Rabu, 01 Desember 2010

Sungguh, Saya Merasa Hebat Menjadi Seorang Muslim

Yahiye Adam

Saya dibesarkan di sebuah ladang peternakan di Western Riverside County, California, dimana famili saya menternak 150-200 hewan untuk susu, keju, dan daging. Ayah saya merupakan seorang penyembelih daging halal dan menyuplainya ke sebuah Pasaraya Makanan Islam tidak berapa jauh dari Pusat Islam di Los Angeles.

Ayah saya adalah seorang ateis, tetapi kemudian dia beriman kepada Tuhan yang esa setelah ia menemukan Injil di tepi pantai. Sebelumnya, ayah saya memiliki banyak teman, tetapi sekarang mereka telah pindah keluar dari California. Ibu saya dibesarkan dalam lingkungan Katolik yang membuatnya lebih dekat dengan agama kristen. Tapi ibu sama seperti ayah saya yang menolak konsep Trinitas.

Saya dan saudara-saudaraku belajar di rumah. Patut diketahui bahwa semua yang bersekolah di rumah hampir dapat dipastikan penganut Kristen. Selama 8 tahun dan mungkin lebih, kami terlibat dalam kumpulan atau kelompok yang mendukung pendidikan di rumah. Dengan cara ini saya paham benar apa yang disebut dengan fundamentalis Kristen. Hal ini merupakan satu pengalaman yang mencerahkan pikiran.

Dalam kelompok fundamentalis Kristen lebih meyakini dogmatisme buta dan karismatik gila. Saya terkejut ketika menyadari bahwa orang-orang ini sebenarnya menyembah Nabi Isa/Yesus. Saya sebenarnya percaya bahwa Nabi Isa setidak-tidaknya ia adalah Anak Tuhan seperti yang disalahartikan oleh Injil yang menyebutkan beliau sebagai "Hamba Tuhan". Apa yang saya tahu tentang Trinitas adalah sesuatu yang tak masuk akal, dianggap oleh mayoritas Kristen sebagai prasyarat untuk keselamatan. Perlahan-lahan saya menyadari bahwa saya tidak bisa menjadi seorang kristen.

Pada masa yang sama, saya terobsesi dengan musik Heavy Metal setan, sesuatu yang tidak disenangi oleh anggota keluarga saya. Seluruh hidup saya terfokus pada menambah koleksi musik itu. Saya menghindari kebersihan pribadi dan membiarkan ruang kamar dalam keadaan kocar-kacir. Hubungan saya dengan orang tua menjadi tegang. Saya sungguh menyesal dengan apa yang terjadi.

Pada awal tahun ini, saya mulai mendengarkan ceramah agama radio Kristen dari seorang peramal. Pengikut paranoid beberapa teori konspirasi, dukungan fanatik terhadap Israel dan Zionisme, serta pidato-pidato keras tentang "Ancaman Islam" yang telah membuat saya terpesona. Kenapa? Mungkin sekadar tuntutan untuk mengisi kekosongan yang saya ciptakan untuk diri saya. Sekalipun demikian, saya mula memahami bahwa kepercayaan yang dipegang oleh evangelis seperti Dosa Asli dan kemaksuman "Kata-kata Tuhan", tidak sejajar dengan ide teologikal saya dan saya mula mencari sesuatu untuk berpegang.

Segalanya berubah ketika saya berpindah ke Santa Ana, California bersama kakek saya. Nenek saya seorang ahli komputer yang senantiasa ketagihan dengan America Online. Sementara saya sibuk mencari informasi superhighway sejak bulan Januari. Ketika pindah, saya mula berniat untuk mencari kerja, saya mula menelusuri berkas-berkas di AOL dan Usenet newsgroup, di mana saya mendapati bahwa diskusi berkaitan Islam amat menarik. Saya menemukan bahwa keyakinan dan amalan agama ini sesuai dengan pemahaman teologi dan akal saya sebagai logika dasar manusia.

Islam menyebut Tuhan bukan sebagai manifestasi, tetapi sebagai wujud yang di luar batas akal manusia, independen dan tidak bisa dibagi-bagikan. Islam memiliki sebuah kitab yang bisa dipahami oleh manusia, dan tidak ada kepausan atau pemerintah paus yang dianggap maksum dalam semua hal intepretasi. Semua muslim bebas merefleksi dan mengintepretasikan kitab dengan mendapat pendidikan yang mencukupi. Islam tidak mempercayai bahwa semua manusia dilontarkan ke neraka kecuali kalau mereka percaya bahwa Tuhan dengan murah hati membenarkan diri-Nya disiksa di sebuah palang untuk mengizinkannya mengampuni semua manusia yang percaya Dia melakukannya di sebuah palang. Islam tidak percaya dengan bangsa atau ras terpilih. Dan begitulah seterusnya.

Ketika mulai membaca terjemahan al-Quran, saya mulai bertambah yakin dengan kebenaranya ajaran Allah yang terhimpun dalam 114 surah tersebut. Setelah beberapa waktu bersama dengan umat Islam, saya tahu benar bahwa mereka bukan orang-orang yang haus darah dan teroris barbarik seperti yang telah di gambarkan dalam berita-berita media dan televangelis. Mungkin pengetahuan ini telah mengiring saya untuk lebih melakukan penelitian tentang Islam. Saya tidak dapat menetapkan waktu kapan harus memilih Islam sebagai agama. Ia merupakan satu proses yang alami.

Saya memeluk agama Islam pada bulan November tahun 1995. Saya pergi ke Islamic Society of Orange County di Garden Grove dan memberitahu saudara muslim yang bertanggungjawab menjaga perpustakaan bahwa saya ingin memeluk agama Islam. Dia memberikan kepada saya bahan-bahan yang baik untuk dibaca. Saya mengucapkan syahadah di hadapan perhimpunan di masjid. Sungguh saya merasa hebat menjadi seorang muslim.

http://kisah-mualaf.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar