Rabu, 06 Februari 2013

Hether: Perjalanan Seorang “Ateis” Meyakini Islam Sebagai Kebenaran?

Saya mencari semua jenis kepercayaan di dunia yang bisa saya gapai, tapi tidak ada yang menyentuh hati saya. Ketika ada yang bertanya mengapa saya memeluk agama Islam, maka banyak sekali teman-teman di sekolah lama saya yang mencari dan menemui di Facebook akan merasa terkejut. Mereka ikut bertanya "Mengapa?" Karena hijab yang mereka lihat dahulu tidak sama dengan apa yang dilihat sekarang.

Hijab bukan sekadar penutupkepala. Ia merupakan segala-galanya yang saya percayai.Karena dulu saya merupakan seorang ateis yang bla-blakan. (Sayasekarang sudah tua.Saya tidak percaya bahwa saya sudah menjadi tua!).

Anda bisa menebak? Bagaimana saya bisa sampai di sini?

Baiklah, ketika itu saya masih belajar di sekolah tinggi, dan punya pacar yang begitu baik sekali, benarkah?!

Bagaimanapun, ini bukanlah merupakan hubungan yang terbaik. Dia merupakan seorang sampah! Itulah dia. Begitulah, saya hamil dan tersingkir dari sekolah. Saya menyerahkan anak untuk diadopsi dan menyalahkan Tuhan mengapa hidup saya sedemikian buruk. Saya membelakangi Tuhan, dan apayang bisa anda katakan.

Saya sedikit pulih dan mulai menilai diri saya. Dari sini bermula kisah pencarian.

Mencari Kebenaran
Saya dibesarkan sebagai seorang Lutheran. Saya dibaptis sebagai Lutheran. Saya masih ingat ketika melihat Laura dan Grint Welder di dalam cerita Little House. Saya begitu gembira melihat mereka ke gereja dan saya ingin sekali pergi ke gereja. Saya bertanya kepada ibu saya mengapa kami tidak pergi ke gereja. Dia meminta maaf dan berkata bahwa sebagai Lutheran kita hanya ke gereja saat pernikahan dan kematian. Saya tahu bahwa itu adalah bohong! Tetapi saya mempercayainya. Ketika menoleh ke belakang dan mengingat masa lalu,hal itu terasa lucu sekali. Itulah mengapa kami ke gereja hanya ketika ada pernikahan dan kematian.

Saya pergi ke gereja Lutheran.Saya pergi ke dalamya dan ia kelihatan masih baik. Saya mendapat sebuah kitab Injil dan membacanya. Saya tidak dapat menikmatinya. Saya tidak dapat merasakan seperti apa yang saya lihat dari orang di sekitar saya. Oleh karena itu, saya melihat ke tempat-tempat lain. Saya mencari semua isme. Saya mempelajari Taoisme, Buddhisme, dan Judaisme. Saya mencari segala apa yang bisa saya pikir, semuanya. Saya mencari segala jenis kepercayaan dan semua agama dunia yang bisa saya temui dan tidak ada yang menyentuh sanubari saya. Saya putus asa dan  merasakan semua yang saya temukan itu tidak benar. Jika ada yang benar dan saya menemukannya, maka saya akan menemukannya. Untuk saat itu, tidak ada apapun untuk saya, bahkan tidak ada Tuhan.

Saya kembali kepada Ateisme, tetapi tetap masih mencari. Sekalipun demikian, Anda bukan benar-benar ateis jika Anda masih mencari Tuhan. Satu hari saya sedang bekerja dengan seorang perempuan yang sejak lahir adalah seorang Kristen. Tidak ada yang menentang lahir sebagai Kristen, tetapi dia memang merupakan seorang perempuan yang lahir sebagai kristen. Dia begitu gemar bercerita dan saya memang seolah-olah pendengar yang baik saat orang bercakap dengan saya karena sebenarnya saya tidak begitu mengambil perhatian.

Dia bercerita dengan saya bahwa saat dia bercinta dengan suaminya, seolah-olah dia sedang bercinta dengan Jesus! Saya merasa marah dan perlu waktu untuk memahaminya. Sepertinya saya ingin saja mengatakan "Anda sudah menyimpang! Anda sudah gila! Anda benar-benar mabuk! ".

Ketika saya berusia 10 atau 11 tahun, saya tidak percaya bahwa Nabi Isa adalah putra Tuhan. Saya pikir dia adalah Tuhan. Maka mengapa Dia memerlukan anak? Dia adalah Tuhan. Adakah Dia akan mati, sehingga Dia memerlukan seorang putra? Dan Nabi Isa berjalan di atas muka bumi, makan dan berperilaku seperti orang lain?! Itu benar-benar bukan sifat Tuhan bagi saya".

Sejak awal saya sudah punya pikiran seperti itu dan saya menyampaikannya kepada kawan saya. Dia tidak dapat menerimanya, kami seperti berselisih paham,tapi tidak sampai pukul-pukulan, sekadar bersilat lidah saja. Perselisihan antara pandangan seorang ateis dengan pandangan seorang yang lahir sebagai Kristen kembali.

Bos Muslim
Kebetulan bos di tempat kerja saya adalah seorang muslim. Dia memanggil saya dan berkata, "Anda mempunyai ide-ide yang menarik. Saya akan membawakan buku-buku untuk anda." Keesokan harinya, dia datanglagi.Saya tidak tahu sama ada dia ke masjid atau tidak.Dia membawakan beberapa pamflet tentang Islam dan saya membacanya. Saya tidak dapat membaca cepat.

Dia kemudian membawakan saya sebuah al-Quran dan saya membacanya. Saya tidak membaca kesemuanya! Saya baru saja selesai membaca surat pertama. Surat ini disebut  surat al-Fatihah, yang begitu serupa sekali dengan beberapa hal dalam Kristen, tetapi saat Anda berhadapan dengan kebenaran, ia benar-benar tidak dapat ditolak dan demikianlah surat itu tadi. Saya tidak dapat menolaknya. Saya mengetahuinya. Ia mengandungi tujuh ayat, tidak memakan 1/4 halamanpun. Tetapi saya mengetahui bahwa saya telah menemui agama yang saya cari.

Saya menjadi takut, 13 tahun lalu, Islam begitu dikenali sebagai agama teroris. Saya mula berpikir bagaimana saya mengetahui bahwa ini adalah jalan yang benar buat saya ketika masih mendengar berkaitan bom bunuh diri, pembajak dan sebagainya? Semakin saya mempelajarinya dan semakin banyak saya membaca, saya tidak sekadar mengambil bulat-bulat apa yang diucapkan oleh bos saya. Saya  punya akal, maka saya harus mengunakan akal saya dan saya terus belajar. Kebenaran adalah kebenaran, walau dengan segala cara apapun Anda berusaha untuk mengubahnya, memutar dan menutupnya, ia tetaplah kebenaran. Dan saya mengetahui apa yang saya perlukan…..Saya menjadi seorang muslim………..Dan kemudian saya menikah dengan bos saya!

Itulah kisah saya, saya harap kisah saya itu tadi menarik, atau sekurang-kurang menjawab beberapa pertanyaan. (IRIB Indonesia/onislam.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar