Kali ini resapilah suasana nurani seorang Fateema, nama hijrah dari saudari kita, Kinga. Ia pun amat bahagia kala menikmati suasana berbuka puasa bersama, Ramadhan 1432 Hijriyah ini. Tanpa segan dan dengan humoris, ia sering bilang, “Izinkan saya jadi Cleaner, nih… Saya mau menyikat kamar mandi (kamar mandi masjid Krakow masih rusak dan sangat kotor, belum direnovasi), saya mau membersihkan WC dan mengepel lantai masjid kita. Asyiknya bersih-bersih, hehehe…” tadinya dia mengirimkan SMS kepadaku berisikan kalimat itu. Tak tampak lelah dan letih, ia begitu bersemangat menyambut Rabu dan Sabtu sore, hari dimana kami berbuka puasa bersama. Sayangnya dua kali pertemuan kami absen berkumpul, sebab tiba-tiba ada kesalahan potong kabel listrik oleh brother yang sedang membantu renovasi masjid, sehingga keadaan ruang masjid amat gelap dan makin lembab, tidak memungkinkan berkumpul bagi sisters Muslimah.
Terlahir dan dibesarkan oleh orang tua yang Atheis (golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan), Fateema tentu memiliki hati yang memberontak, “Mana mungkin tidak ada Tuhan?! Siapa pencipta alam? Siapa pencipta diri kita? Siapa yang mengatur bumi dan seisinya? Siapa yang memberikan kehidupan dan sekaligus mengatur kematian? Dan lain-lain, sebegitu banyak pertanyaan berkecamuk dalam dada ini, rasa marah, kesal karena penasaran membuat saya sering emosional dalam keseharian…” tutur Fateema.
Usianya masih sepuluh tahun lebih muda dariku. Melihat gaya bicara dan ghirahnya bagaikan bercermin pada diri ini, sepuluh tahun lalu ada kesamaan prihal ‘gebrakan hati’, saya bertekad untuk menikah di usia muda. Lalu Allah memberikan jalan terbaik-Nya, dan tercapailah perjumpaan dengan imamku, meskipun banyak kegetiran dan kekhawatiran orang tua pada ‘gebrakan anak muda’ seperti yang kami lalui. Pernikahan kami semakin solid seiring bertambahnya ilmu dan keimanan pada Allah ta’ala, Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Sedangkan ‘gebrakan hati’ seorang Fateema, ia bertekad untuk menemukan jalan Tuhan, pasti Tuhan itu ada, pasti Dia yang mengatur seisi alam ini. Getaran hidayah, begitulah kondisi dalam jiwa tulus yang mendambakan cinta sejati-Nya. Fateema dan Saya ketika bersiap-siap pulang seusai berbuka puasa bersama
Dari kota tempat tinggalnya, bila perjalanan menggunakan mini-bus ke Krakow, memakan waktu 40 menit. Fateema berkenalan dengan sister Aysha dalam forum tanya jawab Islam baru dua bulan lalu, kemudian ia berkenalan dengan mahasiswa Muslim lain yang ada di Krakow. Tak ada kalimat yang bisa menggambarkan situasi hatinya ketika ia memantapkan syahadat nan bermakna, “Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah…” sister Fateema melafadzkan kalimat itu di kala ‘group ekskul sekolahnya’ mengadakan liburan ke Mesir. Maka tatkala ia telah menjadi Muslimah, ‘searching’ teman Muslimah lain merupakan hobi barunya.
“Saya sangat tahu keadaan keluargaku ini, sister… mereka doyan mabuk-mabukan. Kalau saudaraku tahu bahwa aku sudah menjadi Muslimah, ia bisa saja membunuhku! Kalaulah Papaku tahu pula, ia bisa membunuhku untuk kedua kalinya! Bayangkan saja ketika aku memulai ngobrol, ‘Papa, saya tertarik pada sebuah agama, namanya Islam,’ Papa malah langsung ngamuk dan tanpa ba-bi-bu ia berkata, ‘What’s?! Hentikan ketertarikanmu! Itu adalah agama teroris! Saya bunuh kamu kalau jadi Muslim, karena berarti kamu juga teroris!’ maka saya yakin bahwa saat ini bukanlah momen yang tepat untuk memberitahukan mereka mengenai kemuslimahan saya…” Subhanalloh… sister kita ini mengalami cobaan dahsyat dalam keluarga, benarlah kalimat yang sering kita dengar, bahwa saudara kandung bisa saja menjadi musuh dan terputus hubungan jika berbeda keyakinan. Sedangkan ikatan persaudaraan dalam keimanan pada-Nya, yaitu tali Ukhuwah Islamiyah merupakan ikatan kencang yang diridhoi-Nya, bahkan kita bisa saling mendo’akan dengan atau tanpa menyebut nama-nama kita, Allah ta’ala menjaga ketulusan ikatan suci ukhuwah ini dan kekuatan do’a kita sangat dahsyat. Sungguh indah wasiat rasul-Nya, Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintaidirinya sendiri.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Tahun ini adalah tahun keduanya di ‘high-school’ (setingkat SMU kalau di Indonesia), ia masih remaja. Masa ‘back-street’ berpuasa Ramadhan ini pun ia jalani, ia tidak mau orang tuanya curiga, terutama mama yang sangat perhatian pada anak-anaknya. Mama berkata, “Jangan lupa makan yah… makan siangmu tinggal dipanaskan saja di dapur…” maka sebelum Mama pulang bekerja, Fateema sudah ‘menyembunyikan’ makanan itu buat berbuka puasa nanti. Sholatnya pun masih sembunyi-sembunyi, kadang-kadang ia sholat tatkala orang tua pergi bekerja, kadang ketika ia jalan-jalan di mal ‘menumpang masuk ke ruang cuci tangan’ atau menumpang sholat di rumah temannya. Tapi karena orang tua dan keluarganya tidak ‘melek’ Internet, Fateema amat berani menyapa teman-teman Muslim secara online, ia pun sering berbagi cerita kepada teman lain yang ‘masih ragu’ dalam forum tanya jawab dan diskusi keislaman tersebut. Ia tegas meyakini, “Ragu-ragu (untuk berbuat baik) itu berasal dari setan, lho…”
Gambar Hasil Karya Fateema
Fateema berpesan, “Saat ini atheisme makin menyebar di Asia, Amerika, dan Eropa. Kalian harus berhati-hati, mereka akan membawa keraguan akan Tuhan pada diri anda dengan mengatakan, ‘Hey…jika kamu ciptaan Allah, maka siapa yang menciptakan Allah-mu?’, atau mereka berujar, ‘Kamu-lah tuhan yang mengatur dirimu dan sekitarnya…’, waspadalah pada kalimat para penyebar Atheisme itu. Kalian amat beruntung menjadi muslimah sejak lama dan tidak merasakan pergolakan batin yang hebat sebagaimana diriku. Dekaplah hidayah Allah ta’ala, jangan biarkan keraguan menghinggapi hatimu…” Fateema biasanya berbicara serius diiringi mimik muka yang humoris.
Fateema sangat tertarik dengan kaligrafi, selain urusan masak-memasak.
Allah ta’ala melimpahkan petunjuk-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, semoga kita selalu berada dalam bimbingan-Nya.
Saudara-saudariku, kalian saat ini mungkin tengah menyantap hidangan lezat bersama keluarga tatkala sahur dan berbuka puasa, mungkin sedang berpiknik atau melakukan perjalanan mudik dengan bersuka cita. Subhanalloh, bersyukurlah atas segala nikmat-Nya. Dan ketahuilah, di belahan bumi-Nya yang lain, ada banyak saudara-saudari kita seperti sister Fateema, melakukan rukun-rukun Islam (setelah bersyahadat) masih dengan sembunyi-sembunyi. Alasannya adalah ‘batas usia’ dan situasi keluarga, Fateema belum genap 18 tahun di Ramadhan pertamanya kali ini. Jika telah berusia 18 tahun, menurut peraturan pemerintah sini, seseorang boleh menentukan pilihan hidupnya sendiri, termasuk masalah keyakinan (beragama). Kita do’akan bersama, semoga Allah senantiasa memudahkan jalan baginya dalam melewati liku-liku perjuangan untuk tetap istiqomah bernaung cahaya Islam. Aamiin. Teringat ayat indah-Nya, “…Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-‘Imran [3] : 101) Semoga makin istiqomah mendekap rambu-rambu Islam, duhai saudara-saudari pembaca Eramuslim yang (insya Allah) senantiasa diridhoi-Nya. Wallahu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, @Islamic-Centre, Krakow, malam 28 Ramadhan 1432 H)
http://www.eramuslim.com/kisah/muallaf-krakow-berbagi-kisah-4-saya-yakin-bahwa-tuhan-pasti-ada.htm#.UIkzsFJYpnN
Terlahir dan dibesarkan oleh orang tua yang Atheis (golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan), Fateema tentu memiliki hati yang memberontak, “Mana mungkin tidak ada Tuhan?! Siapa pencipta alam? Siapa pencipta diri kita? Siapa yang mengatur bumi dan seisinya? Siapa yang memberikan kehidupan dan sekaligus mengatur kematian? Dan lain-lain, sebegitu banyak pertanyaan berkecamuk dalam dada ini, rasa marah, kesal karena penasaran membuat saya sering emosional dalam keseharian…” tutur Fateema.
Usianya masih sepuluh tahun lebih muda dariku. Melihat gaya bicara dan ghirahnya bagaikan bercermin pada diri ini, sepuluh tahun lalu ada kesamaan prihal ‘gebrakan hati’, saya bertekad untuk menikah di usia muda. Lalu Allah memberikan jalan terbaik-Nya, dan tercapailah perjumpaan dengan imamku, meskipun banyak kegetiran dan kekhawatiran orang tua pada ‘gebrakan anak muda’ seperti yang kami lalui. Pernikahan kami semakin solid seiring bertambahnya ilmu dan keimanan pada Allah ta’ala, Alhamdulillah ‘ala kulli hal. Sedangkan ‘gebrakan hati’ seorang Fateema, ia bertekad untuk menemukan jalan Tuhan, pasti Tuhan itu ada, pasti Dia yang mengatur seisi alam ini. Getaran hidayah, begitulah kondisi dalam jiwa tulus yang mendambakan cinta sejati-Nya. Fateema dan Saya ketika bersiap-siap pulang seusai berbuka puasa bersama
Dari kota tempat tinggalnya, bila perjalanan menggunakan mini-bus ke Krakow, memakan waktu 40 menit. Fateema berkenalan dengan sister Aysha dalam forum tanya jawab Islam baru dua bulan lalu, kemudian ia berkenalan dengan mahasiswa Muslim lain yang ada di Krakow. Tak ada kalimat yang bisa menggambarkan situasi hatinya ketika ia memantapkan syahadat nan bermakna, “Saya bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah…” sister Fateema melafadzkan kalimat itu di kala ‘group ekskul sekolahnya’ mengadakan liburan ke Mesir. Maka tatkala ia telah menjadi Muslimah, ‘searching’ teman Muslimah lain merupakan hobi barunya.
“Saya sangat tahu keadaan keluargaku ini, sister… mereka doyan mabuk-mabukan. Kalau saudaraku tahu bahwa aku sudah menjadi Muslimah, ia bisa saja membunuhku! Kalaulah Papaku tahu pula, ia bisa membunuhku untuk kedua kalinya! Bayangkan saja ketika aku memulai ngobrol, ‘Papa, saya tertarik pada sebuah agama, namanya Islam,’ Papa malah langsung ngamuk dan tanpa ba-bi-bu ia berkata, ‘What’s?! Hentikan ketertarikanmu! Itu adalah agama teroris! Saya bunuh kamu kalau jadi Muslim, karena berarti kamu juga teroris!’ maka saya yakin bahwa saat ini bukanlah momen yang tepat untuk memberitahukan mereka mengenai kemuslimahan saya…” Subhanalloh… sister kita ini mengalami cobaan dahsyat dalam keluarga, benarlah kalimat yang sering kita dengar, bahwa saudara kandung bisa saja menjadi musuh dan terputus hubungan jika berbeda keyakinan. Sedangkan ikatan persaudaraan dalam keimanan pada-Nya, yaitu tali Ukhuwah Islamiyah merupakan ikatan kencang yang diridhoi-Nya, bahkan kita bisa saling mendo’akan dengan atau tanpa menyebut nama-nama kita, Allah ta’ala menjaga ketulusan ikatan suci ukhuwah ini dan kekuatan do’a kita sangat dahsyat. Sungguh indah wasiat rasul-Nya, Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintaidirinya sendiri.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Tahun ini adalah tahun keduanya di ‘high-school’ (setingkat SMU kalau di Indonesia), ia masih remaja. Masa ‘back-street’ berpuasa Ramadhan ini pun ia jalani, ia tidak mau orang tuanya curiga, terutama mama yang sangat perhatian pada anak-anaknya. Mama berkata, “Jangan lupa makan yah… makan siangmu tinggal dipanaskan saja di dapur…” maka sebelum Mama pulang bekerja, Fateema sudah ‘menyembunyikan’ makanan itu buat berbuka puasa nanti. Sholatnya pun masih sembunyi-sembunyi, kadang-kadang ia sholat tatkala orang tua pergi bekerja, kadang ketika ia jalan-jalan di mal ‘menumpang masuk ke ruang cuci tangan’ atau menumpang sholat di rumah temannya. Tapi karena orang tua dan keluarganya tidak ‘melek’ Internet, Fateema amat berani menyapa teman-teman Muslim secara online, ia pun sering berbagi cerita kepada teman lain yang ‘masih ragu’ dalam forum tanya jawab dan diskusi keislaman tersebut. Ia tegas meyakini, “Ragu-ragu (untuk berbuat baik) itu berasal dari setan, lho…”
Gambar Hasil Karya Fateema
Fateema berpesan, “Saat ini atheisme makin menyebar di Asia, Amerika, dan Eropa. Kalian harus berhati-hati, mereka akan membawa keraguan akan Tuhan pada diri anda dengan mengatakan, ‘Hey…jika kamu ciptaan Allah, maka siapa yang menciptakan Allah-mu?’, atau mereka berujar, ‘Kamu-lah tuhan yang mengatur dirimu dan sekitarnya…’, waspadalah pada kalimat para penyebar Atheisme itu. Kalian amat beruntung menjadi muslimah sejak lama dan tidak merasakan pergolakan batin yang hebat sebagaimana diriku. Dekaplah hidayah Allah ta’ala, jangan biarkan keraguan menghinggapi hatimu…” Fateema biasanya berbicara serius diiringi mimik muka yang humoris.
Fateema sangat tertarik dengan kaligrafi, selain urusan masak-memasak.
Allah ta’ala melimpahkan petunjuk-Nya kepada siapa pun yang Dia kehendaki, semoga kita selalu berada dalam bimbingan-Nya.
Saudara-saudariku, kalian saat ini mungkin tengah menyantap hidangan lezat bersama keluarga tatkala sahur dan berbuka puasa, mungkin sedang berpiknik atau melakukan perjalanan mudik dengan bersuka cita. Subhanalloh, bersyukurlah atas segala nikmat-Nya. Dan ketahuilah, di belahan bumi-Nya yang lain, ada banyak saudara-saudari kita seperti sister Fateema, melakukan rukun-rukun Islam (setelah bersyahadat) masih dengan sembunyi-sembunyi. Alasannya adalah ‘batas usia’ dan situasi keluarga, Fateema belum genap 18 tahun di Ramadhan pertamanya kali ini. Jika telah berusia 18 tahun, menurut peraturan pemerintah sini, seseorang boleh menentukan pilihan hidupnya sendiri, termasuk masalah keyakinan (beragama). Kita do’akan bersama, semoga Allah senantiasa memudahkan jalan baginya dalam melewati liku-liku perjuangan untuk tetap istiqomah bernaung cahaya Islam. Aamiin. Teringat ayat indah-Nya, “…Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali-‘Imran [3] : 101) Semoga makin istiqomah mendekap rambu-rambu Islam, duhai saudara-saudari pembaca Eramuslim yang (insya Allah) senantiasa diridhoi-Nya. Wallahu’alam bisshowab.
(bidadari_Azzam, @Islamic-Centre, Krakow, malam 28 Ramadhan 1432 H)
http://www.eramuslim.com/kisah/muallaf-krakow-berbagi-kisah-4-saya-yakin-bahwa-tuhan-pasti-ada.htm#.UIkzsFJYpnN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar