Senin, 20 Mei 2013

Raphael: Kini Saya Sadar Segala Sesuatunya Telah Direncanakan Tuhan

Saya dilahirkan di Amerika, bukan sebagai seorang muslim dan tidak memiliki orang tua yang.
 
Satu hal yang saya pelajari tentang Islam ialah anda tidak bisa berdebat dengan Tuhan. Maka saya akan mengambil saja apa yang telah Allah anugerahkan kepada saya dan saya berharap saya bisa melakukan yang terbaik.
 
Saya mempunyai latar belakang yang unik. Saya berasal dari Texas di sebuah kota kecil bernama Lubbock. Ia terletak di tengah pusat Injil, sebuah kota yang dipenuhi dengan gereja. Sebagai seorang Hispanik, saya bisa bertutur bahasa Sepanyol dengan baik.
 
Saya dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang Katolik sehingga berusia 6 tahun. Ketika berusia 6 tahun, kedua orang tua saya menerima beberapa orang tetamu…. Mereka mula berbicara dengan kakek saya. Tidak lama kemudian, mereka mulai mengunjungi kami. Akhirnya mereka membentuk kelas Injil. Sebelum anda menyadarinya, kami telah menghadiri gereja Jehovah Witness.
 
Kami semua menghadiri pertemuan dan perhimpunan di sana. Semua anggota keluarga mengikuti Jehovah Witnesses. Tidak lama kemudian, saya memperoleh pengetahuan yang tepat berkaitan Injil. Ironisnya siapa saja yang biasa dengan kitab, orang-orang kitab, tahu benar bahwa secara realitanya, buku ini telah berubah sepanjang sejarah. Ia begitu terkontaminasi dan mengalami penyimpangan yang banyak. Tetapi saya senantiasa merasakan dalam kondisinya yang murni, malah dengan orang-orang Yahudi yang diturunkan Taurat, dalam bentuk murninya, adalah dari Tuhan walaupun dalam jangka waktu ia telah mengalami perubahan dan terpolusi.
 
Demikianlah juga dengan Injil. Injil saat diberikan kepada Jesus, pada awalnya sebelum terkontaminasi, adalah baik dan sempurna. Pengetahuan saya tentang Injil turut bertambah. Saya mulai semakin banyak belajar. Ketika usia saya 13 tahun saya dibaptis sebagai Jehovah Witness. Saya punya tekad dan semangat untuk melakukan kerja-kerja Tuhan lebih banyak……pada usia 16 tahun, sesuatu yang aneh berlaku. Saya diakui dan mereka memberi saya kebenaran. Saya mulai berpidato di hadapan khalayak ramai. Saya mula memberi ceramah diberbagai perhimpunan.
 
Pada usia 20 tahun, saya telah mempunyai perhimpunan sendiri yang perlu saya bimbing. Seperti yang anda ketahui, saya begitu terlibat dalam ajaran-ajaran Jehovah Witnesses, terutamanya ketika mengetahui bahwa mereka berbeda dengan dunia. Tetapi, dunia melihat mereka, terutama masyarakat Barat, sebagai sesuatu yang berbeda. Mereka melihat kami sebagai ektrimis… fanatik…. fundamentalis…. bunyinya akrab bukan?!
 
Kini saya sadar bahwa semuanya adalah perencanaan Tuhan. Pada waktu itu saya tidak menyadarinya, tapi kini saya telah meyadarinya. Ketika saya berada didalam rahim ibu saya selama 120 hari, malaikat datang dan mereka telah merencanakan perjalanan hidup saya. Kemana saya akan pergi dan apa yang akan berlaku pada hari ini, Alhamdulillah.
 
Setelah melakukan banyak pertimbangan dan doa serta beratnya beban, saya meninggalkan agama ini pada tahun 1979 dan tidak pernah kembali lagi. Sebenarnya apa yang berlaku ialah saya tidak bisa melangkah ke agama lain karena sebagai seorang Jehovah Witness, kami diajar bahwa semua agama tidak baik kecuali Jehovah Witness. Hanya dengan Jehovah Witnesses saja saya akan diterima Tuhan. Semua yang lain adalah salah. Dengan hati nurani yang jelas, saya tidak bisa ke agama lain. Dan kemudian sebagai seorang anggota atau penganut Jehovah Witness saya tidak bisa tinggal dalam agama ini.
 
Maka saya menjadi seorang yang tanpa agama. Yang baiknya, saya bukanlah insan yang tidak punya Tuhan. Malah saya kembali semula ke gereja Katolik. Saya lahir sebagai seorang Katolik, dan sepanjang usia saya adalah seorang Jehovah Witness, maka saya kembali ke gereja Katolik karena mungkin saya merasakan saya kehilangan sesuatu. Saya berada di gereja Katolik selama tiga bulan. Setiap hari saya akan duduk dan berdiri berulang kali. Saya mengikuti perhimpunan mereka. Sayangnya ia tidak memberikan saya kepuasan karena ia tidak menarik hati dan nurani saya.
 
Bagian pertama
Kira-kira lima tahun lalu, saya bertemu dengan seorang muslim. Saya menyadarinya karena pribadinya. Dia senantiasa gembira dan ramah. Ini membuat saya tertarik kepadanya. Kami mula berbicara dan dia memberitahu saya bahwa dia adalah seorang muslimah dan sebagainya.
 
Saya bertanya,"Benar! Saya pernah mendengar tentang muslim. Jadi agama anda adalah Islam. Saya pernah mendengarnya, tetapi saya tidak berniat untuk menjadi seorang Muslim."Pada ketika itu saya pikir untuk menjadi seorang Kristen, seorang Kristen yang baik, bukan cara Jehovah Witness tetapi apa yang Tuhan inginkan saya menjadi seorang Kristen.
 
Saya mulai menumpukkan perhatian dengan melakukan penelitian ke atas Injil secara saksama setiap malam untuk beberapa jam dan dalam doa. Saya membaca seluruh New Testament. Seperti menyusunnya. Saya mula membaca Old Testament: Genesis, Deuteronomy, Exodus. Ketika saya sampai kepada pasal tentang para nabi, sesuatu terjadi. Tiba-tiba saja saya berhenti, saya ingin mengistirahatkan mata saya dan saya mula berpikir mengenai orang yang memberitahu saya tentang Islam, mengenai muslim, mengenai Quran, dan mengenai Allah Yang Maha Berkuasa. Saya mengaku akan membuka pikiran sekarang. Saya tidak lagi berpikir seperti seorang Jehovah Witness. Saya akan mencari adakah orang-orang ini penipu. Adakah mereka ini tidak baik atau apa saja. Saya akan mencarinya sendiri. Saya mula berpikir; "1,2 billion Muslim! Setan adalah baik tetapi tidaklah begitu baik. Untuk memperdaya 1,2 billion manusia, baiklah saya akan melihat Quran dan membacanya."
 
Saya mula membaca Quran. Saya membaca sehingga selesai untuk pertama kali. Ia sungguh luar biasa. Semuanya mulai berjatuhan di tempatnya masing-masing. Semuanya masuk akal. Saya mengambil Quran dan kini saya bisa mengatakan kepada Injil bahwa semuanya saling bekerjasama. Kini barulah saya paham. Karena Quran itulah yang menyebabkan saya bisa memahami Injil saya. Saya berkata, "Oh, ini sungguh baik, Tuhan akan menjadikan saya seorang Kristen." Dia akan mengajar saya lewat Quran.
 
Semakin saya terus membaca Quran, semakin ia dapat diterima akal. Ia lebih mudah dan lebih simpel. Ia lebih menarik hati, akal dan jiwa saya. Manakala Injil saya, seperti yang saya ketahui bahwa kata-kata Ilahi telah terkontaminasi. Saya mula menjauhkan diri dari Injil dan mulai membaca Quran. Kini karena saya memiliki Quran, saya harus bertemu dengan Muslim. Saya harus pergi ke tempat mereka pergi. Tempat mereka bertemu. Mereka bertemu di tempat bernama masjid. Saya akan mencari mereka di masjid. Saya akan melakukan penelitian tentang apa yang mereka katakan.
 
Sayapun pergi ke masjid, saya mencari di mana masjid tersebut di Southern California. Saya ke masjid dan kebetulan perut saya terasa sakit. Ia seperti anda mengetahui yang anda harus melakukan sesuatu yang tidak anda inginkan. Bukan saya tidak ingin melakukannya, tetapi semacam ada rasa tidak enak. Sayapun berputar beberapa kali dengan mobil saya, mencari tempat parkir mobil. Sayangnya sudah beberapa kali berputar, masih tidak ketemu tempat untuk parkir.
 
Akhirnya saya berkata,"Baiklah, saya akan berputar sekali lagi, seandainya saya tidak bertemu tempat parkir saya akan pulang ke rumah." Itulah alasan saya. Ketika saya berputar sekali lagi, betul-betul di hadapan masjid, sebuah mobil keluar! Saya memandang ke langit dan berkata,"Engkau membuatnya sungguh sulit bagi saya." Saya pun memparkir mobil. Kini saya menjadi semakin takut karena saya terpaksa pergi dan menemui orang-orang ini. Masjid kami di Southern California sering dipenuhi dengan orang. Ia sering penuh, sehingga anda terpaksa berputar berkali-kali. Saya menjadi takut, karena inilah pertama kali saya ke masjid.
 
Saya berjalan ke pintu dan ada seorang muslim warga Arab dengan jenggotnya berdiri mengawal. Dia berkata kepada saya,"Pergilah berkeliling." Saya menjawab,"Baiklah dan sayapun menurutinya."
 
Saya sampai ke bagian lain dan di sana banyak sekali mereka yang shalat dan ruku. Sebagian memandang kepada saya dan saya berkata,"Saya sekadar melihat, terima kasih saya hanya melihat." Akhirnya semua selesai, mereka selesai menunaikan shalat dan mereka mulai bergaul. Saya turut bergabung dengan mereka. Mereka mulai berkata,"Assalamu'alaikum, assalamu'alaikum." Saya tidak tahu apa maksudnya atau apa yang mereka perkatakan tetapi itulah yang terjadi.
 
Akhirnya seseorang melihat saya agak bingung. Dia menarik tangan saya dan membawa saya ke satu tempat dan berkata,"Anda orang baru, benar?"
 
Saya berkata,"Ya, ini kali pertama."
Dia berkata,"Mari saya tunjukkan anda kawasan sekitar."
 
Dia membawa saya kesemua tempat; dia menunjukkan saya ke ruangan lelaki dan berbagai tempat berbeda.
 
Kemudian dia berkata,"Dan di sini, di sini kita mengambil wudhu."
 
Saya bertanya kembali,"Voodoo, apakah itu?"
 
Dia berkata,"Bukan Voodoo, Wudhu!"
 
Saya berkata,"Baiklah, bagaimana anda melakukannya?" Dia menunjukkan kepada saya cara mengambil wudhu. Dia begitu baik sekali. Namanya Umar. Allah telah menghantar dia kepada saya.
 
Saya merasa terharu dan saya senang sekali dengan apa yang saya lihat. Saya pulang ke rumah, saya merasa gembira. Saya memutuskan,"Saya ingin menunaikan shalat seperti mereka." Ketika menganut Kristen, saya juga 'shalat' yaitu dengan menundukkan kepala saja dan berdoa. Tetapi apa yang mereka lakukan amat menyenangkan saya. Ketika mereka rukuk dan sujud di hadapan Tuhan Maha Pencipta Alam. Anda dapat melihat cara kerja agama mereka, anda dapat melihat betapa agama begitu mudah, ia begitu indah sekali, bagaimana ia bisa begitu menarik hati dan akal kita. Perasaan itu menyentuh perasaan saya. Ia begitu dapat diterima akal. Inilah yang diciptakan oleh Tuhan. Tidakkah harus saya tunduk kepada-Nya? Adakah saya begitu sombong?
 
Semuanya dapat anda cari dalam al-Quran dan hadis. Salah satu favorit saya dari surat al-Quran ialah, "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat."
 
Kita memiliki buku paling indah yang telah Allah turunkan untuk menyelamatkan manusia, untuk mereka tinggal dalam kedamaian dan ketenteraman, Quran. Kita haruslah membacanya dan mencari sendiri perintah Tuhan dan apakah tujuan kita hidup di muka bumi ini. (IRIB Indonesia / onislam.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar