Namaku Frederica Cynthia, usiaku saat ini adalah 22 tahun, keluargaku adalah penganut agama K*****k (maaf disembunyikan-red), dan mereka sangat taat sekali dalam beribadah, begitu juga aku sebelum tahun 2008, dimana aku menemukan jati diri aku yang sesungguhnya didalam Islam, dan Islam menjawab banyak pertanyaan hidup aku, dan akhirnya aku mantap memeluk Islam sampai saat ini dan InsyaAllah sampai Allah menutup waktuku di dunia ini, amin
Aku dibesarkan dalam keluarga k*****k yang taat, dan sepanjang hidup aku selalu mengikuti kegiatan agama tersebut, mulai dari kegiatan rutin sampai ke kegiatan yang merupakan perayaan, setahun sekali, dimana setahun sekali kami selalu memperingati kelahiran “tuhan” kami, sebenarnya sudah sejak lama aku ingin menanyakan, kenapa “tuhan” kok dilahirkan, kenapa “tuhan” melalui proses yang sama seperti aku, atau manusia yang lainnya, dan kenapa “tuhan” harus dilahirkan dari seorang manusia? Pertanyaan pertanyaan ini terlihat sepele dan sederhana, hanya jawabannya sangat tidak bias memuaskan, karena jawaban hanya bersifat asumsi dan asumsi, seperti “tuhan” turun kebumi untuk menebus dosa manusia, nah kenapa juga harus melalui proses yang sama dengan manusia yang lain? Dan jawabannya adalah selalu seputar agar “tuhan” dapat merakyat, tapi ini adalah asumsi juga, lalu jika aku bertanya kenapa dilahirkan seperti manusia biasa? Mereka selalu bilang “tidak, “tuhan” dilahirkan oleh seorang perawan, nah aku bilang itu kan “single mother” atau istilah kerennya sekarang adalah “hamil tanpa suami” lalu aku bilang apa bedanya dengan banyakan orang sekarang yg punya anak tanpa suami? Apakah bias dijamin “ibunya tuhan” itu tidak berbuat (maaf) zinnah? Adakah bukti?, dan jawabannya adalah dengan apa yang tertulis di kitab dan diceritakan,,, ini konyol buat saya,
Dalam Islam lebih masuk akal karena orang yang mereka sebut sebagai “tuhan” ternyata adalah seorang Nabi dan dalam Islam Nabi tersebut mendapat posisi yang luar biasa, diagungkan, bukan dihina dan dibunuh seperti penjahat di kitab mereka dengan alas an apapun juga, itu membuat “tuhan” mereka nampak hina,
Perjalanan saya sebagai muslim saya jalani dengan diam diam, baru beberapa bulan kebelakang ini saya mengutarakan kepada orang tua saya bahwa saya adalah seorang muslim, dan banyak perlakuan yang luar biasa, mulai dari mukena saya yang dibuang sehingga saya harus shalat menggunakan sprei yang saya kaitkan dengan peniti, lalu saya dilarang sholat sehingga saya harus sholat di kamar mandi dengan seadanya, dan saya yakin, Allah maha tahu dengan kondisi saya sehingga pada pertengahan April 2010, saya dipertemukan situs http://mualaf.com dan saya bertemu dengan salah satu Pembina disana, yang akhirnya memediasi saya di kampus saya dan dengan orang tua saya,
Allah maha baik, saya sangat rasakan, ternyata salah satu dosen yang membantu mediasi saya dimana dia adalah orang filipine ternyata seorang mualaf juga, dan saya baru tahu di detik2 terakhir dia mau memediasi saya dengan orang tua saya, dan juga salah seorang dosen yang mendampingi saya, dimana dia adalah dari suku menado, dan ternyata juga muslim, Subhanallah, pertolongan Allah sangat dekat, saya merasa sangat bahagia saat itu pada saat mereka membantu menjelaskan status saya yang sudah menjadi muslim kepada orang tua saya, hingga sekarang saya masih menjalani kehidupan saya dan InsyaAllah tahun ini adalah Idul Fitri ke tiga dalam hidup saya, dan saya bahagia menjadi muslim. (sebagaimana diceritakan kepada penulis, mohon maaf nama agama sebelumnya saya tutup)
sumber: www.mualaf.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar