Dia menemukan Islam hanya karana melihat seorang teman Muslim-nya, yang berpaikan sopan dan benar-benar punya sopan-santun
Oleh Syamsi Ali*
Siang kemarin kelas di Islamic Forum for non Muslims masih agak sepi. Selain memang karena memang banyak yang lagi liburan akhir tahun, juga karena beberapa kegiatan Islam lainnya di kota New York, sehingga ada beberapa murid berhalangan hadir. Tapi Margaret, seorang Ibu muda warga Amerika, dan anaknya Nyssa, berumur 11 tahun telah tiba lengkap dengan buku catatannya.
Ibu dan anak ini memang telah mengikuti kelas the Islamic Forum sejak enam minggu berturu-turut. Terus terang, saya tidak pernah bertanya ke mereka, apakah Muslim atau tidak, sebab sejak pertama ke kelas mereka menampilkan sikap ramah, bersahabat dan seolah telah mengetahui banyak tentang agama ini. Jadi, sangkaan saya selama ini adalah bahwa Ibu ini mengantarkan anaknya belajar dasar-dasar agama.
Saya masih ingat sekitar tiga minggu sebelumnya, ketika Nyssa sambil tersenyum malu menanyakan, "When should I start pray?" Saya ketika itu sambil becanda menjawab "You should have asked this before!".
Nyssa adalah sosok anak pendiam tapi murah senyum. Dia terkadang sibuk memperbaiki kerudung di kepalanya jika molor dan nampka rambutnya dari arah depan. "But I mean, when I have to do it", tanyanya lagi.
Setelah itu saya baru mengerti bahwa barangkali Nyssa menanyakan kapan awal seorang Muslim dianggap harus melakukan kewajiban-kewajiban agamanya? Maka saya pun jelaskan bahwa semua Muslim jika telah mencapai umur baligh (puber) di pundaknya terhinggap seluruh kewajiban-kewajiban agama. Perintah sudah harus dilaksanakan, larangan sudah harus ditinggalkan.
Ibunya yang menimpali kemudian. "How should you know that a person has reached the age of puberty?".
Saya kemudian menjelaskan bahwa ada perbedaan indikasi pada pria dan wanita. Pada pria biasanya ditandai dengan apa yang lazim disebut "wet dream" (mimpi basah), sementara pada wanita ketika mengalami haid pertamanya.
Nyssa nampak serius mendengarkan setiap kata dari penjelasan itu, bahkan mencatat setiap poin penting dari diskusi di kelas. Walau demikian, Nyssa nampak sangat pendiam, tapi ibunya sedikit terbuka dan banyak bertanya. "I don't know, why she is so quite here, but at home she talks too much", kata ibunya suatu hari. Nyssa, sebagaimana biasanya hanya tersenyum ringan.
Sambil menunggu shalat Zuhur Sabtu lalu, Nyssa dan ibunya (margaret), duduk di kelas dan nampak membuyka-buka buku catatannya. Saya yang kebetulan baru saja menikahkan seorang pasangan Pakistan dan gadis Amerika dari Ohio, lalu gabung di kelas sekedar untuk salam. "I want to tell you some thing" Ibu Margaret memulai. "What's that?", tanyaku singkat. Sambil melihat anaknya di sampingnya, dengan mata berkaca-kaca dia mengatakan "I want to convert today" (saya ingi masuk Islam).
Hampir tidak percaya karena saya kira selama ini, Ibu dan anak ini adalah Muslim. Saya kemudian bertanya: "Wait, are you non Muslims?. Ibu Margaret tertawa terbahak melihat anaknya, kemudian balik bertanya "Why? Do you think we are Muslims?". "Yes", jawabku.
Saya kemudian bertanya sejak kapan dia mulai belajar Islam dan bagaimana latar belakang mereka sehingg datang ke kelas the Islamic Forum itu. Margaret bercerita panjang, yang intinya sejak hampir setahun ini memang dia belajar serius Islam. Dan itu dia lakukan sejak bercerai dengan suaminya yang, menurutnya, peminum dan penjudi. Dia kemudian mencari ketenangan, terkadang dengan mimum-minum, atau bahkan menurutnya, hampir terjatuh ke jurang pemakai obat-bat terlarang. Hingga suatu ketika dia bertemu dengan seorang teman di kantornya, yang menurutnya, seorang warga Hispanic. Namun menurut Ibu Margaret, dia ini beda dengan warga Hispanic lainnya.
"She dressed differently, and completely behave so humbly and respectful". (Dia berpakaian sopan, dan betul-betul bertingkah laku sangat hormat dan rendah hati)
Dia inilah yang kemudian mengenalkan Islam sejak sekitar setahun lalu. Sejak itu, dia sudah hampir tidak pernah minum dan bahkan lebih serius belajar islam. Bahkan tidak saja dirinya, tapi juga mengajak serta anaknya yang ketika itu baru berumur 10-an tahun.
Sekitar tiga minggu lalu Margaret kebetulan mengambil cuti menjelang Thanksgiving dan menyempatkan diri mencari masjid atau Islamic Center. Di sinilah dia memulai datang ke mesjid dan menanyakan pada orang-orang di mesjid itu jiak dia ingin belajar Islam. Diapun diarahkan untuk datang hari Sabtu dan bergabung dengan kelas the Islamic Forum for non Muslims.
Hampir 30 menit Margaret berbincang-bincang dengan saya mengenai latar belakang dia mengenal Islam. Akhrinya tanpa ada waktu lagi menjelaskan hal-hal yang biasanya saya jelaskan kepada seseorang yang mau masuk Islam, saya minta Margaret untuk segera mengambil wudhu. Rupanya dia sudah melakukannya bersama putrinya.
Maka, Margaret dan Nyssa saya ajak menuju ruang shalat. Di hadapan sekitar 200-an jama'ah Margaret dengan khusyuk saya tuntun bersama putrinya mengikrarkan "Laa ilaaha illa Allah-Muhammad Rasul Allah", diringi pekik takbir para jama'ah.
Saya kemudian meminta kepada jama'ah wanita untuk memberikan selamat, diikuti dengan shalat dzuhur berjama'ah.
Setelah shalat Nyssa dan ibunya masuk kembali ke kelas. Saya baru bertanya perihal nama Nyssa yang kedengaranmnya islami. Margaret mengatakan bahwa mantan suaminya adalah orang Greek (Yunani), dan Nyssa berarti yang pertama. Saya katakan, saya ingin nama Nyssa ditambah A di depan. Maka, sejak Sabtu lalu, Nyssa resmi menjadi Anyssa (Anisah).
Kebetulan Minggu kemarin adalah pengajian bulanan di masjid Al-Hikmah. Saya mengajak Margaret ke masjid Al-hikmah untuk mendapatkan pengalaman bersama Muslim dari Indonesia, tapi juga ingin memberikan hadiah kerudung kepada Nyssa. Nyssa selama ini serius dengan kerudungnya yang kebetulan hanya sepotong kain biasa. Terpikir kerudung buatan Indonesia, selain lebih cantik, juga sudah siap dipakai secara permanen.
Rupanya Margaret sudah ada janjian dengan teman Hispanic itu, dan akhirnya menunda kunjunganna ke masjid Al-Hikmah.
Margaret, Nyssa, selamat dan semoga selalu dijaga di jalan Allah SWT. Doa kami menyertai!
New York, Desember 2008
Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar