Selasa, 14 Juli 2009

Masuk Islam Karena Celana Dalam

Mungkin kedengaran aneh dan janggal. Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk islamnya seorang non muslim kedalam islam di sebabkan hal-hal luar biasa dan penting. Seperti dokter Miller seorang penginjil Kanada yang masuk islam setelah menjumpai I'jaz Qur'an dari berbagai segi.Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Ya, masuk islam gara-gara pakaian dalam!!

Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris. Ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa Inggris termasuk pakaian dalam mereka.

Tidak ada sisi menarik pada wanita ini, tua renta, pegawai rendahan dan hidup sendirian. Setiap kali bertemu dia selalu membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi penuh dengan pakaian kotor. Untuk pekerjaan kasar seperti ini penghuni rumah jompo ini terbilang cekatan di usianya yang sudah terbilang uzur. Di Inggris, masyarakat yang memiliki anggota keluarga lansia biasanya cenderung memasukkan mereka ke panti jompo. Dan tentu saja keadaan miris ini harus diterima kebanyakan para orangtua dengan besar hati agar tidak membebani anak mereka. Namun di tengah kondisi seperti itu sepertinya tidak membuat kecil hati tokoh kita ini yang justeru begitu getol mengisi hari-harinya bergelut dengan cucian kotor.

Wanita baya itu lebih suka dipanggil auntie atau bibi. Dia sudah bekerja sebagai petugas laundry hampir separuh usianya. Beruntung baginya masih ada instansi yang bersedia mempekerjakan para manula.

“Aku merasa dihargai meski sudah tua. Lagipula, orang-orang seperti aku ini sudah tidak ada yang mengurus, kalau bukan diri sendiri. Anak-anakku sudah menikah dan tinggal bersama keluarga mereka masing-masing. Suamiku sudah meninggal. Walaupun anak-anak suka menjenguk, tapi aku tetap ingin punya kegiatan sendiri untuk mengisi masa tua,” ujarnya

“Bukan untuk kerja yang berat memang, tapi setidaknya, selain menambah penghasilan juga mengisi hari tua. Mungkin itu lebih baik daripada harus tinggal diam di panti jompo.” Ujarnya lagi dengan wajah sendu.

“Sedih juga kalau harus tinggal sendirian. Seperti seorang temanku. Dia juga dulu bekerja sebagai petugas laundry bersamaku. Sampai akhirnya, anak perempuan satu-satunya menikah. Namun setelah menikah, anak perempuannya itu tidak pernah menghubunginya,” bibi berkisah.

Bagi sang Bibi profesinya sebagai petugas laundry justeru membuatnya lebih dekat dengan sepak terjang, liku-liku penghuni asrama yang rata-rata adalah mahasiswa dari luar Inggris. Sang Bibi paham betul kebiasaan para mahasiswa yang tinggal di asrama ini selain belajar sehari-hari, adalah pergi clubbing sekedar “having fun”. Banyak asrama memiliki bar, cafĂ©, ruang duduk untuk menonton televisi, ruang musik dan fasilitas olahraga sendiri.

Dan salah satu sisi negatif pergaulan dengan orang Inggris adalah bila mereka sudah dekat botol miras, biasalah mereka sampai benar-benar mabuk. Dan dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi. Muntah merata di sebarang tempat, kencing dalam celana dan sebagainya. Inilah perbuatan paling bodoh yang pernah dilakukan oleh manusia sejak terciptanya minuman beralkohol. Bukan saja menghilangkan akal sehat, tetapi juga si pemabuk akan merasa kelelahan dan sakit kepala yang teramat sangat (hangover).

Saat para penghuni asrama masih dibuai mimpi karena kelelahan habis clubbing semalaman suntuk. Tinggalah sang Bibi memunguti pakaian kotor itu setiap hari. Dan terkadang harus diangkut dari kamar, jauh sebelum mereka bangun dari tidur. Kemudian disortir dengan teliti satu persatu berdasarkan jenis bahan, ukuran, warna dan yang lebih spesifik lagi dipisahkankannya pakaian dalam dari yang lain. Begitu pekerjaan rutin itu dilakukan dengan penuh dedikasi tinggi walau diujung usianya yang semakin menua.

Waktu terus berjalan, sementara sang Bibi tanpa putus asa terus bergelut dengan ‘dunia kotor’nya. Idealnya di penghujung usianya itu seharusnya masa bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa muda. Namun situasilah yang menyebabkan dia harus menanggung berbagai persoalan hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di dalam kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut harus banyak berbuat. Dalam kondisi produktivitas menurun ia justru dituntut untuk berproduksi tinggi.

Entah sampai kapan dia harus melakoni pekerjaan itu. Maka sampailah suatu saat asramanya kedatangan penghuni baru yaitu beberapa mahasiswa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar dari negaranya. Mereka sudah terdaftar akan menempati salah satu kamar di asrama tempat sang Bibi bekerja.

Bagi kebanyakan pelajar timur tengah sangat langka memilih tinggal di asrama. Mereka biasanya membeli rumah atau flat yang sudah disesuaikan untuk menampung kelompok kecil siswa, pasangan atau keluarga. Ada juga beberapa pemilik tempat perorangan mengijinkan rumah-rumah mereka dikelola dan disewakan.

Tinggal di asrama merupakan cara terbaik untuk bertemu orang-orang baru dan menjalin persahabatan yang langgeng. Inilah salah satu pertimbangan mereka memilih tinggal di asrama. Kesadaran inilah yang menepis kekhawatiran akan terjadinya gegar budaya atau “cultural shock“.

Hidup dalam komunitas non muslimlah justeru kita dituntut untuk membuktikan nilai-nilai Islam yang tinggi ini sebagai sebuah solusi bagi manusia. Tentunya ini adalah pekerjaan dakwah yang merupakan tanggungjawab setiap muslim dimana saja berada. Dengan tetap menjaga keistimewaan kita sebagai muslim yaitu kesalehan.

Hari-hari terus berlalu, tampaknya si Bibi ini betul-betul perhatian dengan apa yang dicucinya. Sampai-sampai dia tahu ini pakaian si A, ini si B dan seterusya. Tidak terkecuali dengan pakaian kotor milik mahasiswa dari Timur Tengah tadi. Namun saat dilakukan sortir pakaian dalam, si Bibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaian muslim arab saja yang terlihat tidak kotor, tidak berbau, tidak kumuh dan tidak banyak noda dipakaiannya.

Kejadian langka ini semakin mendorong rasa penasaran si Bibi. Lagi-lagi pencuci pakaian di asrama ini selalu merasa aneh saat mencuci celana dalam mereka. Berbeda dengan yang lain, kedua pakaian dalam mereka selalu tak berbau.

Maka masih dalam keadaan penasaran, si Bibi memutuskan bertanya langsung dengan ‘pemilik celana dalam’ itu. Saat ditanya kenapa. Dua orang ini menjawab, ”Kami selalu istinja setiap kali kencing.” Pencuci baju ini bertanya lagi, ”Apakah itu diajarkan dalam agamamu?”

“Ya!” Jawab dua orang pelajar muslim tadi.

Merasa belum yakin 100% dengan jawaban itu, akhirnya si Bibi datang menemui salah seorang tokoh muslim yaitu Doktor Sholeh– Pengajar di sebuah perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat ditugaskan ke Inggris– Wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas perihal adanya pakaian dalam yang ‘aneh’.

Ada beberapa pakaian dalam yang tidak berbau seperti kebanyakan mahasiswa umumnya, apa sebabnya? Maka ustadz ini menceritakan karena pemiliknya adalah muslim, agama kami mengajarkan bersuci setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak seperti mereka yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.

Betapa terkesan ibu tua ini jika untuk hal yang kecil saja Islam memperhatikan apatah lagi untuk hal yang besar, pikir pencuci baju itu. Dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan syahadat, masuk Islam dengan perantaraan pakaian dalam!

Tidak disangka ternyata diam-diam si tukang cuci masuk Islam, gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut, yang kebanyakan adalah non muslim. Mereka berusaha ingin tahu sebab musabab si Bibi masuk islam. Dia menjawab dengan yakin bahwa dirinya sangat kagum dengan kawan muslim Arab ini, karena dari semua pakaian yang dicucinya, hanya pakaiannya sajalah yang terlihat tidak macam-macam. Dan dengan hidayah Allah Swt, dirinya dapat membedakan antara pakaian seorang muslim dan non muslim.

Hidayah memang bisa datang kapan saja dan pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk Islamnya seorang non muslim ke dalam Islam lebih disebabkan pada hal-hal luar biasa dan penting. Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Mendapat hidayah di penghujung usia gara-gara pakaian dalam! Sungguh takdir Allah benar-benar telah jatuh berketepatan dengan kegigihannya selama ini mengisi hari-hari di sisa hidupnya sebagai petugas laundry. Disinilah letak rahasia nikmat Allah yang agung yang mempertemukan antara takdirNya dan ikhtiar manusia. Sungguh Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal seorang hambaNya.

Di kutip dari : Majalah Al-Qawwam edisi 15, dzul qa'dah 1427 H Badiah, Riyadh; http://www.dakwatuna.com/2008/dari-laundry-mendulang-hidayah/

Jumat, 03 Juli 2009

Konflik Rumah Tangga Membuatnya Memilih Islam

Tidak hanya dikucilkan oleh keluarga, dirinya juga dijauhi teman-teman sepergaulannya. Terlahir dalam keluarga dengan keyakinan yang sama, ternyata tidak menjadi sebuah jaminan bahwa kehidupan spiritual seseorang akan berjalan mulus dan tanpa hambatan berarti. Namun, tidak demikian yang dialami Sephy Lavianto. Berbagai benturan terkait dengan kepercayaan yang ia anut datang silih berganti. ''Meski berasal dari keluarga Katolik dan sejak lahir sudah memeluk Katolik; dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak benturan dalam kepercayaan yang saya anut,'' ujar Sephy.

Benturan tersebut berupa keganjilan-keganjilan yang ia rasakan terhadap ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik. Salah satu contohnya adalah keharusan untuk menghormati pastor sedemikian rupa sehingga ia bisa dijadikan sebagai perwakilan Tuhan. Selain itu, sikap lembaga gereja, kata dia, juga tidak ramah terhadap penganutnya sendiri.

Puncak benturan terhadap keyakinan lamanya ini terjadi manakala pria kelahiran Medan, 5 September 1976, ini mengalami kegagalan dalam membina rumah tangga. ''Kejadian yang paling menyentak adalah setelah saya menikah secara Katolik. Dalam perjalanannya, ternyata saya tidak berhasil dalam pernikahan itu,'' ungkap ayah seorang putra ini.

Keinginannya untuk mengakhiri biduk rumah tangganya ternyata mendapat tentangan dari pihak gereja. Dalam ajaran Katolik, pemeluknya tidak diperbolehkan untuk menceraikan istri atau suami.

Karena itu, ketika biduk rumah tangganya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, dia pun memilih pengadilan negeri untuk memproses persidangan perceraiannya. Dan, ketika perceraian telah diproses dan dirinya sudah mendapatkan surat cerai, lagi-lagi dirinya harus berhadapan dengan pihak gereja. Pihak gereja tidak mengakui surat keputusan cerai yang telah dikeluarkan pihak pengadilan negeri tersebut.

"Menurut ajaran Katolik, suatu ikatan pernikahan tidak bisa diceraikan oleh yang namanya manusia dengan sebab apa pun. Karena itu, seorang romo dan pastor sendiri tidak mengakui keputusan pengadilan tersebut,'' paparnya.

Konsekuensi ini membawa Sephy dalam sebuah kondisi kehidupan pernikahan yang tidak jelas. Secara hukum agama Katolik yang dianutnya, ia masih terikat dalam sebuah perkawinan. Sementara itu, berdasarkan hukum negara, ikatan perkawinannya sudah berakhir.

Menghadapi kenyataan seperti ini, akhirnya ia memutuskan untuk mencari jalan keluar dengan menjajaki ke agama Kristen Protestan. Namun, di agama ini, ia justru menemukan kenyataan yang sama seperti pada agama yang ia anut sebelumnya. Keinginannya untuk mendapatkan persetujuan cerai dari gereja Protestan, jika ia memutuskan memeluk agama tersebut, justru direspons secara negatif oleh pihak gereja.

Di satu sisi, pihak gereja Protestan menyetujui keinginannya untuk berpindah keyakinan dan mengakuinya sebagai umat Protestan. Tetapi, di sisi lain, pihak gereja Protestan tidak mengizinkan dirinya untuk bisa melakukan perkawinan lagi secara Protestan ataupun Katolik.

Dari situ, kemudian timbul rasa kekecewaan dalam diri Sephy terhadap kedua agama tersebut. ''Waktu itu, yang ada dalam pikiran saya cuma kedua agama ini aneh sekali. Mengapa orang yang lagi butuh pertolongan dan bimbingan justru ajaran agama yang dianutnya tidak memberikan solusi yang baik.''

Memimpikan Makkah
Keinginan untuk mendapatkan solusi atas persoalan hidup yang dialaminya akhirnya membawa Sephy pada agama Islam. Kesemua itu, menurut Sephy, sebenarnya berawal dari mimpi-mimpi yang kerap datang dalam tidurnya di pertengahan November dan Desember 2007 silam. Dalam mimpinya itu, Sephy diperlihatkan yang namanya kota suci bagi umat Islam, Makkah. ''Dalam mimpi itu, saya diajak orang ke Makkah dan orang itu bilang ini tempatmu,'' ujarnya.

Seringnya mendapat mimpi seperti itu muncul rasa keingintahuannya terhadap agama Islam secara lebih mendalam. Ia mengaku, selama memeluk Katolik, agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sering kali diidentikkan dengan agama yang penuh kekerasan, tidak toleran, militan, dan sangat tidak permisif untuk segala sesuatu yang haram di dunia. Kemudian, ia mencoba mencari tahu Islam melalui buku-buku mengenai perbandingan Islam dan Kristen.

Dari buku-buku yang dibacanya, Sephy justru menemukan gambaran mengenai agama Islam yang jauh berbeda dengan yang ia peroleh selama ini. ''Setelah saya baca dan pelajari, betul ternyata Islam, menurut saya pribadi, adalah agama yang menuntun seseorang untuk menjadi orang yang lebih baik tanpa ada kepura-puraan di dalamnya. Gambaran ini jauh berbeda dengan yang saya dapatkan sebelumnya,'' paparnya.

Setelah banyak membaca dan mempelajari lebih jauh, ia sampai pada satu kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang sangat baik dan Nabi Muhammad SAW adalah seorang teladan yang baik. Tidak seperti pada agama yang lain, ungkapnya, aturan dalam Islam benar-benar harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

''Berbeda dengan ajaran Katolik atau Protestan yang semuanya enak, nggak ada larangan sama sekali. Kalaupun ada, larangan itu bisa dilanggar oleh pemeluknya karena perintahnya tidak jelas. Jadi, apa yang dilarang dalam Alkitab pun masih bisa dilakukan dalam kehidupan nyata,'' ungkap Sephy tentang agama lamanya itu.

Keinginannya untuk mendalami Islam terus dilakukan Sephy. Tidak hanya dari buku-buku bacaan, ia juga sering berdiskusi dengan teman-teman Muslimnya. Selama berdiskusi yang memakan waktu sekitar tujuh bulan itu, Sephy akhirnya mantap memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Ia mengucapkan dua kalimat syahadat di rumah saudaranya yang beragama Islam.

''Sejak awal, orang-orang di sekeliling saya tidak pernah memaksa saya untuk memeluk Islam. Justru mereka menyarankan saya untuk mencari tahu dulu dan belajar dulu tentang semua ajaran Islam.''

Setelah menjadi seorang Muslim, Sephy berusaha mengamalkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini dengan sebaik-baiknya.

Namun, tak lama menjadi Muslim, ujian mulai datang. Kedua orang tuanya marah besar ketika mengetahui anak semata wayangnya masuk Islam. Ia pun lantas dibuang oleh keluarganya. Semua cobaan itu ia terima dengan pikiran positif. Ibunya dulu juga seorang Muslim. Namun, setelah menikah dengan bapaknya, ibunya akhirnya berpindah agama dan menjadi penganut Katolik.

Tidak hanya dikucilkan oleh keluarga, teman-teman pergaulan dulu juga menjauhi dirinya begitu mengetahui Sephy berpindah keyakinan. Lagi-lagi, ia melihat hal ini sebagai bentuk transformasi menuju jalan hidup yang lebih baik. ''Saya melihatnya, kita dulu kan sama-sama rusak. Kalau dia masih mau rusak, silakan. Tapi, saya ingin memperbaiki kerusakan itu. Artinya, saya sudah puas untuk segala macam dosa yang aneh-aneh dan cenderung ke hal yang berbau maksiat.''

Puncak cobaan dirasakan Sephy ketika hidupnya menjadi susah secara ekonomi dan hubungan dengan orang-orang yang dahulu dekat dengannya mulai merenggang. Saat itu, menurut Sephy, ia seperti bernapas melalui sedotan. Namun, semua cobaan tersebut bisa ia lalui. ''Sekarang, hidup saya sudah mulai tertata,'' ujar Managing Partner The Serenity Project, sebuah perusahaan yang bergerak di bisnis properti ini.

Selain kehidupannya mulai tertata dengan baik setelah memeluk Islam, Sephy bertekad menjadi seseorang Muslim dengan kepribadian yang lebih baik. Orang mengenal sosok Sephy dahulu sebagai pribadi yang sombong, mudah marah, dan tidak ramah. ''Dan, itu terbukti pada saat saya diminta untuk menjadi panitia acara reuni SMA saya. Dari 80 orang yang kita undang, yang datang hanya 20 orang. Mungkin, karena mereka melihat panitianya saya,'' ungkapnya.

Untuk lebih matang dalam mempelajari agama Islam, Sephy memanggil guru mengaji ke rumah. Selain itu, ia berusaha untuk konsisten menjalankan semua ajaran dalam Islam, baik yang sifatnya wajib maupun sunah. Dengan menjalankan semua itu, ia merasakan ketenangan dalam menjalani hidup.

Meski dengan pemahaman yang masih minim, Sephy juga mulai mengenalkan agama barunya ini kepada buah hatinya, Ferreneza Amevie Lavianto, yang masih berusia tiga tahun. Hak asuh yang ia peroleh terhadap putra semata wayangnya ini memudahkan Sephy untuk memantau perkembangan dan pendidikan sang anak. ''Memang, dari awal, dia sudah dipermandikan dan dibaptis. Tetapi, untuk saat ini, saya melihat ibu saya sendiri tidak pernah mengajak dia ke gereja. Begitu juga dengan mantan istri saya juga tidak pernah mengajari dia ke gereja.''

Kendati demikian, ia tidak bisa terlalu banyak berharap jika kelak nanti sang anak akan mengikuti keyakinan yang dianutnya. ''Pada akhirnya, saya serahkan keputusan untuk memilih ke anak saya. Tapi, mungkin, sedari dini saya akan arahkan dia dengan pendidikan Islam. Semoga Allah memberikan hidayah kepada keluarga saya untuk senantiasa taat dalam menjalankan ajaran Islam,'' tukasnya. nidia zuraya


Biodata
Nama : Sephy Lavianto
TTL : Medan, 5 September 1976
Masuk Islam : Mei 2008
Pekerjaan :
- Managing Partner of The Serenity Project (property development) sejak Mei 2008-sekarang
- Managing Partner of The Serenity Room (internet and games centre) sejak 2006-sekarang


Sumber: http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=1953

Jacquelyn Harper, Bersyahadat Ketika Islam Dihujat


Serangan 11 September 2001 menjadi awal "perang" Barat terhadap Islam dan Muslim. Sejak itulah Barat menunjukkan wajah aslinya yang ternyata telah salah memandang Islam. Berbagai tudingan dan tuduhan buruk diarahkan ke Islam. Tapi situasi itu membuat seorang perempuan AS justeru penasaran dengan agama Islam. Jacquelyn Harper, seorang Kristiani konservatif jamaah Gereja Lutheran memenuhi rasa ingin tahunya tentang Islam dengan membaca buku-buku tentang Islam.

"Anda mendengar banyak hal-hal yang buruk tentang Islam dan itu menjadi alasan bagi saya untuk mempelajari Islam," kata Harper.

Menurut Harper, ketika ia membaca buku-buku Islam, ia tak menemukan satupun stereotipe yang ditujukan terhadap agama Islam itu benar.

Contohnya masalah perlakuan terhadap perempuan, Harper tak menemukan satupun ajaran Islam yang menindas perempuan seperti yang ia dengar selama ini.

"Setelah membaca buku-buku Islam, saya mulai merasakan agama Islam adalah agama yang masuk akal buat saya. Saya sempat syok dan berkata, 'inilah yang saya rasakan, inilah yang saya yakini'," ujar Harper.

Pembelajaran panjang itu membuat Harper, 25, terkesan pada agama Islam. Ia akhirnya memutuskan memeluk agama Islam pada bulan Januari lalu. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Harper mengakui Islam telah memberikan pengaruh yang positif pada hidupnya.

Untuk memperdalam ilmu agama Islamnya, Harper baru saja menyelesaikan kursus agama bagi para mualaf dan nin Muslim selama delapan bulan di North Austin Muslim Community Center. Dari kursus itu, Harper belajar tentang dasar-dasar budaya dan sejarah Islam, etika berpakaian dalam Islam, pernikahan sampai masalah puasa.

Setelah mengikuti kursus itu, Harper kini sedang mempersiapkan diri untuk mulai mengenakan jilbab. "Ketika Anda melakukan sesuatu yang baik, Anda akan merasakan bahwa Anda telah melakukan hal yang benar dan hati Anda merasakan menjadi manusia yang lebih baik," tukas Harper. (ln/iol/eramuslim)

Sumber: http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=2007

Franck Ribery: Islam Sumber Kekuatan Saya


Dikenal sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan rajin melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan pada kondisi apa pun. Bagi penggemar sepak bola dunia, tentu sudah tak asing dengan nama Franck Ribery, gelandang serang asal Prancis yang kini bermain di klub raksasa Bundesliga (Jerman), Bayern Muenchen.

Begitu juga, dengan mantan pemain terbaik dunia asal Prancis, Zinedine Zidane, Nicholas Anelka (Chelsea/Prancis), Frederik Kanoute (Sevilla/Mali), Khalid Bouhlahrouz (Sevilla), Zlatan Ibrahimovic (Inter Milan/Swedia), Eric Abidal (Barcelona/Prancis), Kolo Toure (Chelsea), dan Yaya Toure (Barcelona). Mereka adalah pemain sepak bola yang beragama Islam dan menjadi andalan klub maupun negaranya masing-masing.

Berbeda dengan pesepak bola Muslim lainnya, yang lebih dulu memeluk Islam, Franck Ribery justru memeluk Islam setelah bermain di klub asal Turki, Galatasaray, pada 2005. Secara singkat, Ribery mengatakan, dia memilih ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini karena menemukan kedamaian dalam Islam.

Baginya, Islam adalah sumber kekuatan dan keselamatan. ''Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan dan saya menemukan Islam,'' kata Ribery.

Senantiasa berdoa


Pesepak bola bermata biru yang memperkuat tim Prancis itu memulai karier sepak bolanya, dengan bergabung dengan tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian, ia pindah ke tim Ales, Brest and FC Metz.

Kepindahannya ke Olympique Marseille membawanya ke posisi pertama bintang sepak bola Prancis paling populer pada bulan Agustus, Oktober, dan November 2005. Ribery terpilih untuk memperkuat tim Prancis pada Piala Dunia FIFA tahun 2006 yang digelar di Jerman.

Pada 2006 itulah, jati diri Ribery yang telah menjadi mualaf dan memeluk agama Islam terkuak dan menjadi pemberitaan di tengah pertandingan pembukaan antara tim Prancis melawan tim Swiss saat acara Piala Dunia 2006.

Ketika itu, Ribery tersorot publik tengah menengadahkan tangan sebelum pertandingan dimulai. Ribery tengah berdoa, seperti yang dilakukan seorang Muslim. Saat itulah, banyak orang terkaget-kaget dengan sikapnya. Namun, berkat kecemerlangannya dalam bermain bola, publik pun tak menghiraukan perilaku dan kebiasaan Ribery.

Namun, rutinitas berdoa sebelum pertandingan itu akhirnya terkuak juga. Dan, Ribery mengaku sebagai penganut Islam. Ia menemukan kedamaian dalam agama Islam dan menjadi spiritnya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, tak terkecuali saat bermain bola.

Kabar Ribery masuk Islam, menyeruak sejak awal tahun 2006. Kabar itu mula-mula dilansir L'Express. Majalah ini menyebut adanya pemain nasional Prancis yang secara teratur beribadah di masjid di selatan Marseille. Mingguan itu tidak menyebut nama secara eksplisit, namun yang dimaksud adalah Ribery.

Kendati aksi berdoanya di lapangan hijau telah menarik perhatian publik Prancis, Ribery tetap enggan mengemukakan keyakinan barunya itu secara terbuka. Gelandang kanan klub Olympique Marseille ini mengatakan, keimanan barunya adalah perkara pribadi, tak perlu publikasi.

Alhasil, sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut perubahan itu terjadi sejak Ribery bermain bersama klub Galatasaray pada 2005. Ia membantu klub raksasa Turki tersebut memenangi Piala Turki pada tahun 2005. Semasa menetap di Turki, pemain kelahiran Boulogne-sur-Mer, Prancis, 7 April 1983, ini dikabarkan kerap berbaur dan berdiskusi dengan komunitas Muslim di sana.

Ada pula yang menyebut istri Ribery, Wahiba Belhami, yang asli Maroko itu memainkan peran penting terhadap perubahan Ribery. Ribery memang setahun tinggal di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu. Di sana, Ribery berkenalan dengan Wahiba yang kemudian ia peristri. Konon Wahiba berperan besar menuntun Ribery mengenal ajaran Islam. Dari pernikahan tersebut, Wahiba memberinya dua anak, Hizsya dan Shahinez.

Kedua versi itu tak pernah dibantah atau dibenarkan oleh Ribery. Namun, kepada majalah Paris Match, ia mengungkapkan, Islam telah membawanya pada keselamatan.

''Islam juga yang menjadi sumber kekuatan saya di dalam maupun di luar lapangan," ujar Ribery kepada majalah Match tanpa menjelaskan sejak kapan memeluk Islam. Ia menambahkan, ''Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Akhirnya, saya menemukan Islam.''

Tidak pernah tinggalkan shalat
Keimanan dan kepribadian Ribery sebagai seorang Muslim tampaknya tak perlu diragukan. Di tengah padatnya jadwal pertandingan, bapak dua anak ini tak pernah lupa dengan kewajibannya sebagai Muslim. Ia senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, di mana pun dan dalam kondisi apa pun. Baginya, shalat merupakan tiang agama yang harus ditegakkan.

Selain rajin melaksanakan shalat, Ribery juga dikenal sebagai pribadi yang santun dan rendah hati. Islam benar-benar telah mengubah perangainya yang keras dan arogan menjadi seorang pribadi yang santun dan memiliki akhlak mulia.

Sifat dan akhlaknya ini tak heran membuat kagum rekan-rekannya di timnas Prancis, FC Bayern Muenchen (tempat ia bermain bola saat ini), maupun kerabatnya.

Steve Bradore dari Organisasi Syuhada, yang melayani para mualaf Prancis, telah mengatakan bahwa muslim Prancis merasa bangga sekali dengan Ribery. ''Dia adalah sumber kebanggaan kami karena penampilannya yang khas dan kerendahhatiannya,'' kata Steve, seperti dikutip dari situs Islamonline.net.

Saat ini, Ribery membela klub sepak bola Jerman, FC Bayern Muenchen. Di Bayern Muenchen, ia menempati posisi sebagai pemain gelandang. Kontrak Ribery bersama 'FC Hollywood'--julukan Bayern Muenchen--akan berakhir pada 2011.

Ribery termasuk pesepak bola sukses. Di usianya yang baru 26 tahun, dia sudah mengoleksi berbagai gelar. Antara lain, satu gelar Fortis Piala Turki bersama Galatasaray di musim 2004/2005, Piala Intertoto bersama Olympique Marseille di tahun 2005, Piala Liga Jerman bersama Bayern Muenchen di tahun 2007, Piala Jerman dan Bundesliga Jerman di tahun 2008. Selain itu, penghargaan Pemain Terbaik Prancis di tahun 2007 dan 2008, juga pesepak bola Jerman terbaik di tahun 2008. sya/dia/berbagai sumber

Franck Ribery yang lahir di Boulogne-sur-Mer, Perancis, 7 April 1983 memiliki tinggi badan 175 cm. Sebelum bermain di FC Bayern Muenchen, Jerman, pemain yang beroperasi sebagai gelandang serang ini berkarir di klub US Boulogne (2001-2002), Olympique Ales (2002-2003), Stade Brestois 29 (2003-2004), FC Metz (2004), Galatasaray (2005), dan Olympique Marseille (2005-2007).

Raja Bavaria
Di lapangan, ia hebat. Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. Sebagai individu, ia pun rajin salat. Franck Ribery adalah figur kesayangan publik Allianz Arena saat ini.

Bayern Munich selalu dihuni pemain berlabel bintang, tapi yang paling menonjol tergantung waktu dan kesempatan. Duet striker Miroslav Klose dan Luca Toni boleh menyita perhatian lewat produktivitas golnya, tapi Ribery amat menonjol dalam hal kreasi permainan di lapangan tengah.

Tidak salah Bayern memecahkan rekor transfernya untuk memboyong pria berusia 26 tahun itu. Faktanya, dalam tujuh bulan sejak bergabung dengan Bayern Muenchen, Ribery sudah berhasil menancapkan pengaruhnya, baik di klubnya maupun Bundesliga.

Pemain seharga 26 juta euro makin disenangi orang karena pembawaannya yang menyenangkan dan sikapnya selalu profesional. Di saat cuaca dingin bulan Februari masih mengakrabi Munich dan ia tengah berkutat dengan cedera kaki, Ribery tidak malas untuk tetap menghangatkan tubuhnya dengan muncul di kamp latihan.

Ia juga tak pernah menolak fans yang menginginkan tanda tangannya ataupun berfoto bersama, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dan, itu senantiasa ia lakukan dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Mereka mungkin tak pernah melihat seorang pemain, seperti saya yang senang tertawa dan biasa berkelakar," seloroh Ribery. "Saya ini orang yang sederhana dan simpel saja."

Di koridor berbagai fasilitas kamp latihan Bayern, lelaki Prancis ini selalu menyapa orang-orang. "Saya ingin menjadi teman (siapa pun)," ujarnya sambil tersenyum, seperti dikutip AFP. "Dua menit untuk berfoto dan memberi tanda tangan buat fans amatlah penting karena buat mereka hal-hal ini sangat berarti."

Senyum, tawa, dan sikap yang ramah untuk sementara menjadi "andalan" Ribery dalam berkomunikasi dengan penggemarnya, sebelum ia bisa menyempurnakannya dengan bahasa Jerman. Ia masih belum fasih, tapi setiap minggu rajin mengikuti kursus.

Ribery juga merasa bersyukur dirinya telah berhasil dalam kariernya, mengingat di masa kecil ia harus menjalani kehidupan yang sulit bersama keluarganya di daerah Boulogne-sur-Mer.

Namun, ia pun menyadari kesuksesan bukanlah sesuatu yang abadi. Roda nasib dalam kehidupan selalu berputar. "Atas semua yang telah saya alami, saya menyikapinya dengan tenang, tapi saya pun sadar pada semua nasib yang saya miliki."

Yang jelas, Ribery telah menjadi sosok istimewa buat warga Munich. Jangan heran kalau di depan Theatinerkirche, yang ada di pusat kota tersebut, terpampang billboard raksasa bergambarkan Ribery memakai jubah raja, disertai tulisan "Bayern Hat Wieder Einen Konig" alias "Bavaria punya raja lagi". Bavaria adalah julukan lain dari Bayern Muenchen selain FC Hollywood.

Lelaki yang di wajahnya ada bekas luka karena kecelakaan mobil yang dialaminya waktu kecil itu, sudah dianggap sangat penting untuk FC Hollywood. Di sebuah surat kabar, ada sebuah komentar berbunyi: "Bayern Munich tanpa Ribery seperti sekelompok anak-anak tanpa ibu." dtc/sya/kem/RioL

Beberapa Pesepak Bola Muslim

- Zinedine Yazid Zidane
- Kolo & Yaya Toure (Arsenal & Barcelona)
- Robin Van Persie (Arsenal)
- Nicholas anelka (Bolton)
- Mohammed 'Momo' Sissoko (Liverpool)
- Ahmed 'Mido' Hossam (Boro)
- Hossam Ghaly (Totteham Hotspurs)
- Franck Riberry (Bayern Muenchen)
- Hamit & Halil Antiltop (Bayern Muenchen & Shalke 04)
- Frederik Kanoute (Sevilla)
- Mahamaddou Diarra (Real Madrid)
- Eric Abidal (Barcelona)
- Nuri Sahin (Feyenoord Rotterdam)
- Sulley Ali Muntari (Pompey)
- Zlatan Ibrahimovic (Inter)
- Hassan "Brazzo" Salihamidzic (Juventus)
- Khalid Boulahrouz (Sevilla)
- Salomon Kalou (Chelsea)
- El-Hadji Diouf (Bolton)
- Diomanssy Kamara (Fulham)
- Mohammed Kallon (Al-Ittihad ext. Inter & Monaco)
- Thiery Henry (Barcelona/Prancis)
- Lilian Thuram (Perancis)
- Lassana Diarra (Real Madrid)
- Karim Benzema (Lyon/Perancis)
- Samir Nasri (Arsenal)
- Hatem Ben Arfa (Lyon)

Pelatih Sepak Bola Muslim
- Bruno Metsu (mantan pelatih Senegal)
- Phillipe 'Omar' Trousier (mantan pelatih Jepang).


Sumber: Swaramuslim.com; http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=2031

Tatiana SP Basuki; Kegelisahan Hati Sang Pencari Tuhan

Setelah masuk Islam, semuanya menjadi plong dan tenang. Berbagai macam ajaran agama yang berkembang di Indonesia pernah dipelajarinya, dari Kristen Protestan hingga Hindu dan Buddha. Namun, itu semua belum membawa ketenangan dalam diri Tatiana SP Basuki.''Dari kecil, saya dididik sebagai seorang Katolik. Tapi, ketika beranjak dewasa dan memasuki dunia kerja, saya mengalami kegelisahan. Kayaknya, saya tidak menemukan sesuatu dalam keyakinan yang saya anut,'' ujarnya.

Kondisi tersebut berdampak pada kehidupan spiritual perempuan yang biasa disapa Ana ini. Jika sedang beribadah, pikirannya tidak terfokus. Begitu juga ketika datang ke gereja, ia lebih banyak melamun. Sampai suatu ketika, salah seorang teman menawarkan kitab suci umat Islam, Alquran, kepada perempuan kelahiran Klaten, 20 Maret, ini. Ana menerima Tawaran temannya itu meski dalam hatinya timbul keraguan bahwa Alquran bisa mengusir kegelisahan yang selama ini ia rasakan. Terlebih lagi, ia tidak paham sama sekali bahasa Arab.

Kalaupun membaca dari terjemahan Alquran, tetap saja ia kesulitan untuk bisa mencerna makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran.''Alquran itu bahasanya puitis sekali sehingga buat saya susah untuk mencerna,'' tukasnya.

Kegelisahan yang ia rasakan makin membuatnya tidak nyaman. Hingga mencapai puncaknya di pertengahan malam, 5 Juni 1995 silam. Saat itu, menurut Ana, jam di kamarnya menunjukkan pukul 21.00 dan dirinya hendak beranjak tidur. Meski lampu penerangan di kamarnya sudah dipadamkan, hingga pukul 23.30 dirinya tidak juga bisa memejamkan mata.

Rasa gelisah terus menderanya malam itu. Lalu, antara sadar dan tidak sadar, ungkap Ana, ia merasakan ruangan dalam kamarnya yang seharusnya gelap tiba-tiba menjadi terang benderang. ''Padahal, saya tahu bahwa saya mematikan lampu. Tapi, suasana kamar saat itu justru terang sekali,'' tambahnya.

Tidak hanya itu, malam itu ia juga merasakan keanehan yang lain dengan datangnya suara seorang perempuan dalam kamarnya. Mengenai suara tanpa sosok nyata ini, Ana mendengar suara yang sangat lembut. Suara tersebut, menurutnya, mengucapkan serangkaian kalimat. Namun, ada satu perkataan yang disampaikan suara tersebut yang hingga kini masih ia ingat, ''Ya sudah, kalau kamu sudah memutuskan, mengapa harus menunggu.''

''Saat itu, saya berpikir memutuskan apa, ya? Saya pikir, ini mungkin pencarian religi saya. Akhirnya, saya bilang saya harus masuk Islam. Nggak tahu mengapa, pokoknya saat itu saya yakin harus masuk Islam,'' paparnya.Sejurus kemudian, Ana menghubungi salah seorang rekan kantornya. Karena teleponnya tak diangkat, ia pun meninggalkan pesan di mesin penjawab yang isinya meminta bantuan sang teman untuk mengislamkan dirinya.

Keesokan harinya, ketika Ana tiba di kantor, temannya meminta ia naik ke lantai eksekutif. Di ruangan tersebut, ungkapnya, sudah menunggu seorang ibu yang dianggap oleh temannya sebagai seorang ustazah dan siap mengislamkan dirinya. Ibu tersebut banyak memberikan masukan dan ceramah ke Ana sebelum dirinya mengucapkan syahadat di hadapan ustazah tersebut.

Meski sudah mengucapkan syahadat, ia berkata kepada ibu tersebut bahwa dirinya tetap harus bersyahadat di sebuah masjid untuk mendapatkan sertifikat bahwa dirinya sudah masuk Islam. ''Sertifikat ini diperlukan karena saya pastinya harus ganti KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan KK (Kartu Keluarga).''

Tanpa ia ketahui, ternyata salah seorang teman kantornya sudah menghubungi Masjid Sunda Kelapa yang berlokasi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kejutan lain dari para koleganya di kantor juga terjadi manakala ia tiba di Masjid Sunda Kelapa. ''Ternyata, banyak teman saya, bahkan bos-bos saya di kantor juga ada di masjid itu,'' ujarnya.

Alhasil, ia pun mengucapkan kembali dua kalimat syahadat yang disaksikan teman dan bosnya di Masjid Sunda Kelapa. Akhirnya, ia resmi masuk Islam pada 6 Juni 1995 setelah proses pencarian selama setahun. Entah bagaimana, ketika sudah resmi memeluk Islam, menurut Ana, semua perasaan gelisah yang selama ini menghantuinya hilang begitu saja. ''Tadinya, ada perasaan yang berat dan gelisah. Tetapi, begitu saya berikrar masuk Islam, semuanya jadi plong begitu saja,'' paparnya.

Didatangi penginjil
Begitu tersiar kabar bahwa dirinya masuk Islam, keesokan harinya Ana mendapatkan banyak kecaman dan teror. Teman-temannya yang non-Muslim protes atas keputusannya memeluk Islam.

''Banyak yang menelepon saya. Kok , bisa-bisanya saya ganti agama dan nggak bilang-bilang dulu kalau mau pindah (agama),'' tuturnya. Namun, semua itu ia tanggapi dengan tenang dan lapang dada.

Kecaman dan teror tersebut tidak hanya datang dari teman-teman non-Muslim, tetapi juga dari pihak lain. Menurutnya, setelah ia memutuskan masuk Islam, secara tiba-tiba ada seorang penginjil yang rajin mendatangi kantornya setiap hari. Setiap pagi dan sore, kata Ana, sang penginjil mendatanginya untuk memberikan ceramah tentang agama selama 10 menit. Begitu juga kalau mereka berpapasan di dalam lift. ''Tapi, tekad saya sudah bulat untuk memeluk Islam. Ya, semua itu tidak saya gubris. Akhirnya, lama-lama penginjil tersebut berhenti juga,'' ujarnya.

Meski sudah resmi memeluk Islam, Ana tidak lantas memberitahukan perihal tersebut kepada kedua orang tuanya yang pada saat itu tinggal di luar negeri. Ayahnya merupakan seorang pemeluk Islam, sedangkan ibunya seorang penganut Katolik. Namun, tidak adanya bimbingan agama yang jelas dari kedua orang tuanya membuat Ana harus memutuskan sendiri agamanya. Waktu itu, ia pun mengikuti agama ibunya hingga beranjak dewasa.

Perihal kepindahannya ke Islam, lanjutnya, baru diketahui sang bunda dari salah seorang temannya. ''Saya bilang ke beliau, ini pilihan saya dan ternyata ibu oke-oke saja. Meski orang tua berbeda (keyakinan), mereka mendukung setiap pilihan anaknya. Mereka paham ini sangat pribadi,'' tuturnya.

Dicurigai keluarga
Guna memperdalam pengetahuannya mengenai Islam, selain banyak membaca, ia juga mencari guru yang bisa membimbing dan mengajarinya. Untuk mendapatkan guru yang cocok, ungkapnya, butuh waktu yang cukup lama. Setelah bergonta-ganti guru, baru pada tahun 2001 ia menemukan seseorang yang dianggapnya cocok menjadi guru spiritualnya. ''Pada dasarnya, saya ini orang yang penasaran dan tidak pernah puas dengan satu jawaban.''

Sang guru banyak membimbingnya dan mengajarkannya bahwa kehidupan spiritual Islam laiknya sebuah samudra. ''Ketika menyelami samudra itu, kamu akan melihat betapa banyak yang akan dipelajari. Dan, kamu tidak akan bisa mempelajari semua itu walaupun sepanjang hidup kamu. Jadi, pelan-pelan saja, nikmati dan syukuri apa yang kamu ketahui,'' begitulah petuah sang guru. Falsafah itulah yang hingga kini dijadikan pegangan oleh Ana ketika mendalami Islam.

Kedekatannya dengan sang guru spiritual ini, diakui Ana, sempat membuat hubungannya dengan keluarga menjadi renggang. Hal ini bermula ketika ia kerap mengikuti pengajian sang guru hingga dini hari dan tak jarang pula ia mengikuti pengajian tersebut hingga ke luar kota. Ditambah lagi, pada saat itu sedang merebak isu kelompok NII (Negara Islam Indonesia).

''Karena pengajiannya di daerah tertentu, saya pulang pagi. Kalau pengajiannya di luar kota, pasti diadakan di daerah Puncak, Bogor. Maka itu, kemudian keluarga saya, terutama ibu, mencurigai saya ikut NII,'' ujarnya. Namun, kecurigaan keluarganya tersebut lambat laun sirna.

Kendati sang guru pernah dicurigai keluarga besarnya, ia mensyukuri karena oleh Allah SWT dipertemukan oleh beliau. Pasalnya, dari sang guru inilah ia banyak belajar mengenai arti syukur dan menghargai semua yang telah Allah berikan kepadanya. ''Saya itu dulu tipe orang yang selalu mengeluh dengan apa yang ada di sekeliling saya,'' tukasnya.

Dengan memeluk agama Islam, tambah Ana, ia juga belajar untuk lebih bisa berserah diri dan tawakal. Dengan begitu, menurutnya, ia menjadi jauh lebih tenang dalam menjalani kehidupannya. ''Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya perusahaan yang baru mau saya rintis kok belum mendapat klien. Kalau kita tidak yakin dan tawakal, gelisahnya pasti luar biasa, itu yang saya dapat dari Islam.''

Hingga kini, ia masih terus berusaha untuk bisa memanifestasikan sebagian dari Asmaul Husna (Nama-nama Allh yang baik) dalam dirinya. Selain itu, ia juga masih mempelajari apa tujuan seorang manusia diciptakan di muka bumi ini. ''Kalau dibilang, manusia adalah khalifah di bumi dan mereka punya misi tertentu. Itu yang saya tanyakan apa misi saya dilahirkan di bumi ini.'' nidia zurya (RioL)

Biodata
Nama : Tatiana SP Basuki
TTL : Klaten, Jawa Tengah, 20 Maret
Masuk Islam : 6 Juni 1995
Pekerjaan
- Direktur dan Psikolog Utama pada Firma Konsultasi Psikologis PT Nuage Personalis Konsultan
- Aktif sebagai psikolog pada Komite Nasional Lansia (Komnas Lansia) sejak November 2008 sampai sekarang
- Aktif sebagai psikolog pada Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YDGI) sejak November 2008 sampai sekarang
- Sebagai Ko-Terapis untuk Dr Adriana Ginanjar sejak Oktober 2008 sampai sekarang


Sumber: Swaramuslim.com

Pendeta Katolik Filipina yang Menemukan Cahaya Islam

Soria melakukan riset sejarah dan sosial serta membaca artikel-artikel tentang Islam, untuk memperkuat argumennya menolak tuntutan gerakan Moro yang ingin menjadikan Mindanao sebagai tanah air bagi Muslim Filipina. Tapi siapa nyana menyangka, artikel-artikel tentang Islam yang ia baca, justru membawanya menjadi seorang Muslim. Berikut ceritanya.

Ketika tokoh Muslim Moro, Nur Misuari menyatakan wilayah Mindanao harus memisahkan diri dari Filipina dan menjadi negara Islam, Estanislao Soria menjadi orang yang paling menentang keinginan Misuari. Sebagai seorang tokoh agama Katolik yang lahir di Mindanao, ia menolak keras jika tanah kelahirannya diambil alih oleh orang-orang Muslim.

“Saya sangat tidak setuju dengan Misuari dan saya memelopori kampanye menentang gerakan Moro,” kata Soria yang populer di panggil “Father Stan”. Ketika itu, selain dikenal sebagai pendeta Katolik, Soria juga dikenal sebagai seorang sosiolog.

Sebagai seorang cendikiawan, ia tidak mau sembarangan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap keinginan Misuari. Soria pun melakukan riset sejarah dan sosial serta membaca artikel-artikel tentang Islam, untuk memperkuat argumennya menolak tuntutan gerakan Moro yang ingin menjadikan Mindanao sebagai tanah air bagi Muslim Filipina. Tapi siapa nyana, artikel-artikel tentang Islam yang ia baca, justru membawanya menjadi seorang Muslim.

“Sebagai orang yang memahami bahasa Latin, Yunani dan Yahudi, saya pikir saya bisa mempelajari bahasa Arab dengan mudah. Saya juga ingin menerjemahkan tulisan-tulisan berbahasa Arab ke bahasa Inggris dan menerjemahkan ideologi-ideologi Barat, misalnya ideologi eksistensialisme, ke dalam bahasa Arab. Tapi saya menyadari, ini adalah pekerjaan yang sulit,” kata Soria seperti dikutip dari Islamonline.

Ketika itu Soria meyakini, dengan banyak menerjemahkan artikel-artikel tentang ideologi Barat ke dalam bahasa Arab, akan membuat Muslim di Mindanao menghargai ajaran Kristen daripada ajaran Islam. “Saya ingin membuka wawasan berpikir mereka tentang kekristenan karena saya banyak mendengar hal-hal negatif tentang Muslim. Saya berpikir, mereka (Muslim) harus dididik,” ungkap Soria.

Tapi semakin ia mendalami bacaan-bacaanya tentang kekristenan, ia makin menyadari bahwa tokoh-tokoh gereja seperti Saint Thomas Aquinas ternyata banyak belajar dari buku-buku bacaan dan ajaran Islam. Begitu juga ideologi-ideologi dan ilmu teologi yang disebut-sebut sebagai berasal dari Barat, ternyata sudah sejak lama dibahas dalam Islam.

“Dari bacaan-bacaan itu saya mendapat pencerahan bahwa pemikiran-pemikiran tentang peradaban Barat banyak banyak yang mengambil dari ajaran-ajaran Islam. Dan setelah saya membaca lebih banyak lagi buku-buku yang ditulis pakar agama Islam, pandangan saya terhadap Islam seketika berubah,” papar Soria.

“Saya bahkan menyadari bahwa Injil Barnabas lebih kredibel dibandingkan dengan keempat injil yang dibawa oleh ajaran evangelis termasuk injil Kristen. Dari hasil riset sosiologi yang saya lakukan, saya juga banyak menemukan bahwa hal-hal negatif yang sering saya dengar tentang Muslim Filipina ternyata tidak benar,” tambah Soria.

Akhirnya, pada tahun 2001, Soria yang telah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun sebagai pendeta di berbagai kota di Manila, menyatakan diri masuk Islam. Setelah mengucap syahadat, ia mengganti namanya menjadi Muhammad Soria. Meski demikian, masih banyak orang, termasuk teman-temannya yang Muslim memanggilnya “Father Stan.”

Soria yang kini berusia 67 tahun mengatakan, ia mendapat hinaan dan kecaman dari kerabat dan rekan-rekan gerejanya ketika memutuskan menjadi seorang Muslim. Namun hinaan dan kecaman itu tidak membuatnya berat menanggalkan aktvitas kependetaan yang sudah dijalaninya selama 14 tahun dan membuatnya mantap untuk memeluk Islam.

Seiring perjalanan waktu, Soria mulai terbiasa menjalani kewajiban-kewajibannya sebagai seorang Muslim. Bagi Soria, Islam bukan sekedar agama tapi sudah menjadi jalan hidupnya. Selama tujuh tahun menjadi seorang Muslim, Soria sudah lima kali menunaikan ibadah haji, menjadi anggota Gerakan Dakwah Islam di Filipina dan tahun 2004 menikah dengan seorang perempuan berusia 24 tahun, setelah sebelumnya menjalani hidup membujang sebagai pendeta Katolik.

“Dalam Islam, kita diajarkan, jika bisa mendisplinkan diri kita, Sang Pencipta akan mengabulkan harapan-harapan kita,” tandas Soria.

Menurut Soria, jika ada satu hal yang harus dicontoh umat Islam dari orang-orang Kristen adalah, gerakan mereka yang terorganisir dan terstruktur dengan sangat rapi. “Dengan memiliki struktur yang kuat seperti yang dimiliki kalangan Kristiani, akan mempermudah penyebaran Islam,” kata Soria.

Salah satu cara untuk memperkuat struktur umat Islam, tambah Soria, Muslim harus membangun universitas-universitas di seluruh dunia seperti yang dilakukan kelompok misionaris Kristen di berbagai belahan dunia.

Sumber: http://main.man3malang.com/index.php?name=News&file=article&sid=2062

Melalui Seorang Juru Masak, Profesor Austria Temukan Islam

Ia dibesarkan dengan cara Kristen konservatif. Kedua orangtuanya penganut Kristen Protestan taat. Namun ia mengenal Islam melalui seorang juru masa restoran

Lahir di Austria, namun dibesarkan di Jerman. Keluarganya adalah penganut Kristen Protestan yang taat. Namun beranjak dewasa mulai ragu dengan dogma-dogma dalam ajaran agamanya yang dianggap tidak rasional. Pencarian kebenaran pun dimulai. Pada usia 16 tahun kembali ke Austria dan meneruskan studi lanjutnya di Salzburg University hingga meraih gelar doktor ilmu Biologi.

Selanjutnya diterima sebagai dosen dan peneliti di almamaternya. Hingga, dalam sebuah perjalanan ke Mesir, ia menemukan hidayah melalui perantaraan seorang juru masak hotel yang kemudian jadi suaminya. Itulah dia Prof. Dr. Aminah Islam (54), Guru Besar Ilmu Biologi pada Universitas Salzburg yang memeluk Islam Ramadhan 2004 silam. Wanita yang malu difoto karena belum berjilbab itu menceritakan kisah perjalanan spiritualnya di situs Islam terkemuka www.readingislam.com .

�Saya lahir di Linz, Austria tahun 1953. Namun menghabiskan masa kecil di Muenchen, Jerman hingga akhirnya pindah ke Salzburg, Austria kala berusia 16 tahun,� ujar Prof. Aminah di awal tulisannya. Dikatakannya, ia dibesarkan dengan cara Kristen konservatif. Kedua orangtuanya penganut Kristen Protestan yang taat. Keluarganya juga mengajarkan pendidikan etika dan moral.

Semasa remaja Aminah tidak mengikuti aktifitas di gereja Protestan. Alhasil, orangtuanya lalu memintanya untuk aktif di gereja Evangelis dan segera menjadi anggota aktif serta menjadi ketua salah satu kelompok pelajar. Ia belajar Bibel dan yakin dengan dogma bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Demikian juga ia yakini Yesus mati disalib guna menebus dosa-dosa pengikutnya.

Pada mulanya ia jalani semua itu tanpa ada penolakan. Namun beberapa tahun kemudian, masih di komunitas yang sama, hati kecilnya mulai menolak hingga keluar dari perkumpulan itu karena bertentangan dengan rasionalnya. Secara berulangkali ia mengatakan bahwa Tuhan masih misterius baginya. Kala itu ia mulai ragu Yesus sebagai Tuhan. Sejak itulah ia mulai mencari kebenaran hidup.

Aminah menyelesaikan sekolah menengahnya di kota Salzburg. Selanjutnya, di kota kelahiran komponis kenamaan Mozart itu ia meneruskan pendidikan tinggi di Universitas Salzburg dan mengambil jurusan Biologi. Belajar sembari bekerja sampingan (part time) di universitas tempatnya belajar pun dilakoni.

Setelah menyelesaikan program doktor, Aminah kemudian menikah dan prosesinya berlangsung di gereja. Dari permenikahan itu ia memiliki dua orang anak. Namun kebahagiaannya tak berlangsung lama. Karena alasan tak ada keharmonisan kemudian cerai. Sejak saat itu ia sudah mulai meninggalkan gereja.

Diterima menjadi dosen
Aminah mencoba melamar kerja karena ia sendirian mengasuh anak-anak. “Alhamdulillah saya dapat pekerjaan bagus di Universitas Salzburg sebagai staf pengajar dan peneliti di bidang Biologi,” ujarnya mengenang.

Kemudian ia memutuskan menikah untuk kedua kalinya. Ketika itu ia juga masih dalam proses mencari kebenaran. Namun pernikahan kedua itu juga bak bencana dan akhirnya cerai lagi. Mirip dengan kasus pertama.

“Waktu itu suami yang kedua itu mengambil keuntungan dari pekerjaan saya sebagai dosen. Sementara ia hanya santai saja tanpa ada upaya untuk mencari dukungan financial lainnya. Sakitnya lagi, ia bahkan tidak peduli terhadap anak-anak,” tukasnya lagi. Syukurnya saat cerai yang kedua itu Aminah sudah meraih posisi sebagai profesor dan memegang tanggungjawab penuh pekerjaan di kampus.

“Namun saya merasa belum mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Pekerjaan pun dobel dan bahkan melebihi kapasitas. Ya mengajar, mengasuh anak-anak, mengurus rumah. Hingga saya kelelahan fisik dan psikis sampai akhirnya mengalami depresi berkepanjangan. Namun saya masih bisa bertahan, itu karena anak-anak,” akunya.

Selepas perceraian kedua, Aminah mengaku hidup bersama tanpa nikah dengan seorang pria yang usianya lebih muda 9 tahun dengannya. Hidup bersama tanpa nikah adalah hal lazim di dunia Barat.

“Hanya sebentar, kemudian saya ditinggalkan lagi. Sejak itu saya mulai lagi mengatur hidup sebagai wanita single, tanpa berharap akan ada pria lagi yang datang. Saya pikir untuk apa lagi. Saya sudah punya kerja, anak-anak sudah besar, punya apartemen nyaman, mobil, bisa menyalurkan hobi seperti mendaki gunung, main ski. Sudah bisa berdiri sendiri di atas kedua kaki. Saya sudah tidak punya kerinduan asmara lagi,” imbuhnya lagi. Namun ia mengaku masih belum puas untuk terus mencari kebenaran dalam hidup.

Berkenalan dengan Islam
“Pengetahuan tentang Islam sangatlah minim. Masa itu yang saya tahu �melalui media- Islam agama yang tidak simpatik,” ujarnya. Kala itu ia mengaku tidak pernah mendapatkan kontak dengan Islam secara langsung dan juga tidak ingin bersentuhan dengan orang-orang dari agama yang waktu itu disebutnya sebagai agama suka perang.

Sampai akhirnya situasi berubah secara tak terduga. Ceritanya, September 2002 ia bersama koleganya berencana menghabiskan liburan selama sepekan.

“Kami booking penerbangan pas detik-detik akhir. Syukurlah akhirnya dapat tawaran murah ke Mesir. Saya memang lagi ingin rilek, mengatur irama hidup kembali selepas lelah bekerja, dan berharap menemukan kebenaran yang kucari. Jujur saja, tidak ada lagi keinginan untuk menemukan pria idaman sebagai suami,” ujarnya seraya melanjutkan kisahnya.

“Kala itu, persis di sore pertama kami di hotel saya pergi ke restoran untuk makan malam. Eh entah bagaimana saya bertemu pandang dengan seorang pria yang terakhir saya ketahui bernama Walid. Ia juru masak di hotel itu. Kala mata kami bertemu, hati saya bergetar aneh. Ah saya jatuh cinta lagi!. Walid menceritakan, selepas menjadi suami saya, bahwa ia juga mengalami hal yang sama pada pandangan pertama itu,” kisah Aminah lagi.

Setelah kejadian itu hampir dua hari mereka tidak bertemu sampai kemudian Walid menulis sepucuk surat. Isi surat pertamanya itu Walid langsung mengajak Aminah untuk nikah.

“Liburan tinggal beberapa hari lagi dan saya merasakan hati seperti berat meninggalkan tempat itu. Akhirnya saya kembali ke Austria tanpa ada nomor kontak Walid yang dapat dihubungi. Namun dengan segera aku berpikir realistis bahwa ada pembatas yang sangat dalam diantara kami (umur, budaya, agama, pendidikan dan bahasa),” kilahnya. Namun hati tidak bisa ditipu. Akhirnya ia kembali ke Mesir dua bulan kemudian untuk mendapatkan cintanya lagi. Hanya saja masalah terbesar kala itu adalah sulitnya komunikasi karena faktor bahasa.

“Nampaknya Allah memang mengatur semua ini. Allah seakan mulai memperlihatkan jalan dalam hidupku. Beberapa hari selepas kembali ke Austria dari Mesir, seorang wanita datang dari Mesir dan bekerja sebagai peneliti tamu di institut kami selama satu tahun. Dua minggu kemudian saya pun mulai ikut kursus bahasa Arab di kampus yang ditawarkan oleh seorang profesor dari Mesir. Mereka juga mengajarkan banyak hal tentang Islam dan budayanya. Bahasa Arab adalah sebagai upaya untuk mempermudah komunikasi dengan Walid,” tuturnya mengenang. Karena tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Islam, ia membeli banyak buku dan sebuah terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jerman.

Menikah diam-diam
Pada kunjungan kedua kalinya ke Mesir Aminah berkunjung ke keluarga Walid. Ia mengaku terkesan dengan Walid yang sangat ulet dan berasal dari sebuah keluarga besar yang bermata pencaharian sebagai petani. Keluarganya memegang teguh ajaran Islam.

“Saya diajak bertemu keluarga besarnya itu. Sore pertama di sana, akhirnya kami sepakat untuk menikah secara Islam. Hanya melalui bantuan penghulu setempat di desa itu. Kesannya kami menikah secara diam-diam. Semata-mata untuk menghindari kemaksiatan. Walid sangat komit dengan ajaran agamanya, bahwa laki-laki dan perempuan yang belum ada ikatan pernikahan haram melakukan hubungan yang dilarang agama.”

Setelah perjalanan kali kedua itu, Aminah sempat ke Mesir beberapa kali hingga akhirnya kami bisa menikah secara resmi di Kairo.

“Saya sungguh sangat bahagia waktu itu. kami pun segera mengurus visa Walid untuk memperoleh ijin berkunjung ke luar negeri. Akhirnya Walid bisa ke Austria persis setahun selepas pertemuan pertama kami di hotel,” kenangnya.

Aminah secara perlahan mulai belajar banyak hal tentang Islam, baik melalui buku-buku maupun dengan bantuan rekan-rekan muslim di Austria. Ada hal menarik, yakni tanpa disangka ia diminta oleh Cairo University untuk menjadi penguji tesis salah seorang mahasiswa di sana. Nah dari beberapa kali kunjungan akademik itulah ia akrab dengan salah satu Muslimah Mesir yang kemudian jadi tempatnya bertanya hal Islam. Ia mengaku kagum dengan kebanyakan muslim termasuk kaum mudanya yang terbuka dan sangat respek jika bicara tentang Allah dan Islam.

Segera selepas kedatangan suaminya ke Austria, merekapun mengadakan kontak dengan mesjid yang ada di kota Salzburg. Ia menerima hadiah beberapa buku. Salah satu yang sangat berkesan adalah buku “Bible, Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Alam” karangan Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis. Buku itu sangat sesuai dengan aktivitas yang ia tekuni saat ini. Ia baru tahu, semua pernyataan ilmiah yang ada dalam Quran ternyata sangat sesuai dengan hasil-hasil penelitian terkini. Matanya makin terbuka.

”Al-Quran ternyata tidak hanya menjelaskan tentang Tuhan dan dunia, tapi juga semua pernyataan di dalamnya, semisal ilmu-ilmu alam, tidak kontradiksi dengan kenyataan,” ujarnya. Bagi Prof Aminah yang seorang saintis ilmu alam, tentu saja penjelasan

Al-Quran makin membuatnya mantap untuk mempelajari Islam. “Semakin jelas, Islam bukanlah agama baru, tapi justru agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya, misal Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, yang oleh agama lain tidak diakui, adalah pembawa risalah, pembawa kebenaran yang berasal dari Allah. Tak ada yang disangsikan, Al-Quran adalah perkataan Allah dan Muhammad utusannya! Jika ini merupakan kebenaran dan saya yakin atas itu, maka saya harus menerima dan menjalankan semua isi Al-Quran,” tegasnya.

Mengucap dua kalimah syahadah
Persis memasuki Ramadhan 2004, Walid menanyakan dengan bijak akankah Aminah melakukan langkah terakhir dalam pencariannya (memeluk Islam).

“Tak ada keraguan sama sekali. Saya bahkan menginginkan agar prosesi itu dilaksanakan di rumah kami dengan mengundang beberapa saudara terdekat, Muslim dan Muslimah. Alhamdulillah, Ramadhan tahun 2004 saya mengukir sejarah hidup, bersyahadah disaksikan suami, anak-anak dan beberapa rekan-rekan kami. Sungguh, saya sangat bahagia. Bahagia sekali bisa menjadi bagian dari umat Islam,” kenangnya.

Mulai saat itu Prof. Fatimah berupaya untuk meningkatkan keyakinan dan ketaqwaannya kepada Allah, demikian juga pengetahuannya tentang Islam. Dan, berusaha sebaik mungkin melaksanakan ajarannya. Shalat misalnya, ternyata jauh-jauh hari ia telah belajar bagaimana menunaikan salah satu tiang agama Islam itu. Juga ia mulai berpuasa di bulan Ramadhan.

Di akhir penuturannya, ia mengakui masih ada dua masalah yang tersisa. Pertama, ia masih ragu memberitahukan hal keislamannya itu kepada kedua orangtuanya.

“Meskipun mereka telah tahu pendapat saya tentang Islam, tapi saya belum bisa beritahu bahwa saya sudah masuk Islam. Mereka sudah sangat tua dan sering sakit-sakitan. Takutnya, jika mereka terkejut bisa berbahaya bagi kesehatan. Tapi ini hanya masalah waktu saja,” ungkapnya.

“Satu lagi masalah yang masih mengganjal, saya belum bisa mengenakan jilbab di tempat kerja. Memang Austria tidak ada masalah dengan Islam yang telah jadi agama negara. Namun masalahnya, masyarakat atau lingkungan di universitas saya bekerja masih tabu dengan itu.”

Profesor Fatimah mengaku, kendati begitu ia tetap berjuang untuk jilbabnya itu. Buktinya, dalam setiap kesempatan ia gunakan untuk bicara dan menjelaskan tentang Islam.

Alhamdulillah, Allah akhirnya menolong saya menemukan jalan kebenaran yang telah lama saya cari. Karena itu saya berusaha untuk menjadi muslimah yang baik. Di lingkungan kerja, saya mencoba mempraktekkan ajaran Islam yang saya ketahui dengan memberikan contoh-contoh yang bagus, tukasnya mengakhiri penuturannya kepada Readingislam. Selamat, semoga hidayah Allah kekal bersamamu saudaraku Fatimah! [zulkarnain jalil (Aceh)/www.hidayatullah.com]

http://swaramuslim.net/islam/more.php?id=5493_0_4_0_M

Hidayah Melalui Chatting

Franklin baru bersyahadat sebulan yang lalu. Dia sekarang aktif mengikuti kajian Islam pada The Islamic Forum for new / non Muslims yang asuh di Islamic Cultural Center. Subhanallah, pekan pertama dia menjadi Muslim, pemuda hispanic (keturunan Amerika Selatan) ini sudah membawa 2 orang temannya ikut bersyahadat. Satu orang gadis hispanic, satu orang lagi pemuda Yahudi.

Dalam hati saya bertanya-tanya, apa saja yang dia bicarakan kepada teman-temannya itu, sampai mereka tertarik ikut bersyahadat. Pertanyaan saya itu kemudian terjawab. Beberapa hari lalu, saya dikiriminya transkrip percakapan internet(chatting)nya dengan seorang pemuda lain di New York upstate. Dilakukan jam 1 dini hari! Kegigihannya dalam meyakinkan orang, bahwa Islam itu cool (keren) bikin saya tersipu-sipu. Gayanya funky khas anak muda. Berikut ini terjemahan percakapan mereka. FishermenComics adalah Franklin, sedangkan SHOCKWAVE886 adalah kenalan barunya. Ada bagian-bagian yang saya hapus (***********) karena alasan kebaikan.


FishermenComics [1:12 AM]: Hei, apakabar Teman
SHOCKWAVE886 [1:12 AM]: siapa ini?
FishermenComics [1:12 AM]: Saya, Franklin Taveras yang Agung
SHOCKWAVE886 [1:12 AM]: siapa?
FishermenComics [1:12 AM]: kita belum pernah kenalan
FishermenComics [1:13 AM]: kamu tinggal di New York ‘kan?
FishermenComics [1:14 AM]: kamu percaya Tuhan?
SHOCKWAVE886 [1:15 AM]: yeah saya percaya
FishermenComics [1:15 AM]: keren
SHOCKWAVE886 [1:15 AM]: kok kamu bisa tahu tentang saya?
FishermenComics [1:15 AM]: kalau begitu kita saudara
FishermenComics [1:15 AM]: kenapa aku tahu, karena tampangmu kayak angsa bodoh SHOCKWAVE886 [1:15 AM]: angsa bodoh?
FishermenComics [1:15 AM]: HAHA...
FishermenComics [1:15 AM]: kerja apa?
SHOCKWAVE886 [1:16 AM]: aku sedang tidak bekerja tapi sungguh-sungguh sedang berpikir untuk jadi pastor, pendeta, atau mungkin penginjil, belum tahu.
FishermenComics [1:17 AM]: AH YANG BENEEERRRR
FishermenComics [1:17 AM]: Saya dulu hampir jadi pastor
FishermenComics [1:17 AM]: tapi saya berhenti pada detik terakhir
FishermenComics [1:17 AM]: apa agamamu?
SHOCKWAVE886 [1:17 AM]: Katolik Roma
FishermenComics [1:17 AM]: Saya dulu Katolik
FishermenComics [1:17 AM]: sekarang saya Muslim
SHOCKWAVE886 [1:18 AM]: kamu pernah masuk penjara?
FishermenComics [1:18 AM]: nggak
FishermenComics [1:18 AM]: hehehehehehehehe
FishermenComics [1:18 AM]: Saudaraku
FishermenComics [1:18 AM]: Saya tahu kita baru ketemu
FishermenComics [1:18 AM]: tapi biarkan aku mengatakan sesuatu
FishermenComics [1:18 AM]: pernahkah kamu meragukan Tuhan?
FishermenComics [1:18 AM]: jujur ya?
SHOCKWAVE886 [1:18 AM]: enggak
FishermenComics [1:19 AM]: bagus
FishermenComics [1:19 AM]: tapi dengar nih ya
FishermenComics [1:19 AM]: tahukah kamu apa 3 agama yang paling cepat berkembang?
SHOCKWAVE886 [1:19 AM]: nggak
FishermenComics [1:20 AM]: Islam berkembang 9 kali lebih cepat daripada Kristen, kemudian Budha, kemudian Kristen lagi
FishermenComics [1:20 AM]: Saya dulu seorang pembuat film-film Kristen
FishermenComics [1:20 AM]: saya seorang penyebar bible
FishermenComics [1:20 AM]: saya tahu kita baru ketemu tapi kamu sebaiknya ke gereja ikut saya
FishermenComics [1:21 AM]: untuk menemui beberapa orang yang kukenal
SHOCKWAVE886 [1:21 AM]: aku nggak tahu tentang itu semua, tapi asyik juga ngobrol sama kamu
SHOCKWAVE886 [1:21 AM]: ada ceweknya nggak?
FishermenComics [1:21 AM]: Kamu kepingin jadi pastor tapi masih ngomongin cewek ?
SHOCKWAVE886 [1:21 AM]: selalu
FishermenComics [1:22 AM]: pasti kamu bakal jadi pastor yang ***********
FishermenComics [1:22 AM]: Tuhan bilang kita semua harus menikah
SHOCKWAVE886 [1:22 AM]: hahahaha bukan gituuuu
SHOCKWAVE886 [1:22 AM]: aku mah gak bakalan gitu
FishermenComics [1:22 AM]: Saya heran kenapa pastor nggak menikah
FishermenComics [1:23 AM]: ngomong-ngomong, apa yang kamu tahu tentang Islam?
SHOCKWAVE886 [1:23 AM]: aku tahu banyak orang masuk penjara terus masuk Islam untuk perlindungan, jadi aku pikir mereka dihormati (setelah masuk Islam)
FishermenComics [1:24 AM]: salah, hehehe, hampir setiap hari lebih dari 30 orang di New York saja masuk Islam
FishermenComics [1:24 AM]: soalnya (Islam) itu adalah kebenaran, Bro
FishermenComics [1:24 AM]: saya bisa menunjukkan kepadamu
FishermenComics [1:24 AM]: Hanya ada satu Tuhan
SHOCKWAVE886 [1:24 AM]: aku nggak mau pindah agama
FishermenComics [1:25 AM]: Saya nggak nyuruh kamu pindah agama, tugas muslim hanya menyampaikan pesan
FishermenComics [1:25 AM]: dan selebihnya urusan Tuhan
FishermenComics [1:25 AM]: seorang muslim dilarang memindahkan agama orang lain
FishermenComics [1:25 AM]: haram, dosa
FishermenComics [1:26 AM]: Muslim mengimani hal-hal yang diimani orang Kristen dan Yahudi
FishermenComics [1:26 AM]: Islam satu-satunya agama yang mengikuti SEMUA perintah Musa, dan nabi-nabi lainnya
FishermenComics [1:26 AM]: semoga kedamaian atas mereka semua
FishermenComics [1:26 AM]: kami beriman kepada Jesus Christ
FishermenComics [1:27 AM]: dia akan datang lagi
FishermenComics [1:27 AM]: dialah Al-Masih
SHOCKWAVE886 [1:27 AM]: aku tahu
FishermenComics [1:27 AM]: dan dalam Islam
FishermenComics [1:27 AM]: kitab suci kami luar biasa
FishermenComics [1:27 AM]: di dalamnya banyak sekali mukjizat
SHOCKWAVE886 [1:27 AM]: di kitab suciku juga banyak
FishermenComics [1:27 AM]: dan kitab suci kami tidak pernah berubah
FishermenComics [1:27 AM]: Muslim mengimani Injil juga
FishermenComics [1:28 AM]: kami mempelajarinya
FishermenComics [1:28 AM]: tapi Injil sudah diubah-ubah oleh manusia
FishermenComics [1:28 AM]: benar atau salah
FishermenComics [1:28 AM]: ?
FishermenComics [1:28 AM]: Tidak ada Injil yang asli, karena itu kamu nggak bisa memastikan apakah ia asli dari Tuhan
SHOCKWAVE886 [1:28 AM]: yea
FishermenComics [1:30 AM]: kalau ada yang mau ditanyakan, Bro, ikut aku ke masjid di kota. Setiap orang di sana pindahan dari Kristen/Yahudi/ dan bahkan Ateisme.... Sekarang coba kutanya, agama apa yang bisa meyakinkan seorang ateis bahwa Tuhan itu ada?
SHOCKWAVE886 [1:30 AM]: aku nggak tahu, Man
FishermenComics [1:30 AM]: hehehehehe
FishermenComics [1:31 AM]: Saya baru memeluk Islam sebulan yang lalu
SHOCKWAVE886 [1:31 AM]: aku nggak bisa begitu
FishermenComics [1:31 AM]: okay begini deh
SHOCKWAVE886 [1:31 AM]: tapi aku suka denger omongan kamu
FishermenComics [1:32 AM]: gimana kalau, Tuhan yang Maha Kuasa bisa bicara langsung dengan kamu lewat sebuah kitab
FishermenComics [1:32 AM]: dan menjawab semua pertanyaan kamu
SHOCKWAVE886 [1:32 AM]: dia memang bicara kepadaku
FishermenComics [1:32 AM]: dan sains-nya masuk akal
FishermenComics [1:32 AM]: Bukan maksud saya benar-benar bicara kepadamu
SHOCKWAVE886 [1:32 AM]: yea aku tahu
FishermenComics [1:32 AM]: misalnya saya tahu bagaimana Tuhan memberikan tanda-tanda
FishermenComics [1:33 AM]: Gimana dia bicara dengan kamu?
SHOCKWAVE886 [1:33 AM]: susah menjelaskannya, tapi aku banyak berdoa
FishermenComics [1:33 AM]: Itu bagus
FishermenComics [1:33 AM]: Kamu percaya sama teori evolusi
FishermenComics [1:33 AM]: atau aliens?
SHOCKWAVE886 [1:33 AM]: kamu dibayar ya untuk obrolan ini?
FishermenComics [1:33 AM]: hahahahahahahaha
SHOCKWAVE886 [1:34 AM]: evolusi aku percaya
SHOCKWAVE886 [1:34 AM]: aliens nggak, kecuali kalau yang kamu maksud alien itu orang Mexico
FishermenComics [1:34 AM]: di dalam Islam (artinya, kepasrahan kepada Tuhan) semua Muslim meyakini hal-hal yang sama
FishermenComics [1:34 AM]: Evolusi itu nggak benar, Bro
SHOCKWAVE886 [1:35 AM]: nggak juga
FishermenComics [1:35 AM]: aliens memang benar ada, di dalam Quran, Tuhan berfirman jangan mengira kita sendirian di alam semesta ini, jadi Dia memberi kita tanda-tanda
SHOCKWAVE886 [1:35 AM]: kamu punya aim?
FishermenComics [1:35 AM]: ini yang kumaksud tadi, tak ada dua orang Kristen yang meyakini satu hal yang sama.
FishermenComics [1:36 AM]: apa aim?
SHOCKWAVE886 [1:36 AM]: aol instant messanger
FishermenComics [1:36 AM]: oh
FishermenComics [1:36 AM]: yeah
FishermenComics [1:36 AM]: Bro, ayo kita ketemu
FishermenComics [1:36 AM]: dengan izin Tuhan
FishermenComics [1:37 AM]: Saya lihat kamu sangat mencintai Tuhan
FishermenComics [1:37 AM]: jadi kita sama dalam hal itu
FishermenComics [1:38 AM]: izinkan saya memberimu Quran
FishermenComics [1:38 AM]: supaya kamu bisa baca sendiri isinya
SHOCKWAVE886 [1:38 AM]: ok
FishermenComics [1:38 AM]: Tuhan akan membimbing kamu, dan kalau dia tidak membimbingmu, maka Islam agama yang salah
FishermenComics [1:39 AM]: kamu tinggal di dekat stasiun kereta
SHOCKWAVE886 [1:39 AM]: kira-kira begitu
FishermenComics [1:39 AM]: tempat yang saya datangi ini, sebuah kelompok kecil, dan iya ada wanita-wanita cantik di sana
FishermenComics [1:39 AM]: mereka semua pindah ke Islam
FishermenComics [1:39 AM]: dari Kristen
FishermenComics [1:40 AM]: Saya bersumpah ini akan jadi pengalaman berharga untuk kamu
FishermenComics [1:40 AM]: kalau kamu nggak suka
FishermenComics [1:40 AM]: kamu nggak perlu datang lagi
FishermenComics [1:40 AM]: dan kamu boleh bilang “F*** off “ kepadaku
SHOCKWAVE886 [1:40 AM]: nggak laah, nggak akan aku bilang gitu
SHOCKWAVE886 [1:40 AM]: tapi aku nggak mau pindah agama, itu aja soalnya
FishermenComics [1:40 AM]: di dalam Islam
FishermenComics [1:40 AM]: kamu bukan pindah agama
FishermenComics [1:41 AM]: kamu kembali ke Islam, karena Islam adalah agama yang asli, kamu cuma akan belajar saja
FishermenComics [1:41 AM]: itu saja
FishermenComics [1:41 AM]: tidak akan ada seorangpun yang akan bilang begini
FishermenComics [1:41 AM]: hei, dengar nih, pindah agama sekarang, kalau nggak saya bom kamu
FishermenComics [1:42 AM]: lihat juga foto-foto saya nih, saya bukan pemerkosa atau sejenisnya
FishermenComics [1:42 AM]: jadi jangan takut
SHOCKWAVE886 [1:42 AM]: jadi aku tetap Katolik Roma dan hanya belajar tentang Islam?
FishermenComics [1:42 AM]: YES
FishermenComics [1:42 AM]: dulu saya juga begitu
FishermenComics [1:42 AM]: saya cuma belajar
FishermenComics [1:42 AM]: sumpah pasti menyenangkan
FishermenComics [1:42 AM]: kalau nggak
FishermenComics [1:42 AM]: kamu boleh tembak aku
SHOCKWAVE886 [1:42 AM]: nggak laah, Maan
FishermenComics [1:42 AM]: hehehehehe
SHOCKWAVE886 [1:43 AM]: saya benar-benar lagi mikir nih
FishermenComics [1:43 AM]: alasan kenapa saya kepingin kamu datang
FishermenComics [1:43 AM]: adalah karena saya merasa
FishermenComics [1:43 AM]: sangat bahagia di dalamnya
FishermenComics [1:43 AM]: luar biasa rasanya begitu dekat dengan Tuhan
FishermenComics [1:43 AM]: saya nggak pernah merasakan ini di Kristen, padahal waktu itu saya sangat taat beragama
SHOCKWAVE886 [1:44 AM]: sialan, Man, aku jadi bingung nih
SHOCKWAVE886 [1:44 AM]: beneran nih
SHOCKWAVE886 [1:44 AM]: payah nih aku
FishermenComics [1:44 AM]: hehe
FishermenComics [1:44 AM]: Dengerin nih
FishermenComics [1:44 AM]: mau ngomong di telepon aja?
FishermenComics [1:45 AM]: saya bosen ngetik terus nih
FishermenComics [1:45 AM]: saya mau bicara panjang lebar
FishermenComics [1:45 AM]: saya cuma mau cerita gimana saya sampai pindah agama
FishermenComics [1:45 AM]: dan kenapa saya melakukannya
FishermenComics [1:45 AM]: maksud saya kembali ke Islam
SHOCKWAVE886 [1:45 AM]: well, aku nggak bisa ngasih nomor telepon soalnya temanku mau ikut dengar juga nih
FishermenComics [1:45 AM]: Oke
FishermenComics [1:46 AM]: suruh dia buka chatting juga
FishermenComics [1:46 AM]: kita bertiga
SHOCKWAVE886 [1:46 AM]: dia duduk di sini
FishermenComics [1:46 AM]: oh
FishermenComics [1:46 AM]: ya udah ajak aja dia
FishermenComics [1:46 AM]: hehe
SHOCKWAVE886 [1:46 AM]: o yea ngomong-ngomong ini teman Paul
FishermenComics [1:46 AM]: oke
FishermenComics [1:47 AM]: kamu baca apa yang dari tadi aku bilang, Bro?
SHOCKWAVE886 [1:47 AM]: dari tadi memang aku terus
FishermenComics [1:47 AM]: Kau dan Paul kita ketemu aja, di kota
SHOCKWAVE886 [1:47 AM]: Paul orang Yahudi
FishermenComics [1:47 AM]: oh
FishermenComics [1:47 AM]: kamu sendiri?
SHOCKWAVE886 [1:47 AM]: Katolik Roma
FishermenComics [1:47 AM]: oh
FishermenComics [1:48 AM]: jadi siapa namamu?
SHOCKWAVE886 [1:48 AM]: Mike
FishermenComics [1:49 AM]: kau ikut aja
SHOCKWAVE886 [1:49 AM]: paul bilang kamu bisa telepon ke rumahnya
FishermenComics [1:49 AM]: oke
FishermenComics [1:49 AM]: Begini
FishermenComics [1:49 AM]: saya nggak mau memaksa
FishermenComics [1:49 AM]: tapi saya BERSUMPAH segala hal dalam agama ini masuk akal semua
FishermenComics [1:50 AM]: saya tidak disuruh siapa-siapa untuk melakukan ini
SHOCKWAVE886 [1:50 AM]: aku percaya, tapi jangan berpikir bahwa saya akan berubah keyakinan
FishermenComics [1:50 AM]: okay
FishermenComics [1:50 AM]: tapi
FishermenComics [1:51 AM]: Tuhan akan membuka hatimu jika ini kebenaran
FishermenComics [1:51 AM]: jika Islam salah
FishermenComics [1:51 AM]: Dia tidak akan membuka hatimu
FishermenComics [1:51 AM]: dan jika Tuhan tidak memberikan tanda-tanda bahwa Islam adalah kebenaran, maka ini agama yang salah
SHOCKWAVE886 [1:52 AM]: Muslim percaya kepada jesus kristus dan injil?
FishermenComics [1:52 AM]: YES
FishermenComics [1:52 AM]: DIA adalah Al-Masih
FishermenComics [1:52 AM]: dan dia akan datang lagi
FishermenComics [1:52 AM]: ini yang banyak orang tidak memahami tentang Islam
FishermenComics [1:53 AM]: mereka tahunya kami menyembah manusia yang bernama mohammed
FishermenComics [1:53 AM]: padahal nggak
SHOCKWAVE886 [1:53 AM]: kalau allah?
FishermenComics [1:53 AM]: Allah adalah Tuhan yang sebenarnya
FishermenComics [1:54 AM]: kata Tuhan adalah sebuah kata yang baru
SHOCKWAVE886 [1:54 AM]: jadi kamu menyembah siapa?
FishermenComics [1:54 AM]: Kami menyembah apa yang disembah para nabi
FishermenComics [1:54 AM]: dan melakukan apa yang mereka sejak dahulu
SHOCKWAVE886 [1:54 AM]: gimana caranya?
FishermenComics [1:54 AM]: sujud kepada Tuhan
FishermenComics [1:55 AM]: kami beribadah sebagaimana yang dilakukan Jesus
FishermenComics [1:55 AM]: di dalam Injil
FishermenComics [1:55 AM]: Sujud kepada Tuhan
FishermenComics [1:55 AM]: this is the way to pray
SHOCKWAVE886 [1:55 AM]: saya akan tetap mengikuti bible dan menyembah Jesus bahkan jika saya pindah agam sekalipun, kamu ngerti?
FishermenComics [1:55 AM]: yeah
FishermenComics [1:55 AM]: Tapi kenapa menyembang anaknya bukan bapaknya?
SHOCKWAVE886 [1:55 AM]: saya menyembah keduanya
FishermenComics [1:56 AM]: kan Tuhan lebih Agung daripada Jesus?
SHOCKWAVE886 [1:56 AM]: tuhan adalah sebuah roh
FishermenComics [1:56 AM]: ??????
FishermenComics [1:56 AM]: Tuhan adalah segala hal, dia bukan roh
SHOCKWAVE886 [1:56 AM]: aku tahu
FishermenComics [1:57 AM]: Muslim meyakini benar bahwa Tuhan menciptakan 3 jenis makhluk
FishermenComics [1:57 AM]: Para malaikat
FishermenComics [1:57 AM]: Manusia
FishermenComics [1:57 AM]: dan roh-roh
FishermenComics [1:58 AM]: Bro, kita ngomong di telepon aja deh, saya bukan pembunuh atau apa gitu
SHOCKWAVE886 [1:59 AM]: gimana yah
FishermenComics [1:59 AM]: ada bible nggak di dekat kamu?
SHOCKWAVE886 [2:00 AM]: nggak, tapi di rumahku ada, kenapa?
FishermenComics [2:00 AM]: okay
FishermenComics [2:00 AM]: di Matius 5: 17
FishermenComics [2:00 AM]: Jesus Kristus bilang
FishermenComics [2:01 AM]: bahwa alasan kenapa ia dulu datang adalah untuk memperbarui perintah-perintah Tuhan (the commandments), dan untuk memastikan bahwa perintah-perintah itu tidak akan pernah dilanggar lagi, TIDAK PERNAH, “..dan mereka yang melanggarnya, telah jatuh dalam kesesatan..”
FishermenComics [2:01 AM]: okay, sekarang coba katakan kepadaku
FishermenComics [2:01 AM]: Agama apa yang mentaati, tidak 1 atau 2, tapi SELURUH perintah Tuhan kepada Musa, dan Tuhan?
FishermenComics [2:02 AM]: Bro kamu masih di situ?
SHOCKWAVE886 [2:02 AM]: ya
FishermenComics [2:02 AM]: ok
FishermenComics [2:02 AM]: hehehe
SHOCKWAVE886 [2:02 AM]: saya sedang berpikir
FishermenComics [2:03 AM]: okay
FishermenComics [2:03 AM]: Islam lah satu-satunya agama yang begitu
FishermenComics [2:05 AM]: Orang Yahudi tidak mentaati seluruh perintah, tapi mereka mentaatinya lebih banyak daripada orang Kristen, dan karena alasan tertentu orang Kristen tidak mentaati hukum-hukum Tuhan bahkan ketika Jesus melarang untuk menyembah dirinya, tapi supaya menyembah bapak KITA dan apa yang dikatakannya di Matius 5: 17
FishermenComics [2:05 AM]: ngerti maksudku?
SHOCKWAVE886 [2:05 AM]: ya
SHOCKWAVE886 [2:05 AM]: kapan dan dimana seminarnya?
FishermenComics [2:06 AM]: maksudnya?
SHOCKWAVE886 [2:06 AM]: di mana
FishermenComics [2:07 AM]: oh tempatnya
FishermenComics [2:07 AM]: kalau kamu ambil kereta 1239 ke 72st street di kota
FishermenComics [2:07 AM]: di situlah tempatnya
SHOCKWAVE886 [2:08 AM]: di Manhattan?
FishermenComics [2:08 AM]: yes
FishermenComics [2:08 AM]: gampang kok ke sana
SHOCKWAVE886 [2:08 AM]: kapan
FishermenComics [2:09 AM]: Sabtu
FishermenComics [2:09 AM]: jam 2.30 siang
FishermenComics [2:09 AM]: begini kalau kamu mau saya bisa menemani, kalau kamu nggak merasa nyaman, kita bisa ketemu dan ngobrol dulu terus kita kesana bersama
SHOCKWAVE886 [2:10 AM]: hey kalau kamu mau nelpon sekarang ke sini ini nomornya (1845) 469-5***
FishermenComics [2:11 AM]: ok
FishermenComics [2:11 AM]: ini di NY?
SHOCKWAVE886 [2:11 AM]: ya tapi aku tinggal di upstate sekitar 1 jam dari the bronx dan 25 menit dari rockland atau new jersey
FishermenComics [2:12 AM]: oh
FishermenComics [2:12 AM]: okay
FishermenComics [2:13 AM]: Tuhan akan membuka hatimu
FishermenComics [2:13 AM]: bersiaplah untuk mukjizat-mukjizat
FishermenComics [2:13 AM]: kamu akan lihat
FishermenComics [2:13 AM]: itulah yang Dia lakukan kepadaku
FishermenComics [2:13 AM]: saya akan telepon sekarang
SHOCKWAVE886 [2:13 AM]: ok

Pembicaraan mereka di Internet berhenti setelah berlangsung tepat 1 jam. Lalu Franklin menelpon Mike dan Paul. Keduanya kini peserta aktif diskusi di Islamic Center of New York. (Hidayatullah.com)

http://www.kebunhikmah.com/article.php?catid=30

Oh Tuhan, tunjukkanlah bagaimana menemukan-Mu

Ayesha lahir di sebuah kampung nelayan kecil, di Sussex, Inggris. Ayesha terkenal aktif di sekolahnya. Nilai-nilai pelajarannya cemerlang, namun ada hal yang membedakan dengan anak-anak lain.

Bila rekan-rekan sebayanya sibuk dengan boneka, dia lebih sering mencorat-coret membuat puisi, merenung, mencari keberadaan Sang Pencipta.

“Kalau anda seorang gadis kecil berumur tujuh tahun tapi sudah mempelajari Hinduisme,dan agama-agama lain, lantas berdebat dengan orang-orang dewasa, tentu itu aneh sekali”, ujarnya. Meskipun kedua orang tuanya atheis dia selalu yakin akan kebenaran agama. Dia percaya akan adanya Tuhan. “Tapi......, Nak cari susah”, katanya dalam dialek melayu.

Boleh dibilang bookaholic (kegemaran akan buku) mengalir dari kedua orang tuanya, Alan Scoot dan Carol Ann, serta paman dan bibinya yang rata-rata berpendidikan tinggi. Sejak kecil Ayesha dan dua adik prianya telah terbiasa dengan tumpukan buku di rumah mereka.

Ketika mendengar tentang Islam, Ayesha berniat mempelajarinya. Tapi sulit sekali menemukan informasi tentang Islam. Bahkan di perpustakaan tak ada buku-buku tentang Islam, apalagi Al-Quran. Gurunya, yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang Islam, ternyata hanya memberi jawaban ngawur. Satu-satunya yang dikatakan gurunya tentang Islam adalah orang-orang Islam telah membunuh tentara-tentara Kristen dalam perang Salib. Islam memiliki Nabi yang sangat lucu, yaitu Muhammad dan pedoman hidup mereka adalah Al-Quran. Ayesha tak tahu harus kemana dia bertanya. Apalagi Sussex jarang ditemui pendatang Muslim Timur Tengah atau Asia.

Ditengah rasa putus asa yang melandanya itu, suatu malam di usianya yang ke 13, dia berdoa, “Oh Tuhan, siapapun atau apapun Engkau, tunjukkanlah bagaimana menemukan-Mu”.

Esoknya secara kebetulan Ayesha bertemu dengan tiga mahasiswi Muslim asal Malaysia yang sedang belajar di Sussex. “Mereka tidak pernah membujuk saya untuk masuk Islam. Kami hanya berteman. Saya perhatikan mereka masuk kamar dan melakukan shalat, Saya tanya, “Mengapa mereka shalat? Jawab mereka, “itu salah satu ajaran agama kami”, kenang Ayesha.

Salah seorang dari mereka memberikan Ayesha sebuah buku Al-Quran terjemahan dan beberapa buku tentang Islam. Khawatir ketahuan orang tuanya, Ayesha menyembunyikan Al-Quran dan buku-buku itu di bawah kasur. “Waktu itu saya tidak tahu bahwa Al-Quran seharusnya tidak boleh disimpan dibawah kasur,” ujarnya terkekeh.

Pada tahun 1975, diusianya yang ke-15, dia mengambil langkah berani dalam hidupnya. Suatu malam, saat kedua orang tuanya tidur, Ayesha membasuh dirinya dalam kamar mandi. Saya berkata dalam hati; “Tuhan , saya tahu bahwa saya mandi, menyucikan diri dan berharap Engkau dapat memaklumi kebodohan saya.”

Setelah itu, dia kembali ke kamar tidur. Dengan harapan disaksikan Allah, Malaikat dan Nabi Muhammad SAW, dia mengucapkan kalimat Syahadat.

Sepintar-pintar Ayesha menyimpan rahasia, toh akhirnya terbongkar juga. Orang tua Ayesha marah besar hingga menjadi pertengkaran yang hebat. Puncaknya, dia harus keluar rumah. Ini terjadi pada musim dingin 6 Desember 1976. Di tengah salju tebal, “Saya keluar rumah menjinjing kopor ditangan dan uang lima pound di saku”, kenangnya.

Bila ingin mendapat cinta Allah, maka kita akan mendapatkannya melalui cobaan. Tiap kali lulus ujian, Dia akan menganugerahkan ilmu, pengertian dan kedamaian hati.

Ketika berusia 25 tahun, dia menikah dengan seorang mahasiswa muslim asal Malaysia, Muhammad Zaid bin Haji Sani, Beruntung, pengetahuan suaminya cukup luas sehingga dia banyak belajar darinya. Di Malaysia, Ayesha sering sibuk memenuhi undangan berceramah dikampung-kampung dan kantor pemerintah.

Namun baginya, suami dan anak-anak prioritas utama. “Anak-anak adalah titipan Tuhan yang tak bernilai harganya”, ujarnya. Bila doa seorang anak yang shaleh dan shalehah dapat menyelamatkan kedua orang tuanya dari api neraka, siapa yang tidak ingin punya anak?”, Lanjutnya. Bicara soal keluarga, Ayesha lebih lanjut memaparkan, “Tugas kita membimbing dan menjelaskan mana yang baik dan mana yang buruk dalam pandangan Islam, dan akhirnya memberi pilihan untuk memutuskan.”

“Perempuan harus menjaga keluarganya, bukan dirinya sendiri. Bila suatu unit keluarga utuh, keluarga itu akan selamat. Bila tidak, maka akan hancur. Hancurnya keluarga adalah awal penyebab kehancuran masyarakat,” tandasnya. Dan anak-anak adalah yang terpenting. Bila sejak dini orang tua tidak dapat mendampingi anak-anak untuk memberikan pemahaman tentang Islam, mereka akan jauh dari Islam dan sulit nantinya membentuk mereka menjadi muslim yang baik. Memberi pemahaman keislaman sejak usia muda itu yang penting,�tandas Ayesha menutup pembicaraan. (Sumber: Ummat)

http://swaramuslim.net/islam/more.php?id=5343_0_4_0_M

Isi Bibel Mengantarkannya untuk memeluk Islam

Dewi Purnamawati nama saya, kelahiran Solo Th. 1962. Tahun 1971, Mase (panggilan saya kepada ayah) yang pegawai AURI pindah tugas ke P. Lombok sehingga saya besar di P. Lombok sampai lulus SLTA Th. 1981. Kemudian kuliah di IKIP Negeri Yogyakarta sampai lulus Th. 1985. Sejak Th. 1986 saya kembali menetap di Solo dan mengabdikan diri sebagai guru listrik di STM Negeri 2 Surakarta yang saat ini namanya SMKN V Surakarta.

Pengaruh kekristenan ibu yang aktifis gereja sangat kuat, Th. 1971 Mase yang semula Islam tidak sekedar dikristenkan ibu tetapi bahkan berhasil dibina menjadi aktifis penginjilan yang militan & handal. Mase dianggap punya kelebihan talenta. Mampu berinteraksi dan mengusir kuasa kegelapan, padahal kemampuan metafisik/paranormal semacam itu yang mereka anggap kelebihan dan anugerah Tuhan, dalam kacamata Islam justru indikasi lemahnya Tauhid, karena menurut ajaran Islam talenta semacam itu sebenarnya berasal dari setan.

Kami 3 bersaudara -saya dan 2 adik saya- dididik dengan ketat dalam kehidupan kristen yang taat dan sangat kuat. Sejak kecil sudah dicekoki doktrin-doktrin kristen. Merendahkan & apriori terhadap Islam. Harus mampu menampakkan bahwa kristen adalah KASIH. Digembleng menjadi militan untuk mampu memasuki dan mempengaruhi kehidupan masyarakat P. Lombok yang mayoritas beragama Islam, kami semua aktif dalam penginjilan/pemurtadan. Contoh keberhasilan didikan ibu adalah adik saya laki-laki, sejak kira-kira Th. 1997 ia menjadi pendeta di daerah Cimahi setelah menamatkan S2 nya di Institut Agama Kristen TIRANUS Cimahi Bandung.

Dia telah sukses mengkristenkan orang satu kampung melalui cara mengajarkan dan membantu masyarakat berusaha dengan mengelola tanaman hidrophonik, sementara adik saya perempuan, aktif penginjilan di P. Madura. Obsesinya mengkris-tenkan para kiai. Sebab peluang itu ada! Kalau malam minggu dia menga-mati kiai nyebrang ke Surabaya, pakaian kiainya ditanggalkan dan ganti pakai celana jeans dan T.Shirt lalu asyik dalam dunia hiburan!.

Saya sendiri, suami pertama adalah aktifis HMI sekaligus pengurus pengajian yang telah berhasil saya kristenkan, tetapi akhirnya kami bercerai juga. Memang kristen mengajarkan “Apa yang telah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan manusia.”tetapi pendeta akhirnya mengijinkan kami bercerai, ia tidak punya solusi.

Anak saya sejak perceraian itu dipelihara ibu di Lombok, ia dididik ibu menjadi kristen militan. Tidak boleh saya ambil untuk saya didik di Solo, kecuali kalau saya balik ke kristen. Anak saya yang semata wayang itu, untuk mendapatkannya ibarat”toh nyowo” hampir keguguran sampai 3 kali.

Tepatnya malam 27 Ramadhan th. 2004, dengan sadar & tanpa beban telah memutuskan hubungan ibu-anak dengan saya, karena meski-pun diiming-imingi, diancam dan menanggung resiko apapun saya tetap Islam tidak mau balik Kristen. Dengar-dengar sekarang ini ia kuliah di Jawa mengambil Pastoral Konseling di sekolah theologi, dalam rangka menjadi seorang pendeta “ wallaahu a’lam.

Sejak itu pula saya di PHK keluarga saya. sama nenek saya , Pakde Bud, Bapak-ibu dan adik-adik yang sejak kecil saya yang mengasuh, membiayai pendidikan & pernikahan mereka. Sebenarnya sejak kecil saya sudah sering merasa sangsi, bimbang, bingung, galau dan ragu dengan ajaran Kristen. Banyak sekali kejanggalan, banyak hal tidak sesuai dengan akal sehat, tetapi saya tetap mencoba setia dengan kekristenan saya. Tetap melakukan penginjilan walau kegalauan semakin hari semakin membengkak dan terasa menyiksa. Pindah agama Islam? Wow”..sorry! secuilpun tak ada minat, image Islam tidak menarik sama sekali! kalau benci” memandang rendah “. Ya!.

Namun yang namanya hidayah, kalau Allah menghendaki maka tidak ada seorangpun yang mampu menolaknya meskipun semula ia sangat membencinya.

Saya meragukan kesempurnaan Bible, pikir saya “Kalau buku sudah benar dan sempurna tidak usah direvisi, kalau kitab Injil sudah sempurna mengapa Allah masih menurunkan Al-Qur'an ?” Itulah yang mengusik logika saya dan meluluhkan ke-Kristen-an saya.

Saya mulai meragukan Kristen, NATAL! Perayaan paling meriah dan ibadah paling sakral di dalam Kristen dan dirayakan setiap 25 Desember., tetapi tidak satupun ayat alkitab yang membahasnya atau minimal menyinggungnya, bahkan terbukti perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah perayaan yang merayakan kelahiran berhala-berhala pra Kristen, yaitu dewa Mithra yang dianggap putra tuhan dan cahaya dunia (dewa matahari), Osiris, Adonis, Dionysus, Khrisna. Jadi jelas bahwa perayaan Natal itu mengadopsi dan melestarikan perayaan tuhan-tuhan para penyembah berhala. Bahkan hari suci mingguan Kristen yang semula menghormati hari Sabat Yahudi yaitu hari Sabtu, oleh Kaisar Konstantin digeser dan disesuaikan dengan hari suci mingguan para penyembah berhala yang memuliakan dewa matahari yaitu Hari Matahari (SUN DAY) / hari Minggu.

Saya juga mulai meragukan isi Alkitab sendiri, misalnya :
Janganlah engkau minum anggur atau minuman keras, engkau serta anak-anakmu, bila kamu masuk ke dalam Kemah Pertemuan, supaya jangan kamu mati. Itulah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun. Imamat 10:9

Dalam ayat tersebut Allah melarang minum anggur dan mabuk tetapi kenapa dalam Injil karangan Yohanes 2:7-10 dikisahkan Mukjizat Yesus malah mengubah enam drum air menjadi anggur yang memabukkan ?

Kenapa kisah porno dan cabul bertebaran di “Kitab Suci Bible” misalnya di dalam kitab Kitab Kidung Agung misalnya :

Kiranya ia mencium aku dengan kecupan!
Karena cintamu lebih nikmat dari pada anggur
KA 1:2

Tangan kirinya ada di bawah kepalaku,
Tangan kanannya memeluk aku
. KA 2:6

Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu
Seperti dua anak rusa buah dadamu,
Seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput
Di tengah-tengah bunga bakung
. KA 4:3,5

Pusarmu seperti cawan yang bulat,
Yang tak kekurangan anggur campur.
Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung.
Seperti dua anak rusa buah dadamu,
Seperti anak kembar kijang
. KA 7:2-3

Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan
Buah dadamu gugusannya.7
Aku ingin memanjat pohon korma itu dan
Memegang gugusan-gugusannya.
Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan
Nafas hidungmu seperti buah apel
KA 7:7-8

Kenapa Allah Yang Maha Esa diakui terdiri dari 3 unsur tuhan tetapi dipaksakan dikatakan satu (trinitas/- tritunggal)? Seabreg kemusykilan dan seabreg masalah yang jauh dari akal sehat dan tidak selaras dengan nalar.

Saya jadi malas pergi ke gereja dan enggan membuka injil karena ada revisinya yaitu Al-Qur’an dan ketika teman meminjami buku berjudul “Akhlak Islam” masya Allah saya begitu ta’jub karena hal yang kecil diperhatikan dan ada tuntunan didalam Islam. Misal sehabis bersenggama wajib mandi besar, yang lewat lebih dulu memberi salam, istri pergi tidak cukup minta ijin tetapi suaminya harus ridho. Tentu hal yang besar lebih diperhatikan lagi! Setelah bertahun-tahun dalam kebimbangan, perenungan dan pergulatan batin serta berdoa memohon petunjuk kebenaran kepada Tuhan yang sebenar-benarnya Tuhan, maka saya memutuskan memeluk agama Islam pada Februari 1999.

Beberapa bulan berikutnya saya menikah untuk kedua kalinya dan yang mengantarkan saya pada Islam. Tetapi teman-teman saya yang mayoritas Islam tidak berusaha mendakwahi saya, entah karena tidak PD atau tidak paham bahwa Islam itu agama luar biasa, sempurna!. Tetapi justru saya yang getol menyampaikan Kristen kepada mereka.

Setelah keislaman saya, beberapa ujian datang dari teman-teman/tetangga yang Kristen atau orang Islam yang mencurigai ke-Islam-an saya, usaha saya bangkrut ditipu kyai yang berkedok membimbing saya, saya sempat terperosok ke dalam aliran Islam sesat, suami saya yang staf manajer mengundurkan diri karena diskriminatif. Ketika semangat Islam saya baru bersemi suami meninggal dan saya sakit keras dan sedihnya uang di dompet tinggal Rp.10.000,-.

Seminggu kemudian Ibu saya mengultimatum saya bila memilih Islam biaya hidup mulai kecil dianggap sebagai hutang. Saat ini saya bergabung di Forum Arimatea Solo dan turut berdakwah bahayanya kristenisasi dan membentengi umat Islam dari bahaya pemurtadan. Untuk ini saya sudah 6 kali menerima ancaman, baik akan dilaporkan di kelurahan, kepolisian dan akan dibunuh, tetapi saya tidak gentar karena Allah yang Maha Kuasa dan Maha menepati janji telah menjanjikan “Barang siapa menolong agama Allah maka Allah akan menolongnya” Dan siapapun tidak akan mampu mendatangkan kemudharatan jika Allah tidak menghendaki.

Inilah sekelumit perkenalan saya dan liku-liku hidup saya dalam menerima dan mempertahankan hidayah Al-Islam (al-islahonline)

http://swaramuslim.net/islam/more.php?id=5382_0_4_0_M