Jumat, 11 Mei 2012

Tak ada Natal tahun ini ....

Tahun ini, James mengaku tak lagi merayakan Natalan. Ia tak ikut berkumpul dengan keluarganya menyantap kalkun dan alkohol. Tapi ia bahagia! .... James mengakui bahwa perjalanan menuju Islam cukup lama baginya, 'sepuluh tahun' sejak ia berkenalan dengan teman-teman Muslim di tempat kerjanya. Ia tak paham dan agak menyesali kenapa harus begitu lama ?
Suatu petang James datang ke tempat ku memenuhi janjinya untuk memasang scanner dan printer. Ia datang usai bekerja. Ditemani teh hangat ala Inggris, saya bertanya pada sahabat muallaf yang begitu baik menolongku untuk membersihkan komputer dari virus sekaligus membenahi file di komputerku.

“Bagaimana perasaan kamu pada bulan Desember ini? Apakah suasana Natalan tahun ini masih ada pengaruh pada dirimu? tanya saya padanya. “Well I am happy because I can get away this time, completely”, ujarnya ceria. Inilah saat paling bahagia bagi James. “Tanpa perayaan, tidak ada tekanan untuk membeli makanan, maupun alkohol, aku sebenarnya merasa bebas dan ini pertama kali yang pernah saya rasakan. Saya sudah tak akan merayakan Christmas (Natalan) lagi.”

James membuka lagi kenangan masa lalunya. Ia bercerita bahwa tahun lalu, walau ia sudah segan dan wegah merayakan Natalan, namun karena dalam kondisi fikiran masih kacau --antara menghormati orangtua nya dan keraguan terhadap agamanya-- ia masih ingin melakukan kebiasan dan tradisi keluarganya, merayakan Natalan.

Sebagaimana diketahui, hampir setiap keluarga di Inggris, menurutnya, mempercayai bahwa ini bukan perayaaan keagamaan tapi melulu acara tradisi budaya Eropa yang sudah dilakukan ratusan tahun. “Sudah tradisi!”, begitu istilahnya. Mereka berkumpul sekali dalam setahun. Rata-rata keluarga Inggris berkumpul dan menghidangkan masakan ayam kalkun yang di panggang dalam oven lengkap dengan sayur mayur dan ditutup dengan puding krismas yang begitu berat, plus ditambah makanan lainnya dan tak lupa ditemani alkohol. Puncak dari acara ini, tentunya, membagikan hadiah bagi keluarga.

Namun belakangan banyak diakui, kalau acara seperti ini adalah ‘tradisi Pagan’ guna memuja “Dewa Matahari”, dengan cara merayakan malam terpanjang.

Tahun ini, si James tak akan menghadiri perayaan ini. Bertepatan dengan perayaan ulang tahun ibundanya ke 70, ia menjelaskan asalan mengapa kali ini dirinya tak akan menghadiri lagi perayaan ini.

“'So don't worry about chrismast pudding and Turkey Mum I just would not join the christmast this time”, ' ujarnya. “..alhamdulillah mereka paham dan menghargai keputusan saya”, tegasnya.

Sebetulnya banyak yang membujuk James untuk datang dan berkumpul dengan adik dan kakak serta para keponakannya. “Tapi, ibu saya kan tidak akan bisa dan tak paham memasak daging atau ayam halal, lagian walaupun ini bukan acara ritual atau relijius, kalau saya hadir berarti saya merestui perayaan ‘pagan’ mereka”, ujar James. Belum lagi nanti pada acara minum alcohol. “Mereka akan menonton dan mentertawakanku jika tidak minum”, ujarnya.

“Well, masya Allah, mereka menyambut baik dan menghargai keputusanku dan bahkan cukup supportif, dan mereka tahu sekarang saya Muslim dan saya tunjukan sajadah”, ujar James. Begitulah keputusan James. Kali ini, ia merasa terbebas dari beban beratnya.

Jadi apa yang akan kamu lakukan di hari natal nanti?”, tanyaku kembali. “Oh..saya sudah booking tiket 20 Desember ini, kabur ke Spanyol, dengan teman Muslim saya. Ingin melihat Alhambra dan sejarah peninggalan Islam di Spanyol”, ujarnya.

Bagaimana dengan anak-anakmu? “Mereka sama ibunya dan neneknya. Biarkan tahun ini anak-anak sama ibu mereka, merayakan Natal. Nanti jika saya sudah punya rumah sendiri saya ajak mereka pindah kerumahku. And they will follow me…”, ujarnya sambil tertawa lebar seakan yakin kalau anaknya akan mengikuti jejaknya.

Demikian cerita si James. Tapi itu nama masa lalu. Kini, ia kerap dipanggil brother Zakariyya.

Jumpa Pertama

Saya ingat, suatu Ahad, saat pertama kali berjumpa dengannya di sebuah pengajian “StepstoAllah” di Islington, London utara. Jamse saat itu belum Muslim, ia masih mencari-cari dan meyakinkan dirinya. Entah bagaimana saat pengajian usai, ia berbisik kepada Hilaal. “I think now I would like to take shahadah…I like to do it in the mosque, what do you think?”. Dengan serta merta Hilaal menyambutnya. Kamipun terkejut, sekaligus terharu mendengarnya.

Langsung, saya panggil ia dengan 'brother' walau James belum resmi Muslim. “Brother, are sure you want to be Muslim? tanyaku, “Well….hmm yess!”, begitu gaya James berbicara dengan santun dan pelan. Sekalian mengetes keyakinannya, saya bertanya agak lebih serius. “Apa kamu merasa yakin? bagaimana media akan mengungkapkan kita sebagai suatu yang sangat jelek dan extreemist jika kamu memilih menjadi seorang Muslim?”. “Apa tak sebaiknya dibatalkan?”, tanyaku.

"Ya aku mengetahuinya. Mmm saya yakin tentang itu, terutama hari ini, aku kira tentang masalah ini telah aku pikirlan sangat lama. Tak akan menggangguku apapun yang dikatakan media. Sebab aku tidak mempercayai mereka. Dan hari ini aku lebih yakin”, demikian James menambahkan. Ia mengaku, mestinya ia sudah lama bershahadat dan masuk Islam namun ia terlalu banyak pertimbangan. “I am a very slow to decide' ujarnya lagi.

James mengumumkan sekaligus mengundang kami lewat email rencana untuk melakukan shahadat. Di suatu hari Sabtu, di musim panas tahun 2007 , tepat ba'da dzuhurdi Masjid Regent Park, London James mengucapkan dua kalimah syahadat disaksikan beberapa teman. James hari itu mengenakan baju kemeja Koko ala Pakistan berwarna putih. Ia nampak tenang. “Assalamualaikum sister, thank you”, sapanya kepadaku.

Kami mendekatinya dan mengucapkan selamat kepadanya, “Well Done, congratulation, Mabruk…!” Saya menyaksikan penuh haru dan entahlah, akhirnya kami yang wanita atau sister dapat giliran untuk mengucapkan selamat dan hanya dengan isyarat saja, tidak bersalaman. Usai berfoto, kami ke kantin untuk bertasyakur.”Lets go to cantin to celebrate..”, undangnya. Sejak itu, James berganti nama menjadi Zakariyya. “Yes my namae is Zakariyya with two wai (maksudnya y) ..” Di SMS dia serong menyingkatnya menjadi Zak, atau bro Zak. Kadang lebih sering menyingkatnya menjadi initial Z.

Hadiah untuknya dari para sahabat. Ada yang memberi kitab Al-Quran, buku tentang Islam, sajadah dll-nya. Kerlip lampu camera bergantian mengabadikan peristiwa penting ini. Akhirnya kami menikmati minuman dan makanan kecil berupa cheese cake. Ia tak hentinya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga, ia merasakan seperti mendapatkan keluarga baru.

Minggu depan kami berjumpa lagi dengan Zakariyya dipengajian. Lalu saya tanya bagaimana perasaan dia sejak ia menjadi Muslim. Konon ia merasa bahagia dan sepertinya betul-betul sudah Muslim begitu lama, padahal baru seminggu.

Ramadhan pertama

Ramadhan tahun 2007 adalah merupakan tahun pertama bagi brother Zak melakukan shaum atau puasa. Baginya shaum merupakan pengalaman spiritual yang luar biasa, walau katanya pada dua hari pertama ia rasakan amat berat. Dan ia bisa memahami seperti apa laparnya, mereka orang-orang miskin yang papa yang tak mampu membeli makan, sedang secara fisik ia merasakan pembersihan racun-racun yang bersemayam ditubuhnya. “I really enjoyed fasting , it is like de-toxed your body, and I felt so light on the third week”, kesannya.

Meski menjadi Islam baru 16 bulan, tapi Zak merasakan seakan sudah lama berislam dan menjadi Muslim seumur hidup. Namun ia mengaku, sesungguhnya secara fitrah dirinya sudah Muslim telah lama. Sebab menurutnyadari dulu ia tak pernah yakin tentang ajaran agamanya.

Zakariyya menuturkan, kedua orangtuanya beragama Kristen tapi hampir tidak mempraktekan agamanya dan tidak ke gereja (they are not church goer). “Saya selalu mengalami kesulitan menerima ajaran Kristen”, kenangnya. “Begitu banyak doktrin yang tidak mudah dicerna dan diterima oleh logika”, tambahnya lagi.

Hal ini menyisakan perasaan dan jiwanya yang kosong secara fisik, ia mengaku sepertinya tak punya arti apa-apa. Ruang yang luas dan besar itu sepertinya betul-betul hampa untuknya. “Ada sesuatu yang mengganjal dan saat itu saya tidak tahu apa.

“Saya berkenalan dengan seorang Muslim sepuluh tahun lalu, seseorang yang setia dan masih tetap menjadi teman baik saya. Saya memiliki juga beberapa teman Muslim yang selalu membuat saya terkesan dengan kebaikan, dan ketenangan teman Muslim ini. Mereka sangat rendah hati, santun dan rasa kemanusiaannya sangat menonjol. Mereka selalu siap menolong, dan selalu siap menjawab semua pertanyaan saya tentang Islam. Terus terang saja bahwa saya tidak pernah terlintas sebelumnya dan terfikir bahwa saya akan menjadi pemeluk Islam. Ini luar biasa.!” ujarnya.

“Pada musim semi tahun 2006, lanjutnya lagi, saya berjumpa seseorang yang memberi saya inspirasi untuk menjamah Al-Quran dan membacanya. Kebetulan saya tinggal dengan teman baik saya ini. Dia amengundang saya untuk membaca Al-Quran. Nah untuk menyentuh dan mengambil kitab Al-quran itu sebetulnya tidak susah dan tidak memerlukan waktu dan tenaga banyak yang mesti saya lakukan. Saya tinggal berjalan dari sofa ke rak buku yang cuma beberapa langkah untuk mendapatkan Al-Quran, mengambil kitab itu dan membacanya.”

Terjemahan pertama yang ia baca adalah Al-Quran yang dipublikasi oleh Penguin Books. Menurutnya, ini bukan sebuah translasi yang terbaik, karena setelah dicermati si penerjemah cenderung untuk menafsikan semaunya dan tidak menerjemahkan secara benar atau dan tidak jujur tentang kebenaran. “Perasaan saya mengatakan seperti itu”, ujar Zakariyya.

Namun ada satu hal yang baik dari penerjemah bahwa ia menyarankan untuk membaca surat-surat pendek dulu sebagai pemula dan permulaan karena surat lainya yang panjang itu sangat kompleks.

“Ayat 55 dari surat Ar Rahman dan ayat-ayat pada surat-surat At-Takwir (surat 81) itu saya kaitkan dan kesimpulan yang saya ambil membuat saya termangu dan merenung yang membuat saya begitu takjub dengan Al-Quran dan agama Islam”, begitu kesimpulannya.

'Saya ingat waktu pertama kali saya membaca Al-Quran, saya merasakan getaran dan dorongan kuat dihati saya. Oh, ingin rasanya saya masuk Islam seketika. Agama Islam dan Al-Quran menawarkan ajaran yang sangat alami, mudah dipahami dan diterima dan dicerna oleh logika dan hati sedang di dalam Al-Quran juga banyak menceritakan kisah-kisah dan kehidupan para Rasul dahulu. Semua ajarannya seakan pas dengan kehidupan saya dan yang saya yakini”, begitu kenangnya.

Hanya dalam waktu dua bulan Zakariyya selesai membaca Al-Quran. “Usai membaca Al-Quran saya katakan kepada teman-teman Muslim dan keluarga tentang 'Penemuan Baru' saya ini, lalu saya katakan kepada mereka bahwa saya ingin masuk Islam dan sekaligus saya katakan alasannya mengapa. Saya katakan kepada mereka bagaimana dan apa itu Islam, juga makna untuk umum serta untuk kehidupan pribadi saya. Alhamdulillah keluarga saya mendukung dan paham akan perasaan saya.”

Sejam memeluk Islam, cukup banyak buku-buku dan literatur yang dibaca Zakariyya. Buku-buku seperti; Kehidupan Muhammad saw yang ditulis oleh Martin Lings dan beberapa buku yang ditulis oleh para muallaf (reverts). Saat ini ia sudah memulai membaca terjemahan Al-Quran lainnya dan membaca buku-buku Sejarah Rasulullah. Ia juga sering mengunjungi beberapa masjid disekitar London dengan beberapa teman, sekaligus mempraktekan sholat. Sekali seminggu, sepulang bekerja, ia belajar membaca Al-Quran dengan IQRA yang diajarkan oleh brother Hilaal.

Sebelum mengakhiri pembicaraan dengan saya, ia mengungkap sebuah ayat paling favorit yang sering ia ingat.

"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus , yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis) , Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan- perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS An-Nur:35).


[London, 17 Desember 2007. Ditulis oleh Al Shahida]

Sumber: http://www.mualaf.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar