Jumat, 28 Desember 2012

Jon Dean: Setelah Memeluk Islam, Saya Tidak Pernah Menengok ke Belakang

Nama saya ada Jon Dean.
 
Kisah saya bermula pada tahun 2008-2009, ketika itu saya berpindah ke Riyadh.
Saya bekerja di sana. Saya bekerja di bagian industri kesehatan dalam bidang olahraga dan makanan. Arab Saudi adalah sebuah negara yang memerlukan orang seperti saya dan membantu mereka untuk bergerak. Masih terdapat industri besar yang masih berkembang di sini, segera, dan mereka merupakan orang-orang kaya. Anda tahu bahwa di sini memang banyak uang. Makanya saya datang ke sini.
 
Sebenarnya saya tidak punya ide tentang Islam, memang nihil. Selain sekadar mendapat informasi dari gambar-gambar yang ditayangkan di televisi, saya berpendapat bahwa demikianlah realita Arab Saudi dan begitu juga dengan sebagian besar negara Timur Tengah yang dilanda perang. Manakala rakyatnya melakukan pengeboman di sana dan di sini. Saya tidak punya ide dan gambaran ini membuat saya agak sedikit bimbang untuk datang ke sini.
 
Hal ini juga memberikan gambaran kepada saya bahwa Islam adalah agama yang keras. Andai anda meletakkan kaki di luar garis yang telah ditetapkan, anda akan dipenjara dan dipotong tangan. Anda akan dapat mendengar berbagai cerita seperti ini.
 
Maka hal pertama untuk saya adalah memahami Islam secara benar untuk memastikan diri saya tidak berakhir dalam penjara. Di situlah mengapa saya mulai mengenal Islam. Saya ingin menjalani hidup normal semungkin bisa dibandingkan dengan apa yang biasa saya lakukan di rumah saya. Saya tidak ingin ditangkap karena melakukan sesuatu yang tidak benar sehingga menyebabkan saya diseret ke penjara atau dalam keadaan buruk. Saya tidak tahu apa bentuknya.
 
Maka sayapun mulai membaca sedikit berkaitan Islam. Saya tinggal bersama berbagai macam ragam orang dan dari berbagai negara. Saya tinggal bersama dengan Hindu, Budha, Kristen dan Katolik. Saya juga punya teman dari Yahudi dan ateis, orang-orang spiritual yang mengamalkan berbagai macam praktik spiritual, perkara-perkara yang tidak agamis tetapi mereka percaya bahwa adanya Pencipta. Mereka tidak mempercayai Injil atau Quran atau teks-teks lain yang kita berikan.
 
Dahaga ilmu pengetahuan
Saya senantiasa mengetahui bahwa ada yang lebih besar dari apa yang dapat saya lihat. Saya tidak pernah menjadi seorang ateis, tidak pernah, dan saya tidak pernah menyakini terjadinya sebuah kejadian besar dan kehidupan ini tidak punya tujuan, bahwa tidak ada hubungan dengan sesuatu, tidak ada yang lebih besar dari saya, demikianlah saya, saya bisa melakukan apa saja, saya tidak pernah berkeyakinan seperti itu, dan ia merupakan dasar kukuh yang saya pegang. Saya juga berminat untuk mengetahui lebih. Saya senantiasa dahaga ilmu pengetahuan, kepada sesuatu yang tidak dapat saya lihat. Saya pernah membaca banyak buku, mengenali tokoh-tokoh seperti Bruce Lee, Mohammad Ali. Saya berminat dengan seni pertahanan diri dan boxing. Saya pernah menyukai sisi spiritual tokoh-tokoh seperti ini, dimana menjadi sumber kekuatan mereka, kepercayaan mereka, dan keberanian mereka untuk terus berjuang. Inilah yang membuat saya tertarik.
 
Di Arab Saudi
Ketika saya tiba di Arab Saudi, sebuah negara dimana anda akan menjadi terkejut, mayoritas wanita mereka menutup seluruh diri, semua lelaki mereka mengenakan pakaian tradisional. Begitu berbeda dengan tempat saya tinggal. Dan Saudi bukanlah sebuah negara yang ramah. Anda keluar rumah dan orang tidak memberikan senyuman kepada anda di jalanan.
 
Apa yang saya perhatikan ialah semakin saya bercakap dengan orang di sini, semakin mereka menjadi ramah. Dan saya terus berpikir "sebentar, saya pasti bahwa orang-orang disini seharusnya bersikap keras dan tidak ingin membantu" dan ini merupakan kesalahpahaman yang terdapat dalam otak saya. Sebenarnya orang-orang Arab secara umum adalah orang yang paling ramah dan rajin membantu di atas muka bumi ini. Selain itu, ia merupakan tempat yang paling aman yang pernah saya temui dalam hidup saya.
 
Saya tidak perlu melihat belakang saya. Anda bisa melewati sekelompok orang yang berusia 17-18 tahun pada jam dua pagi yang berdiri di luar pasaraya atau toko kopi. Anda bisa melewati mereka dan anda tidak akan merasa bimbang. Mereka biasanya adalah orang yang baik dan berkata, "Hey, apa khabar anda? Bagaimana Manchester United?" Perkara seperti ini.
 
Orang-orang di sini ramah, baikdan mudah memberi.Sikap ini membuat saya terkejut dan saya mulai berpikir "Andai orang ini tidak seperti yang digambarkan oleh televisi, anda tahu, tidak ada tentara yang berjalan di jalan, tidak ada perang yang kononnya sedang berlaku, tidak ada yang meledakkan diri mereka. Jika ini tidak berlaku seperti apa yang saya percaya, maka sudah pasti agamanya tidaklah kasar dan keras serta seperti berada dalam penjara."
 
Saya mula bercakap dengan rekan-rekan saya tentang agama seperti bagaimana anda melaluinya. "Anda seorang yang cool, bagaimana anda melewati kehidupan ini tanpa melakukan ini, dan ini dan ini?" Dan orang lain juga mengemukakan hal yang sama kepada saya. Mereka sering bercakap tentang Nabi Muhammad Saw, kehidupannya dan apa yang beliau lakukan dan bagaimana produktifnya dia. Bagaimana dia melewati kehidupan yang seimbang dan betapa baik dan dermawannya beliau serta perkara-perkara seperti ini.
 
Saya berpikir, tokoh ini benar-benar menakjubkan dan menarik. Saya mula berpikir lebih banyak mengenai Nabi Muhammad dan nabi-nabi lain dalam Islam. Berbagai pikiran terus membanjiri diri saya, informasi ini dan bagaimana kisah-kisah ini dari Injil yang pernah saya pelajari di sekolah juga terdapat dalam Quran, dan bagaimana kedua agama ini saling berkaitan. Sebenarnya terdapat tiga agama, agama Ibrahim seperti agama Yahudi, Kristen dan Islam, dan bagaimana ketiga agama ini saling berkaitan antara satu dengan lain. Ini memberikan kesadaran kepada saya. Saya kira saya pernah mendengar cerita ini. Saya pernah melihatnya dan saya mula mendapatkan informasi yang lebih banyak.
 
Transparan
Sebagai seorang saintis, perkara ini amat penting, ketika anda mula mempelajari Quran atau hadis atau teks-teks yang mengitari agama ini, terdapat banyak bukti yang transparan. Anda hanya perlu duduk dan melihatnya seraya mengatakan bahwa anda bisa melihat sumber informasi, anda bisa melihat sejarah di mana ia datang. Dan tidak seperti teks-teks agama lain, ia sebenarnya amat mudah. Ia transparan. Anda hanya perlu menyakini wujudnya Tuhan. Yang lain akan dapat anda dapati, dan secara perlahan ia meresap dalam kehidupan anda. Jika anda mempercayai kewujudan Tuhan dan anda menyakini bahwa terdapat sebaris para nabi yang diutus untuk menyampaikan risalah mereka untuk membantu anda, maka itulah Islam.
 
Pada mulanya ketika saya mendengar dari seorang pria mengatakan hal ini, saya merasa terkejut. Saya bertanya kepadanya, "Bagaimana sesuatu tampak begitu mudah? Sepertinya saya tidak perlu melakukan ini atau melakukan itu setiap hari?" Dia memberikan jawaban bahwa cara agama ini dilaksanakan da ini seperti panduan untuk  menjalani kehidupan. Jika anda mempercayai bahwa ada yang menciptakan semuanya, ya, sang pencipta, maka kita, alam dan segala ciptaan-Nya. Ia bukanlah satu kebetulan. Jika anda menyakininya maka anda adalah seorang muslim. Anda menyakini keesaan Pencipta yang menguasai alam ini.
 
Maka tugas anda ialah untuk terus menyelidiki jalan ini. Apa yang menariknya tentang Islam, Islam mengajak anda untuk mengujinya, memberi tantangan padanya, membaca, mempelajarinya terutamanya sejarah Islam, umat Islam sering menceritakan tentang kemajuan Islam. Kemajuan yang Islam lakukan ke atas dunia ini amat menakjubkan. Dan saya tidak akan menceritakan di sini. Memang benar, sungguh menakjubkan, sejarah dan sains Islam, saya dapati bahwa ramai orang yang tidak mengetahuinya dan ia juga tidak diajar di sekolah.
 
Seperti orang ingin berselancar, tidak ramai dari kawan saya yang bisa berselancar atau bermain snowboard. Mereka semuanya diperlihatkan di televisi, sebagian mereka kelihatan amat baik dan sebagian kelihatan gila dan membahayakan. Tetapi sehingga anda sendiri yang memulainya, sehingga anda mulai merasainya, anda tidak akan pernah memahaminya. Dan begitulah juga dengan Islam. Anda harus mula membaca mengenainya dari sumber yang benar dan orang yang baik.
 
Saya mengenalbanyak orang bijak yang bisa anda mendengar tentang Islam. Mereka pada dasarnya dapat membuka mata saya dan memberikan kesadaran bahwa apa yang saya tahu selama ini adalah salah dan ketika saya mula membaca mengenainya, ia ternyata begitu mudah, transparan dan logik.
 
Perkara seperti shalat, saya pernah melakukan meditasi dahulu. Saya ikut serta dalam kelas-kelas yoga. Saya dapat merasakan sebenarnya, mengambil satu waktu dalam sehari untuk mengucapkan kesyukuran dan memikirkan apa yang lebih tinggi dari diri anda dan memikirkan orang yang anda kasihi. Perkara-perkara seperti ini amat membantu. Jika anda melakukan dengan satu kelompok seramai ribuan orang, anda akan merasa tenaganya, percayalah anda seperti diisi ulang.
 
Saya dengan mudah dapat menunaikan shalat. Sebaik saja anda meletakkan kepala anda ke lantai, sesuatu di dalam badan anda memberitahu akal anda, jiwa anda, ruh anda dan apa saja, bahwa anda benar-benar dalam keadaan pasrah dan inilah Islam. Anda sebenarnya sedang sujud, dan anda mengatakan "Ya, ada sesuatu yang lebih besar dari diri saya." Dan saya ingin mempelajari lebih mendalam berkaitan hal ini. Saya ingin membina perasaan yang kita panggil iman dan untuk melakukannya saya perlu melakukannya berulang kali. Saya akan membinanya secara perlahan dan saya akan menikmatinya.
 
Bersedia untuk syahadah
Anda harus mengetahui apa yang orang pikirkan dan apa yang mereka rasakan. Satu hari saya setelah semua informasi berada dalam kepala saya, yang saya dapati dari membaca dan belajar, kami makan siang di rumah sakit, salah seorang teman saya berkata, "Saya berharap satu hari anda Insya….. akan menjadi seorang muslim!".
 
Saya berkata: "Saya kira saya sudah bersedia."
 
Dia bertanya: "Anda sudah bersedia?".
 
Saya berkata: "Ya, saya sudah bersedia. Saya ingin melakukannya. Saya ingin memeluk agama Islam."
 
Saya telah mempelajarinya. Saya telah menyelidikinya. Seperti seorang saintis yang tertarik. Saya menyakininya. Dan seperi ada sesuatu yang menarik saya. Seperti ada yang perlu saya lakukan. Saya harus mengikutinya. Saya akan mengambil peluang ini.
 
Saya keluar dari kawasan rumah sakit bersama dua orang teman saya. Jika anda ingin memeluk agama Islam anda perlukan dua orang saksi bersama anda dan anda hanya perlu memberikan kesaksian bahwa anda mempercayai Tuhan dan anda menyakini bahwa Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah yang terakhir. Semua orang dilahirkan Muslim dan anda mengikuti jalan anda dan kemudian anda kembali semula ke pangkuan Islam. Dan anda hanya mempercayai keesaan Tuhan. Pria ini membantu saya untuk menyebutnya dalam bahasa Arab dan saya ingat bahwa saya menurutinya. Saya tidak merasakan apa-apa saat itu, saya hanya mengikutinya dan kemudian kami menyebutnya dalam bahasa Inggris dan kemudian dalam bahasa Arab. Kemudian kedua teman saya memeluk saya dengan senyuman lebar.
 
Adalah menarik pada ketika itu, saya masih ingat saya berjalan pulang ke rumah sakit dan ketika saya menaiki tangga, bunyi di sekitar saya agak aneh, tetapi itu hanya jelas sekali di dalam kepala saya. Saya masih ingat saya sedang berjalan ketika orang-orang ini mengucapkan selamat kepada saya dan rekan sekerja menyalami saya. Saya seperti tidak dapat mendengar mereka. Suara mereka seperti telah di kecilkan. Sungguh aneh. Tetapi volume dalam diri saya sepertinya telah dibesarkan. Seperti ada seseorang yang mencampur adukkan kualitas bunyi antara dalam dan luar diri saya. Saya sedang bercakap tetapi suara tersebut seperti menjadi kuat sekali.
 
Saya menjadi bimbang, saya seolah-olah tidak merasa sedih, tidak merasa senang, tidak seperti dulu. Maka saya meninggalkan mereka dan pergi ke kamar mandi. Saya menguncikan pintu dan berdiri di hadapan cermin, suara tersebut terasa semakin kuat dan perasaan juga menjadi kuat. Macam ceret yang sedang mendidih dan anda tahu seperti ada yang akan meledak. Saya berada berdekatan dengan tempat cuci piring, menyiram wajah saya dengan air dan saya berpikir, "Sebenarnya apa yang sedang terjadi?" Apa yang saya ingat ialah saya terus saja menangis."
 
Saya menangis terus-terusan dan ketika saya melihat ke cermin, saya masih menangis dan menangis kuat sehingga saya tertawa karena saya tidak paham mengapa harus saya menangis. Saya mula tertawa dan menangis pada masa yang sama. Andai saja ada orang yang melihat saya ketika ini? Macam ada satu ledakan besar keluar dari dalam diri saya. Kemudian ia berhenti. Saya melihat dan merenung diri saya. "Apa sudah terjadi barusan?" Pada ketika itu terasa sebuah kedamaian menyapa diri. Itulah caranya saya menjelaskan kedamaian di mana-mana dan seperti tidak benar. Saya tidak pernah merasakannya.
 
Dan tidak pernah lagi saya merasa kedamaian sedemikian rupa. Tetapi ia tetap bersama saya. Sejak hari itu saya merasakan perasaan ini bahwa ia merupakan perasaan yang lain buat saya. Sejak hari itu kehidupan saya berubah. Dan saya tidak pernah menoleh ke belakang.
 
Saya masih merasa aneh bercerita mengenainya. Tetapi ia merupakan sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan. Inilah yang saya senangi tentang detik-detik spiritual. Tidak ada seorang saintis pun yang bisa mengukurnya. Ada sesuatu antara anda dan Tuhan dan jika orang mempercayainya, mereka akan mempercayainya. Jika tidak, mereka tidak akan menyakininya. Jika mereka mengalaminya, itu sudah menakjubkan. Itulah yang saya ingini. 

(IRIB Indonesia/onislam.net)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar