Senin, 01 Februari 2010

Muhammed Umar Rao, Islam Telah Memberinya Pencerahan


Awalnya membenci, namun akhirnya jatuh hati. Pemuda India ini siap berada di garda terdepan, menjadi pembela agama Allah ini.

Awalnya Muhammed Umar Rao sangat membenci umat Islam. Namun, setelah membaca kitab suci Alquran, pria India ini justru menemukan apa yang ia cari selama ini, yang akhirnya berujung pada suatu keputusan besar yang diambilnya. Rao memutuskan untuk memeluk Islam di usianya yang terbilang masih remaja, yakni sekitar 18 tahun. ''Saya merasa diberkati dengan agama Allah ini,'' ujarnya singkat.

Berasal dari keluarga kelas menengah berkasta Brahma, sejak kecil Rao sudah dididik dengan ajaran dan nilai-nilai Hindu. Pendidikan agama ini ia peroleh langsung dari bimbingan salah seorang pamannya dari pihak ibu. Sementara keluarga besarnya memang dikenal sebagai keluarga yang sangat membenci umat Islam. Karenanya, tak mengherankan jika ia tumbuh menjadi seorang pemeluk Hindu yang fanatik.

Di usianya yang masih belia, Rao bergabung dengan salah satu kelompok politik nasionalis Hindu terbesar di India, Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS). Di India, RSS dikenal sebagai kelompok Hindu garis keras yang sangat membenci umat Islam di sana. ''Saya selalu menebar kebencian terhadap Islam, termasuk di ruang publik sekalipun,'' ungkapnya. Salah satu contohnya adalah Rao kerap mengencangkan volume musik yang sedang dinikmatinya manakala terdengar suara azan.

Perkenalannya dengan Islam terjadi ketika sang ibu memintanya untuk bekerja pada sebuah perusahaan yang pemiliknya adalah seorang Muslim selama liburan musim panas. Tentu saja permintaan tersebut ditolak Rao, mengingat sejak usia kanak-kanak ia sudah benci dengan yang namanya Muslim. Agar tidak mengecewakan orang tuanya, ia kemudian memutuskan untuk mengisi liburan musim panas dengan bekerja di sebuah perusahaan yang dikelola oleh non-Muslim.

Namun, Rao tidak menyukai pekerjaan tersebut. Ia pun memutuskan untuk keluar dan lebih berkonsentrasi pada studinya agar setelah lulus nanti bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Berbeda dengan Rao, ibu serta saudara perempuannya justru memilih untuk bekerja paruh waktu di perusahaan Muslim tersebut selama dua bulan lamanya. Mereka, ungkapnya, sangat terkesan dengan pemilik perusahaan tersebut.

Melihat orang-orang dekatnya selalu memuji si pemilik perusahaan, membuat Rao semakin membenci orang Muslim. Akan tetapi, didorong oleh rasa bersalah karena tidak bisa menjadi orang yang berguna bagi keluarga, ia pun memutuskan untuk menerima tawaran pekerjaan yang diberikan oleh ibunya. Kebenciannya terhadap Islam semakin besar, manakala ia mengetahui banyak di antara karyawan non-Muslim yang bekerja di perusahaan tersebut memeluk Islam.

Kemarahannya terhadap pemilik perusahaan, ia lampiaskan dengan memberinya pelajaran bahwa agama yang dianutnya adalah yang paling benar. Dari situ kemudian Rao mulai melakukan studi mengenai perbandingan agama. Dan sejak saat itu, untuk mengetahui lebih banyak mengenai Islam, Rao pun mulai membaca terjemahan Alquran berbahasa Inggris.

Hal tersebut tentu saja membawa perubahan dalam kehidupannya. ''Setelah membacanya, saya seperti terjebak dalam ketakutan, keraguan, dan menyadari kenyataan bahwa yang selama ini saya perbuat adalah salah. Agama yang saya yakini selama ini ternyata hanyalah tentang imajinasi ataupun mitos dan kisah-kisah palsu,'' paparnya.

Dari situ kemudian muncul keraguan dalam diri Rao. Ia lantas bertanya kepada orang tuanya, orang-orang di sekitarnya yang ia ketahui pernah bertemu dengan Tuhan ataupun pernah membuat gambar serta lukisan Tuhan. Namun, orang-orang tersebut menjawab bahwa tak satu pun yang pernah melihat Tuhan sebagaimana banyak diungkapkan di dalam Alquran. Kenyataan ini justru semakin meruntuhkan keyakinannya terhadap ajaran Hindu. Kisah-kisah mengenai Ganesha, Chamundeswari, Rama, Sinta, dan lainnya tidak lagi masuk akal baginya. ''Aku tidak bisa lagi membayangkan mereka sebagai dewa.''

Berhenti menyembah berhala
Bahkan, ketika ia bertanya kepada orang tuanya mengapa ajaran dalam kitab Weda yang dengan jelas sekali bertentangan dengan para dewa masih tetap dijalankan, sang ibu justru memarahinya dan mengatakan seharusnya ia melakukan apa yang telah dicontohkan oleh para leluhur mereka. Keesokan harinya, Rao membaca sebuah ayat dalam Alquran Surah Al-Baqarah ayat 170 yang berbunyi: ''Dan apabila dikatakan kepada mereka, 'Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,' mereka menjawab: '(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami'. (Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?''

Pandangannya kemudian juga tertuju kepada ayat 134 dari Surah Al-Baqarah ini yang berbunyi: ''Itu adalah umat yang lalu, baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.''

Ketika membaca kedua ayat tersebut, Rao merasa takjub karena penjelasan dalam kedua ayat Alquran ini sama persis seperti pertanyaan yang ia ajukan kepada ibunya. Ia merasa tertohok oleh kedua ayat ini. Ia menyadari bahwa untuk semua pertanyaan yang selama ini bersemayam dalam kepalanya, ternyata jawabannya ada di dalam Alquran.

Sejak saat itu secara perlahan-lahan, dia mulai menghentikan kebiasaan menyembah patung para dewa Hindu dan berhenti melakukan Pooja (ritual doa dalam agama Hindu--Red). ''Karena ini termasuk perbuatan syirik, dan itu merupakan satu-satunya dosa yang tidak akan diampuni.''

Selanjutnya Rao mulai mempraktikan ajaran Islam, meskipun hal tersebut masih dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Namun lambat laun, perihal keislamannya ini tidak bisa ia sembunyikan lagi dari keluarga besarnya. Mengetahui hal itu, keluarga Rao tidak bisa menerima keyakinan barunya ini. Beruntung dia masih memiliki saudara perempuan yang ternyata juga tertarik dengan Islam, dan pada akhirnya saudaranya pun memeluk Islam.

Bersama saudara perempuannya ini, Rao akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah, dan hidup terpisah dari keluarga besarnya. ''Selama lebih dari setahun kami berdua hidup tanpa pekerjaan maupun sumber penghasilan yang tetap. Namun, segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kami untuk melalui semua masa-masa sulit itu,'' ujarnya.

Di saat masa sulit ini, ungkap Rao, Allah SWT telah membukakan pintu-pintu kesempatan kepadanya, sesuai dengan doa-doa yang selama ini ia panjatkan dalam setiap shalat lima waktu. Karenanya, ketika datang tawaran pekerjaan dari perusahaan industri mesin, ia pun menyampaikan lamaran. Namun, ia terpaksa meninggalkan pekerjaannya ini karena faktor jam kerja yang menganggu waktu beribadahnya.

Setelah menganggur selama hampir satu tahun lebih, akhirnya ia memutuskan untuk bekerja sebagai seorang pengajar. Profesi tersebut ia jalani hingga saat ini. Meski dengan pendapatan yang terbilang tidak begitu besar, ia merasa bersyukur karena Allah telah menjawab doa-doanya.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Ankabut ayat 2: ''Apakah manusia menyangka bahwa mereka akan ditinggalkan sendirian karena mereka berkata: ''Kami beriman, dan tidak akan diuji.''

Kini, pemuda India ini, tergolong seorang Muslim yang sangat taat beribadah. Ia yang awalnya menjadi kelompok pembenci Islam, kini setelah mempelajari Islam secara seksama, ia mencintai agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW ini. Bahkan, ketika ada sentimen negatif terhadap Islam dari kalangan non-Muslim, Rao senantiasa berada di garda terdepan dan menjadi pembelanya. Ia meyakini, agama Islam adalah agama yang damai dan cinta kasih, serta untuk kemuliaan umat manusia. islamreligion/dia

Biodata
Nama : Muhammad Umar Rao
Masuk Islam : Usia 18 tahun
Negara : India
Agama Terdahulu : Hindu

http://www.republika.co.id/node/83795

Tidak ada komentar:

Posting Komentar