Rabu, 01 Desember 2010

Kisah S.S. Lai dari Brunei

Karya tulisan ini aku lakukan setelah memeluk agama Islam sekitar 5 tahun 11 bulan. Aku memeluk agama Islam pada tahun 1991. Aku percaya bahwa setiap anak yang lahir adalah suci dan ibu bapa merekalah yang membesarkan mereka menurut gaya kehidupan mereka dan kemungkinan itulah satu-satunya cara yang mereka ketahui. Semoga Allah memberi bimbingan dan hidayah keatas jiwa-jiwa mereka.

Aku datang dari keluarga Cina. Semua anggota keluargaku menyembah berhala dan kakek mereka yang telah mati. Sepanjang masa kanak-kanakku, aku diyakinkan bahwa terdapat banyak tuhan, tuhan kebaikan, tuhan kekayaan dan sebagainya. Setiap tahun, aku begitu mengharapkan datukku akan membawa aku ke kuil untuk menyembah tuhan 'kami'. Apa yang menarik aku kepada mereka ketika itu adalah terdapat berbagai makanan (aku fikir makanan tersebut rasanya tentu lebih enak karena telah dipersembahkan kepada tuhan) dan tuhan-tuhan itu kelihatan begitu mistik. Sebagian dari berhala-berhala itu menunjukkan rasa takut, rasa indah dan seterusnya.

Pada hari itu, kami akan melakukan upacara membakar uang kertas dan menyembah tuhan-tuhan kami dengan menggunakan lidi-lidi kemenyan. Kami akan memberi penuh perhatian terhadap segala upacara ini. Aku pernah menaruh harapan yang di satu ketika nanti aku bisa melahirkan kata-kata yang diucapkan oleh kakekku kepada berhala-berhala tersebut dan rahasia kecil yang digunakan saat menggunakan 'batu magisnya'.

Di rumah kami mempunyai foto-foto kakek-kakek kami yang telah mati. Setiap kali bulan purnama, aku akan meminta nenekku mengizinkan aku melontar uang logam. Jika kedua uang logam tersebut menunjukkan gambar atau angka, bermakna ruh-ruh kakek itu belum selesai makan.

Aku datang dari sebuah negara Muslim iaitu Brunei dan dengan nikmat Allah Swt. Aku bersekolah yang mayoritasnya pelajarnya adalah muslim. Aku teringat pada satu hari seorang rekan sekolah membawakan sebuah buku komik dengan gambar-gambar yang menunjukkan balasan di api neraka. Pada saat itu, aku belum dapat memahaminya.

Sebuah pelajaran di dalam geografi tentang bagaimana kita semua boleh berdiri dan berjalan di atas permukaan bumi serta tidak tercampak keluar ke dalam ruang gelap memulakan perjalananku kepada Islam. Aku pulang ke rumah merasa bingung dan bertanya kepada pamanku mengapa bisa demikian. Pamanku menasihatiku untuk tidak sering mengeluarkan soal MENGAPA untuk semua perkara. Sejak hari itu aku tidak lagi bertanya MENGAPA.

Pada tahun 1988, aku mendapat biasiswa untuk melanjutkan pelajaran ke Inggris. Ini merupakan cita-citaku dan aku benar-benar berusaha untuk mendapatkannya. Tujuan utama dalam hidupku ialah untuk menjadi kaya, berguna dan membuat ibu bapakku bangga dengan keberhasilanku. Satu-satunya cara untuk mencapai cita-citaku itu adalah dengan menjadi dokter. Rasa tidak berdaya yang aku rasakan ketika aku dipaksa untuk duduk disebelah kasur tua yang ditiduri seorang yang berbaring sedang menghadapi maut. Peristiwa ini tidak pernah dapat ku lupakan.

Aku belajar di sekolah perempuan. Apa yang aku tahu tentang Islam walaupun aku punya banyak teman muslim dan tinggal di negara Islam ketika itu, umat Islam tidak makan babi, mereka berpuasa di bulan Ramadhan dan mereka terdiri dari orang-orang yang tidak sukses. Semua pengalaman yang aku miliki bersama umat Islam tidak membuat aku tertarik dengan mereka walaupun pada usia tujuh tahun aku pernah merasa bahwa satu ketika nanti aku akan memeluk agama Islam seperti salah seorang bapak saudaraku. Aku tidak pernah bertanya kepada siapapun mengenai Islam karena takut mereka akan menjadi antusias dan ini menyebabkan aku begitu takut dan malu.

Di universitas tersebut, satu malam aku bermimpi mendengarkan azan. Aku berjalan ke arahnya dan berdiri di hadapan sebuah pagar besar dengan tulisan bahasa Arab. Aku tidak mengetahui maksudnya. Namun aku dapat merasakan kedamaian dan keamanan. Ruang kamar itu dipenuhi cahaya dan aku melihat figur seseorang sedang shalat. Aku tidak dapat menggambarkan perasaanku.

Keesokkan harinya aku menanyakan hal tersebut kepada seorang rekan muslim dari Malaysia. Dia memberitahu bahwa itulah adalah Hadassah atau perbincangan dari Allah. Dialog atau pembahasan pertama itu membantu aku untuk bertanya berbagai persoalan yang selama ini berada dalam benakku selama bertahun-tahun tentang Islam. Dulu aku sering menyangka bahwa umat Islam adalah orang-orang yang jahat dan mereka sering menindas non-muslim.

Tahun itu aku pulang ke Brunei, aku memberitahu keluargaku bahwa aku ingin libur setahun karena aku tidak lagi dapat memusatkan perhatian terhadap tujuanku. Aku merasakan bahwa ada yang lebih penting dari segala yang aku lakukan selama bertahun-tahun ini. Memang seperti yang diduga, mereka tidak mengizinkan aku dan aku terpaksa meneruskan pelajaranku dengan pikiran buntu. Siang malam aku menangis, karena aku hanya dapat mendengarkan azan di kepalaku sehingga rekan baikku menyangka aku sudah gila.

Kontak pertama kau dengan muslim yang benar-benar mengamalkan ajaran Islam ialah teman sewaktu aku kecil. Aku banyak belajar dari perilakunya. Itulah pertama kali aku melihat muslim melakukan amal ibadah seperti shalat. Aku mencoba berpuasa dan hanya makan makanan halal selama 2 hingga 3 tahun sebelum aku memeluk agama Islam.

Titik penting dalam kehidupanku saat aku ditolak oleh semua universitas untuk belajar kedokteran. Aku memikirkan sifat-sifat Allah dan berjanji andainya aku diterima di fakultas kedokteran, aku akan mempercayai segala yang diucapkan oleh rekan-rekanku. Allah Maha Mendengar dan Maha Berkuasa. Keesokkan harinya, aku diberitahu bahwa aku telah diterima, sedangkan pada mulanya aku ditolak. Apa lagi yang harus aku katakan selain 'Tiada Tuhan yang ku sembah selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah'. (IRIB/NA/SL)dari themodernreligion.com

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=24694:kisah-ss-lai-dari-brunei&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Tidak ada komentar:

Posting Komentar