Tan Lip Siang, Pengurus DPP PITI 2000-2005
Hidayah itu memang milik Allah. Kalau tidak dicari, maka hidayah juga tidak akan datang dengan sendirinya. Demikian juga dengan Tan Lip Siang, alias HM Syarif Siangan Tanudjaya SH, pengurus DPP PITI Periode 2000-2005. Dia menemukan Islam setelah sekian lama berada dalam keresahan. Bagaimana kisahnya?
NAMA aslinya adalah Tan Lip Siang. Namun, dia masuk Islam pada tahun 1975, berganti nama menjadi HM Syarif Siangan Tanudjaya SH. Laki-laki yang sekarang menjabat sebagai pejabat notaris yang diangkat oleh pemerintah untuk wilayah kerja Kodya Bekasi, Jawa Barat ini mengaku tertarik Islam berawal dari hati yang selalu resah, disebabkan penderitan hidup, dari hidup yang biasa senang berbalik menderita.
"Pada ajaran agama Kristen, saya temukan dan saya ketahui adalah ketentuan-ketentuan akan dosa warisan. Maksudnya, akibat dosa Adam dan Hawa, mengakibatkan manusia menanggung dosa warisan. Artinya, sekalipun bayi yang baru dilahirkan sudah harus dianggap tidak suci lagi, akibat "dosa warisan" Adam dan Hawa itu," papar Syarif mulai bercerita.
BERTOLAK BELAKANG
Namun, menurutnya, begitu dia menyimak ayat lain dalam alkitab dirinya semakin bingung mengenai dosa warisan. Misalnya, dalam alkitab disebutkan ketika Yesus ditanya oleh seorang Farisi, "Apakah yang menyebabkan anak tersebut menjadi cacat? Mungkinkah karena dosa kedua orang tuanya atau dosa siapa?"
Yesus menjawab kepada orang Farisi tersebut, "Anak ini menjadi cacat, akibat dosa ibu-bapaknya dan bukan dosanya sendiri. Tetapi karena Allah akan memperlihatkan kasih-Nya."
"Dua ketentuan dalam kandungan Alkitab ini, sungguh membuat saya bingung. Sehingga, pada saat itu saya sempat berpikir, mengapa tuhan orang Kristen membuat umatnya menjadi resah hingga saya merasa kesulitan untuk menyimpulkan makna yang terkandung dalam ayat-ayat Alkitab?" kenangnya.
Karena masalah itulah, tambah Syarif, keimanannya kepada Yesus menjadi sirna, sebab Yesus belum mampu membuat hatinya tenteram dan mantap.
"Saya kemudian berbalik kepada agama Budha dan Konghucu. Mulailah saya bersembahyang di vihara lalu belajar meditasi dan tidak makan daging atau yang bernyawa pada waktu-waktu tertentu (Cia-Cay), sembahyang penghormatan kepada arwah leluhur, kemudian sembahyang ke Klenteng Toapekong (tempat penyembahan atau tempat ibadah kepada Tian, dewa-dewa orang Cina), untuk memohon Popi Peng An (keselamatan) dan hoki (peruntungan yang baik)," paparnya.
MIMPI ANEH
Meski sudah sedemikian jauh melangkah, ternyata petualangannya menuju prinsip keimanan yang sesungguhnya belum juga ditemukan. Sementara, perjalanan hidupnya saat itu, dari waktu ke waktu makin terasa sangat mencekam. Sebagai leveransir bahan bangunan, alat tulis kantor (ATK) dan pemborong, ternyata relasinya banyak yang beragama Islam.
"Dari mereka, saya mulai mengenal tata cara ibadah Islam. Misalnya, sebelum menunaikan ibadah salat, seseorang harus terlebih dulu mengambil air wudu (bersuci). Dan, yang lebih menarik perhatian saya adalah tentang kewajiban umat Islam menunaikan ibadah puasa, zakat, dan tentang pokok ajaran (akidah) ketuhanannya, yakni tauhid (mengesakan Allah), yaitu Allah itu Maha Esa (tunggal). la tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya," ceritanya.
Yang menarik, sebelum dirinya masuk islam, dia mengalami pengalaman menarik melalui mimpi. "Dengan penuh rasa takut saya berlari, dikejar oleh lima orang bersenjata yang hendak membunuh saya. Saya terpojok di suatu sudut. Para penjahat itu makin mendekat ke arah saya, dan tanpa saya sadari, tangan saya terasa menggenggam senjata sejenis keris. Lalu, dengan satu dorongan, entah mendapat kekuatan dari mana, saya berteriak, "Allahu Akbar" tiga kali. Sungguh menakjubkan, kelima penjahat bersenjata itu, semuanya musnah dan hangus bagaikan lembaran-lembaran kertas terbakar," jelasnya.
MUALAF SEMUA
Setelah mimpi itu, dia mulai membulatkan pendirian dan keyakinan untuk memeluk agama Islam. "Hal ini saya rundingkan terlebih dulu dengan kekasih saya. Keputusan Vera, kekasih saya itu, tidak keberatan saya memilih agama Islam," kata pengusaha yang sekarang menetap di Jakarta ini.
Selanjutnya, sejalan dengan dirinya, tuntunan taufik dan hidayah Allah SWT, Vera pada tahun 1983 mendapat petunjuk ke jalan yang lurus. la menjadi muslimah dengan kesadarannya sendiri.
"Kini, lengkap dan utuhlah sudah keluarga saya sebagai keluarga muslim, sebagai awal perjalanan hidup kami untuk mengukuhkan serta memantapkan pengabdian dan ibadah kami kepada Allah SWT," imbuhnya.
Sumber : Nurani 256 (24-30 november 2005)
http://myquran.org/forum/index.php/topic,853.165.html?PHPSESSID=ubdfi8jvk3cse15blo37b55890
Tidak ada komentar:
Posting Komentar