Kamis, 05 April 2012

Tidak Ada Kata Terlambat

Oleh : Al Shahida

Tidak ada kata terlamat bagi ‘Sarah Quinn’ pensiunan perawat (nurse) tinggal di Middlessex, UK yang mengikrarkan shahadatnya pada bulan Desember tahun 2006, seminggu menjelang ulang tahunnya yang ke 90’.

Rabu 25 Desember 2007 aku menerima ucapan selamat via telefon: ‘ Eid Mubarak sis…’ langsung kujawab’ Thank you and Eid mubarak to you too .’ lalu sambungnya ‘And merry bloody Chirstmast…! ucapnya. Aku sungguh terkejut menerima kata-kata bloody, entah apa maksudnya. Sindirankah?

"Hoosh…why do you say bloody? (bloody artinya sialan, slang. pen) tanyaku.

‘Well.. its true, its bloody christmast?

‘Lho emang kenapa kamu kesel dan sebel nggak ngeraya-in natalan?

“Bukan sis…aku ikutan stress gara-gara krismasan, semua orang dibikin gila, panik, stress & kesurupan, mereka juga begitu agresif. Dimana-mana. Ditoko, disupermarket, dijalanan, semua penuh sesak, macet gara-gara ini, belum lagi yang mabuk..huh. Coba lihat sekarang, akhirnya mereka diam dirumah, merayakan festifal Pagan itu!, ujarnya. ‘Ooh…begitu’ kataku, lalu ia menyelag,

"Jadi nggak sisi datang kerumah kami ? plis deh? Biar rame, biar ibuku seneng ada yang mengunjungi, aku juga undang teman lainnya’ Syerif membujukku untuk datang kerumahnya di Eastcote, Middlessex pada hari libur yang bertepatan pada tanggal 25 Desember pekan lalu.

Sebetulnya aku tidak bermaksud keluar, ingin menyelesaikan semua pekerjaan yang tertunda-tunda. Hebatnya sang brother merayuku kalau ia akan menolongku, menyelesaikan semua yang belum selesai, ujarnya: ‘Bring all your work, laptop, I will help you ,don’t worry” bujuknya.

Akupun berkemas menyiapkan laptop, USB, membawa beberapa draft surat dan laporan. ‘Ooops don’t forget to bring Tiramisu, Mum love it..', pesannya.

Syerif alias Simon yang muallaf Inggris mengatakan bahwa ibunya merasa kesepian, karena biasanya dihari Natalan abangnya John, istri serta anak-anaknya datang merayakan natalan. Namun, karena Ibunya, telah memeluk Islam sejak Desember 2006, maka Natalan ditiadakan dirumahnya. Sementara Syerif ingin sekali membuat bahagia ibunya dengan mengundang kami untuk kumpul dan makan sore.

Ahad lalu Syerif tidak datang ke pengajian karena abangnya John datang berkunjung menjumpai ibunya, ‘ I cant go to the gathering sis because I want to make sure he doesnt give Mum wine..’ ujar Syerif via sms, padahal dia ingin sekali datang. Mereka datang membawa hadiah dan kartu natal untuk ibunya ‘kufikir sudah tradisi, gak bisa di stop sis, kubiarkan saja", ujar Syerif.

Ke Eastcote, Middlessex
Alhamdulilah perjalanan ke Eastcote cuma memakan waktu 1½ jam, kalaupun ada trafik tidak separah dihari-hari kerja. Karena aku lewat London city (atas saran Syerif) banyak kutemui pemandangan yang cukup merepotkan. Dijalanan kutemui beberapa pengendara mobil yang rada riskan, tidak stabil, bahkan sangat pelan sehingga aku sering dikasih lampu besar peringatan oleh pengendara mobil dibelakang. Disuruhnya aku mempercepat mobilku.

Mungkin akibat minuman alkohol yang berlebihan pada malam sebelumny mereka membawa mobil begitu pelannya. Aku hampir menabrak mobil sedan yang tiba-tiba membelokkan mobilnya secara tiba-tiba tanpa memberi sinyal, yang rupanya mau berputar U-turn kekanan. Untung aku sigap melempar si mobil kekiri sehingga kecelakaan terhindar..dengan serta merta kuklakson dengan keras pertanda aku marah dan... maha besar Allah, aku masih terlindungi.

Begitu aku tiba mereka menyambutku. Aku langsung masuk dan nampak bunda Sarah sedang duduk diruang TV. Menyambutku. Kusalami, sekaligus kupeluk hangat si ibu yang sedang menantiku. Lalu kukeluarkan bingkisan kecil, oh beliau nampak sumringah menerima hadiah kecil, Sarah kemdian membuka hadiah itu.

"what is this? tanya beliau,

"Just something little for you..’ kataku.

Hadiah jilbab itu langsung menjadi bentuk segitiga.. ’Shall I put this in your head..? tanyaku. Yes please..’ jawabnya.. Subhanllah ia nampak ayu dan entahlah.. Syerif mengambil foto bundanya, klik..klik! si ibu selalu mengucap kata-kata 'cheese' dengan senyum lepas.

“Tapi Mum sudah engga wajib lagi khan pake jilbab, sis?” tanya Syerif. Aku bilang ‘tidak’ karena beliau sudah lebih dari tujuh puluh, terserah beliau, tapiii, ujarku waktu sholat beliau wajib metutup kepalanya. Syerif meng-iyakan. Saat kami sholat, si ibu hanya duduk di sofa, menggerakan tangannya sambil berusaha mengucap lafadz ‘Allahu Akbar’ kami sholat dzuhur berjama'ah.

Berkelakar
Syerif mau meyakinkan ibunya tentang natalia menggoda ’Mother remember no chrismast today…’ si ibu menirukan, sambil menggelengkan kepalanya ’no Chrismas today, I know that Simon’ (ia masih memanggil Simon) . ‘You are not worried about Chrismast dinner either, are you mother? kelakarnya lagi. ‘No.. I am not hungry, anyway..’ jawab sang ibu. Akhirnya Syerif kedapur membuat teh untuk kita semua. ‘

Tahun ini ‘Sarah Quinn’ demikian nama lengkapnya tepat memeluk agama Islam dua tahun. Tepatnya pada tanggal 3 Desember 2006 (12 Dzul QAIDAH 1427) sepekan sebelum ulang tahunnya yang ke 90. Aku ingat setahun lalu Syerif menelfonku, dengan gembiranya ia mengatakan bahwa ibuny sudah resmi bershahadat di Masjid Agung Regent Park Mosque, London , dan kamipun menyampaikan rasa bahagia ini lewat telefon, email atau sms. Kami semua berdoa dan mengucapkan selama untuk bunda Sarah Quinn.

Pertama kali menemukan Islam
Dengan agak terbata-bata, maklum sudah lanjut usianya beliau bertutur bagaimana ia tertarik dengan Islam. Menurutnya pertama kali ia temukan Islam saat ia pergi mengunjungi anaknya Simon yang kini menjadi Syerif di Middle East. ‘Sepuluh tahun lalu’, imbuh Syerif.

“Saya dibesarkan dan dididik dengan cara Katollik dan selalu pergi ke gereja secara teratur. Saya tidak pernah berfikir banyak tentang agama saya, juga saya tidak pernah bertanya apa-apa pokoknya saya terima apa adanya, dan penuh. Di Irlandia cuma ada dua pilihan yakni agama Katolik atau Protestan. Itu saja. Tidak ada yang lain’ paparnya.

“Jadi memang saya termasuk yang patuh dan nurut, tidak pernah bertanya macam-macam, apalagi kritis dengan agama Katolik saya, walaupun ada satu hal yang membuat saya heran dan tidak paham dan selalu bertanya-tanya misalnya kenapa Pendeta di Katolik tidak boleh menikah?”. Itupun baru muncul dibenak saya akhir-akhir ini saja.

“Soal Yesus..saya selalu percaya bahwa Yesus adalah seorang nabi, dan saya selalu percaya bahwa hanya ada satu Tuhan. Terus terang saya tidak pernah paham Triniti tapi juga tidak pernah merisaukan saya”, tegasnya lagi.

“Selama saya di Oman dimana anak saya Simon bekerja, disitulah saya temukan ada agama lain selain Katolik dan Protestan. Disana saya berjumpa dengan berbagai Muslim yang begitu ramah, baik, dan selalu menyambut hangat akan kedatangann saya.” kenangnya.

“Waktu itu saya tidak berfikir tentang Islam sama sekali”, ujar ibu Sarah sambil membenahi jilbabnya kebelakang, ‘…tapi saya betul-betul meresapi (absorbed) suasana yang begitu hangat, tenang dan penuh kedamaian yang akhirnya mungkin membuat saya mulai berfikir tentang Islam secara perlahan dan tanpa saya sadari.”

“Syerif memang sudah masuk Islam lebih dulu. Saya cermati memang ada perubahan, misalnya dia tidak minum alcohol dan tidak lagi mau makan bacon. Namun yang lebih menonjol lagi ko anak ini lebih santun dan perhatian sama orang tua’ demikain ibu Sarah menjelaskan tentang anaknya Syerif.

“Saya senang membaca, dia selalu membelikan saya buku-buku tentang Islam, yang mudah dipahami sehingga pengetahuan saya tentang Islam jadi bertambah, terutama beberapa tahun terakhir ini"

"Saya sendiri tidak tahu bagaimana saya bisa jadi Muslim dan memeluk agama ini. Selain membaca, kami selalu bercakap-cakap dan diskusi mengenai Islam, saya kira inilah kontribusi Syerif walau dia tidak pernah memaksa saya”.

“Namun…tambahnya lagi ‘ Satu yang sangat saya suka dan sangat beruntung, anak saya ini begitu peduli mengurus dan menjaga saya, pada usia yang renta ini. Saya khan sudah tambah tua dan tidak begitu sehat. Mungkin dia banyak belajar dari Al-Quran dan Islam bagaimana sebaiknya sikap anak terhadap orang tuanya”.

Rupanya hal positif yang ia saksikan dan rasakan membuat perasaan ibu Sarah betul-betul ingin memeluk agama Islam. Setelah difikir lama dan dipertimbangkan akhirnya bunda Sarah memutuskan untuk memeluk agama baru ini dan ia mengatakan bahwa Islam adalah agama fitrah, lurus dan tepat untuknya.

“ Islam membuat saya merasa damai dan tenang’ bunda Sarah mengutarakan kesannya. Beliau mengatakan bahwa mereka (Muslim) kelihatannya bahagia, tenang dengan kehidupan mereka walaupun kalau diukur secara materi kurang memadai, karena mereka tahu siapa Tuhannya dan percaya ada hari pembalasan.

“Itu lho teman-temannya Simo, langsung menyambut dan menerima saya dengan hangat dan mereka semua tahu kalau saya masuk Islam dengan ikhlas dan tidak pura-pura, bukan karena pengaruh orang lain dan ini atas kehendak saya sendiri” sesekali saya pegang tangannya yang lembut, halus tapi dingin dan begitu rapih bentuk kukunya.

Bunda Sarah mengakui bahwa pengalamannya berkunjung ke Middle East telah berperan banyak ditambah percakapan dengan anaknya Syerif yang telah dengan sabarnya membimbing dan meyakinkan beliau tentang Islam. Ibu Sarah mengakui bahwa ketika ia memutuskan untuk masuk Islam ia tidak dipengaruhi oleh siapapun. “I made up my mind’ ujarnya.

Tambahnya lagi : “Bayangkan my dear, seumur hidup saya menganut dan penganut Katolik..eh sekarang saya memeluk agama Islam, kadang saya bertanya bagaimana ko saya bisa jadi Muslim?. Ini merupakan tantangan baru untuk tahun yang baru untuk saya sebagai seorang Muslim yang baru. Alhamdulilllah, Allah masih memberi peluang kepada saya untuk menjadi hambaNya mengakui bahwa hanya Satu, bukan tiga, yaitu Allah serta pengikut Nabi Muhamda saw, padahal jarak ke kuburan untuk saya tinggal beberapa jengkal saja, bukan?. ‘Its never too late to change my religion’ . Tidak ada kata terlambat untuk berganti agama, walau saya sudah tua’.

Acara Ber-Lebaran dirumah
Percakapan kami sudahi, tak lama penganan siap dihidang bertepatan dengan kedatangan teman karib Syerif yakni Mizan, Khalid dan Mahmoud. Kamipun duduk menikmati makan sore, ' A High Tea atau Supper' berupa Moussaka, makanan ala Yunani, lengkap dengan nasi, salad, ditutup dengan non alkohol Tiramissu, cuci mulut ala Italy, home-made dan ditutup dengan kopi atau teh. (Al Shahida)

London, 30 December 2007
http://hysinth.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar