Selasa, 01 Maret 2011

Kisah Nanang

Saya tidak tahu harus memulai darimana tentang kisah saya untuk mengenal dunia “Islam”. Mungkin agar lebih jelas bagaimana asal muasal saya masuk agama yang penuh dengan barokah yaitu agama “Islam”. Saya sendiri dibesarkan dikeluarga militer. Dari keluarga ini menjadikan saya sebagai seorang pemberontak. Hanya kekerasan watak dan ingin melakukan sendiri itulah yang jadi dasar watak saya. Mungkin ini gak pantas untuk menjadi cerita yang harus diungkapkan. Tapi ini merupakan bagian besar kehidupan saya. Papa saya seorang purnawirawan militer dari kesatuan

KKO (kalau sekarang dinamakan MARINIR), yaitu kesatuan elite dari TNI AL. Beliau berasal dari suku Sunda tepatnya dilahirkan di kota Bandung. Sedangkan Mama saya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa. Di usia muda kadang mempunyai kesibukan menjahit. Mama menerima jahitan untuk membuat baju yang para langganannya adalah teman-teman kantor di yayasan para istri tentara (Jalasenastri) ataupun para tetangga komplek. Mama mengerjakan sendiri jahitannya dengan sangat rapi, walaupun cukup memakan waktu yang agak lama. Tapi para langganannya sangat puas atas hasil jahitannya. Kadang Mama juga menerima untuk membuatkan kue atau masakan dari sapapun. Karena ketekunan beliau, dari mulut ke mulut berita itu tersebar kemana-mana, sehingga Mama gak pernah kehabisan orderan. Mama dilahirkan di Semarang dari keluarga besar beragama Katholik. Papa dahulunya beragama Islam, karena pernikahan itu maka pindahlah keyakinan beliau untuk memasuki agama Katholik.

Saya dibesarkan dengan ajaran dan keyakinan agama Katholik. Mulai dari kecil saya mempelajari agama turun temurun. Agama ini berasal dari Kakek buyut saya yang dulunya adalah keturunan dari Belanda. Sehingga ini merupakan sebagai paradox kalau ini telah dicap sebagai agama keturunan. Bukan lagi dari sebagian besar tetapi semua telah mengikuti ajaran Katholik.

Dari keluarga ini saya dididik untuk memahami ajaran Katholik. Mulai dari sekolah dasar saya sudah diajarkan mengenai agama tersebut. Pernah suatu ketika saya melihat teman-teman sepermainan saya beramai-ramai ke masjid jam 3 sore. Mereka yang cowok ada yang mengenakan celana panjang, ada yang mengenakan sarung sambil memakai tutup kepala (kalau di Jawa disebut koplok / kopyah), sedang yang cewek memakai kerudung atau jilbab. Itu saya liat tiap hari dari waktu ke waktu. Dari situ saya entah kenapa terketuk untuk pengen ikut mereka. Begitu aneh yang saya rasakan, kenapa ada keinginan seperti itu. Apa sih yang saya tau, sedang saya masih sangat kecil untuk memahami perbedaan itu. Suatu saat entah mungkin itu keberanian atau apa, saya memberanikan diri minta ijin dari Mama untuk ikut teman-teman ke masjid. Tapi apa? Bukan hanya larangan, tapi kemarahan dan pukulan yang saya terima. Mama bilang “Kamu udah gila atau gimana? Agama kamu itu apa? Ngapain kamu ikut-ikutan mereka? Pengen jadi orang gak bener kamu?”. Itulah yang masih terngiang-ngiang dikepalaku sampe saat detik ini. Akhirnya keyakinanku akan ajaran Katholik berlanjut sampe saya menginjak usia remaja.

Saat saya memasuki usia remaja, awal saya menginjak kelas 1 SMA, saya mempunyai seorang sahabat cewek yang berbeda sekolah. Dia bernama “Nurmaya”. Kami kenalan diatas angkot yang kebetulan searah dengan sekolah kami. Karena saya orangnya adalah penutup dan pemalu, maka dia duluan yang mengajak saya untuk berkenalan. Dia adalah putri seorang pegawai negri sipil dibagian Catatan Akte kelahiran. Kedua orang tuanya adalah PNS yang kebetulan satu kantor. Mereka berasal dari kota Blitar. Untuk saat itu mereka dipindah tugas untuk menduduki kantor di Surabaya. Dimana kebetulan diakhir tugas Papa saya untuk menjadi pelatih sekolah khusus Marinir juga bertempat di Surabaya. Sehingga kami tinggal di Surabaya. Di awal pertemuan diangkot itu akhirnya kami menjalin persahabatan yang sangat hebat menurutku. Kebetulan disini dia berkeyakinan yang sangat berbeda denganku. Meskipun kami berbeda keyakinan tapi kami saling memahami dalam arti tidak mempermasalahkan perbedaan itu. Dia bagiku sangat baik sekali. Tak pernah saya diberikan perhatian yang lebih melebihi kasih sayang kedua orang tuaku. Terkadang dia pernah juga mengenalkan saya tentang apa sis itu Islam. Susah senang kami lalui bersama. Mungkin ini hadiah Tuhan yang diberikan padaku. Persahabatan ini berlangsung hingga kami lulus SMA. Diakhir kelulusan sekolah dia pernah bercerita padaku kalau dia akan dijodohkan oleh kedua orang tuanya dengan putra dari teman sekantornya. Dari situ awal perpisahan kami, karena dia harus melanjutkan sekolah di Bogor. Ada pesan yang masih saya ingat saat ini adalah “Jagalah dirimu baik-baik. Temukan jati dirimu sesungguhnya. Aku yakin kamu akan menemukan cahaya itu”. Itulah pesan terakhir perpisahan kami.

Akhirnya saya memutuskan untuk tetap bekerja, karena selama masih sekolah SMA saya bekerja paruh waktu tanpa sepengetahuan orang tua. Saat itu paginya saya bekerja di perusahaan tepung terbesar di Indonesia. Saya mendapatkan kerjaan dari Gurbernur Jawa Timur yang juga seorang seniman. Mungkin anda pernah dengar seorang Gurbernur yang juga seorang penyanyi. Beliaulah Gurbernur Jawa Timur Bapak Basofi Sudirman. Bukannya saya mau menyombongkan diri. Ini semua saya raih karena prestasi saya didunia pendidikan. Saya selain mendapatkan beasiswa dari pemerintah, saya juga diberi kesempatan untuk mengembangkan diri di dunia kerja. Di perusahaan tersebut saya menduduki dibagian produksi. Dibayangan saya saat itu adalah bekerja mendapatkan uang. Saya pikir dunia kerja itu enak, tapi apa yang saya lakukan berbeda dengan yang saya bayangkan. Cukup berat kerjaan yang saya lakukan. Saya disitu menghitung karung yang satu ikatnya dihitung 100 lembar karung lalu dimasukkan dalam mesin produksi untuk wadah tepung. Per paruh waktunya saya bisa melakukan sampe 100 ikat. 1 ikat bias mencapai kira-kira 25kg. Disitu waktu itu saya mendapat gaji Rp 5rb/hari. Cukup lumayan lah untuk bisa membeli buku atau untuk uang saku.

Karena didikan tersebut saya menjadi mandiri dan tak pernah satu sen pun untuk meminta orang tua. Sampe akhir kelulusan sekolah saya melanjutkan untuk memutuskan sekolah lagi di kota Gresik. Saya mengambil jurusan Manajemen Pariwisata, karena dipikiran saya mungkin kalau saya kerja di hotel dapat uang banyak. Sekolah ini saya tempuh sekitar 1½ tahun. Setelah itu saya diterima disuatu hotel bintang 3. Benar dipikiranku, ternyata dihotel itu cukup banyak pemasukan yang tak terduga. Banyak uang yang saya terima secara tak terduga. Uang itu berasal dari tips tamu yang berdatangan di hotel itu. Kebetulan di hotel itu saya berkedudukan sebagai staff dari bagian Restoran. Uang yang saya dapat sedikit demi sedikit saya kumpulkan sampe suatu saat saya berpikir untuk ingin melanjutkan sekolah kembali atas dari biaya sendiri. Saya memutuskan untuk mengambil jurusan Akuntansi disuatu Universitas swasta yang cukup ternama di Surabaya. Kuliah ini saya tempuh selama 4 tahun. Di pertengahan ajaran di awal penerimaan mahasiswa baru yang saat itu saya sudah menginjak semester 5 saya bertemu kembali dengan sahabat saya waktu sekolah. Ada rasa senang, rindu, marah dan benci berbaur menjadi satu. Senang karena saya bertemu kembali dengan sahabat lamaku, rindu karena memang kami sudah cukup lama berpisah, sedang marah dan benci karena dia dengan tega meninggalkanku sendirian. Akhirnya persahabatan kami berlanjut. Asal mulanya kenapa dia kembali ke Surabaya karena dia telah memutuskan tunangannya karena tunangannya tersangkut kasus narkoba. Dan akhirnya pertunangan mereka putus ditengah jalan.

Dikampus kami mengalami perbedaan. Saya aktif di organisasi kemahasiswaan kerohanian Katholik (yang dinamakan UKM BKK), sedang dia adalah aktivis dari organisasi kemahasiswaan kerohanian Islam (yang suka disebut UKM BKI). Walaupun kami berbeda keyakinan, tapi persahabatan kami sangat hebat. Kami dapat menyatukan perbedaan itu.

Karena saya telah menjalani kuliah lebih awal daripada dia. Akhirnya saya diwisuda terlebih dahulu. Intensitas persahabatan kami akhirnya ada kerenggangan. Mungkin saya masih terlena oleh impian-impian duniawi. Saya sangat ambisius untuk bekerja. Di saat kelulusan saya menempuh dunia kuliah saya diterima di perusahaan BUMN yang sangat menjanjikan di Indonesia. Saya diterima bekerja di Pertamina sebagai staff administrasi di kantor distrik Surabaya. Karena ketekunan saya, akhirnya saya dipromosikan sebagai kepala administrasi keuangan. Dan itupun hanya berlangsung 3 tahun sejak saya masuk di perusahaan yang saya banggakan ini. Tapi ini tak berlangsung cukup lama. Setelah saya menduduki sebagai kepala keuangan saya diberikan kesempatan untuk mempelajari marketing. Akhirnya saya banting setir yang tadinya dasar saya sebagai accounting berbelok arah menjadi sales. Karena hasil yang didapatkan seorang sales sangat besar dibanding seorang kepala bagian sekalipun, dari situ awal saya sudah lupa dengan kehadiran Tuhan. Tuhan yang tadinya saya yakini ternyata berubah keduniawian yang saya agungkan. Ada jadwal dimana senang-senang adalah kewajiban dari kehidupan saya. Mungkin anda pernah dengar tentang Surabaya. Surabaya itu merupakan Las Vegas nya Indonesia. Merupakan surganya para Mavioso (sebutan kalau di Itali). Hal yang ilegal bisa menjadi legal, karena memang dapat ijin dari pemerintah setempat. Yang namanya diskotik adalah hiburan saya 3x dalam 1 minggu harus dilakukan. Selain itu juga hampir tiap hari minuman keras dan narkoba tak pernah terlewatkan. Jangankan hanya itu, “zina” pun saya lakukan dengan berganti2 cewek. Itu semua berbalik dari dulu dimana saya adalah seorang pendiam dan pemalu berubah drastis menjadi seorang pemberani dalam hakekat yang salah. Di Surabaya hampir semua saya kenal, gak hanya seorang bandar narkoba, calo cewek atau mafia sekalipun, tetapi petinggi polisi di Surabaya juga saya kenal. Dengan uang saya bisa melakukan apapun yang saya mau.

Ngomong-ngomong berbicara tentang persahabatan kami yang pernah saya jalin dengan Maya. Persahabatan kami menjadi renggang. Karena dia terlalu cerewet saat itu. Menurutku saat itu dia selalu menasehati saya sehingga telinga ini sangat kebal rasanya untuk nerima segala ocehannya.

Diawal tahun 2009 Maya sakit sehingga dirawat sampe berbulan-bulan di RS. Dari situ saya terketuk kasian untuk melihatnya. Hampir setiap hari saya menemaninya dan menyuapinya di RS. Sampe terkadang saya suka nginap di RS. Sehingga lambat laun saya udah lupa dengan dunia gemerlapan yang sering saya jalani. Saya lebih memperhatikaan dia. Dibenak saya, saya gak ingin kehilangan dia. Mungkin benar kata orang Jawa bilang kalau “Tresno jalaran soko kulino”. Mungkin karena dasar itu, lagi-lagi dia yang memulai pertama saat pertama awal kami berkenalan. Dia menyatakan dulu cintanya padaku. Akhirnya karena perasaan kasian saya menerima cintanya. Tepat pada tanggal 14 Maret 2009 saya menikah dengannya tanpa didampingi orang tua. Karena orang tua tidak member restu pernikahan kami, alasannya adalah berbeda keyakinan dan saya telah melakukan kesalahan besar yaitu mengkhianati agama saya untuk beralih ke agama Islam yang pernah menjadi selintas angan tapi bukan impian cita-cita. Saya di syahadatkan sebelum pernikahan berlangsung. Pernikahan ini pun terjadi bukan dirumah atau digedung yang mewah yang diimpikan setiap orang. Tetapi pernikahan ini berlangsung sangat sederhana di RS. Cukup disaksikan orang tuanya, saudaranya, dokter dan perawat. Itu saja yang menghadiri pernikahan kami. Kalau ingin saya sampaikan, dia ternyata udah cukup lama mengidap penyakit kanker otak akut. Selesai pernikahan kami, menjelang 2 hari kemudian, istri saya akahirnya diperbolehkaan pulang. Itu mungkin karena semangat ingin hidupnya sangat tinggi yang ingin bahagia menciptakan keluarga denganku. Tapi sayang takdir berkata lain. Pernikahan kami hanya ditakdirkan hanya cukup sampe 3 bulan saja. Tanggal 19 Juni 2009 istri saya telah berpulang ke rahmatullah. Saya sangat sedih ditinggal olehnya. Apa yang diimpikan oleh kami berdua sirna begitu saja. Karena takdir itu, akhirnya saya kembali lagi kedunia gemerlap yang pernah saya tinggal semenjak saya nikah. Saya tak pernah lepas dengan minuman keras, narkoba, ataupun cewek liar sekalipun. Saat itu saya hanya merasa ingin melepaskan kebelengguan saya.

Suatu saat ketika 1 minggu sebelum Ramadhan saya ditangkap pihak berwajib di saat masih didiskotik ketika itu waktu menunjukkan pukul 3 pagi. Untunglah pihak perusahaan telah menjamin saya seharga 1,5 milyar karena memang itu salah satu kebijakan perusahaan yang telah saya jalankan dengan memasarkan barang mereka secara illegal. Itupun saya ketika di kantor pihak berwajib tidak diruang penjara, tetapi dikantor khusus dengan pelayanan khusus pula seperti tamu besar. Jam 7 malam tak sampe sehari saya dibebaskan. Pada malam harinya saya bermimpi bertemu istri saya. Alur ceritanya seperti ini : “Ketika itu saya dijemput istri waktu saya turun dari pesawat saat pesawat sudah landing. Saya disitu jalan-jalan dengan istri keliling kota. Sangat bahagia rasanya. Ntah kenapa ketika kami menyusuri jalan tiba-tiba ada air dari jarak jauh mendekat. Saya kira hanya banjir biasa. Tapi gak taunya air itu cukup deras menerpa kami. Mungkin itu yang dinamakan Tsunami kali. Kami tenggelam diterjang oleh air yang sangat deras tersebut. Jangankan mau menolong istri, mau menyelamatkan diri saja gak mampu. Dengan sekuat tenaga saya berenang tiba-tiba ada yang menarik tangan saya. Seketika itu saya tersadarkan diri kalau tubuh saya udah didaratan tinggi yang sangat aman dari bencana itu. Tak taunya yang menarik tangan saya itu adalah istri saya sendiri. Dalam mimpi itu istri saya sangat cantik sekali, dia memakai pakaian yang sangat putih sampe bercahaya. Dia hanya berkata “Tinggalkan kegelapan itu, temukan cahaya itu”. Saya sungguh tak mengerti apa maksud dari semua itu. Keesokan harinya saya akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan tempat saya bekerja. Walaupun atasan dengan berat hati dan atas kekukuhan hati saya, akhirnya saya diijinkan untuk mengundurkan diri secara terhormat.

Satu hari kemudian saya bertanya pada teman saya tentang apa arti mimpi itu. Bukan jawaban yang saya dapatkan malah ajakan. Saya diajak ke sebuah pertemuan majelis ta’lim. Mereka mengadakan pengajian rutin setiap minggunya. Diskusi pengajian itu membahas tentang kehidupan abadi setelah meninggal. Gak tau karena kerasukan / kesurupan apa saya menangis menjadi-jadinya dipengajian itu. Seperti malu udah tak punya lagi. Saya benar-benar nangis. Dalam benak saya ya Allah…, kebodohan apa yang telah saya lakukan ditempat yang kau ciptakan ini. Saya gak pantas berpijak diatas ciptaanmu ini. Hukumlah segala kebodohanku ini. Saat itupun saya mulai untuk mendalami dunia Islam. Sungguh hebat dan maha agung atas ajaran yang suci ini. Disini saya mendapatkan cahaya. Apakah ini yang telah dikatakan istriku. Tiap saat tak henti-hentinya saya panjatkan doa untuk istri yang telah kusia-siakan. Saya telah melakukan banyak kebodohan dengan mengabaikan segala nasehat istriku.

Akhirnya Alhamdulillah saya telah melalui puasa Ramadhan saya yang pertama. Dan sangat senang saya menjalankannya. Sampe berjalan seiringnya dengan waktu saya mencoba untuk mempelajari Islam itu sendiri tanpa ada bimbingan khusus. Saya membeli buku dan CD untuk saya baca dan saya dengar. Alhamdulillah hidayah apa yang Allah berikan padaku, Insya Allah saya sudah bisa membaca Al Qur’an dan hafal beberapa surat dan doa. Saya udah biasa melakukan sholat wajib maupun sunnah. Sampe detik ini pun HP saya udah saya set untuk agar alarm bunyi saat tengah malam. Agar saya bisa melaksanakan sholat tahajud memanjatkan doa untuk istriku.

Pada awal bulan April 2010 saya menginjak kota Jakarta dan menginap di rumah kakak saya di daerah Jakarta Selatan. Disitu saya menemukan teman baru. Saya senang bias menjalin teman didunia baru. Disuatu masjid Insya Allah saya rutin mengikuti pengajian yang diadakan. Sampe akahirnya saya menemukan komunitas baru, yaitu teman-teman yang senasib. Mereka adalah para “Mualaf”. Kita cukup senang karena bisa belajar bersama. Jadi semangat belajar sangat tinggi. Inilah sepenggal kisah saya masuk menjadi seorang “Moeslem sejati”. Jika teman-teman ada yang ingin berkenalan dengan saya silahkan saja melalui Facebook saya atau Yahoo Messanger saya yaitu di naka_muallaf@yahoo.co.id

Tegakkan agama Allah yang suci dan penuh barokah ini. Allahu Akbar!!!

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

http://www.bmuallaf.com/2010/08/kisah-nanang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar