Selasa, 30 April 2013

Hussein: Islam Puaskan Saya Secara Intelektual & Teologis

Fiqhislam.com - Sebelum memeluk Islam, Hussein Abdulwaheed Amin seorang pemeluk Kristen yang religius. Pertemuannya dengan Islam berawal dari rasa gusarnya terhadap doktrin ketuhanan dalam kepercayaan Kristen.

"Saya memeluk Islam setelah menjalani penelitian yang cukup panjang. Hasil penelitian itu memuaskan saya secara intelektual dan teologis," kenang dia, seperti dinukil Arabnews.com.

Hussein berasal dari Irlandia, namun menghabiskan banyak waktu di luar negeri. Pertengahan hingga akhir 1990-an, ia jatuh cinta terhadap seorang muslimah ketika berada di sebuah negara Islam.

Ia berniat menikahi perempuan itu. Namun, ia harus menjadi seorang muslim, karena muslimah dilarang menikah dengan pria non-muslim.

Saat itu, ia sedikit memahami ajaran Islam. Ada ketertarikan dalam hatinya menjadi mualaf.

Islam Mutlak Ajarkan Keesaan Tuhan

Sekembalinya ke Eropa pada musim panas, Hussein Abdulwaheed Amin, mulai membaca literatur tentang Islam. Yang mengejutkannya, Hussein menjadi antusias lantaran ajaran Islam begitu diterima logika.

Memang awalnya, ia begitu sinis dalam memandang Islam. Itu karena, prilaku segelintir orang yang menyebut dirinya teroris.

"Aku menerima konsep ketuhanan dalam Islam. Islam mengajarkan keesaan Tuhan secara mutlak," sebutnya seperti disadur dari Arabnews.com.

Melalui Alquran, ia semakin yakin dengan konsep tersebut. Namun, Hussein ragu.

Hussein sulit mengkhianati kepercayaan yang diantutnya. Guna meyakinkan hatinya, ia coba mengali fondasi kepercayaan Kristen.

Walhasil ia sangat terkejut dengan temuannya. Apalagi ketika ia bandingkan dengan Alquran.

"Dalam Alquran, disebutkan tiada Tuhan selain Allah," kata dia.

Dari temuannya itu, dalam hatinya ia pertanyakan mengapa ia begitu saja percaya tanpa bersikap kritis. "Dengan hati nurani yang tulus tanpa paksaan, saya harus menjadi muslim," ucapnya.

Peluk Islam karena Niat Tulus

Saat yakin tentang ajaran Islam, Hussein Abdulwaheed Amin tak ingin menjadi muslim karena hubungan asmara.

Tapi ia mengakui pernikahannya itu menjadi awal ketertarikannya terhadap Islam. Pada akhirnya, hubungannya gagal pada 2001.

Meski begitu, ketertarikannya terhadap Islam tidak goyah sedikit pun. "Saya menjadi muslim karena niatan tulus. Agama, Tuhan terlalu penting untuk dianggap remeh," kata seperti disitat Arabnews.com.

Ketulusannya itu mengubah pandangannya tentang Islam. Ia menyayangkan Islam dipandang sebagai agama penuh kebencian. Padahal, pandangan itu lahir dari kurangnya pemahaman terhadap ajaran Islam.

"Anda tahu, ekstrimis itu secara tidak langsung membuat masyarakat internasional memahami ajaran Islam," tegasnya mengakhiri. [yy/republika/foto
republika.co.id]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar