Senin, 20 Mei 2013

Phillip: Saya Membaca Al-Quran untuk Mengetahui Apa yang Diyakini Umat Islam

Saya dilahir dan dibesarkan sebagai seorang Katolik Roma di jemaah gereja Italia. Ayah saya berasal dari Jerman dan ibu berasal dari Italia. Orang tua ibu saya kedua-duanya berasal dari Italia.
 
Ketika kakek ayah saya datang dari Jerman, saya mempunyai seorang saudara lelaki bernama Halmout dan seorang saudara perempuan bernama Mary. Ketika masih kanak-kanak, saya senang sekali mengikuti perkumpulan. Saya ke perkumpulan secara rutin sehingga saya mencapai usia 13 atau 14 dimana perkumpulan juga berubah.
 
Saya memang senang sekali mengikuti perkumpulan. Terasa seolah-olah saya mengetahui siapa itu Tuhan. Saya senang sekali menyanyi beramai-ramai. Sebenarnya saya tidak mengetahui apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ketika saya telah mencapai usia remaja, saya meninggalkan perkumpulan. Ibu saya agak kecewa dengan keputusan saya itu, tetapi dia tidak memaksa saya.
 
Sebenarnya, pada usia 17 tahun saya didatangi oleh golongan fundamentalis Baptis. Saya pergi ke gereja mereka dan melihat sesuatu yang agak berbeda. Saya ke sana selama kira-kira setahun dan semua orangnya baik. Tetapi sebagai seorang remaja, minat saya hilang. Saya mempercayai bahwa saya telah diselamatkan, saya terselamat untuk sesuatu perkara.
 
Akhirnya saya berhenti dari berkunjung ke gereja. Saya mula ikut bermain dalam band rock n roll. Sehingga saya berusia 25 tahun, saya membuat keputusan untuk kembali ke gereja. Saya ke gereja Pentecostal Holiness. Anda menjalani hidup yang zuhud. Anda harus sering berhati-hati karena begitu banyak sekali godaan di dalam dunia ini. Untuk seketika, saya malah tidak punya televisi dan saya tidak bermain saxophone saya. Untuk beberapa tahun kemudian, saya memainkankembali saxaphone saya dan bermain musik Kristen.
 
Saya ingin sekali membaca sejarah kristen dan malah saya ikut menyertai Kolej Injil, sehingga mendapat diploma tiga tahunan. Di sinilah bermulanya perjalanan hidup saya.
 
Quran menakjubkan saya
Pada masa yang sama, saya membaca Quran. Saya memutuskan bahwa saya ingin membaca  Quran. Dan tujuan membaca Quran adalah karena saya ingin mengetahui apa yang dipegang oleh umat Islam. Kononnya saya ingin mengubah mereka menjadi Kristen.
 
Saya mengetahui bahwa Quran adalah kitab suci umat Islam karena saya juga telah membaca sastra misionaris yang menjelaskan tentang Quran dan Islam. Demikianlah saya membaca sastra yang ditulis oleh fundamentalis, dan saya temukan banyak sekali terdapat kesalahpahaman.
 
Apa yang terjadi adalah di luar jangkauan saya, ia tidak seperti apa yang saya harapkan. Untuk satu hal, halpertama yang saya baca ialah Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Saya benar-benar tidak mengharapkan sedemikian!
 
Ketika pertama kali saya bertemu istri saya Khadijah, kami sama-sama penganut Katolik Roma. Saya bertemu dengan istri saya saat saya tinggal di penginapan. Ketika saya sampai disana, saya dapati ia bukan seperti hotel bintangtiga. Saya mulaiberbicara dengan pengurus rumah penginapan tersebut. Namanya ialah Lolita dan dialah yang memperkenalkan isteri saya kepada saya.
 
Saya senang sekali dengannya. Dia kelihatan agak gelisah, tetapi saya lebih gelisah sampai tiga jam. Apa yang dapat saya katakan ialah tentang agama.
 
Kami bertunangan dan ketika itu kami melakukan perjalanan ke Filipina. Kami masih sama-sama bukan muslim. Dia tahu apa yang saya inginkan, atau dengan kata lain saya jelaskan kepadanya bahwa saya tidak tahu apakah saya ini Katolik, Ortodok timur, atau seorang Muslim! Tetapi dia masih saja tetap ingin bersama saya.
 
Andai dia masih tetap menjadi penganut Katolik, saya tetap akan menikahinya. Tetapi pada masa yang sama saya ingin dia melihat apa itu Islam. Jika dia tidak ingin memeluk Islam, sekurang-kurangnya dia tahu apa saya imani dan bagaimana saya harus melaksanakannya.
 
Dia membaca Quran, dan selepas membaca Quran, dia mengatakan kepada saya menjadi seorang Katolik juga baik, menjadi seorang muslim juga baik.
 
Pada minggu pertama, bulan Augustus tahun 1999, saya sedang bersama dengan seorang Sheikh dan juga beberapa teman lain. Pada permulaan malam itu, saya memberitahunya bahwa saya bersama Islam. Kami berbincang mengenai Islam. Kami juga berbicara tentang perkara-perkara lain, kami berbincang mengenai olahraga. Pada penghujung malam, kami kembali semula ke topik berkaitan Islam. Sheikh berkata kepada saya,"Anda percaya dengan Islam?"
 
Dia berkata,"Adakah anda benar-benar ikhlas mengatakan bahwa anda tidak percaya Tuhan lain selain Allah?"
 
Dan saya berkata,"Ya, itulah yang saya percaya."
 
Kemudian dia melanjutkan pertanyaannya, Adakah anda percaya bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah?"
 
Saya berkata,"Ya."
 
Dia berkata,"Bisakah anda menyebutnya dalam bahasa Arab?"
 
Saya berkata,"Ya."
 
Diapun menyebutkan kalimah syahadah dalam bahasa Arab dan saya mengikutinya. (IRIB Indonesia / onislam.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar