LONDON--Peristiwa
serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat (AS), secara tidak
langsung telah mengubah wajah Islam dan kaum Muslimin di seluruh penjuru
dunia. Tak terkecuali di Inggris. Sejumlah pengurus masjid di London
mengakui adanya kecenderungan yang semakin meningkat di kalangan
masyarakat Inggris untuk mempelajari Islam, sejak peristiwa itu.
Dalam artikel berjudul "Wajah Baru Islam" yang dimuat dalam laman Islam for Today, penulisnya, Nick Compton, menyebutkan bahwa tren semacam itu bukan hal yang baru di Inggris. Ia menyebutkan, sejumlah warga asli Inggris yang berdarah biru, kalangan bangsawan, bahkan memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. Salah satunya yang disebutkan dalam artikel tersebut adalah Joe Ahmed Dobson, putra mantan Menteri Kesehatan Inggris Frank Dobson.
Meski lahir dan besar di lingkungan keluarga pemeluk Kristen yang taat, Joe remaja justru memilih untuk menjadi seorang agnostik. Ajaran Islam sendiri baru dikenal oleh laki-laki kelahiran tahun 1975 ini dari salah seorang temannya. Saat itu usianya baru menginjak 16 tahun. "Seorang teman memberi saya terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris," ujar Dobson seperti dikutip telegraph.co.uk.
Dalam pandangan Joe Dobson, Islam merupakan agama yang identik dengan semua hal yang negatif. Namun, setelah mempelajari Alquran terjemahan pemberian temannya itu, sudut pandang Joe mengenai Islam secara perlahan mulai berubah.
Menurutnya, dengan membaca Alquran dirinya bagaikan mendapatkan wahyu. "Isinya telah mengubah persepsi saya selama ini tentang Islam. Ternyata dalam Islam itu baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Alquran juga mengajarkan kita untuk memperlakukan setiap orang dengan hormat. Alquran sangat terbukti kebenarannya," terangnya.
Selain itu, kata dia, Alquran memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang tidak bisa diberikan oleh kitabkitab manapun. "Islam bisa menjawab pertanyaan `mengapa'. Mengapa kita harus memperlakukan setiap orang sebagai saudara, dan setiap perempuan sebagai kakak. Mengapa kita harus berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan sesama manusia. Itulah yang Alquran lakukan bagi saya, dan itu memberi saya jawaban tentang mengapa saya harus hidup dengan cara ini (Islam--Red)," paparnya.
Muslim Indonesia Sebuah perjalanan ke Indonesia di tahun 1992, memberikan kesan tersendiri dalam diri Joe Dobson. Ia menyaksikan secara langsung, bagaimana kehidupan umat Islam di Indonesia. Pengalamannya berinteraksi langsung dengan umat Islam di Indonesia semakin membuatnya terkesan dengan agama Islam.
Kembali dari kunjungannya ke Indonesia, Joe Dobson mengakui, mulai tertarik untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Beruntung ketika berkuliah di Universitas Manchester, ia memiliki banyak teman dari kalangan Muslim. Karenanya, ia bisa banyak bertanya mengenai Islam. Begitu juga dengan buku-buku dan literatur-literatur mengenai Islam, banyak tersedia di perpustakaan kampusnya.
Baru kemudian pada awal 1998, dengan penuh keyakinan, ia memutuskan menjadi seorang Muslim. Bertempat di sebuah masjid di utara Kota London, Joe Dobson bersyahadat di hadapan jamaah masjid tersebut. Peristiwa tersebut terjadi pada Januari 1998. Tantangan terbesar yang dihadapinya setelah memutuskan masuk Islam adalah keluarganya, terutama sang ayah.
Keputusannya untuk menjadi seorang Muslim memang dilakukan di saat Frank Dobson sedang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Inggris. Untuk menghindari reaksi negatif dari publik Inggris terhadap sang ayah, akhirnya ia memutuskan untuk tidak memberitahukan perihal keislamannya tersebut.
"Saat itu, saya benar-benar tidak ingin mengatakan bahwa saya adalah seorang Muslim sampai saya merasa yakin bisa hidup dengan cara itu," ujar pemegang gelar master bidang manajemen umum dan kebijakan sosial dari London Metropolitan University ini. Namun lambat laun, keluarganya pun mengetahui perihal keislamannya.
Di kalangan Muslim Inggris, Joe Ahmed Dobson terbilang cukup vokal dalam menyuarakan kepentingan Islam. Ketika pasukan AS dan negara-negara sekutunya melakukan invasi ke Afghanistan, ia mengeluarkan kritikan pedas. Begitupun juga kritikannya mengenai kapitalisme negara-negara Barat.
Menurutnya, kapitalisme Barat dan apa yang berlangsung di Afghanistan berasal dari prinsip-prinsip sosialis. “Itu bukan dari pandangan ekstrem Muslim, tapi merupakan prinsip sosialis yang dikembangkan Barat,” tegasnya.
Selain vokal, ia juga dikenal aktif di beberapa organisasi-organisasi Muslim yang berbasis di London. Antara lain, ia pernah menjabat sebagai Ketua Muslim Council of Britain’s Regeneration Committee dan Direktur Interim London Muslim Care. Di luar aktivitasnya sebagai pengurus organisasi Muslim, ia juga terlibat secara aktif dalam beberapa kampanye antinarkoba yang digagas oleh komunitas Muslim Inggris.
Tak hanya mengenai Islam yang disuarakan Joe Dobson. Ia juga kerap terlihat bersama para aktivis perdamaian untuk mengampanyekan mengenai perdamaian dunia. Dalam pandangannya, semua bangsa dan agama harus secara aktif bekerja sama untuk perdamaian. "Pada dasarnya mayoritas Muslim dan orang-orang dari semua agama memegang sebuah keyakinan yang berlandaskan kepada nilai-nilai kasih sayang, perdamaian, dan keadilan."
Dalam artikel berjudul "Wajah Baru Islam" yang dimuat dalam laman Islam for Today, penulisnya, Nick Compton, menyebutkan bahwa tren semacam itu bukan hal yang baru di Inggris. Ia menyebutkan, sejumlah warga asli Inggris yang berdarah biru, kalangan bangsawan, bahkan memutuskan untuk menjadi seorang Muslim. Salah satunya yang disebutkan dalam artikel tersebut adalah Joe Ahmed Dobson, putra mantan Menteri Kesehatan Inggris Frank Dobson.
Meski lahir dan besar di lingkungan keluarga pemeluk Kristen yang taat, Joe remaja justru memilih untuk menjadi seorang agnostik. Ajaran Islam sendiri baru dikenal oleh laki-laki kelahiran tahun 1975 ini dari salah seorang temannya. Saat itu usianya baru menginjak 16 tahun. "Seorang teman memberi saya terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris," ujar Dobson seperti dikutip telegraph.co.uk.
Dalam pandangan Joe Dobson, Islam merupakan agama yang identik dengan semua hal yang negatif. Namun, setelah mempelajari Alquran terjemahan pemberian temannya itu, sudut pandang Joe mengenai Islam secara perlahan mulai berubah.
Menurutnya, dengan membaca Alquran dirinya bagaikan mendapatkan wahyu. "Isinya telah mengubah persepsi saya selama ini tentang Islam. Ternyata dalam Islam itu baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Alquran juga mengajarkan kita untuk memperlakukan setiap orang dengan hormat. Alquran sangat terbukti kebenarannya," terangnya.
Selain itu, kata dia, Alquran memberikan jawaban atas semua pertanyaan yang tidak bisa diberikan oleh kitabkitab manapun. "Islam bisa menjawab pertanyaan `mengapa'. Mengapa kita harus memperlakukan setiap orang sebagai saudara, dan setiap perempuan sebagai kakak. Mengapa kita harus berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk diri sendiri dan sesama manusia. Itulah yang Alquran lakukan bagi saya, dan itu memberi saya jawaban tentang mengapa saya harus hidup dengan cara ini (Islam--Red)," paparnya.
Muslim Indonesia Sebuah perjalanan ke Indonesia di tahun 1992, memberikan kesan tersendiri dalam diri Joe Dobson. Ia menyaksikan secara langsung, bagaimana kehidupan umat Islam di Indonesia. Pengalamannya berinteraksi langsung dengan umat Islam di Indonesia semakin membuatnya terkesan dengan agama Islam.
Kembali dari kunjungannya ke Indonesia, Joe Dobson mengakui, mulai tertarik untuk mempelajari Islam lebih mendalam. Beruntung ketika berkuliah di Universitas Manchester, ia memiliki banyak teman dari kalangan Muslim. Karenanya, ia bisa banyak bertanya mengenai Islam. Begitu juga dengan buku-buku dan literatur-literatur mengenai Islam, banyak tersedia di perpustakaan kampusnya.
Baru kemudian pada awal 1998, dengan penuh keyakinan, ia memutuskan menjadi seorang Muslim. Bertempat di sebuah masjid di utara Kota London, Joe Dobson bersyahadat di hadapan jamaah masjid tersebut. Peristiwa tersebut terjadi pada Januari 1998. Tantangan terbesar yang dihadapinya setelah memutuskan masuk Islam adalah keluarganya, terutama sang ayah.
Keputusannya untuk menjadi seorang Muslim memang dilakukan di saat Frank Dobson sedang menjabat sebagai Menteri Kesehatan Inggris. Untuk menghindari reaksi negatif dari publik Inggris terhadap sang ayah, akhirnya ia memutuskan untuk tidak memberitahukan perihal keislamannya tersebut.
"Saat itu, saya benar-benar tidak ingin mengatakan bahwa saya adalah seorang Muslim sampai saya merasa yakin bisa hidup dengan cara itu," ujar pemegang gelar master bidang manajemen umum dan kebijakan sosial dari London Metropolitan University ini. Namun lambat laun, keluarganya pun mengetahui perihal keislamannya.
Di kalangan Muslim Inggris, Joe Ahmed Dobson terbilang cukup vokal dalam menyuarakan kepentingan Islam. Ketika pasukan AS dan negara-negara sekutunya melakukan invasi ke Afghanistan, ia mengeluarkan kritikan pedas. Begitupun juga kritikannya mengenai kapitalisme negara-negara Barat.
Menurutnya, kapitalisme Barat dan apa yang berlangsung di Afghanistan berasal dari prinsip-prinsip sosialis. “Itu bukan dari pandangan ekstrem Muslim, tapi merupakan prinsip sosialis yang dikembangkan Barat,” tegasnya.
Selain vokal, ia juga dikenal aktif di beberapa organisasi-organisasi Muslim yang berbasis di London. Antara lain, ia pernah menjabat sebagai Ketua Muslim Council of Britain’s Regeneration Committee dan Direktur Interim London Muslim Care. Di luar aktivitasnya sebagai pengurus organisasi Muslim, ia juga terlibat secara aktif dalam beberapa kampanye antinarkoba yang digagas oleh komunitas Muslim Inggris.
Tak hanya mengenai Islam yang disuarakan Joe Dobson. Ia juga kerap terlihat bersama para aktivis perdamaian untuk mengampanyekan mengenai perdamaian dunia. Dalam pandangannya, semua bangsa dan agama harus secara aktif bekerja sama untuk perdamaian. "Pada dasarnya mayoritas Muslim dan orang-orang dari semua agama memegang sebuah keyakinan yang berlandaskan kepada nilai-nilai kasih sayang, perdamaian, dan keadilan."
Republika.co.id | Red: irf | Rep: nidia zuraya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar