Eramuslim.com
- Lima bulan sebelum hari pernikahannya, Karen Meek shock mendengar
pengakuan Eric, tunangannya. Eric mengatakan bahwa ia sudah menjadi
seorang Muslim. Pengakuan itu bagai petir di siang bolong buat Karen
yang seperti warga Rusia lainnya, tidak menganut agama apapun alias
ateis.
"Saya
pikir ia (Eric) sudah mengalami cuci otak. Tiba-tiba saja ia berhenti
minum minuman beralkohol. Ia salat lima waktu sehari dan tidak mau lagi
makan daging babi," cerita Karen tentang perubahan perilaku tunangannya.
Sementara
Eric, yang semula penganut Kristen Baptis, tapi kemudian menjadi
seorang atheis, selama berbulan-bulan mempelajari Islam tanpa
memberitahu Karen, hingga akhirnya ia memutuskan menjadi seorang Muslim.
Meski
shock Karen tetap ingin melanjutkan rencana pernikahannya dengan Eric.
Karen lalu mencari berbagai referensi, mulai dari buku sampai video
tentang Islam, untuk memahami agama baru yang dianut calon suaminya.
Tapi ia sama sekali tidak berharap akan masuk Islam.
"Saya
tumbuh dewasa dengan pola pikir bahwa agama adalah sesuatu yang bodoh.
Saya tidak percaya adanya Tuhan. Saya tidak memikirkan bagaimana dunia
ini diciptakan, dan terus terang, saya tidak peduli," ujar Karen.
Namun
Karen mengakui bahwa agama Islam memberikan penjelasan paling logis
tentang Tuhan dan penciptaan alam semesta dan sulit bagi Karen
membantahnya.
Karen
akhirnya menikah dengan Eric. Ia masih terus mempelajari Islam dan
untuk pertamakalinya ia mencoba menunaikan salat, saat suaminya bekerja
di kantor. Ia belajar salat sendiri dari sebuah buku.
"Sampai
pada titik ini, saya melakukan segala sesuatunya dengan diam-diam. Saya
tidak cerita pada Eric. Saya tidak mau memeluk agama hanya karena suami
saya memeluk sebuah agama. Saya ingin menemukan jalan saya sendiri,"
ungkap Karen.
"Karena
berlatar belakang atheis, saya lebih mudah menerima Islam dibandingkan
seorang Kristiani, karena dalam hal ini saya tidak perlu melepas agama
apapun," sambungnya.
Karen
dan suaminya mulai sering melakukan pertemuan dengan komunitas Muslim
untuk belajar Al-Quran. Hingga akhirnya, Karen membulatkan tekad untuk
mengikuti jejak suaminya memeluk agama Islam. Karen pun mengucapkan dua
kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslimah.
Tapi
pilihan Karen membuat orang tuanya kaget. "Suatu hari, ia datang dengan
mengenakan gaun panjang dan jilbab. Saya terkejut dibuatnya," kata ayah
Karen, Ray Alfred.
Alfred
mengaku merasa asing melihat anak perempuannya ketika itu dan ia merasa
khawatir dengan keselamatan Karen saat terjadi serangan 11 September
2001 di AS.
"Anda
ingin mencintai anak Anda, tapi ketika mereka melakukan sesuatu yang
asing bagi Anda. Hal ini sangat sulit," ujar Alfred, "Saya akan
memberikan apa saja asalkan ia tidak memeluk agama itu (Islam)."
Ibu
Karen mengungkapkan komentar serupa, yang terus terang mengatakan bahwa
ia tidak suka dengan jilbab yang digunakan puterinya. "Karen adalah
seorang gadis cantik dengan rambut yang indah," kata Jane Barret.
Karen
memahami kegundahan kedua orang tuanya mendengar ia sudah menjadi
seorang muslimah dan mengenakan busana muslim. Karena sendiri mengaku
butuh waktu berbulan-bulan sebelum ia memutuskan untuk berjilbab.
"Saya
hanya memakai jilbab jika pergi ke tempat-tempat yang saya rasa tidak
akan ada orang yang mengenal saya," ujar Karen sambil tertawa.
Tapi
sekarang, Karen selalu mengenakan jilbab kemanapun ia pergi, termasuk
ke tempat kerjanya dimana ia bekerja sebagai staf akuntan di sebuah
jaringan restoran.
Karen
mengatakan, memeluk Islam telah membuatnya melihat kehidupan dengan
cara pandang yang baru. "Dari seorang yang tidak percaya Tuhan menjadi
orang yang percaya Tuhan, rasanya sungguh luar biasa. Islam membuka mata
saya terhadap banyak hal yang selama ini saya abaikan. Terutama, bahwa
kehidupan adalah sebuah karunia," tukas Karen menutup kisahnya. (ln/MCC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar