Rabu, 01 Desember 2010

Joanne: Saya Perlu Waktu Lima Tahun Tinggalkan Babi

Saya, Joanne Richards dibesarkan di California. Orang tua kami membesarkan kami lima kakak beradik dengan ajaran Katolik, tetapi dengan perceraian ibu-bapak kami ketika usia saya 11 tahun, kami tidak lagi mendekati gereja. Pada tahun-tahun tersebut, sekitar awal tahun 60-an, perceraian merupakan suatu yang memalukan jadi kami seperti orang terbuang.

Kami seolah-olah terpaksa membesarkan diri sendiri. Tidak ada bimbingan. Walaupun ibu kami sangat menyayangi kami. Dia menjadi orang tua tunggal dan terpaksa mencari rezeki untuk kami berlima. Saya hanya dapat melihat bapak kami lima atau enam kali selepas perceraian itu. Tinggal sendirian, saya hamil pada usia 16 tahun yang berakhir dengan perkawinan dengan bapak anak-anak saya.

Kami tinggal bersama selama 16 tahun dan memiliki 2 anak. Saya tidak lagi mengamalkan segala budaya hura-hura setelah mendirikan rumahtangga pada tahun 1964. Apa yang berlaku selepas itu, saya meninggalkan segala-galanya dan lari ke San Francisco untuk mencari ‘siapa diri saya' dan menjadi ‘bebas'!

Apa yang saya temui ialah minuman keras, narkotika, sex, rock & roll. Saya begitu ingin cepat ‘hidup' sehingga saya tidak pernah memikirkan etika atau apa saja yang berkaitan dengannya.....hanya hidup secara hedonisme!

Saya mendapat informasi tentang Islam lewat seorang anak muda yang baru datang ke Amerika. Dia datang dari keluarga yang besar dan berada di sini sendirian serta merasa kehilangan dengan segala pengalaman baru yang terpaksa dihadapinya. Kami saling membantu, karena saya juga sendirian tanpa keluarga dan rekan. Saya mulai merasa hormat dengan sebagian nilai yang terdapat dalam dirinya. Dia seorang yang sangat jujur dan tidak pernah memberi alasan atau dalih.

Saya melihat terdapat sifat penerimaan dan percaya diri dalam dirinya yang tidak pernah saya alami sebelum ini. Dia akan memberitahu saya tentang al-Quran yang bagi saya amat menarik. Dia seorang yang merendah diri dan tidak pernah memaksa saya. Saya suka dengan apa yang saya lihat dalam dirinya. Kejujurannya menyebabkan saya benar-benar tertarik. Saya tidak pernah terpikir bahwa seseorang dapat hidup dalam cara yang bersih dan jujur. Dia mengajarkan saya mengucap dua kalimat syahadah, walaupun saya belum punya sedikit ide mengenainya. Sekalipun demikian, saya percaya Tuhan memahaminya.

Sebenarnya, saya amat takut dengan Islam karena saya takut Tuhan akan menyebabkan saya rasa bosan dan terperangkap jika saya menjadi seorang muslimah. Saya tidak tahu apa-apa mengenai Islam. Saya memahami Islam yang salah seperti kebanyakkan orang Amerika. Apa yang saya ingat ialah berkaitan dengan rahib yang pernah saya lihat ketika saya kecil.

Mereka seolah-olah terperangkap dalam penjara moral. Saya senantiasa berpikir bahwa mereka hidup dalam kesepian dan membosankan. Apa yang dapat mereka lakukan hanyalah berdoa. Pada saya kehidupan seperti itu adalah nihil. Karena mereka tidak membenarkan adanya hidup penuh gelora.

Tuhan Maha Kaya. Tuhan memberikan saya tali untuk tempat saya bergantung menyelamatkan diri. Sekalipun demikian, untuk beberapa tahun saya masih hidup dalam kebebasan dan kepuasan duniawi.

Pada akhirnya saya berpisah dengan teman itu. Tidak tahu mengapa saya pergi ke masjid dan meminta sebuah al-Quran. Saya hanya ingin tahu. Bukan saya berniat untuk memeluk Islam.

Ketika saya mulai membaca, itupun kesimpulannya, saya hanya menangis. Saya terpesona dan terpegun dengan keindahan, kebaikan dan kelembutannya. Ia menyentuh saya dengan cara yang tidak pernah saya alami sebelum ini. Ketika saya membaca surat al-Fatihah, saya mengetahui bahwa surat ini begitu istimewa biarpun saya belum bersedia untuk menerimanya atau memahaminya.

Keindahan untaian kalimatnya sungguh menakjubkan. Apa yang sangat menyentuh jiwa saya ialah keampunan dan kemurahannya. Saya benar-benar memerlukan karunia seperti ini dalam hidup saya. Walaupun saya telah membaca al-Quran dan mulai benar-benar menerima dan mempercayai kata-kata ilahi, tetapi saya masih tidak bersedia untuk meninggalkan kehidupan hura-hura yang saya lalui selama ini. Saya benar-benar seperti seorang bayi yang mengambil langkah ke dunia yang tidak saya kenali.

Baru-baru ini ada yang bertanya, "Apakah sulit untuk anda tiba-tiba berhenti dan meninggalkan banyak hal yang telah anda lakukan setelah anda menjadi muslim?"

Saya menjawab bahwa sebenarnya tidak sulit sama sekali, karena saya tidak meninggalkannya secara tiba-tiba! Kira-kira hampir melalui proses lima tahun untuk saya meninggalkan makan daging babi. Tentu saja setelah masa membaca al-Quran. Keluarga saya berasal dari Italia, maka babi merupakan menu utama dalam hidangan kami. Tetapi setelah lima tahun, saat saya mengatakan pada diri saya bahwa saya harus meninggalkan babi karena Allah menjelaskan sebagai tidak bersih, memang sebuah keputusan sulit!

Untuk melakukannya saya membutuhkan waktu setahun hingga saya benar-benar merasa berdosa ketika hendak memakannya. Kini, ketika saya melihatnya di supermarket, saya akan berkata, "Itu hanyalah perkara kecil yang diperintahkan Allah."

Begitu juga dengan Ramadhan. Berpuasa hanya untuk satu bulan. Hanya mencoba sebulan untuk mengikuti jalanNya. Adakalanya ketika saya tergoda, saya akan berkata kepada diri saya..."Ini adalah perkara kecil yang diperintah Allah". Dia mengaruniakan keampunan dan kemurahan yang begitu banyak.

Minuman keras, mencuri, menipu, dan sebagainya perlahan-lahan semua ini kutinggalkan selama 13 tahun ini. Sekarang, ketika saya mengenang kembali apa yang saya lakukan, tidak terpikir bagaimana saya dapat melewatinya. Waktu itu amat berbeda dengan hari-hari saya sekarang. Minuman keras telah menyebabkan saya bertekuk lutut, tetapi Allah telah membantu saya. Saya telah mengecewakan anak-anak saya dan merupakan teladan buruk bagi mereka. Tetapi Masha' Allah, mereka berdua memiliki Quran di rumah mereka dan melihat saya telah menjadi insan yang berbeda setelah menyakininya sepenuh hati. Cucu saya percaya kepada Allah dan senantiasa ingin mendengar cerita dari al-Quran.

Bapak saya telah mati, tetapi ibu saya amat toleransi dengan kepercayaan saya terhadap Islam. Saudara-saudara saya semuanya menghormati kepercayaan saya walaupun mereka juga memiliki konsepsi yang salah seperti kebanyakan orang-orang Amerika.

Apa yang menjadi problema ketika saya menjadi muslimah ialah sikap sebagian muslim yang saya temui. Saya sering ke masjid, tetapi sering pula dilemparkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyenangkan. Biasanya pertanyaan pertama ialah "Siapa suami anda?". Jika saya kata tidak punya, saya akan dipandang dengan keraguan dan tidak ada lagi yang berbicara dengan saya.

Saya diberitahu bahwa shalat saya tidak diterima karena memakai pewarna kuku. Perkara ini amat menyedihkan bagi orang yang baru mencari ilmu dan ingin berhubung dengan Allah dan komunitas Islam. Selama tujuh tahun baru saya dapat membedakan antara ajaran Islam dengan ‘adat budaya'. Perkara ini juga dialami oleh sebagian mereka yang baru memeluk agama Islam. Tetapi kenangan manis yang tidak dapat saya lupakan ialah menunaikan shalat berjamaah pada bulan Ramadan. Saya merasa sungguh dekat dengan Allah sehingga saya menangis karena diberi karunia untuk mengenal al-Quran dan Islam.

Saya sungguh bersyukur karena Allah begitu sabar dan toleransi dengan segala kekurangan saya. Allah tidak pernah melupakan janji-janji-Nya dalam al-Quran. Begitulah yang saya lihat. Saya meminta maaf andainya kata-kata saya menyinggung siapapun. Tetapi keimanan saya kepada Allah amat mendalam dan menjadi pembimbing dalam hidup saya.

Saya masih mempunyai banyak tujuan yang ingin saya lakukan dengan kepercayaan yang baru saya dapatkan ini. Saya telah menerima kepercayaan saya sebagai sebuah perjalanan, sebuah biji yang telah ditanam dan tumbuh kokoh dan hidup dalam jiwa saya. Saya tidak sempurna, tetapi saya yakin saya akan menjadi muslimah yang lebih baik dari tahun lalu. Saya mengetahuinya dengan melihat beberapa perkara yang telah saya tinggalkan demi mendapat keridhaan-Nya. Begitu juga pada setiap kedatangan Ramadhan, Allah senantiasa berada di sisi saya untuk membantu saya menempuhnya. Anak-anak menghormati saya. Saya menghormati ibu saya seperti yang diperintah Allah. Saya telah menerima kesulitan dalam hidup sebagai peluang bagi Allah yang menguatkan keimanan saya dan mengizinkan saya berlatih kesabaran atau toleransi...atau membesarkan saya.

Untuk saya, memeluk agama Islam merupakan satu-satunya hadiah dankarunia terbesar. Saya amat bersyukur dengannya. (IRIB/NA/SL) www.islamfortoday.com

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=25338:joanne-saya-perlu-waktu-lima-tahun-tinggalkan-babi&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar