Perjalanan saya menuju Islam datang dari akar Katolik saya.
Saya lahir dan dibesarkan di Toowoomba, Queensland, Australia. Setiap
minggu, saya menghadiri perhimpunan dengan ibu, nenek, dan paman saya.
Paman saya seorang Katolik yang begitu patuh sekali. Dia memberikan
pengaruh besar terhadap kepercayaan saya, dan ketika masih anak-anak,
saya merupakan seorang penganut setia tradisi Katolik.
Pada tahun 1984, kehidupan saya musnah dengan kematian paman saya.Saya
menjadi lebih melibatkan diri dalam gereja. Pada dua tahun akhir
pendidikan saya, saya ikut berpartisipasi dengan kelompok pemuda dan
aktivitas-aktivitas jemaah gereja. Lulus sekolah saya bekerja di toko
pakaian lokal selama empat tahun dan pada malamnya saya mengikuti
pertemuan-pertemuan pemuda gereja. Anda bisa menyebut saya sebagai
seorang Pencandu Katolik.
Pada
masa tersebut, saya banyak mempelajari tentang sejarah Gereja Katolik
dan menemukangereja Katolik dipenuhi dengan inkonsistensi. Bagaimanapun,
saya mempunyai impian untuk bekerja dengan gereja Katolik. Pada tahun
1991, saya meminta untuk melanjutkan pelajaran di universitas dalam
bidang pendidikan. Saya berpikir bahwa dengan memiliki ijazah dalam
bidang pendidikan dan latarbelakang saya, maka saya mungkin akan
diterima bekerja sebagai pekerja Nabi Musa. Pada masa itu, saya masih
melibatkan diri dengan gereja. Saya membantu membentuk grup pemuda dan
melibatkan diri saya dalam Masyarakat St. Vincent de Paul.
Saya berada di Melbourne selama sebulan untuk mengambil kursus pekerja
muda (disponsori oleh jemaah gereja lokal) dan mempelajari teologi
dasar. Saya menamatkan pelajaran dari universitas dan mendapat kerja
sebagai guru di sebuah sekolah Katolik di Stan Thorpe. Ia bukan pekerja
mudah, tetapi merupakan permulaan.
Setelah dua tahun, saya memohon kedudukan uskup, bekerja dengan
orang-orang cacat. Dalam posisi ini, saya dapat menghadiri banyak
kursus-kursus pelatihan internal berkaitan Gereja, Nabi Isa, dan Tuhan.
Saya mendapati bahwa begitu banyak sekali Gereja Katolik kehilangan
dukungan dari masyarakat bawahr dan telah menjadi lembaga. Malah saya
juga menemui di satu kota terdapat dua kelompok jemaah gereja yang tidak
sepakat dengan gereja dan Nabi Isa as.
Ketika bekerja di sini jugalah saya berkenalan dengan calon istri saya,
dia baru saja menganut Katolik. Kami menikah pada tahun 1997, dan pada
awal 1998, kami mendapat seorang anak perempuan. Selepas bekerja selama
dua setengah tahun dengan orang-orang cacat, kami kehabisan dana dan
saya telah ditawarkan bekerja sebagai guru di sebuah sekolah Katolik
lokal sehingga akhir tahun 1998.
Impian saya untuk menjadi pekerja muda di gereja musnah. Saya mulai
mengalami depresi, walaupun pada masa itu saya tidak menyadarinya. Pada
tahun 1999, saya bekerja di sebuah sekolah Katolik lokal yang lain dan
mendapat seorang lagi anak perempuan. Sudah menjadi kenyataan pada akhir
tahun 1999, saya tidak lagi bisa mengajar. Akhirnya, saya terpaksa
berhenti dari pekerjaan.
Pada masa
itulah saya kehilangan segala kepercayaan saya pada gereja. Pada
mulanya saya pikir karena depresi, tapi rupanya ia lebih dalam. Saya
juga tidak mengetahui bahwa istiri saya mulaimenjaga jarak dengangereja
Katolik. Saya masih juga menghadiri gereja, tetapi tidak seperti dulu.
Saya mempercayai Tuhan, tetapi apakah gereja ini yang diawali oleh Nabi
Isa?
Apa yang saya pelajari bahwa
gereja dibentuk oleh manusia dan dipenuhi dengan korupsi, yang sering
melemparkan mereka yang mempersoalkannya atau menganggap mereka adalah
beban, dan inilah yang berlaku kepada diri saya.
Istri memang telah mempunyai banyak persoalan. Dia menemukan bahwa dia
telah menjadi bagian dari gereja yang penuh dengan inkonsistensi. Dia
juga mempercayai Tuhan, tetapi dulunya dia pernah belajar tentang Islam
ketika belajar agama di Universitas New England Australia. Dalam Islam,
dia menemukan sebuah agama yang mempercayai Tuhan, mendakwahkan
kedamaian dan persamaan untuk semua. Tidak takut dengan
persoalan-persoalan yang dikemukakan. Ini sama sekali tidak seperti yang
terdapat dalam Katolik. Pada tahun 2001, dia memeluk Islam sebulan
sebelum saya melakukannya. Dia mengenakan hijab dan memakai pakaian
seperti yang dituntut Islam.
Titik
perubahan saya ialah kira-kira sebulan setelah istri saya secara resmi
memeluk agama Islam. Pada bulan itu, saya memang kecewa sekali dengan
gereja saya, dan dalam satu pidato, sang pendeta mengatakan,"Jika semua
penganut Kristen menghormati satu sama lain, sudah tentu kita tidak
punya banyak kelompok."
Semua Muslim menghormati satu sama lain, lelaki dan perempuan mempunyai status yang sama, dan tidak ada hirarki.
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal." (QS. al-Hujurat: 13)
Kemudian saya dapati bahwa saya juga telah menjalani kehidupan saya
dengan banyak ide-ide Islami. Saya sering sekali bersedekah kepada orang
miskin; saya sering memiliki iman dan menjalani kehidupan mengikut
perintah Tuhan; dan saya sering melihat orang sebagai sama. Semua
makhluk datang dari Nabi Adam dan Hawa. Dalam Islam diketahui bahwa
seorang arab tidak lebih superior dari non Arab, demikian juga
sebaliknya. Seorang berkulit putih tidak lebih superior dari seorang
kulit hitam, begitu juga sebaliknya. Kecuali ketakwaan dan perbuatan
baik seseorang. Setiap muslim bersaudara dengan muslim lainnya. Tidak
ada milik seseorang Muslim itu sah kepada seorang Muslim lain kecuali ia
diberi secara sukarela. Kita diingatkan untuk tidak melakukan
ketidakadilan terhadap diri kita sendiri. Satu hari kelak kita akan
bertemu Allah dan kita akan dipertanggungjawabkan atas perilaku kita.
Sepanjang kehidupan saya, Tuhan telah membimbing saya kepada Islam;
hanya saya yang tidak mengetahuinya. Istri saya telah membuat kontak
dengan presiden Masyarakat Islam Toowoomba, Dr. Shahjahan Khan. Pada 16
Juni 2001, Khan dan istrinya datang ke rumah kami dan menyaksikan istri
dan saya mengucapkan syahadah bersama. Segala Puji bagi Allah yang telah
memberikan kami rahmat dan cahaya-Nya. (IRIB Indonesia / onislam.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar