Fiqhislam.com
- Gurly mengalami kecelakaan ketika ia berada di AS. Tidak ada keluarga
di AS, membuatnya bingung apa apa yang harus dilakukan, atau kemana ia
harus berkeluh kesah.
Selepas kecelakaan, seorang temannya meminta dia untuk membuat laporan kejadian kecelakaan kepada polisi. Ia turuti permintaan temannya itu, sembari meminta izin kepada bosnya untuk diperbolehkan membuat laporan tersebut.
Oleh bosnya, ia disarankan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dengan alasan asuransi kecelakaan Gurly bakal membebani kantor. Lalu, Gurly bercerita soal masalah itu kepada temannya. "Kamu tahu Gurly, kamu bisa menipu polisi, hakim dan semua orang kecuali satu orang," ucap Gurly menirukan perkataan temannya itu.
Lalu Gurly mengatakan, "Siapa orang itu". Temannya menjawab,"Ini Allah". "Siapa Allah," tanya Gurly. Temannya berkata,"Dia adalah Tuhan,". Sejak itu, Gurly merasa penasaran dengan perkataan temannya itu. "Aku begitu tertarik karena tidak ada perbedaan dengan apa yang diajarkan dalam Katolik. Nyaris sama," kata dia.
Oleh temannya, ia diberikan Alquran. Beberapa hari membacanya, ia rasakan kekaguman. Dalam hatinya ia berkata apa yang ia baca merupakan kebenaran. Spontan ia ingin meminta bimbingan guna mengucapkan dua kalimat syahadat.
Selepas bersyahadat ia tak sabar untuk memberitahu keluarganya bahwa ia seorang Muslim. Ia lakukan hal itu, tanpa berpikir keluarganya bakal menolaknya. "Aku begitu senang saat itu. Tapi semuanya berubah ketika ibuku merasa sedih karena tujuanku ke AS bukan untuk menjadi Muslim." kata dia.
Gurly tak berkecil hati. Ia masih ingat betapa besar pengorbanan ibunya ketika membesarkannya. Apalagi Alquran, meminta seorang Muslim untuk menghormati orang tua. Tentu, Gurly tak ingin mendapatkan cap anak durhaka.
Berhijab
Semakin mantap dengan keyakinan barunya, Gurly berpikir untuk mengenakan jilbab. Ia sadar, jilbab adalah tantangan bagi kalangan perempuan karena mereka ingin selalu tampil cantik setiap hari. Tapi, hatinya berkata buat apa cantik hanya di mata manusia tapi tidak dimata Allah SWT.
"Aku putuskan kenakan jilbab," kata dia.
Menurut Gurly, tak peduli apa pandangan orang lain, karena segala hal berbau duniawi termasuk wajah ini akan memudar. Semua orang akan tua dan mati. Sementara wajah akhirat adalah wajah dengan kecantikan abadi.
Pada satu hari, Gurly mendapat cobaan soal putusannya itu, tragedi 9/11. Saat itulah, banyak pandangan buruk tertuju padanya. "Tapi aku hanya berkata pada mereka, aku tidak peduli, karena aku seorang Muslim, aku menyukai jilbab yang aku kenakan," kata dia.
Ramadhan
Pertama kali Gurly melaksanakan ibadah puasa, ia begitu kagum dengan filosofi dibalik kewajiban tersebut. Ia melihat betapa menderitanya kalangan tak mampu. Lalu, betapa bahagiannya mereka, ketika seorang Muslim membantu dan bersimpati padanya.
Selepas kecelakaan, seorang temannya meminta dia untuk membuat laporan kejadian kecelakaan kepada polisi. Ia turuti permintaan temannya itu, sembari meminta izin kepada bosnya untuk diperbolehkan membuat laporan tersebut.
Oleh bosnya, ia disarankan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya dengan alasan asuransi kecelakaan Gurly bakal membebani kantor. Lalu, Gurly bercerita soal masalah itu kepada temannya. "Kamu tahu Gurly, kamu bisa menipu polisi, hakim dan semua orang kecuali satu orang," ucap Gurly menirukan perkataan temannya itu.
Lalu Gurly mengatakan, "Siapa orang itu". Temannya menjawab,"Ini Allah". "Siapa Allah," tanya Gurly. Temannya berkata,"Dia adalah Tuhan,". Sejak itu, Gurly merasa penasaran dengan perkataan temannya itu. "Aku begitu tertarik karena tidak ada perbedaan dengan apa yang diajarkan dalam Katolik. Nyaris sama," kata dia.
Oleh temannya, ia diberikan Alquran. Beberapa hari membacanya, ia rasakan kekaguman. Dalam hatinya ia berkata apa yang ia baca merupakan kebenaran. Spontan ia ingin meminta bimbingan guna mengucapkan dua kalimat syahadat.
Selepas bersyahadat ia tak sabar untuk memberitahu keluarganya bahwa ia seorang Muslim. Ia lakukan hal itu, tanpa berpikir keluarganya bakal menolaknya. "Aku begitu senang saat itu. Tapi semuanya berubah ketika ibuku merasa sedih karena tujuanku ke AS bukan untuk menjadi Muslim." kata dia.
Gurly tak berkecil hati. Ia masih ingat betapa besar pengorbanan ibunya ketika membesarkannya. Apalagi Alquran, meminta seorang Muslim untuk menghormati orang tua. Tentu, Gurly tak ingin mendapatkan cap anak durhaka.
Berhijab
Semakin mantap dengan keyakinan barunya, Gurly berpikir untuk mengenakan jilbab. Ia sadar, jilbab adalah tantangan bagi kalangan perempuan karena mereka ingin selalu tampil cantik setiap hari. Tapi, hatinya berkata buat apa cantik hanya di mata manusia tapi tidak dimata Allah SWT.
"Aku putuskan kenakan jilbab," kata dia.
Menurut Gurly, tak peduli apa pandangan orang lain, karena segala hal berbau duniawi termasuk wajah ini akan memudar. Semua orang akan tua dan mati. Sementara wajah akhirat adalah wajah dengan kecantikan abadi.
Pada satu hari, Gurly mendapat cobaan soal putusannya itu, tragedi 9/11. Saat itulah, banyak pandangan buruk tertuju padanya. "Tapi aku hanya berkata pada mereka, aku tidak peduli, karena aku seorang Muslim, aku menyukai jilbab yang aku kenakan," kata dia.
Ramadhan
Pertama kali Gurly melaksanakan ibadah puasa, ia begitu kagum dengan filosofi dibalik kewajiban tersebut. Ia melihat betapa menderitanya kalangan tak mampu. Lalu, betapa bahagiannya mereka, ketika seorang Muslim membantu dan bersimpati padanya.
Rasa
kagumnya bertambah, ketika ia untuk pertama kali mengkonsumsi kurma.
Saat itu, ia tidak tahu seperti apa kurma dan manfaatnya bagi tubuh.
Setelah tahu, ia berniat untuk membelinya. Namun, ada seseorang yang
memberinya sekotak kurma.
"Ya Allah, kurmanya banyak sekali. Terima kasih untuk orang-orang yang mengenalkanku kepada kurma," kenangnya.
Namun, ada hal yang menyedihkan Gurly ketika ia berhalangan untuk berpuasa karena sakit. Saat itu, kondisi fisiknya sangat lemah. Tak mau menunggu sembuh, ketika sakit ia kirimkan uang fidyah kepada saudaranya untuk diberikan kepada kalangan yang berhak. "Aku begitu sedih, karena tidak berpuasa. Semoga Allah memberikan kesehatan kepada saya agar terus berpuasa," pungkasnya [republika]
Namun, ada hal yang menyedihkan Gurly ketika ia berhalangan untuk berpuasa karena sakit. Saat itu, kondisi fisiknya sangat lemah. Tak mau menunggu sembuh, ketika sakit ia kirimkan uang fidyah kepada saudaranya untuk diberikan kepada kalangan yang berhak. "Aku begitu sedih, karena tidak berpuasa. Semoga Allah memberikan kesehatan kepada saya agar terus berpuasa," pungkasnya [republika]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar