Rabu, 01 Desember 2010

Bagaimana aku mengenal Islam?

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Nama ku ialah S.B

Ayahku amat cenderung dengan Kristen. Ketika aku masih kecil, ia sering bercerita tentang kisah-kisah yang diambil dari Injil mengenai Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa as. Hasilnya aku mencintai nabi-nabi tersebut dan memuji bapaku.

Menginjak usia dewasa, timbul perasaan tidak tenang dalam jiwaku. Terasa ada sesuatu yang hilang dalam kehidupanku, tapi aku tidak mengetahui apakah yang hilang itu. Aku ingin kembali ke masa kecilku, ketika aku masih suci tidak berdosa, tetapi semakin hari keadaanku bertambah parah. Perilakuku harus diubah, tetapi tetap saja aku tidak tahu bagaimana?

Aku merenungkan komunitas dan masyarakat tempat aku hidup bersama mereka. Namun aku merasa betapa diriku terasing dari mereka. Aku akan duduk di sebuah acara perkawinan atau acara-acara sosial yang lain dan menyaksikan orang-orang di sekitarku lalu memikirkan kenapa aku harus ada di tempat ini. Sudah pasti, ada yang lebih penting dalam hidup ini selain sekadar apa yang sedang aku lalui.

Ketika aku memberitahu ibuku tentang apa yang aku rasai. Ia bertanya, "Engkau termasuk dari kelompok yang mana? Engkau harus menyesuaikan dirimu dengan orang lain dan menjadi seperti mereka jika ingin meneruskan kehidupan."

Nasihat ibuku tidak berpengaruh sedikitpun dalam diriku. Aku mengetahui bahwa kehidupan ini bukan untukku, tapi apakah ada alternatif atau pilihan lain yang aku miliki? Kelihatan seperti tidak ada secuil harapan yang tinggal. Aku tenggelam dan larut dalam kegelisahan, sehingga terkadang aku merasa lebih baik mati.

Kemudian terjadi peristiwa yang amat menakutkan dalam kehidupan saya. Di tengah malam, aku terbangun dan berjalan dalam keadaan separuh sadar sembari memikirkan betapa hari telah siang. Kini aku dapat menyaksikan apa yang aku lakukan, tapi tidak berdaya menghentikannya atau tidak memahami mengapa semua ini terjadi. Aku merasa seakan-akan telah berada di puncak kegilaan dan hanya tinggal menanti waktunya. Di waktu siang, perilakuku tampak normal dan dapat bergurau dengan anggota keluarga yang lain. Pada awalnya ibuku ingin membawaku ke dokter. Ia memberitahuku bagaimana aku berjalan dalam keadaan tidur dan setiap malam tampak resah.

Beberapa hari kemudian, ketika aku sedang tidur aku melihat wajah yang menakutkan. Kulitnya hijau kehitaman dan ada sesuatu di kepalanya. Aku melompat ketakutan dan benda itu menertawakan aku. Aku hanya dapat mendengar suara, jeritan, ketawa dan sesuatu sedang diperkatakan, yang tidak dapat aku fahami.

Aku terbangun dari tidur dan membuka lampu. Ini bukan sebuah igauan. Aku terjaga, tetapi masih kedengaran suara. Aku mula menjerit, menutup telinga ku, berlarian di dalam kamarku dalam usaha untuk menenggelamkan suara-suara yang mengejarku. Aku coba membangunkan keluargaku. Tetapi mereka tidak mendengar suaraku. Aku menangis sekuat hatiku, menjerit sepuas-puasnya, tetapi suara-suara yang menganggu tetap tidak berkurang. Tidak ada seorangpun yang dapat membantuku. Aku sendirian dan tidak berdaya melakukan apa-apa.

Dalam keadaan putus asa itu, aku terduduk di atas lantai, menutup wajah dan telinga dengan lenganku, di sela isak tangis, aku mula berdoa, "Oh Tuhan ku! Tolonglah Aku! Aku memohon maaf atas segala kesalahanku, apa saja yang Engkau perintahkan, apa saja jalan yang Engkau pilihkan, aku akan melakukannya, tapi tolonglah aku. Aku tidak mengetahui apa yang Engkau inginkan dariku." Aku terus merayu dengan cara ini dan mengulangi kata-kataku.

Tiba-tiba semuanya berhenti. Tidak ada lagi kedengaran suara dan suasana di sekitarku langsung berubah. Tapi aku masih takut untuk menyaksikan apa yang ada di sekitarku dan terus menangis. Tidak berapa lama kemudian, aku membuka mataku dan ternyata segala-galanya aman dan damai. Tuhan telah menyelamatkanku.

Adalah sesuatu yang sulit untuk menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi dan apa yang aku rasa. Hanya orang yang melaluinya saja yangdapat memahami apa yang aku alami. Kemudian aku mulai melupakan peristiwa tersebut. Tetapi aku semakin yakin akan keberadaan Tuhan.

Tidak berapa lama kemudian, ketika telah masuk bulan Ramadhan, aku waktu itu sedang duduk di hadapan televisi sibuk menukar kanal satu dengan yang lainnya. Tiba-tiba saja ada kanal bahasa Arab yang terbuka dan saat itu tengah menayangkan siaran langsung Ka'bah ketikba tiba waktu shalat. Gambaran yang ditampilkan benar-benar menyentuh perasaanku. Aku menyaksikan umat Islam ruku', sujud, berdiri berhampiran antara satu dengan lain dari seluruh penjuru dunia dengan memakai pakaian yang sama menyembah Tuhan yang Esa. Semuanya tampak jelas sekarang. Seperti melihat dalam cermin. Aku melihat diriku yang sebenarnya.

Aku ke perpustakaan dan mencari terjemahan al-Quran. Sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku cari, tetapi apa yang aku baca membuat aku merenung dan mengetahui lebih banyak dari apa yang aku duga. Aku mulai membaca mengenai Nabi Isa as dan ibunya Sayyidah Maryam. Aku tidak pernah terfikir Nabi Isa sebagai seorang Nabi. Justru yang digambarkan selama ini tentang beliau bahwa umat Islam tidak menyukainya. Kemudian aku mulai membaca ayat-ayat berkaitan dengan Nabi Luth dan Nabi Sulaiman as. Allah Swt menyebut mereka sebagai nabi-nabi yang mulia, tidak seperti yang terdapat dalam Injil. Sebelum ini, aku tidak pernah memahami mengapa orang-orang ini melakukan perbuatan jahat seperti ini.

Inilah pertemuan pertamaku dengan al-Quran. Aku bukan saja merasa gembira dan takjub, tetapi juga kelegaan. Aku tidak tahu sebenarnya ada kitab seperti ini. Terlalu baik untuk dirasakan kebenarannya!

Aku benar-benar percaya bahwa dalam kehidupan setiap manusia, Tuhan memanifestasikan keberadaan-Nya. Di dalam hatinya setiap manusia mengetahui akan keberadaan-Nya, walaupun pada tingkatan lahiriahnya mereka mungkin berusaha untuk menutup-nutupi kebenaran.

Menoleh kembali akan kehidupanku, agama Islam tidak pernah terlintas dalam benakku terkait upayaku memikirkan agama. Ini mungkin dikarenakan rasa takut pada Islam, atau istilah lainnya Islamphobia. Setiap kali aku melihat lelaki dengan jenggot dan pakaian Islam, wanita berhijab, aku merasa terancam. Kata-kata seperti fundamentalis, keganasan dan terorisme muncul dalam fikiranku. Aku membenarkan media untuk berfikir buatku dari aku mencari sendiri fakta-fakta sebenarnya.

Aku pernah terfikir bahwa agama adalah sesuatu yang tidak rasional. Anda tidak harus berfikir atau bertanya terlalu banyak hanya untuk percaya kepadanya. Aku malah sempat khawatir memperoleh pendidikan ke universitas karena takut menjadi ateis! Tapi semua ini berbeda dengan Islam. Semakin aku mempelajarinya, semakin aku mengetahui betapa indahnya agama ini. Hukumannya adalah adil dan tidak ada tandingannya. Ia adalah kebenaran, ajaran yang Universal dan karunia terbesar Allah Swt kepada manusia.

Alhamdulillah aku mendapat hidayah-Nya.(IRIB/NA/SL) courtesy Muslimconverts

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=22744:bagaimana-aku-mengenal-islam&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar