Saiful Islam El-Payage,
Putra Pendeta -- Peserta Mimbar dai TPI
Tenang dan tanpa ada paksaan, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kepindahan keyakinan Payage dari Kristen Protestan ke dalam Islam. Pria yang begitu populer di acara Mimbar dai TPI ini kini sudah duabelas tahun hidup dalam naungan Islam. Seperti apa kisahnya?
MEMILIKI seorang ayah yang berprofesi sebagai pendeta di tanah kelahiran Payage, di daerah Wamena, Papua membuat Payage begitu lekat dengan didikan Kristen sejak ia kecil. Sangat bisa dimaklumi pula kalau ia juga seorang penganut Kristen taat dan begitu tekun beribadah. Seiring bergulirnya waktu, suatu kali ketika Payage yang ketika itu me-masuki usia empatbelas tahun tengah menonton televisi, tiba-tiba saja tayangan televisi itu begitu menarik perhatiannya.
"Saat itu saya begitu kagum dengan pendidikan yang ada di Jawa. Pendidikan di Jawa begitu bagus. Demikian juga dengan fasilitasnya. Apa yang saya lihat itu sampai terbawa dalam mimpi," kenang Payage.
BELAJAR DI JAWA
Sejak saat itu angan-angan Payage mulai dipenuhi keinginan untuk bisa menuntut ilmu di jawa. Maka suatu hari mengadulah Payage kecil itu pada salah seorang tetangganya yang berasai dari Pulau Jawa.
"Waktu itu saya cerita pada tetangga saya yang kebetulan berasai dari Situbondo, Jawa Timur. Saya bilang saya ingin ikut dia pulang ke Jawa supaya keinginan saya untuk bisa sekolah di Jawa tercapai," paparnya.
Namun, tetangganya mengatakan bahwa di tempat tinggalnya belum ada sekolah Kristen, yang ada baru sekolah Islam. "Karena keinginan saya begitu kuat, maka keesokan harinya saya bilang pada tetangga saya itu kalau saya mau masuk islam. Tapi tetangga saya malah bilang jangan terburu-buru, soalnya ini masalah agama, sesuatu yang tidak boleh dianggap main-main. Tidak boleh ada paksaan untuk berpindah keyakinan," cerita Payage panjang lebar.
Namun, karena Payage dengan bersungguh-sungguh menyampaikan kalau ia benar-benar ingin masuk Islam, maka sang tetangga ini pun luluh juga. Ketika ia pulang ke Jawa, Payage pun diajaknya pula dengan seizin orang tuanya. Payage pun segera masuk islam begitu sampai di Jawa.
KARENA ALQURAN
Perihal alasan masuk islam, dengan tegas dikatakan oleh Payage kalau ia sungguh tidak merasa ada pihak yang menekannya untuk masuk Islam, Ia masuk Islam karena memang itu sudah menjadi keyakinannya.
"Dalam Quran kan sudah ditegaskan, Wa innaka la tahdi man habiba, wa lakinna Allah man yasak." Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kecuali bagi orang yang dikehendaki-Nya. Mungkin itulah yang terjadi pada saya. Jadi seperti kisah Sayidina Abu Bakar. Beliau kan masuk Islam karena Alquran dan saya yakin saya masuk Islam juga karena Alquran," jelasnya.
Ditambahkan, sebelum membulatkah tekat masuk Islam dia sudah sering mendengarkan orang mengaji. Dan dia juga sudah sering bertanya pada orang-orang yang aktif di kegiatan semacam majelis taklim. "Saya banyak bertanya tentang bagaimana itu Islam. Saya sudah cukup memahami Islam waktu itu. Kalaupun akhirnya saya, masuk Islam karena ingin bersekolah di jawa itu hanya semacam wasilah, proses, atau perantara saja. Jadi, hidayah ataupun baroqah dari Allah supaya saya masuk Islam itu sudah jauh saya terima sebelum itu," terang santri dari Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Situbondo ini menegaskan.
KELUARGA SETUJU
Beruntung Payage, keputusannya untuk berpindah keyakinan itu tidak mengalami pertentangan dari orang tuanya. Bahkan, hubungan orangtua-anak ini sampai sekarang tetap baik-baik saja.
"Alhamdulillah, tidak ada permasalahan antara saya dan orang tua. Saya sering berdoa semoga ayah saya diberikan petunjuk oleh Allah untuk masuk Islam. Saya tetap menghormati beliau. Karena biar bagaimanapun secara hubungan horizontal beliau itu kan tetap ayah saya. Hanya hubungan secara vertikal saja yang tidak sama. Saya tidak berhak melarang beliau untuk itu," tandasnya.
Kini, setelah duabelas tahun memeluk Islam, ada banyak hal yang dipelajari dan dikagumi pria kelahiran Papua, 4 April 1979 ini. la mengaku begitu kagum dengan ajaran islam yang begitu kaffah dan universal. Karena dalam Islam segala hal yang sedemikian kecilnya saja sudah diatur.
"Dalam islam tata cara orang menghadap Tuhan ada aturannya. Masak menghadap Tuhan harus memakai sepatu? Padahal sepatu itu kan nginjak tanah dan lain sebagainya. Kalau dalam islam itu tidak hanya bersih tapi kesucian juga. Jadi, menghadap Tuhan itu harus bersih dan suci," akunya jujur. Selain itu Payage juga mengaku mengagumi isi Alquran yang hingga saat ini tidak pemah berubah itu.
"Alquran itu diturunkan dalam bahasa Arab, yang diturunkan dari Lautul Mahfud sampai Nabi Muhammad. Sampai sekarang masih tetap bahasa Arab. Tapi kalau injil, sepengetahuan saya itu diturunkan dalam bahasa aslinya itu bahasa Ibrani, tapi sekarang kan sudah ada bermacam-macam bahasa, ada yang Jawa, Inggris dan sebagainya. Dari situ kan bisa dipertanyakan kemurnian ajarannya." tuturnya.
Sumber : Nurani 250 (06-12 Oktober 2005)
http://myquran.org/forum/index.php/topic,853.165.html?PHPSESSID=ubdfi8jvk3cse15blo37b55890
Tidak ada komentar:
Posting Komentar