Nama saya Naseem Abdul
Rahman. Saya dilahirkan di Australia. Kedua orang tua saya berasal dari
Eropa. Saya menikah dengan seorang muslimah Lebanon sebulan selepas
memeluk agama Islam.
Saya
dibesarkan dalam keluarga Kristen tetapi saya bukanlah seorang Kristen
yang baik. Kedua orang tua saya juga menganggap diri mereka Kristen,
tetapi kami hanya pergi ke gereja setahun sekali untuk merayakan
Krismas.Itupun kira-kira setengah jam saja! Dan setelah mencapai usia 10
tahun, saya merasa aneh untuk menganggap diri saya seorang Kristen.
Pada usia 14 atau 15 tahun, saya mula mencari jawaban. Saya menjadi
seorang yang spiritual, saya menyadari bahwa ada sesuatu dalam kehidupan
ini, hidup ini mempunyai tujuan. Subhanallah, saya membaca buku
berkaitan semua hal. Demi mendapatkan pengetahuan, saya membaca buku
tentang Hinduisme, Buddhisme, dan banyak lagi. Pada masa itu, saya tidak
pernah menemui Islam. Saya tidak pernah bertemu dengan seorang muslim.
Kontak pertama dengan muslim
Pertama kali saya berkenalan dengan Islam ialah lewat seorang saudara
lelaki teman saya. Dia adalah seorang Muslim tetapi bukan seorang muslim
yang mengamalkan ajaran Islam saat itu. Dia hanya pada dasarnya seorang
muslim karena dia lahir dalam keluarga Islam. Tetapi dia tidak puasa,
tidak shalat. Dia tidak melaksanakan ajaran Islam. Tetapi dia berbicacra
mengenai Islam pada orang lain. Itulah pertama kali saya mempunyai
hubungan dengan seorang muslim. Dari kata-katanya tentang beberapa hal
mendasar Islam, saya mula ingin melihat lebih jauh tentang Islam.
Tapi semua ini memakan waktu yang lama.Kira-kira setahun, saya mula
mencari apa saja tentang Islam dan membacanya. Begitu saya membaca
tentang Islam, jiwa saya mula tertarik kepadanya dan saya merasa begitu
bergairah untuk menjadi seorang muslim dan mempelajari Islam lebih
banyak. Tetapi masih banyak lagi kesalahpahaman saya tentang agama ini
yang belum dalam diperjelaskan karena saya tidak mengenali seorang
muslim sejati.
Pada satu hari saya
ke toko dan bertemu dengan seorang lelaki Australia, saya tidak tahu
dia ini seorang muslim. Ada beberapa orang lelaki lain masuk dan dia
mengucapkan "Assalamualaikum" kepada mereka. Saya kembali mengatakan
"Assalamualaikum" kepadanya. Dia bertanya kepada saya apakah saya
seorang muslim. Saya katakan tidak. Dia mengatakan bahwa saya harus ke
Pusat Islam Melbourne. Saya berasal dari Perth, tetapi kini saya berada
di Melbourne selama dua tahun. Dia mengundang saya untuk ke pusat ini
dan mendengarkan ceramah. Saya merasa takut. Saya tidak ingin pergi.
Tapi ia memegang tangan saya seperti setan.
Tetapi dia tidak memberikan saya kesempatan untuk berpikir. Dia
berkata, "Saya akan datang menjemputAnda pada jam 8 dan anda akan
mengikuti saya. Saya akan menjemputAnda dan saya tidak akan memberikan
anda kesempatan. Saya akan menemui Anda pada jam 8."
Pada jam 8 dia datang dan mengetuk pintu saya, maka saya tidak dapat
mengatakan tidak. Dengan demikian saya ke pusat ini. Untuk pertama kali
dalam hidup saya, saya menemui Muslim yang mengamalkan ajaran Islam.
Saya dapat merasakan persaudaraan Islam dan disitu saya melakukan
shalatMaghrib pertama saya, saya tidak merasa ragu sama sekali. Saya
mengucapkan syahadah dan menjadi Muslim.
Saya tidak pernah melakukan perbuatan tidak baik dengan orang lain
sebelum menjadi Muslim. Saya hanya melakukan kejahatan pada diri saya
sendiri karena saya meninggalkan sekolah, keluyuran dan memakai
narkotika serta perbuatan buruk lainnya. Tapi saya tidak pernah
membahayakan orang lain, saya hanya membahayakan diri saya sendiri.
Reaksi Keluarga
Kedua orang tua saya menjadi gembira karena saya memeluk agama Islam.
Mereka terkesan dengan perubahan yang terjadi setelah saya memeluk agama
Islam. Mereka melihat betapa saya menjadi orang yang lebih baik. Mereka
gembira, hanya apa yang membuat mereka bimbang adalah kesalahpahaman
mereka terhadap Islam. Otak mereka dicuci dengan apa yang mereka lihat
di televisi.
Kapan saja saya
berbicara mengenai Islam, mereka akan berkata kepada saya "Anda melihat
sendiri bagaimana Muslim melakukan perkara ini di sini dan di sana."
Sebenarnya saya berusaha untuk menjelaskan kepada mereka bahwa
peristiwa itu tidak ada kaitannya dengan Islam. Sebaik apapun saya
membuka mulut untuk bercakap tentang Islam, mereka tidak merasa tenang
dan berkata, "Adalah baik ada seorang muslim, tetapi jangan coba untuk
mengajak kami! Kami tidak ingin mengetahui tentangnya. Itu adalah untuk
Anda dan itu adalah jalan yang Anda pilih. Anda tidak perlu bercakap
dengan orang lain berkaitannya."
Alhamdulillah mereka masih menerima saya. Saya menghormati mereka
sebelum ini dan kini saya menghormati mereka lebih baik dari dahulu.
Karena perkara kedua setelah menyembah Allah Swt adalah menghormati dan
berbuat baik kepada kedua orang tua. Alhamdulillah hubungan kami
bertambah baik.
Saya mempunyai dua
saudara lelaki. Salah seorang dari mereka menerima perubahan agama
saya. Dia merasa senang ketika saya bercakap tentang Islam walaupun dia
punya pandangannya sendiri, tetapi dia lebih bersikap terbuka. Sayangnya
seorang lagi saudara saya bersikap tertutup!
Dia berkata, "Saya tidak percaya Anda telah menjadi muslim".
Dia masih merasa kesal berkaitan hal itu.
Dia pernah berkesempatan untuk berkunjung ke Mesir dan beberapa negara
lain. Tetapi dia berkata, "Saya melihat banyak hal yang terjadi di sana.
Mereka melakukan ini dan itu".
Dia benar-benar mempunyai pandangan buruk tentang Muslim dari apa yang
dia lihat. Saya berusaha untuk menjelaskan kepadanya bahwa mereka
memanggil diri sebagai Muslim, tetapi anda haruslah dapat memisahkan
Islam dari tindak tanduk orang-orang tersebut.
Sayangnya dia masih berpikiran tertutup. Dia tidak dapat menerima.
Contohnya, dia bekerja dalam pembuatan plat beton untuk rumah. Sebelum
memeluk agama Islam, saya pernah bekerja dengannya. Dan ketika saya
pulang ke Perth, dia berkata, "Marilah bekerja dengan saya."
Saya menjawab, "OK, tetapi saya harus menunaikan shalat ketika makan siang."
Dia berkata, "Ok".
Kemudian saya menambah, "Saya harus menunaikan shalat Jumat secara
berjemaah pada setiap hari Jumat yang memakan waktu satu jam atau satu
jam setengah."
Dia terus berkata, "TIdak, Anda tidak bisa pergi."
Saya merasa sungguh kecewa dan berkata, "Saya senang sekali bekerja
dengannya, tetapi jika Anda tidak membenarkan saya menunaikan shalat
Jumat, maka saya tidak dapat bekerja dengannya."
Dia berkata, "Saya sungguh tidak faham mengapa Anda harus menunaikan
shalat Jumat. Ini adalah Australia. Bukan sebuah negara Muslim. Anda
harus bersikap seimbang. Anda tinggal di sini bukan di negara lain."
Saya berkata, "Ya, saya mungkin tinggal di Australia, tetapi merupakan
keharusan bagi saya untuk menunaikan shalat Jumat". (IRIB
Indonesia/onislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar