memahami antara satu dengan lain, dia adalah
seorang yang begitu sabar dan penuh pengertian. Saya belajar banyak
berkaitan Islam darinya.
Dia juga
mengajar saya untuk bagaimana mengamalkan Islam dalam dunia realita. Dia
mengajar saya untuk menjadi sabar, menerima semua kesilapan saya,
menjadi gembira karena perkara-perkara kecil, tidak bersedih karena
masalah duniawi, dan saya bersyukur kepada Allah untuk semuanya.
Saya tidak pernah menyesal karena memilihnya sebagai suami saya,
walaupun kami tidak begitu saling mengenal. Dia meminang saya pada hari
ketiga saya memeluk agama Islam.
Kami hanya mengenal dari jauh. Tetapi saya tahu bahwa dia adalah orang
yang benar untuk saya karena dapat merasakannya sama seperti ketika saya
memeluk agama Islam.
Beberapa bulan selepas pernikahan kami, suami saya selesai belajar dan kami harus kembali ke rumah baru kami di Kuwait.
Beberapa minggu sebelum wisudanya, keluarga suami saya datang ke
Slovakia dan kami menghabiskan waktu bersama. Mereka benar-benar orang
yang baik dan mereka menerima saya dengan hati yang terbuka.
Di Kuwait saya menghadiri beberapa ceramah dari tokoh terkenal, seperti
Yusuf Estes dari Amerika, yang diselenggarakan oleh Komite Presentasi
Islam di Kuwait. Saya turut menghadiri kelas-kelas Islam di sana.
Saya belajar banyak berkaitan Islam di Kuwait dan lewat keluarga suami
saya yang begitu membantu. Islam merupakan cara hidup untuk mereka. Kami
sepakat untuk punya anak kemudian karena saya masih muda dan ingin
belajar lebih tentang Islam terlebih dahulu. Saya juga ingin mengetahui
lebih banyak mengenai kehidupan di Kuwait dan bahasa mereka.
Pada mulanya saya berpikir, tidak mungkin saya dapat mengelola hidup
dengan seorang anak. Kini, saya tahu bahwa pandangan saya itu salah.
Saya bisa menjalaninya, walaupun ia mengambil sedikit waktu. Tuhan
mengaruniakan kami seorang anak perempuan bernama Aisha. Dia mengisi
hidup kami, cinta kami dan cinta kami kepada Tuhan.
Saya senantiasa merasakan bahwa saya nanti akan punya anak.
Bagaimanapun Tuhan lebih mengetahui kapan waktunya saya harus punya
anak. Kami bersyukur kepada-Nya.
Sebagai kesimpulan, saya ingin katakan bahwa kita haruslah membenarkan
Tuhan mengendalikan kehidupan kita untuk segala hal. Kita harus menjadi
Muslim yang baik, memuji-Nya, mengingat-Nya dan bukan sekadar ketika
kita memerlukan-Nya.
Semoga Tuhan memberikan kita kekuatan untuk terus berada dijalan yang benar. Amin! (IRIB Indonesia/onislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar