Selasa, 01 Maret 2011

Umberto Marcozzi, Mualaf dari Negeri Pizza

Umberto adalah cowok Italia tulen yang masuk Islam setelah kota kecilnya, L’Aquila, diguncang gempa pada 6 April 2009 silam. Banyaknya warga yang tewas membuat Umberto berpikir dan merenung tentang kehidupan dan kematian. Hingga pada satu titik, laki-laki yang tidak suka dugem ini memutuskan untuk memeluk Islam, sebuah agama sekaligus jalan hidup yang telah dipelajarinya selama bertahun-tahun ini.

Sebelum gempa tersebut terjadi, Umberto memang telah mempelajari Islam melalui diskusi-diskusi dengan dua teman muslimnya, yaitu Abdul Khalek, anak Imam masjid di kota Civitanova dan Soubhi anak dari Imam di kota Ancona. Kedua teman muslim Umberto ini adalah warga Italia keturunan Syria. Isu terorisme adalah pemantik keingintahuan cowok penyuka sepak bola ini untuk mengetahui Islam secara benar dari sumber aslinya.

Tahun lalu, ketika penulis berbincang dengan Umberto di bulan Ramadhan 2009, kedua orang tua mualaf ini belum mengetahui perihal keislaman anaknya. Ibunda Umberto menganggap puasa anaknya sebagai bagian dari keyakinan Kristen yang memang ada perintah untuk berpuasa sedangkan ayahnya sama sekali tidak tahu menahu tentang hal ini. Shalat pun dilakukan Umberto secara diam-diam dengan mengunci pintu kamar rapat-rapat agar tidak ada yang memergokinya ketika ia sedang menyembah Rabb-nya.

Umberto memang belum siap untuk memproklamirkan keislamannya, karena kedua orang tuanya adalah orang yang sangat membenci Islam. Ibunya adalah penganut Kristen yang taat, sedangkan ayahnya adalah orang yang keras. Umberto bahkan mengkhawatirkan reaksi ayahnya apabila sampai ia mengetahui anaknya sudah masuk Islam. Bisa-bisa ayahnya marah besar dan masjid yang ada di kota itu bakal dirusak dan dihancurkan olehnya. Oleh karena itu Umberto bersabar dulu dan menunggu saat tepat untuk memberi tahu orang tuanya.

Kondisi ini tidak membuat Umberto pasif. Meskipun masih taraf menyembunyikan keimanan di rumahnya, tapi di kampus Umberto adalah seseorang yang gencar mendakwahkan Islam. Ia tak segan untuk meluruskan persepsi yang salah tentang Islam, meski dengan risiko mendapat cibiran dari teman-teman kampusnya. Bila dulu ia hidup seolah-olah hanya untuk sepak bola saja, saat ini semua itu sudah berubah. Sejak iman Islam telah mewarnai kehidupannya, dakwah menjadi aktivitas kehidupan yang paling disukainya.

Ramadhan yang berkah

Ramadhan 2010 kali ini membawa berkah yang berlimpah bagi kehidupan Umberto. Bila Ramadhan tahun lalu ia harus kucing-kucingan dengan keluarganya, saat ini ia bisa dengan tenang menjalankan ibadah puasa dan shalat dengan terbuka. Ayah yang begitu keras yang dulu disangkanya akan kalap ketika tahu keislaman anaknya, ternyata reaksinya sama sekali berbeda dengan yang diduga oleh Umberto.

Desember 2009 salah seorang tante Umberto ada yang tidak sengaja melihat Facebook keponakannya ini. Di sana banyak link keislaman serta sebuah nama dengan tulisan Arab mendampingi nama Umberto Markozzi. Umberto pun disidang oleh seluruh keluarga besar. Di luar dugaan, ayah Umberto tenang-tenang saja mengetahui keislaman anaknya ini. Bahkan, sang ayah membela anak laki-lakinya ini ketika anggota keluarga yang lain berusaha menjelek-jelekkan Umberto dan Islam. Sebaliknya, ibunya berteriak-teriak marah dan tidak terima dengan keadaan ini. Bahkan ketika Natal pun, si ibu terus memaksa Umberto untuk ke gereja. Dengan santun tapi tegas, Umberto menolak perintah ibunya ini.

Ramadhan 2010, Umberto lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dengan membantu pekerjaan rumah ibunya. Ini adalah salah satu cara Umberto berusaha meluluhkan hati ibunya agar bisa menerima keislamannya dengan baik. Selain itu, karena di Italia tidak begitu banyak warga beragama Islam apalagi di kota kecil seperti L’Aquila, tinggal di rumah adalah alternatif terbaik untuk menjaga kekhusyukan Ramadhan.

Sekali waktu, warga Italia yang muslim mengadakan acara silaturahmi dan mendengarkan ceramah yang biasanya disampaikan oleh ulama dari timur tengah namun bisa berbahasa Italia. Momen ini tidak akan disia-siakan oleh Umberto karena dengan cara inilah dia bisa bertemu dengan saudara-saudara muslim lainnya. Meskipun masih sedikit, namun jumlah muslim Italia makin bertambah dari tahun ke tahun. Dengan semangat dakwah mualaf muda macam Umberto, bukan sesuatu yang mengejutkan bila satu ketika nanti beberapa tahun ke depan, Italia kembali pada pelukan Islam dan kota Roma pun takluk di bawah naungan Islam. Insya Allah.

Ria Fariana

voa-islam.com

Edited by: Nisrina Lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar