Kamis, 01 Oktober 2009

Abdullah Abdul Malik : Melihat Secercah Cahaya Memancar dari Al-Quran


Sejak menjadi seorang Muslim lima tahun yang lalu, pria asal Philadelphia, AS ini mengubah namanya menjadi Abdullah Abdul Malik. Malik yang kini berusia 28 tahun, melewati perjalanan hidup yang pahit sebagai remaja AS sebelum mengenal Islam. Ia terlibat perdagangan narkotika dan pernah mendekam di penjara.

Malik tidak pernah menyangka akan melewati kehidupan yang suram itu. Ketika masih kanak-kanak, ia mengalami masa-masa yang menyenangkan seperti layaknya anak-anak Amerika pada umumnya, bermain bola, mendengarkan musik rap dan menikmati film-film action.

“Saya berpikir, apa yang saya lakukan sungguh keren, dan begitulah hidup harus dijalani, menghadapi bahaya dan tantangan. Oleh sebab itu saya mencontoh para penyanyi rap itu dan film-film action yang saya lihat. Saya mulai memiliki pola pikir bahwa hidup harus melakukan pemberontakan terhadap masyarakat,” ujar Malik mengenang masa kecilnya.

Musik rap dan tv ternyata sedemikian buruknya mempengaruhi perkembangan kejiwaan Malik. Dan itu terbawa hingga ia beranjak remaja. Sejak duduk di bangku sekolah menengah hingga usia 23 tahun, ia sudah berjualan mariyuana. Kehidupannya pun kacau, dikhianati teman, menjadi paranoid, tidak tahu siapa orang yang bisa ia percaya.

“Jiwa saya terasa kosong. Saya depresi dan terisolasi. Satu-satunya cara untuk melepaskan tekanan hidup itu adalah mencipatkan musik saya sendiri,” ungkap Malik.

Malik betul-betul seorang diri ketika keluarganya tersandung masalah keuangan dan memutuskan pindah ke Florida. Malik tetap memilih tinggal di Philadelphia, Pennsylvania. “Tempat ini rumah saya dan saya belum siap meninggalkannya,” kata Malik.

Sejak ditinggal keluarganya, Malik pindah ke sebuah apartemen dan berjuang menghidupi dirinya sendiri. Ia mengaku merasa sendiri dan sulit menjalani kehidupannya. Sampai suatu ketika, seorang polisi yang menyamar menangkap Malik yang sedang berjualan mariyuana. Malik harus menjalani pemeriksaan dan pada saat itulah ia merasakan tekanan batin yang menyiksa dan rasa takut akan masuk penjara.

Di tengah rasa takut yang menyiksanya, Malik memutuskan untuk berhenti berjualan narkotika. Ia berusaha mencari pekerjaan lain yang halal. Beruntung, Malik mendapatkan pekerjaan dan di tempat kerjanya ia bertemu seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun yang mengenalkannya pada Islam.

Hal pertama yang ditanyakan Malik ketika itu adalah, apakah Muslim percaya pada Yesus. Dari lelaki itu Malik tahu bahwa Muslim meyakini Yesus, tapi sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan. Lelaki itu juga menjelaskan bahwa umat Islam meyakini semua nabi mulai dari Adam sampai Muhammad dan bahwa Allah itu Esa.

Malik bisa menerima penjelasan lelaki itu dan menganggap bahwa keyakinan itu sebagai hal yang logis. Ia merasa menemukan saat yang tepat untuk mengubah hidupnya yang selama ini tak tentu arah. Malik mengaku percaya adanya Tuhan, tapi ia bingung dengan banyak hal dalam ajaran Kristen yang diketahuinya sehingga ia tidak pernah bisa menerima agama Kristen sebagai sebuah kebenaran.

Suatu malam saat mengantarkan lelaki rekan kerjanya itu pulang kerja, Malik diberi kitab suci Al-Quran. Ia berterimakasih dan membaca Al-Quran pemberian itu malam itu juga. “Kitab itu seperti bicara pada saya dan saya mendapatkan banyak kejelasan sehingga saya yakin bahwa inilah kebenaran dan hanya Tuhan yang bisa menyatukannya dalam buku semacam ini,” ungkap Malik.

“Al-Quran itu masuk akal buat saya dan membuat saya merasa damai saat membacanya, kedamaian yang sebelumnya tidak pernah saya rasakan,” sambungnya.

Ketika itu, Malik masih dalam pengawasan polisi. Namun Malik berpikir, polisi sedang menunggunya untuk melakukan kesalahan yang lebih besar untuk menangkapnya dan jika ia tidak melakukan kesalahan, ia akan bebas. Tapi pikiran itu meleset, setelah melewati investigasi, aparat kepolisian menangkap Malik dengan tuduhan menjual mariyuana.

Malik kehilangan pekerjaannya karena ia ditahan polisi. Keluarganya di Florida membayar jaminan dan sempat syok mendengar kasus puteranya..

Cahaya dari Al-Quran

Selama menjalani masa bebas bersyarat, Malik terus membaca terjemahan Al-Quran dan memikirkan makna yang terkandung di dalamnya. Lalu keajaiban itupun ia alami. Suatu malam ketika ia sedang membaca Al-Quran dalam cahaya reman-remang, ia melihat secercah sinar seperti memancar dari Al-Quran.

“Saya yakin itu adalah tanda dari Tuhan tentang kebenaran kitab ini dan hidup saya akan berubah selamanya. Cahaya itu muncul selama hampir 45 menit. Saya bermaksud memberitahukan teman sekamar saya yang sedang tidur, tapi saya berpikir bahwa tanda itu dikirim Tuhan untuk saya dan saya tidak mau menodainya,” tutur Malik.

Di penjara, Malik bertemu dengan beberapa Muslim dan mempelajari karakter mereka. “Menurut saya, Muslim memiliki karakter yang baik, teguh memegang kebenaran, rendah hati, penuh perhatian dan tahu bagaimana membawa diri mereka sebagai orang yang bertakwa pada Tuhannya. Di penjara saya belajar puasa, salat dan ikut salat Jumat,” ujar Malik.

Penjara ternyata membantu Malik untuk memperbaiki kehidupannya. Di sanalah ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Untuk pertama kalinya Malik merasa memiliki tujuan hidup . Di penjara ia jadi merenungi banyak hal, tentang keluarga, tentang teman dan tentang agamanya.

Setelah setahun menjalani masa tahanan, Malik bebas dan pindah ke Florida. Ia mengambil sekolah perawat dan bercita-cita ingin keliling dunia, berbagi pada orang-orang yang nasibnya kurang beruntung dan menyebarkan kebenaran Islam.

“Saya pernah menjalani kehidupan yang ‘gila’ dan sekarang saya merasa mendapatkan rahmat yang besar, rahmat Islam, jalan kebenaran. Saya pernah terdampar di jalanan, di penjara dan sekarang ke Islam. Ketika Anda menemukan agama ini, tidak ada alasan untuk kembali ke masa lalu,” tukas Malik. (ln/readislam/eramuslim)

1 komentar:

  1. Pertama-tama saya mengucap syukur, sebab saya TERNYATA punya teman-teman murtadin BUANNYAAAK, walo pada diem.
    Kronologinya begini,

    sewaktu saya naik HAJI, dalam benak saya (mungkin karena saya demen mengkritisi sesuatu) muncul pemikiran:
    mengapa saya harus mengelilingi KA'ABAH ? Apa yang ada di dalam KA'ABAH itu, ya ? Lalu, saya lihat di sudut KA'ABAH saya lihat batu, yang disebut HAJARATUL ASWAD. Orang-orang berdesak-desakan hendak menciumnya... Lhoooo koq praktik KAFIR. Saya orang Islam 'kan dididik membenci hal-hal atau kelakuan seperti itu, mencium BATUUUU... NA'UJUBILLAH MINZALIT...!!!
    Kemudian lempar jumroh, lagi. NGLEMPARIN SYAITON....!! Mana bisa syaiton dilempar dengan batu krikil terus kesakitan... gak bakalan deeehh. Aduh.... jauh-jauh ke negeri Arab.... buang duit.... sia-sia....
    Trus aku cari info.... ternyata YANG DIDALAM KA'ABAH adalah PATUNG-PATUNG PENINGGALAN KAUM QURAISH....
    Juga aku dapat info dari KETUA FPI JAWA TIMUR, yaitu Muhammad Ali Makrus Atamimi. Beliau dapat dipercaya. Beliau mengatakan bahwa batu hajaratul aswad itu telah diisi dengan JIN DARI IRAK, ........wooowww. Untunglah aku tidak sempat menciumnya. Amit-amit.
    dan dari forum FFI ini aku menjadi semakin MANTAP bin MANTAB untuk MURTAD. Memang benar apa yang diposting oleh para murtadin lewat FFI forum. Benar. Mataku telah terbuka. Dan sekarang aku sedang belajar untuk menemukan JALAN KEBENARAN (dalam Surah At'Takruf disebut sebagai JALAN YANG LURUS, ISA ibn Mariam, yaaah.....)

    BalasHapus