Kamis, 13 September 2012

Jacob van Blom, Mengapa Warga Belanda Memilih Islam?

AMSTERDAM – Jacob van Blom, yang lahir dan besar di Rotterdam, memiliki mata biru terang dan jenggot berwarna merah. Ia adalah pendukung Feyenoord dan menjalankan usahanya sendiri. Sebelas tahun lalu, ia masuk agama Islam. Ia mengatakan bahwa orang-orang keliru melihat Islam sebagai budaya asing yang tidak ada hubungannya dengan Belanda , “namun jika Anda memisahkan ajaran intinya dari aspek budaya, kau akan melihat ajaran indah yang benar bagi setiap orang.”

Mengapa orang Belanda masuk Islam? Dan mengapa yang lainnya memandang mereka dengan kebencian dan kecurigaan?

“Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,” ketika Jacob mengucap dua kalimat Shahadat itu matanya berbinar dengan penuh cinta.”Saya dibesarkan sebagai seorang Kristen, namun saya selalu memiliki pemikiran saya sendiri. Dalam Islam, saya menemukan sebuah teori yang telah lama saya yakini. Cocok dengan apa yang saya pikirkan tentang Tuhan.”

Istri Jacob, Stefanie Danopoulos juga tumbuh besar di Rotterdam. Ibunya yang orang Belanda dan ayahnya yang orang Yunani membesarkan dirinya dalam Gereja Ortodoks Yunani. Awalnya, ia tidak merasa senang sama sekali suaminya masuk Islam, namun akhirnya ia menyusul jejak sang suami.

“Ketika suami saya mengumumkan bahwa ia masuk Islam, saya kira ia telah gila. Kau hanya mendengar hal-hal yang buruk tentang Islam dari media, sehingga itu pulalah yang ada dalam pikiran saya. Namun kemudian saya mulai belajar lebih jauh tentang Islam dan itu mengubah perasaan saya.”

Keluarga Stefanie pelan-pelan mulai berdamai dengannya. “Awalnya mereka sangat negatif, namun setelah beberapa tahun mereka menyadari bahwa saya tidak banyak berubah. Saya menjadi sedikit lebih tenang daripada sebelumnya. Orang-orang Ortodoks Yunani sangat relijius dan beberapa dari mereka hanya senang bahwa setidaknya saya percaya akan Tuhan.”

Namun, masyarakat kebanyakan tidak sepengertian itu. Setelah serangan 11 September terhadap AS, Stefanie, yang mengenakan jilbab, beberapa kali diludahi. Terlepas dari hal itu, mereka berdua merasa bahwa mengenakan pakaian yang mencerminkan keyakinan mereka adalah hal yang penting. “Saya tidak peduli jika orang-orang memandang saya aneh di jalan. Saya adalah penganut yang taat dan orang-orang dapat melihatnya dari cara saya berpakaian.”

Jacob mengatakan bahwa ia tahu kepindahannya ke Islam membuat beberapa orang menjadi takut atau marah. “Orang-orang Belanda telah tinggal di bagian planet ini selama bertahun-tahun dan telah mengembangkan sebuah masyarakat dan kebudayaan yang kaya. Saya dapat membayangkan bahwa mereka tidak terlalu senang jika ada kebudayaan dominan tiba-tiba mengambil alih di tengah-tengah semua itu.”

Ketika ditanya tentang kelompok Hofstad, sebuah kelompok Muslim radikal yang didakwa merencanakan serangan di Belanda dan yang pemimpinnya, Mohammad Bouyeri, membunuh pembuat film Theo van Gogh di tahun 2004, Jacob mencela mereka sebagai “para remaja yang berbuat ulah.”

“Mereka hanya sekelompok remaja terisolasi. Jika mereka ada di stadion Feyenoord sini, orang-orang akan menyebut mereka hooligan. Ekstremis Muslim, hooligan, semua itu sama.”

Jacob mengatakan rasa takut akan Islam terutama disebabkan oleh kurangnya informasi. “Di Belanda sini, orang-orang hanya tidak tahu hal-hal dasar tentang Islam. Begitu juga di dalam kepemerintahan, kepolisian, dan agen keamanan.Menurut saya itu sangat menyedihkan. Itulah bagaimana Anda membuat orang-orang ketakutan.”

rin/ie/www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar