Seorang wartawan asal Jepang, Naoko Kasai, yakin terhadap Islam dan memilih Islam sebagai agamanya setelah dialog panjangnya dengan seorang mahasiswa asal Turki. Awal perkenalan dengan mahasiswa Turki terjadi saat ia berada di Universitas Tokyo. Saat itu ia hanya berbincang-bincang soal biasa.
Hampir setiap minggu mereka bertemu. Pembicaraan pun kian melebar ke hal-hal yang serius, salah satunya masalah agama.
Naluri sebagai wartawan membawa Naoko pada rasa keingintahuan yang kuat pada Islam . Naoko mengatakan, di negerinya sendiri Islam tidak begitu dikenal. Yang ada hanya Shinto sebagai kepercayaan dan Kristen sebagai agama. Itu pun tidak begitu taat dianut masyarakat.
Pada pertemuannya dengan mahasiswa Turki, Naoko meminta agar dirinya diceritakan banyak mengenai Islam yang sesungguhnya. Sebab, Naoko mengaku, dia dan kaum muda Jepang lainnya, sangat menggandrungi kebudayaan Amerika. Dari kebudayaan Amerika yang merasuk pada berbagai sektor kehidupan, tersebar informasi yang mengatakan bahwa agama Islam adalah agama kaum teroris dan masyarakat yang terbelakang.
Mahasiswa Turki itu bercerita tentang Tuhan, yang oleh umat Islam disebut Allah, dan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, serta pokok-pokok ajaran Islam lainnya. "Apakah benar Tuhan itu ada?" tanya Naoko menggebu-gebu.
Mahasiswa Turki itu menjawab, "Tuhan itu ada." ungkap mahasiswa itu bernada meyakinkan. Sebagai seorang muslim, melaksanakan ibadah shalat menjadi kewajiban di mana pun sedang berada. Melalui mahasiswa Turki itu juga pandangan tentang Islam diluruskan.
Tertarik Kepada Islam
Cerita mahasiswa Turki itu membuat Naoko makin tertarik. Informasi mengenai agama lain pun kurang beredar, dan yang selalu mereka dengungkan adalah belajar, belajar, dan bekerja. Naoko kian teguh mempelajari Islam. Agama bukanlah hal yang pokok, ungkapnya.
Shinto, sebagai agama yang dianutnya sejak lahir, hanya sebuah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Jepang yang dijadikan kepercayaan negara. Oleh sebagian kaum tua Jepang, kepercayaan Shinto masih tetap hidup. Misalnya, ketika panen melimpah, mereka melakukan upacara untuk mengucapkan terima kasih pada Dewa Inori (dewa pertanian). Tapi kini, kepercayaan Shinto sudah dianggap kuno dan tergusur oleh kemajuan zaman.
Islam yang dituturkan oleh sahabat Turki-nya itu, telah menimbuikan rasa simpati dalam diri Naoko. Naoko kagum dan terkejut. Ia mengatakan Islam sudah mendunia (dianut oleh masyarakat dunia) dan Islam berbicara melintasi alam dunia (akhirat). Mulai saat itu dirinya gelisah dan tidak bisa tidur.
Akhirnya Naoko memutuskan untuk mengetahui tentang Islam lebih lanjut. Naoko mendatangi Islamic Center of Japan. Di sana Naoko membaca buku terjemahan dari bahasa Arab mengenai hal-hal yang mendasar dalam Islam, seperti shalat, puasa, dan sebagainya. Oleh pengurus Islamic Center, Naoko diberi buku-buku secara gratis.
Pergaulannya dengan para pekerja asal Indonesia, yang rata-rata beragama Islam makin meningkatkan keyakinannya pada Islam. Pergaulan Naoko dengan para pekerja Indonesia inilah yang membuatnya mulai tertarik datang ke Indonesia. Naoko ingin tahu masyarakat Islam di Indonesia.
Masuk Islam
Alhamdulillah, taufik dan hidayah Allah itu akhirnya datang juga kepada Naoko. Pada bulan Mei 1997, di sebuah masjid di daerah Jakarta Timur, Naoko mengikrarkan diri menjadi seorang muslimah. Dirinya mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengganti nama menjadi Naoko Nani Kartika Sari.
Perihal keislamannya, sengaja tidak beritahukannya kepada Orang tua. Karena khawatir, informasi mengenai Islam yang negatif masih mempengaruhi keluarga besarnya.
Tapi akhirnya berita keislamannya diberitahu juga pada ibunya. Syukurlah, sikap ibunya tidak seperti yang diduga. Ibunya tidak terpengaruh pada informasi itu.
Setelah menjadi seorang muslimah, Naoko mulai belajar shalat dan ibadah lainnya. Pertama kali shalat, Naoko mengaku merasakan kedamaian dan ketenangan. Islam membuat jiwanya tenang dan damai.
Naoko menikah dengan warga negara Indonesia dan kini tinggal di Indonesia. Dari pernikahannya, Naoko mengakui tidak dapat belajar banyak mengenai Islam dari suaminya. Untuk mendalami ajaran Islam dengan segala aspeknya, Naoko belajar dari ibu angkatnya, Ibu Maini namanya.
Melalui Ibu Maini, Naoko dibimbing untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, shalat tarawih, dan shalat Idul Fitri, dan ibadah-ibadah lainnya. Rasa syukurnya amat besar, walau jauh dari tanah kelahiran.
Pengamalan nilai-nilai ibadah, mendapat bimbingan dari saudara-saudara seiman, membuat dirinya hidup nyaman dan tentram. Lewat pergaulan antarumat manusialah yang membuat mata batin Naoko terbuka dan menemukan Islam sebagai agama./cr1/berbagaisumber/itz
http://www.republika.co.id/node/55783
Tidak ada komentar:
Posting Komentar