tag:blogger.com,1999:blog-51383431329235338682024-02-22T23:07:43.269+07:00KISAH-KISAH PENCERAHANHidayah Bisa Datang Darimana Saja, Walaupun Anda Tidak MenginginkannyaAdminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.comBlogger587125tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-75826872441659906122013-05-20T19:59:00.003+07:002013-05-20T19:59:39.133+07:00Pamela Kara: Minat Mempelajari Islam Berasal dari Keinginan Mendidik Anak <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<strong style="font-size: 16px;">Perjalanan Pamela Kara menuju Islam</strong> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Nama saya Pamela Kara. Saya berasal dari luar Cleveland, Ohio di bagian
utara Amerika berhampiran dengan Great Lakes. Saya besar di sini. Saya
dibesarkan dalam keluarga Protestan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sebenarnya saya memang mencari kebenaran. Saya mencari sesuatu. Saya
tidak tahu apa yang saya cari.Ketika usia saya bertambah, saya membangun
rumah tangga. Saya mulai mencari anak angkat dari luar negeri, dari
sebuah negeri Islam. Saya telah menikah selama 16 tahun dan merupakan
seorang penganut Kristen. Suami saya seorang muslim dan saya seorang
Kristen. Saya juga tidak berminat untuk mengetahui apa-apa tentang Islam
sehingga kami membuat keputusan untuk mengambil anak angkat.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mulai mengikuti kelas di masjid lokal mengingatkan bahwa saya akan
menjadi seorang ibu. Saya perlu bersedia dan mempunyai beberapa ide
bagaimana bisa saya mengajar anak saya. Dari sinilah bermulanya minat
untuk mengetahui tentang Islam.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia merupakan seorang anak yatim. Ketika mengikuti kelas di masjid lokal
itu, saya masih ingat, saya berdebat dengan Imam masjid dengan
mengatakan bahwa dia tidak mengetahui apa yang disampaikannya. Ketika
itu saya masih tidak tertarik dengan agama Islam. Saya tidak begitu
mempercayai apa yang dia sampaikan. Seorang lelaki di kelas itu bertanya
kepada saya apakah saya memiliki sebuah al-Quran. Saya menjawa,"Tidak."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia lalu memberikan saya sebuah al-Quran. Saya membaca surat
al-Fatihah. Itu sudah mencukupi. Dengan hanya membaca surat itu, saya
merasa seperti ada suara yang mengatakan,"Inilah yang anda cari selama
ini. Inilah kebenaran." Selepas membaca Surat al-Fatihah saja, saya
sudah tahu bahwa inilah yang saya cari selama ini.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kehidupan tidak lagi sama dan saya bukan lagi orang yang sama. Saya
tidak bisa membayangkan diri tidak menjadi Muslim dan tidak memiliki
Islam serta tidak memiliki Quran dan Sunnah. Seperti mengambil kaca mata
baru dan memakainya. Anda dapat melihat dunia dengan cara yang benar.
Kehidupan saya sebelum itu adalah sebuah kehidupan yang penuh dengan
kekacauan. Dibesarkan sebagai seorang Amerika, tanpa sedikit kebenaran
dalam budaya dan fondasi kami, ia seperti anda menjadi bingung, anda
mencari dari satu situasi ke satu situasi tanpa sedikit rencana atau
tempat untuk anda tuju.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sebagaimana saya memeluk Islam dan belajar lebih mendalam mengenainya,
serta melakukan shalat, saya tahu tidak ada lagi jalan ke belakang. Kini
saya harus maju ke depan. Inilah satu perkara terbaik yang pernah saya
lakukan dalam kehidupan saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Keluarga dan teman-teman saya tidak begitu senang saya memeluk Islam.
Tetapi mereka juga tidak bersikap keras terhadap saya. Kecuali ada
beberapa anggota keluarga yang tidak mau berbicara dengan saya,
sebenarnya ia bukanlah satu kerugian jika mereka tidak ingin berbicara
dengan saya. Tetapi hijab menjadi satu masalah besar bagi keluarga saya.
Subhanallah, semuanya menjadi teratur dan dengan berlalunya masa,
seandainya kita bersabar dengan mereka, mereka akhirnya akan menerima
kita atau sekurang-kurangnya mereka mengizinkan anda untuk membuat
pilihan dan mengamalkan apa yang anda inginkan. Saya memiliki orang tua
yang baik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Andai anda bertemu
dengan seseorang yang berminat dengan Islam, kita haruslah bersikap
membantu. Terutama perempuan. Dulu sebelum Islam, saya tidak pernah
menghormati diri saya. Rasa hormat timbul setelah saya memeluk Islam dan
mengenakan hijab. Karena saya bebas. Saya bebas dari dunia yang
mengarahkan saya. </div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya meminta
semua orang untuk membeli al-Quran dan membacanya. Pelajarilah dan
lakukan penelitian sendiri. Dengan cara itu, mungkin saja hati anda
terbuka karena Allah membuka hati-hati mereka yang mendambakan-Nya. Dia
akan mengizinkan anda untuk melihat kebenaran dan Insya Allah membawa
anda kepada kehidupan yang baik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Karena kehidupan ini hanya sebentar, dan Insya Allah kita berusaha untuk kehidupan abadi. (IRIB Indonesia / onislam.net)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-79888512323677744442013-05-20T19:57:00.001+07:002013-05-20T19:57:12.372+07:00Phillip: Saya Membaca Al-Quran untuk Mengetahui Apa yang Diyakini Umat Islam <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: 16px;">Saya dilahir dan dibesarkan
sebagai seorang Katolik Roma di jemaah gereja Italia. Ayah saya berasal
dari Jerman dan ibu berasal dari Italia. Orang tua ibu saya kedua-duanya
berasal dari Italia.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ketika
kakek ayah saya datang dari Jerman, saya mempunyai seorang saudara
lelaki bernama Halmout dan seorang saudara perempuan bernama Mary.
Ketika masih kanak-kanak, saya senang sekali mengikuti perkumpulan. Saya
ke perkumpulan secara rutin sehingga saya mencapai usia 13 atau 14
dimana perkumpulan juga berubah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya memang senang sekali mengikuti perkumpulan. Terasa seolah-olah saya
mengetahui siapa itu Tuhan. Saya senang sekali menyanyi beramai-ramai.
Sebenarnya saya tidak mengetahui apa sebenarnya yang sedang terjadi.
Ketika saya telah mencapai usia remaja, saya meninggalkan perkumpulan.
Ibu saya agak kecewa dengan keputusan saya itu, tetapi dia tidak memaksa
saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sebenarnya, pada usia 17
tahun saya didatangi oleh golongan fundamentalis Baptis. Saya pergi ke
gereja mereka dan melihat sesuatu yang agak berbeda. Saya ke sana selama
kira-kira setahun dan semua orangnya baik. Tetapi sebagai seorang
remaja, minat saya hilang. Saya mempercayai bahwa saya telah
diselamatkan, saya terselamat untuk sesuatu perkara.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Akhirnya saya berhenti dari berkunjung ke gereja. Saya mula ikut
bermain dalam band rock n roll. Sehingga saya berusia 25 tahun, saya
membuat keputusan untuk kembali ke gereja. Saya ke gereja Pentecostal
Holiness. Anda menjalani hidup yang zuhud. Anda harus sering
berhati-hati karena begitu banyak sekali godaan di dalam dunia ini.
Untuk seketika, saya malah tidak punya televisi dan saya tidak bermain
saxophone saya. Untuk beberapa tahun kemudian, saya memainkankembali
saxaphone saya dan bermain musik Kristen.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya ingin sekali membaca sejarah kristen dan malah saya ikut menyertai
Kolej Injil, sehingga mendapat diploma tiga tahunan. Di sinilah
bermulanya perjalanan hidup saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Quran menakjubkan saya</strong></div>
<div dir="LTR">
Pada masa yang sama, saya membaca Quran. Saya memutuskan bahwa saya
ingin membaca Quran. Dan tujuan membaca Quran adalah karena saya ingin
mengetahui apa yang dipegang oleh umat Islam. Kononnya saya ingin
mengubah mereka menjadi Kristen.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mengetahui bahwa Quran adalah kitab suci umat Islam karena saya
juga telah membaca sastra misionaris yang menjelaskan tentang Quran dan
Islam. Demikianlah saya membaca sastra yang ditulis oleh fundamentalis,
dan saya temukan banyak sekali terdapat kesalahpahaman.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Apa yang terjadi adalah di luar jangkauan saya, ia tidak seperti apa
yang saya harapkan. Untuk satu hal, halpertama yang saya baca ialah
Dengan Nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Saya
benar-benar tidak mengharapkan sedemikian!</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ketika pertama kali saya bertemu istri saya Khadijah, kami sama-sama
penganut Katolik Roma. Saya bertemu dengan istri saya saat saya tinggal
di penginapan. Ketika saya sampai disana, saya dapati ia bukan seperti
hotel bintangtiga. Saya mulaiberbicara dengan pengurus rumah penginapan
tersebut. Namanya ialah Lolita dan dialah yang memperkenalkan isteri
saya kepada saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya senang
sekali dengannya. Dia kelihatan agak gelisah, tetapi saya lebih gelisah
sampai tiga jam. Apa yang dapat saya katakan ialah tentang agama.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kami bertunangan dan ketika itu kami melakukan perjalanan ke Filipina.
Kami masih sama-sama bukan muslim. Dia tahu apa yang saya inginkan, atau
dengan kata lain saya jelaskan kepadanya bahwa saya tidak tahu apakah
saya ini Katolik, Ortodok timur, atau seorang Muslim! Tetapi dia masih
saja tetap ingin bersama saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Andai dia masih tetap menjadi penganut Katolik, saya tetap akan
menikahinya. Tetapi pada masa yang sama saya ingin dia melihat apa itu
Islam. Jika dia tidak ingin memeluk Islam, sekurang-kurangnya dia tahu
apa saya imani dan bagaimana saya harus melaksanakannya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia membaca Quran, dan selepas membaca Quran, dia mengatakan kepada
saya menjadi seorang Katolik juga baik, menjadi seorang muslim juga
baik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada minggu pertama, bulan
Augustus tahun 1999, saya sedang bersama dengan seorang Sheikh dan juga
beberapa teman lain. Pada permulaan malam itu, saya memberitahunya bahwa
saya bersama Islam. Kami berbincang mengenai Islam. Kami juga berbicara
tentang perkara-perkara lain, kami berbincang mengenai olahraga. Pada
penghujung malam, kami kembali semula ke topik berkaitan Islam. Sheikh
berkata kepada saya,"Anda percaya dengan Islam?"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia berkata,"Adakah anda benar-benar ikhlas mengatakan bahwa anda tidak percaya Tuhan lain selain Allah?"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dan saya berkata,"Ya, itulah yang saya percaya."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kemudian dia melanjutkan pertanyaannya, Adakah anda percaya bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah?"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berkata,"Ya."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia berkata,"Bisakah anda menyebutnya dalam bahasa Arab?"<br /> </div>
<div dir="LTR">
Saya berkata,"Ya."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Diapun menyebutkan kalimah syahadah dalam bahasa Arab dan saya mengikutinya. (IRIB Indonesia / onislam.net)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-24260403140803418932013-05-20T19:55:00.001+07:002013-05-20T19:55:50.322+07:00Raphael: Kini Saya Sadar Segala Sesuatunya Telah Direncanakan Tuhan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: 16px;">Saya dilahirkan di Amerika, bukan sebagai seorang muslim dan tidak memiliki orang tua yang.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Satu hal yang saya pelajari tentang Islam ialah anda tidak bisa
berdebat dengan Tuhan. Maka saya akan mengambil saja apa yang telah
Allah anugerahkan kepada saya dan saya berharap saya bisa melakukan yang
terbaik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mempunyai
latar belakang yang unik. Saya berasal dari Texas di sebuah kota kecil
bernama Lubbock. Ia terletak di tengah pusat Injil, sebuah kota yang
dipenuhi dengan gereja. Sebagai seorang Hispanik, saya bisa bertutur
bahasa Sepanyol dengan baik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya
dibaptis dan dibesarkan sebagai seorang Katolik sehingga berusia 6
tahun. Ketika berusia 6 tahun, kedua orang tua saya menerima beberapa
orang tetamu…. Mereka mula berbicara dengan kakek saya. Tidak lama
kemudian, mereka mulai mengunjungi kami. Akhirnya mereka membentuk kelas
Injil. Sebelum anda menyadarinya, kami telah menghadiri gereja Jehovah
Witness.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kami semua menghadiri
pertemuan dan perhimpunan di sana. Semua anggota keluarga mengikuti
Jehovah Witnesses. Tidak lama kemudian, saya memperoleh pengetahuan yang
tepat berkaitan Injil. Ironisnya siapa saja yang biasa dengan kitab,
orang-orang kitab, tahu benar bahwa secara realitanya, buku ini telah
berubah sepanjang sejarah. Ia begitu terkontaminasi dan mengalami
penyimpangan yang banyak. Tetapi saya senantiasa merasakan dalam
kondisinya yang murni, malah dengan orang-orang Yahudi yang diturunkan
Taurat, dalam bentuk murninya, adalah dari Tuhan walaupun dalam jangka
waktu ia telah mengalami perubahan dan terpolusi.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Demikianlah juga dengan Injil. Injil saat diberikan kepada Jesus, pada
awalnya sebelum terkontaminasi, adalah baik dan sempurna. Pengetahuan
saya tentang Injil turut bertambah. Saya mulai semakin banyak belajar.
Ketika usia saya 13 tahun saya dibaptis sebagai Jehovah Witness. Saya
punya tekad dan semangat untuk melakukan kerja-kerja Tuhan lebih
banyak……pada usia 16 tahun, sesuatu yang aneh berlaku. Saya diakui dan
mereka memberi saya kebenaran. Saya mulai berpidato di hadapan khalayak
ramai. Saya mula memberi ceramah diberbagai perhimpunan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada usia 20 tahun, saya telah mempunyai perhimpunan sendiri yang perlu
saya bimbing. Seperti yang anda ketahui, saya begitu terlibat dalam
ajaran-ajaran Jehovah Witnesses, terutamanya ketika mengetahui bahwa
mereka berbeda dengan dunia. Tetapi, dunia melihat mereka, terutama
masyarakat Barat, sebagai sesuatu yang berbeda. Mereka melihat kami
sebagai ektrimis… fanatik…. fundamentalis…. bunyinya akrab bukan?!</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kini saya sadar bahwa semuanya adalah perencanaan Tuhan. Pada waktu itu
saya tidak menyadarinya, tapi kini saya telah meyadarinya. Ketika saya
berada didalam rahim ibu saya selama 120 hari, malaikat datang dan
mereka telah merencanakan perjalanan hidup saya. Kemana saya akan pergi
dan apa yang akan berlaku pada hari ini, Alhamdulillah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Setelah melakukan banyak pertimbangan dan doa serta beratnya beban,
saya meninggalkan agama ini pada tahun 1979 dan tidak pernah kembali
lagi. Sebenarnya apa yang berlaku ialah saya tidak bisa melangkah ke
agama lain karena sebagai seorang Jehovah Witness, kami diajar bahwa
semua agama tidak baik kecuali Jehovah Witness. Hanya dengan Jehovah
Witnesses saja saya akan diterima Tuhan. Semua yang lain adalah salah.
Dengan hati nurani yang jelas, saya tidak bisa ke agama lain. Dan
kemudian sebagai seorang anggota atau penganut Jehovah Witness saya
tidak bisa tinggal dalam agama ini.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Maka saya menjadi seorang yang tanpa agama. Yang baiknya, saya bukanlah
insan yang tidak punya Tuhan. Malah saya kembali semula ke gereja
Katolik. Saya lahir sebagai seorang Katolik, dan sepanjang usia saya
adalah seorang Jehovah Witness, maka saya kembali ke gereja Katolik
karena mungkin saya merasakan saya kehilangan sesuatu. Saya berada di
gereja Katolik selama tiga bulan. Setiap hari saya akan duduk dan
berdiri berulang kali. Saya mengikuti perhimpunan mereka. Sayangnya ia
tidak memberikan saya kepuasan karena ia tidak menarik hati dan nurani
saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Bagian pertama</strong></div>
<div dir="LTR">
Kira-kira lima tahun lalu, saya bertemu dengan seorang muslim. Saya
menyadarinya karena pribadinya. Dia senantiasa gembira dan ramah. Ini
membuat saya tertarik kepadanya. Kami mula berbicara dan dia memberitahu
saya bahwa dia adalah seorang muslimah dan sebagainya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya bertanya,"Benar! Saya pernah mendengar tentang muslim. Jadi agama
anda adalah Islam. Saya pernah mendengarnya, tetapi saya tidak berniat
untuk menjadi seorang Muslim."Pada ketika itu saya pikir untuk menjadi
seorang Kristen, seorang Kristen yang baik, bukan cara Jehovah Witness
tetapi apa yang Tuhan inginkan saya menjadi seorang Kristen.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mulai menumpukkan perhatian dengan melakukan penelitian ke atas
Injil secara saksama setiap malam untuk beberapa jam dan dalam doa. Saya
membaca seluruh New Testament. Seperti menyusunnya. Saya mula membaca
Old Testament: Genesis, Deuteronomy, Exodus. Ketika saya sampai kepada
pasal tentang para nabi, sesuatu terjadi. Tiba-tiba saja saya berhenti,
saya ingin mengistirahatkan mata saya dan saya mula berpikir mengenai
orang yang memberitahu saya tentang Islam, mengenai muslim, mengenai
Quran, dan mengenai Allah Yang Maha Berkuasa. Saya mengaku akan membuka
pikiran sekarang. Saya tidak lagi berpikir seperti seorang Jehovah
Witness. Saya akan mencari adakah orang-orang ini penipu. Adakah mereka
ini tidak baik atau apa saja. Saya akan mencarinya sendiri. Saya mula
berpikir; "1,2 billion Muslim! Setan adalah baik tetapi tidaklah begitu
baik. Untuk memperdaya 1,2 billion manusia, baiklah saya akan melihat
Quran dan membacanya."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mula
membaca Quran. Saya membaca sehingga selesai untuk pertama kali. Ia
sungguh luar biasa. Semuanya mulai berjatuhan di tempatnya
masing-masing. Semuanya masuk akal. Saya mengambil Quran dan kini saya
bisa mengatakan kepada Injil bahwa semuanya saling bekerjasama. Kini
barulah saya paham. Karena Quran itulah yang menyebabkan saya bisa
memahami Injil saya. Saya berkata, "Oh, ini sungguh baik, Tuhan akan
menjadikan saya seorang Kristen." Dia akan mengajar saya lewat Quran.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Semakin saya terus membaca Quran, semakin ia dapat diterima akal. Ia
lebih mudah dan lebih simpel. Ia lebih menarik hati, akal dan jiwa saya.
Manakala Injil saya, seperti yang saya ketahui bahwa kata-kata Ilahi
telah terkontaminasi. Saya mula menjauhkan diri dari Injil dan mulai
membaca Quran. Kini karena saya memiliki Quran, saya harus bertemu
dengan Muslim. Saya harus pergi ke tempat mereka pergi. Tempat mereka
bertemu. Mereka bertemu di tempat bernama masjid. Saya akan mencari
mereka di masjid. Saya akan melakukan penelitian tentang apa yang mereka
katakan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sayapun pergi ke masjid,
saya mencari di mana masjid tersebut di Southern California. Saya ke
masjid dan kebetulan perut saya terasa sakit. Ia seperti anda mengetahui
yang anda harus melakukan sesuatu yang tidak anda inginkan. Bukan saya
tidak ingin melakukannya, tetapi semacam ada rasa tidak enak. Sayapun
berputar beberapa kali dengan mobil saya, mencari tempat parkir mobil.
Sayangnya sudah beberapa kali berputar, masih tidak ketemu tempat untuk
parkir.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Akhirnya saya
berkata,"Baiklah, saya akan berputar sekali lagi, seandainya saya tidak
bertemu tempat parkir saya akan pulang ke rumah." Itulah alasan saya.
Ketika saya berputar sekali lagi, betul-betul di hadapan masjid, sebuah
mobil keluar! Saya memandang ke langit dan berkata,"Engkau membuatnya
sungguh sulit bagi saya." Saya pun memparkir mobil. Kini saya menjadi
semakin takut karena saya terpaksa pergi dan menemui orang-orang ini.
Masjid kami di Southern California sering dipenuhi dengan orang. Ia
sering penuh, sehingga anda terpaksa berputar berkali-kali. Saya menjadi
takut, karena inilah pertama kali saya ke masjid.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berjalan ke pintu dan ada seorang muslim warga Arab dengan
jenggotnya berdiri mengawal. Dia berkata kepada saya,"Pergilah
berkeliling." Saya menjawab,"Baiklah dan sayapun menurutinya."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya sampai ke bagian lain dan di sana banyak sekali mereka yang shalat
dan ruku. Sebagian memandang kepada saya dan saya berkata,"Saya sekadar
melihat, terima kasih saya hanya melihat." Akhirnya semua selesai,
mereka selesai menunaikan shalat dan mereka mulai bergaul. Saya turut
bergabung dengan mereka. Mereka mulai berkata,"Assalamu'alaikum,
assalamu'alaikum." Saya tidak tahu apa maksudnya atau apa yang mereka
perkatakan tetapi itulah yang terjadi.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Akhirnya seseorang melihat saya agak bingung. Dia menarik tangan saya
dan membawa saya ke satu tempat dan berkata,"Anda orang baru, benar?"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berkata,"Ya, ini kali pertama."</div>
<div dir="LTR">
Dia berkata,"Mari saya tunjukkan anda kawasan sekitar."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia membawa saya kesemua tempat; dia menunjukkan saya ke ruangan lelaki dan berbagai tempat berbeda.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kemudian dia berkata,"Dan di sini, di sini kita mengambil wudhu."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya bertanya kembali,"Voodoo, apakah itu?"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia berkata,"Bukan Voodoo, Wudhu!"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berkata,"Baiklah, bagaimana anda melakukannya?" Dia menunjukkan
kepada saya cara mengambil wudhu. Dia begitu baik sekali. Namanya Umar.
Allah telah menghantar dia kepada saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya merasa terharu dan saya senang sekali dengan apa yang saya lihat.
Saya pulang ke rumah, saya merasa gembira. Saya memutuskan,"Saya ingin
menunaikan shalat seperti mereka." Ketika menganut Kristen, saya juga
'shalat' yaitu dengan menundukkan kepala saja dan berdoa. Tetapi apa
yang mereka lakukan amat menyenangkan saya. Ketika mereka rukuk dan
sujud di hadapan Tuhan Maha Pencipta Alam. Anda dapat melihat cara kerja
agama mereka, anda dapat melihat betapa agama begitu mudah, ia begitu
indah sekali, bagaimana ia bisa begitu menarik hati dan akal kita.
Perasaan itu menyentuh perasaan saya. Ia begitu dapat diterima akal.
Inilah yang diciptakan oleh Tuhan. Tidakkah harus saya tunduk
kepada-Nya? Adakah saya begitu sombong?</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Semuanya dapat anda cari dalam al-Quran dan hadis. Salah satu favorit saya dari surat al-Quran ialah, "<em>Apabila
telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Penerima taubat.</em>"</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kita
memiliki buku paling indah yang telah Allah turunkan untuk menyelamatkan
manusia, untuk mereka tinggal dalam kedamaian dan ketenteraman, Quran.
Kita haruslah membacanya dan mencari sendiri perintah Tuhan dan apakah
tujuan kita hidup di muka bumi ini. (IRIB Indonesia / onislam.net)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-28427879542813586412013-05-20T19:53:00.000+07:002013-05-20T19:53:03.763+07:00Rasheed: Bersihkan Niat Anda dan Lakukan Apa Saja Demi Allah!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: 16px;">Nama saya Rasheed. Saya
berasal dari Florida, Amerika Serikat. Saya berusia 24 tahun. Saya
memeluk agama Islam pada tahun 2004 ketika berusia 17 tahun. Saat ini
saya bekerja sebagai teknisi di laboratorium optikal.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Seperti anak-anak keluarga lain, saya dibesarkan di gereja Southern
Baptist. Saya sering ke gerejadan belajar Injil, maka saya kenal dengan
Injil. Saya bukan orang yang begitu memiliki pengetahuan mendalam
tentang Injil, tetapi cukup untuk anak berusia 13 hingga 17 tahun.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Bagaimana saya melihat Islam</strong></div>
<div dir="LTR">
Sebelum memeluk agama Islam, saya merupakan seorang penganut Kristen
Trinitarian yang taat, sama ketika saya menganut Southern Baptist. Saya
tidak punya opini mengenai Islam karena saya tidak tahu banyak
mengenainya. Mungkin dikarenakan sejenis kebodohan yang dipaksakan
karena melihat gambaran media terhadap Islam. Maka saya tidak ingin
pergi ke sana, karena saya bimbang dengan apa yang mungkin saya
pelajari. Maka apa saja yang disuguhkan media, maka itulah yang saya
terima.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya tidak begitu tahu
banyak mengenai Islam, tetapi saya melakukan penelitian ke atas
agama-agama lain seperti Buddhisme, Hinduisme, dan itupun karena murni
rasa ingin tahu dan minat berkaitan budaya Timur. Dibesarkan dalam agama
Kristen, mempelajari Injil anda akan mendapat informasi berkaitan
Judaisme secara sepintas lalu, karena Testament Lama digabungkan dengan
Injil. Oleh yang demikian saya sebanyak sedikit mengetahui tentang
Judaisme, dasar ajaran Hinduisme dan Buddhisme, sedikit berkaitan
Taoisme dan Shinto. Saya meneliti sedikit dasar agama-agama besar dunia.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya tidak pernah melakukan perjalanan untuk mencari kebenaran karena
saya dibesarkan di gereja maka saya merasakan itu sudah mencukupi. Apa
sebenarnya yang terjadi adalah ada seorang teman yang masuk Islam, kami
sama-sama ke sekolah. Kami merupakan kawan baik ketika itu. Karena
dibesarkan dalam suasana Kristen, dan melihat dia telah meninggalkan
agama yang saya begitu cintai, saya merasa terluka karena dia memilih
untuk meninggalkannya. Maka saya merasakan menjadi tanggung jawab saya
untuk menarik dia kembali ke gereja. Menjadi saksi baginya dan hal-hal
yang semacamnya, tanpa mengetahui sedikitpun tentang agama pilihannya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berusaha sungguh-sungguh, lewat cara itulah akhirnya saya
melakukan penelitian tentang Islam secara sendirian, dan juga bertanya
kepadanya. Kami sering melakukan berbagai pembahasan berkaitan isu-isu
doktrin. Kami berbincang, dan dia juga mengajar saya berbagai aspek
berkaitan Islam. Kalau dulu saya memang tidak mengetahui apa-apa
berkaitan Islam, setelah melakukan berbagai diskusi akhirnya saya tidak
dapat berkata apa-apa karena semuanya memang masuk akal. Perkara ini
berlanjut, akhirnya misi saya untuk membawa dia keluar dari Islam telah
membawa saya kepada Islam. Alhamdulillah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ya, saya tidak seperti orang lain yang mencari kebenaran. Tetapi saya
pikir demikianlah cara Allah untuk membimbing saya. Alhamdulillah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Kehidupan selepas Islam</strong></div>
<div dir="LTR">
Secara jujur bisa saya katakan bahwa kehidupan saya setelah menjadi
seorang muslim tidak jauh beda dengan sebelumnya karena begitulah saya
dibesarkan. Saya memang gemar ke gereja. Cara hidup saya tidak begitu
berbeda. Saya hanya melakukan beberapa shalat setiap hari dan berhenti
dari makan babi. Saya tidak terlibat dengan alkohol, maka saya tidaklah
harus melepaskannya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kepercayaan
pada Tuhan memang terdapat dari ajaran Trinitarian, saya senantiasa
menerimanya karena itulah yang kami percayai, tetapi saya sebenarnya
tidak begitu memahaminya. Maka, jika anda tidak memahami sesuatu maka
bisakah anda katakan bahwa anda mempercayainya?</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya bisa mengatakan dengan serius bahwa saya tidak pernah mempercayai
konsep tritunggal. Saya percaya akan kewujudan Tuhan, tetapi apa yang
berubah adalah kepercayaan saya tentang Nabi Isa; hubungannya dengan
Tuhan, hubungannya dengan kita. Itulah yang berubah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Sebuah cara hidup yang sempurna</strong></div>
<div dir="LTR">
Dari kedalaman hati saya, apa yang ingin saya katakan adalah
lakukanlah, karena berbicara soal sebab, maka ia merupakan satu-satunya
cara hidup sempurna yang harus diikuti. Ia merupakan satu kesempurnaan
yang tidak akan anda temukan dalam agama lain. Dan ia merupakan ajaran
paling logis yang tidak akan anda temukan dalam agama lain. Ia merupakan
satu cara hidup yang diperintahkan oleh Allah Swt.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Nasihat saya ialah pastikan terlebih dahulu apa yang anda inginkan
untuk diri anda, dan lakukanlah. Janganlah khawatir dan percayalah
kepada Allah. Jika anda mempunyai teman muslim yang bersedia untuk
mengajar anda, bertanyalah kepada mereka; dan janganlah malu untuk
meminta mereka membawa anda ke masjid, berbincang dengan imam mereka
atau dengan para ulama atau cendikiawan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Jika anda telah membuat keputusan untuk memilih jalan ini, maka selamat
dengan keputusan itu. Akan saya doakan anda untuk mendapat bimbingan
dan berhasil dalam kehidupan ini dan kehidupan di akhirat; kehidupan
yang abadi.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Nasihat
saya,waspadalah dengan informasi yang anda dapati. Jangan segera membuat
keputusan untuk mengikuti mazhab dengan slogan dan sebagainya. Pelajari
informasi anda, lakukan secara teliti; ia merupakan sebuah permulaan.
Anda baru saja mulai. Anda tidak bisa mencapai kebenaran hakiki dalam
jangka masa setahun atau semacamnya. Ambillah masa anda. Selalu
bersihkan niat anda, dan apa saja anda lakukan, lakukan demi Allah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berharap kata-kata saya memberikan manfaat kepada anda. Insya
Allah, serta memberikan inspirasi kepada anda untuk memeluk Islam. (IRIB
Indonesia / onislam.net) </div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-70680145031993588492013-05-20T19:48:00.002+07:002013-05-20T19:48:59.220+07:00Steven Byers: Islam Sejak Awal Bersama Anda dan Itulah Fitrah!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: 16px;">Steven Byers merupakan
seorang mahasiswa tahun keempat. Dia begitu banyak belajar, tetapi
pelajarannya tidak terbatas pada fisik dan biologi saja. Byers kini
belajar mengenai Islam, sebuah agama yang baru saja dianuti. Lima tahun
lalu, Byers tidak dapat membuat pilihan sistem kepercayaan yang harus
dianuti.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia dibesarkan
sebagai seorang penganut Kristen, tetapi Byers masih ingat ketika
terjadi sejumlah peristiwa yang mengecewakannya dalam
hidupnya,iakemudian menyalahkan kepercayaan yang dianutnya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mulai bertanya mengapa Tuhan melakukan hal ini kepada saya,
keluarga, atau kepada kawan saya? Saya tidak dapat menerimanya. Kemudian
saya akan menjadi marah. Seolah-olah itulah satu-satunya masa untuk
saya menjadi marah terhadap berbagai hal.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kini Byers merasa lebih damai.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Mencari Kedamaian</strong></div>
<div dir="LTR">
Pada musim bunga lalu, ia didorong oleh sebagian rekan-rekannya untuk
mempelajari Islam. Ia menemukan bahwa sistem kepercayaan Islam begitu
cocok dengan akal pikirannya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada musim panas, Byers mengucapkan dua kalimah syahadah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sekali anda menyebutkannya dan anda benar-benar ikhlas, anda jujur dengan diri anda, maka anda seorang muslim</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Abdullah Hamza mengatakan salah satu sebab mengapa banyak orang
berminat dengan Islam adalah karena terdapat kekosongan dalam kehidupan
mereka yang ingin mereka penuhi. Hamza kini merupakan seorang profesor
Sains di Universitas Brunswick dan juga presiden kepada Asosiasi Islam
Fredericton. Ia mengatakan bahwa Islam mengingatkan manusia bahwa mereka
harus menarik diri dari dunia materi jika ingin mencari kedamaian hati.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Karena Islam memerintahkan anda untuk shalat lima kali sehari, maka
anda haruslah memutuskan diri anda dari kehidupan yang tumbuh dan
bergerak laju.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ide kedamaian
merupakan satu yang utuh dalam risalah Islam. Sebuah pesan yang memiliki
dua pengertian; pertama seorang muslim diminta berserah diri kepada
Allah, dan lewat penyerahanlah orang tersebut akan mengapai kedamaian.
Hamza satu-satunya cara untuk mencapai kedamaian di luar ialah mencapai
kedamaian di dalam hati menaati kehendak Tuhan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ia seperti cahaya batu bara. Jika anda melihatnya ketika ia tidak
menyala, ia kelihatan gelap semata. Tetapi saat ia menyala, kegelapan
hilang. Ia merupakan sumber cahaya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Tanggung jawab lain yang diperlukan dalam Islam bisa mengukuhkan
komitmen muslim kepada Tuhan dan kedamaian. Hal itu termasuklah shalat
limat kali sehari, membaca Quran, berpuasa di bulan Ramadhan, memberi
sedekah, dan jika anda punya kemampuan, anda bisa menunaikan ibadah haji
di Mekah sekurang-kurangnya sekali seumur hidup.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Byers atau Hamza belum pernah ke Mekah, tetapi ia pernah menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadan untuk kali pertama.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Tidak makan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan mengajar anda
disiplin dan ia juga memberikan pengajaran merasai betapa kesulitan yang
dideritai oleh orang yang miskin.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ini merupakan satu dari beberapa permulaan bagi Byers. Tetapi ia
mengatakan bahwa mudah baginya untuk menyesuaikan diri dengan
kepercayaan ini karena ia dapat merasakan nilai-nilai kedamaian,
kedermawanan, dan ingin baik yang sememangnya telah menjadi bagian dari
perilakunya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya baru saja
merasakannya, saya kira ia merupakan sebuah perubahan untuk mengenal
diri saya. Tetapi tampaknya saya mulai memahami diri saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Islam adalah sesuatu yang memang bersama anda setiap waktu. Anda lahir
bersamanya. Dalam bahasa Arab disebutkan dengan nama Fitrah. Ia
merupakan bagian dari diri anda. Mereka mula berjalan pada jalan Islam
ketika anda sudah bersedia untuknya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Byers mengatakan adalah penting untuk orang mempelajari sedikit
berkaitan Islam walaupun hanya sekadar untuk menghilangkan
kesalahfahaman tentang Islam yang dikaitkan dengan teror. Byers
mengatakan jika saja orang menerapkan tujuan dan arah Islam ke dalam
kehidupan mereka, seperti dirinya, sudah pasti mereka akan menemukan
kedamaian yang sebelum ini mereka tidak tahupun bahwa itulah yang mereka
dambakan. (IRIB Indonesia / onislam.net)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-48209360405389745572013-05-20T19:44:00.002+07:002013-05-20T19:44:26.154+07:00Ali Mexici: Islam Bukan Sekadar Agama, Tapi Cara Hidup!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: 16px;">Nama saya Ali. Saya berusia
29 tahun Mexican Amerikan, atau ada orang panggil seorang Chicano.
Semoga kisah saya ini Insya Allah dapat memberi pemahaman tentang Islam
dan mengapa saya tertarik kepadanya. Banyak orang yang mempunyai
persepsi salah tentang Islam dan Muslim. Apa yang mereka ketahui, itupun
sedikit lewat film dan televisi, yang sebagian besarnya tidak
memberikan gambaran yang benar.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kehidupan saya dahulunya adalah buruk. Saya tidak memiliki arah. Saya
membuang waktu dan usia saya dengan berhenti sekolah pada grade ke 11.
Saya akan berada di jalanan bersama teman-teman saya 'berfoya-foya',
minum dan menjual marijuana. Mayoritas teman saya adalah anggota gang
(saya sendiri tidak pernah melibatkan diri dalam gang). Saya mengenali
hampir semua mereka sebelum mereka menjadi kriminal dan penjual
narkotika.Oleh karena itu tidak menimbulkan masalah bagi saya. Kemudian
saya mulai menggunakan narkotika yang lebih keras. Saya bermimpi tetapi
tampaknya semuanya kelihatan jauh sekali dari saya untuk menjadikannya
sebuah kenyataan. Semakin saya merasakan depresi, semakin saya melarikan
diri kepada narkotika sebagai pelarian sementara.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Satu hari seorang rekan saya memberitahu saya bahwa ia tahu di mana
untuk mendapatkan marijuana yang bagus. Saya begitu tertarik untuk
mendapatkan sampel dan membelinya, maka saya setuju untuk melihatnya.
Kami tiba dan masuk ke dalam sebuah apartmen dimana sudah ada beberapa
orang menanti kami. Kami duduk dan berbicara untuk beberapa waktu dan
'mencoba' nya. Teman saya dan saya membelinya dan siap untuk
meninggalkan tempat itu ketika teman saya mengatakan bahwa salah seorang
dari orang-orang itu mengundang kami untuk ke apartemennya karena dia
ingin memberikan teman saya sebuah buku.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kamipun pergi ke apartmen pria itu, dan setelah kami sampai di sana, ia
memberikan teman saya sebuah buku dan meminta teman saya membacanya,
dengan mengatakan bahwa mungkin ia bisa membantunya keluar dari problema
yang dihadapinya. Dalam perjalanan pulang saya meminta teman saya
menunjukkan buku itu kepada saya. Buku itu adalah sebuah Quran.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya tidak pernah mendengar mengenai Quran dalam hidup saya. Saya mulai
membaca secara ringkas beberapa halaman darinya. Ketika saya membaca,
saya tahu bahwa apa yang saya baca itu benar. Sepertinya saya kena
tampar di muka – seperti memerintah supaya saya bangun. Quran itu begitu
jelas dan mudah untuk dipahami. Saya merasa tertarik dan ingin
mengetahui lebih banyak mengenai Islam dan Muslim.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Apa yang paling aneh adalah saya bukan mencari sebuah agama baru. Saya
malah menertawakan orang yang pergi ke gereja. Adakalanya saya
mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada walaupun sebenarnya jauh di
kedalaman hati saya mengakui bahwa Tuhan itu ada. Saya mulai memutuskan
untuk pergi ke perpustakaan beberapa hari kemudian dan mencari al-Quran.
Saya mula membaca dan menelitinya. Saya mulai mengenali Nabi Muhammad
Saw dan kisah Nabi Isa as anak bunda Maryam yang sebenarnya. Quran
menekankan bahwa Tuhan itu Esa dan tidak punya sekutu atau putra. Ini
merupakan satu hal yang paling menarik bagi saya karena saya tidak
pernah dapat memahami konsep trinitas. Quran menjelaskan tentang
kelahiran Nabi Isa as dan misinya. Malah dalam Quran juga terdapat
sebuah surat bernama Surat Maryam yang bercerita mengenainya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada masa anak-anak saya sering ke gereja. Ibu saya merupakan seorang
Seventh-Day Adventist. Ia membawa saudara perempuan saya dan saya setiap
hari Sabtu ke gereja. Saya bukanlah seorang yang religius dan ketika
berusia 14 atau 15 tahun, saya tidak lagi pergi ke gereja. Semua anggota
keluarga saya merupakan penganut Katolik. Saya sering berpikir mengapa
kami menjadi penganut Seventh-Day Adventists dan sebagian keluarga yang
lain adalah Katolik. Ketika kami pulang untuk menziarahi keluarga kami
di Mexico, kami pergi ke gereja Katolik untuk upacara pernikahan dan
Queincenira (Perayaan manis 16).</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Nabi Muhammad Saw merupakan Utusan Allah yang terakhir untuk semua
manusia. Quran menceritakan kisah-kisah para Nabi seperti Adam, Ibrahim,
Nuh, Isa, Daud, Musa, Isa as dalam bentuk yang jelas dan dapat
dipahami. Saya melakukan penelitian terhadap Islam selama
berbulan-bulan. Saya membeli Quran di sebuah toko buku dan mempelajari
sejarah dunia dan kontribusi Islam dalam bidang medis dan sains.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya menyadari bahwa Spanyol merupakan sebuah negara Muslim selama
kira-kira 800 tahun, dan bahwa umat Islam telah diusir oleh raja dan
permaisuri Kristen (Ferdinand dan Isabella). Orang-orang Sepanyol
Kristen telah datang ke Mexico dan memaksa Aztecs dan yang lain menjadi
Katolik. Sejarah dan akar Islam saya kini menjadi jelas kepada saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Selepas beberapa bulan meneliti dan mencari, saya tidak dapat lagi
menolak Kebenaran. Saya telah membiarkan keadaan ini berlarut-larut.
Saya masih menjalani kehidupan seperti lalu dan saya tahu seandainya
saya memeluk agama Islam, bermakna saya harus meninggalkan semuanya.
Satu hari ketika membaca al-Quran, saya mula menangis dan melutut serta
mengucapkan syukur kepada Allah karena telah membimbing saya ke jalan
kebenaran. Saya mengetahui bahwa terdapat sebuah masjid berdekatan
dengan tempat tinggal saya. Pada hari Jumat saya pergi untuk melihat
bagaimana umat Islam menunaikan shalat mereka. Saya melihat masjid
tersebut dipenuhi dengan berbagai bangsa dan warna. Mereka melepaskan
sepatu ketika masuk ke masjid dan duduk di atas lantai yang ditutupi
dengan permadani. Seorang lelaki bangun dan mula mengumandangkan azan.
Ketika mendengar suara azan tersebut, mata saya dipenuhi dengan air
mata, ia kedengaran begitu indah sekali. Semuanya tampak asing pada
mulanya, tetapi pada masa yang sama ia kelihatan begitu benar sekali.
Islam bukan sekadar sebuah agama, tetapi ia merupakan cara hidup.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Setelah beberapa kali pergi ke masjid pada hari Jumat, saya bersedia
untuk menjadi seorang Muslim dan melafadkan dua kalimah syahadah. Saya
menemui khatib dan mengatakan bahwa saya ingin menjadi seorang Muslim.
Hari Jumat berikutnya, di hadapan komunitas, saya melafadkan syahadah,
mula-mula dalam bahasa Arab, kemudian dalam bahasa Inggris; Sesungguh
tiada tuhan yang saya sembah selain Allah, dan Muhammad adalah pesuruh
Allah swt.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ketika saya selesai
mengucapkannya, seorang pria muslim menjerit, "Takbir!" dan seluruh
jamaah mengatakan, "Allahu akbar!" beberapa kali. Kemudian mereka datang
dan memeluk saya. Saya tidak pernah menerima pelukan sedemikian banyak
dalam satu hari. Saya tidak akan pernah lupa hari tersebut. Ia sungguh
agung sekali. Saya menjadi Muslim sejak tahun 1997. Kini saya merasa
damai dan jelas tentang agama saya. Menjadi seorang muslim telah
benar-benar mengubah kehidupan saya menjadi lebih baik. Saya bersyukur
kepada Tuhan. Saya menerima G.E.D. saya dan kini bekerja dalam bidang
komputer.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya juga mendapat
rahmat untuk menunaikan ibadah haji. Ia merupakan sebuah pengalaman yang
menarik sekali dalam hidup: kira-kira 3 juta orang dari berbagai bangsa
dan warna berada di satu tempat untuk menyembah Tuhan yang Esa. Sungguh
menakjubkan! Alhamdulillah pada bulan Desember 2002, saya mendirikan
rumah tangga bersama seorang muslimah yang baik di Maroko.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya pikir Islam merupakan sebuah jawaban kepada problema anak muda
khususnya dan masyarakat secara umumnya. Saya berharap kisah saya ini
akan menarik ramai lagi bangsa Latin dan semua bangsa di dunia ini
kepada cahaya Islam. (IRIB Indonesia / wechooseislam.wordpress.com).</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-33639674247757674002013-05-20T19:37:00.001+07:002013-05-20T19:37:32.659+07:00Ayesha Olmunide: Sebuah Agama Adalah Pilihan!<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFicLHsbV1dVCxiemw4-ZpKMNXisNwc5cnB28Uljgza4IejlXUDlzL_uwAWd7WErQmXk9O6n78mMlU6fnnMQ3dI1g9y4UybqjMI2T1YpHaSBMp_uvHJV1T7yWfdd2OrMWmUohr3zwuK3ac/s1600/ayesha+olmunide.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFicLHsbV1dVCxiemw4-ZpKMNXisNwc5cnB28Uljgza4IejlXUDlzL_uwAWd7WErQmXk9O6n78mMlU6fnnMQ3dI1g9y4UybqjMI2T1YpHaSBMp_uvHJV1T7yWfdd2OrMWmUohr3zwuK3ac/s320/ayesha+olmunide.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="line-height: 1.4;">Ayesha Olmunide berasal
dari Edinburgh.Ia merupakan seorang model yang bekerja dengan nama
aslinya Eunice. Ia memeluk agama Islam pada tahun 2009 ketika sedang
belajar di universitas. Ia mengatakan bahwa sebelum memeluk agama Islam,
ia adalah seorang Kristen – tetapi keluarganya yang berasal dari barat
Afrika mengamalkan Islam dan Kristen. Ia hanya mengenali Islam lebih
banyak saat mulai belajar filsafat di universitas.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada mulanya saya merasa bimbang bahwa Islam mungkin merupakan sebuah
agama yang ekstrim. Tetapi setelah belajar Quran, pikiran saya berubah
sama sekali. Teori-teorinya mengenai alam dan sains begitu menarik hati
dan saya merasa tercerahkan. Anda tidak dapat menjelaskan semua hal
dalam cara saintifik, dan Islam membantu saya dalam hal tersebut.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada mulanya Ayesha memang kesulitan untuk menyesuaikan dirinya sebagai
seorang Muslim dengan pekerjaannya sebagai model. Ia mulai dipilih
sebagai model pada usia 15 tahun. Ia tampak tomboy.Ia bermain sepakbola
dan seorang yang atlit, tetapi karier di dunia fashion semuanya bertolak
belakang dengan apa yang ada. Memeluk Islam membuat saya menyadari
bahwa betapa kita menilai orang jika masyarakat memikirkan bahwa mereka
cantik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Di dalam masjid, muslimah
menutup rambut dan memakai pakaian yang sederhana, tidak ada siapa yang
akan menilai anda dari bentuk tubuh anda. Pada mulanya ia agak kesulitan
untuk menyesuaikan dirinya sehingga seorang Muslimah memberitahu bahwa
Islam bukan sebuah agama yang ekstrim, maka jika saya memikirkannya
sebagai sebuah agama yang ekstrim, sayalah yang melakukan kesalahan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
"Kini saya menutup rambut saya 99 persen dari sebelumnya. Saya tidak
lagi ikut photoshoot dengan mengenakan bikini atau pakaian dalam."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
"Saya juga tidak menetapkan hari untuk ke masjid tetapi saya sering ke
sana dan shalat setiap hari. Saya juga akan mendirikan rumah tangga satu
hari nanti tetapi saya tidak berpikir akan menikah dengan non-Muslim,"
Jelas Ayesha.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Islam merupakan
sebuah agama yang damai tetapi sayangnya terdapat kesalahpahaman serius
yang dilakukan oleh Barat untuk merusak citra Islam,utamanya dengan
serangan bunuh diri. Membunuh orang yang tidak berdosa merupakan salah
satu kejahatan yang terburuk dalam agama. Hukuman yang dikenakan ialah
"Barangsiapa membunuh satu orang, sepertinya ia telah membunuh setiap
orang yang lahir ke dunia ini dan setiap orang yang akan lahir ke muka
bumi ini."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kristen bukan berasal
dari Inggris tetapi dari Timur Tengah. Orang-orang Kristen berpindah ke
Eropa membawa bersama agama yang mereka anut. Demikian juga dengan
Islam, ia juga berasal dari Timur Tengah, orang-orang Islam bermigrasi
ke Eropa dan seluruh pelusuk dunia. Hari ini, Britain merupakan
masyarakat yang multi-iman dan Muslim juga merupakan salah satu bagian
dari masyarakat ini, sama seperti Kristen dan orang yang menganut agama
lain. Jika barangsiapa menganggap orang Islam harus pulang ke Timur
Tengah, maka untuk bersikap adil, orang-orang Kristen juga harus pulang
karena dalam sejarah, tercatat bahwa Britain merupakan sebuah negara
penyembah berhala sebelum orang-orang Roma menaklukkan negara ini!</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Jadi, ketika Islam bukan agama untuk saya, maka tidak ada agama yang
layak untuk saya….Tetapi itulah keindahan yang terdapat dalam dunia
tempat kita tinggal ini….Setiap orang bebas untuk membuat dan mengambil
keputusan mereka sendiri, dan memilih cara hidup yang mereka inginkan.
Dalam sebuah dunia yang dipenuhi dengan begitu banyak kebencian; begitu
banyak yang patah hati dan begitu banyak orang-orang jahat, betapa
hinanya untuk mengkritik dan mengecil-kecilkan seseorang hanya karena
moral, etika atau kepercayaan agama mereka berbeda dengan yang kita
anut. Jika cara hidup mereka memberikan kebahagiaan pada mereka…… dan
mereka tidak melukai orang lain, maka apa hak kita untuk mengkritik
mereka.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Islam memang sedang
berkembang dan berkembang sangat cepat. Islam merupakan agama yang
paling cepat berkembang, mengapa? Karena ia memberikanarti lebih banyak
tentang kehidupan dari agama-agama lain. Tuhan itu satu, Tuhan tidak
punya sekutu, tidak punya anak…. Hanya satu Tuhan, dan Nabi Isa as
adalah seorang manusia biasa, beliau juga adalah seorang Nabi, Beliau
diutus oleh Tuhan untuk membimbing manusia ke jalan yang benar, bukan
kepada dirinya sendiri. Jika seseorang memeluk agama Islam atau
sebagainya, janganlah anda melemparkan kata-kata buruk terhadapnya….Ia
merupakan pilihan mereka sendiri, bukan pilihan anda, anda tidak bisa
menolak seseorang untuk menjadi atheis atau kepada agama-agama lain….Ia
merupakan pilihan mereka sendiri.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Negara anda mengklaim diri sebagai sebuah negara demokrasi dan rakyatnya
punya hak untuk membuat pilihan. Mengapa anda tidak dapat menerima
perempuan yang mengenakan hijab atau berdamai dengan agama dari menjadi
seorang yang arogan atau penentang agama. (IRIB Indonesia /
londonschoolofislamics.org.uk)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-32512525637800599762013-05-20T19:31:00.000+07:002013-05-20T19:31:40.104+07:00James Frankel: Pertanyaan Mendasar Tentang Agama Mengantarkanku Pada Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW-NSu0ajG6m1QOcYBEX2CY-Js9NuYjD2FhcVRD6X4s7SqxzE9OWOEXozOUZNtFxzpfPrtaXHa9A3FJUnbsM9GHzHPaalTGtu27EOcIMuUfZ9Nf7ECjbWaNf_oN1Mujm8bBgc5EBvJNmT5/s1600/james+frankel.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgW-NSu0ajG6m1QOcYBEX2CY-Js9NuYjD2FhcVRD6X4s7SqxzE9OWOEXozOUZNtFxzpfPrtaXHa9A3FJUnbsM9GHzHPaalTGtu27EOcIMuUfZ9Nf7ECjbWaNf_oN1Mujm8bBgc5EBvJNmT5/s320/james+frankel.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="line-height: 1.4;">Nama saya adalah James Frankel. Saya
adalah seorang profesor bidang perbandingan agama. Saya juga mengajar
kelas-kelas Islam di Universitas Hawaii. Saya telah tinggal di Hawaii
lebih dari dua tahun dan kini memasuki tahun ketiga (artikel ini
September 2010).</span><br />
<br />
<strong>Tahun-tahun permulaan</strong><br />
Saya datang ke Hawaii dua tahun lalu, dulunya saya tinggal di New York
dimana saya dilahir dan dibesarkan. Saya lahir pada tahun 1969 dan besar
di Manhattan, sebagian waktu pula di Brooklyn untuk beberapa tahun.
Sebagian besarnya, saya menjalani kehidupan keluarga yang bahagia. Kedua
orang tua saya membesarkan saya tanpa agama yang tertentu, tetapi saya
pikir mereka menetapkan satu paket dasar nilai-nilai moral.
Bagaimanapun, warisan saya adalah dari latarbelakang Yahudi, tetapi saya
dibesarkan dalam keluarga yang amat sekuler dimana tidak banyak
amalan-amalan agama yang dipraktikkan.<br />
<br />
Satu-satunya
hubungan yang pernah saya alami dengan agama ialah dari sisi keluarga
ayah saya.Nenek saya merupakan seorang yang mengamalkan ajaran Yahudi.
Dari dia saya belajar beberapa hal, kisah-kisah dari Injil, kisah-kisah
para nabi. Untuk jangka waktu yang singkat, ayah dan ibu saya berusaha
mengantarkan saya ke sekolah Hebrew untuk belajar lebih banyak.Sayangnya
saya tidak merasa enak di sana. Akhirnya saya disingkir keluar karena
terlalu banyak mengemukakan pertanyaan. Mungkin itu adalah sifat saya
yang telah membawa saya kepada saya hari ini. Sebagai seorang profesor
dan sebagai seorang muslim, saya terus saja mengemukakan banyak
pertanyaan.<br />
<br />
Saya besar dengan cara demikian, banyak
tanya tentang segala dasar agama. Hal ini berlanjut sehingga melewati
usia remaja saja. Ada dua pengalaman yang saya pikir bernilai untuk
disebut. Pertama, ketika saya berusia 13 tahun, saya telah membaca
Manifesto Komunis Karl Marx dan memutuskan untuk menjadi seorang
komunis. Saya pikir nilai-nilainya masuk akal dan falsafahnya bermanfaat
untuk semua orang.<br />
<br />
Pada masa itu juga, saya pikir ini
mungkin pembukaan paling awal saya terhadap Islam.Rekan terbaik saya
ketika itu datang dari Pakistan. Saya belajar di sekolah internasional,
makanya saya mempunyai teman-teman dari seluruh penjuru dunia. Teman
Pakistan itu telah memberikan saya sebuah Quran dan dia meminta saya
untuk membacanya. Dia berkata, "Saya tidak ingin anda pergi ke neraka."
Sayangnya ketika itu saya tidaklah terpikir tentang neraka. Dengan kata
lain, dalam usia tersebut neraka belum terlintas dibenak saya. Sayapun
mengambil kitab itu dan meletakkannya di rak dan ia tinggal di situ
selama bertahun-tahun tanpa dibuka.<br />
<br />
Beberapa tahun
kemudian, saya menjadi putus asa terhadap komunisme setelah mempelajari
cara komunisme diamalkan di banyak negara. Saya lalu meninggalkannya.
Sehinggah saya melangkah masuk ke universitas, saya mulai bertanyabanyak
pertanyaan yang membawa saya ke jalan yang benar. Sejak masih anak-anak
saya sering berpikir dan saya sering bertanya-tanya apakah maksud
kehidupan ini. Pertanyaan-pertanyaan yang mendasar itu antara
lain,mengapa kita berada di muka bumi ini, kemanakah kita akan pergi dan
mengapa kita menderita.Semua ini sering terdapat dalam pikiran saya
malah sejak saya masih anak-anak. Tetapi setelah semakin dewasa dan
ketika saya masuk ke universitas, saya lebih menumpukan perhatian saya
kepada pelajaran sehingga saya mengalami satu peristiwa.<br />
<br />
Pada ketika itu saya tinggal di Washington DC. Saya mendapat panggilan
telepon dari sepupu saya yang akan pergi ke sekolahnya di Maryland. Dia
memberitahu saya bahwa nenek saya, bibi dan seorang lagi sepupu saya
akan datang menemui saya dan mengajak saya makan malam. Saya masih
belajar di universitas ketika itu. Petang itu saya menghabiskan masa
dengan berbicara dengan nenek saya. Saya memberitahu kepadanya tentang
rencana saya. Saya akan mulai belajar bahasa Cina. Sebelumnya saya
berencana untuk pindah ke New York dan menyambung pelajaran di
Universitas Columbia. Seolah-olah dia memberikan restunya kepada saya
terhadap segala rencana saya.<br />
<br />
Pada akhir pertemuan
tersebut, saya sedang berjalan ke mobilnya yang diparkir di restoran
tersebut. Dia berbalik dan jatuh. Saya bertanya kepadanya "Nenek, anda
tidak apa-apa?" Dia meminta saya untuk tidak bimbang.Katanya,"Engkau
harus bimbang tentang dirimu sendiri." Saya berpikir dan terus
menemaninya hingga ke mobil. Saya membuka pintu, dia masuk dan saya
memberikan ciuman selamat malam padanya. Saya berkata, "Agaknya kita
akan bertemu kembali di acara syukuran saat saya pulang ke New York
nanti." Dia berkata, "Jika Tuhan mengizinkanya." Pada masa itu saya
tidak berpikir banyak. Saya tutup pintu dan merekapun pulang ke
tujuannya.<br />
<br />
<strong>Kematian nenek</strong><br />
Sepupu saya membawa saya pulang ke asrama saya dan sayapun tidur.
Keesokkan paginya saya mendapat panggilan telepon dari sepupu saya. Saya
bertanyakan mengapa dia menelepon begitu awal dan dia tidak dapat
berkata apa selain, "nenek telah meninggal". Saya pula bertanya kembali
"Benar?" Saya pikir itu hanya gurauan saja. Saya bertanya lagi, "Apa
yang anda sebutkan?" Dan dia menjelaskan bahwa nenek di serang sakit
jantung dalam tidurnya. Kata-kata nenek masih kedengaran dalam telinga
saya. Saya mengatakan bahwa saya akan bertemu dengannya dan dia berkata
dengan izin-Nya. Dan ketika saya bertanya kepadanya dia meminta saya
harus menjaga diri saya sendiri. Sehingga hari ini, itu merupakan
kunjungan mengejutkan darinya dan kepergiannya juga mengejutkan.
Sehingga hari ini saya hanya berpikir apakah maksud dari pertemuan
dengan nenek saya itu.<br />
<br />
Saya kembali ke New York untuk
mengikuti upacara pengebumian nenek. Itu merupakan acara tradisional
Yahudi dan sang Rabbi yang melakukan pidato berbicara mengenai nenek
saya dan berkata, "Sarah merupakan harta yang langka dan Tuhan telah
mengambil kembali hartanya." Saya pikir ia tidak menjadi masalah untuk
sang Rabbi berkata demikian. Ketika sang Rabbi datang berkunjung ke
rumah kakek saya untuk berziarah, saya ingin mengemukakan beberapa
pertanyaan kepadanya. Saya ingin tahu beberapa amalan yang dipraktikkan
di rumah orang Yahudi pada saat seseorang menemui kematiannya. Dia
memberitahu saya untuk tidak bimbang tentang perkara itu. Dia berkata
itu hanyalah sekadar tradisi saja. Saya mengatakan bagaimana tentang hal
ini, dalam pidato anda, anda mengatakan bahwa nenek saya, saya tidak
tahu sejauh mana anda mengenalinya, tetapi anda mengatakan bahwa dia
telah diambil oleh Tuhan, jadi kemanakah dia? Dan untuk hal tersebut,
kemana akan saya pergi? Kemana anda akan pergi? Dan mengapa kita di
sini. Dan segala persoalan yang terbetik dalam hati manusia.<br />
<br />
Saya masih ingat, sang Rabbi, melihat jam tangannya dan berkata, "Saya
harus pergi." Saya tidak berpikir bagaimana dia melihat saya marah
ketika itu. Saya kira dia juga tidak menyadari bahwa dialah yang
menyebabkan saya menjadi saya hari ini karena saya menjadi semakin minat
dengan pertanyaan-pertanyaan itu.(IRIB Indonesia / onislam.net)<br />
<br />
<strong style="line-height: 1.4;">Mencari kebenaran</strong> <br />
<br />
Pada permulaannya saya berpikir akan mencoba menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai penghormatan kepada nenek saya.
Saya akan mencari komunitas Yahudi dimana saya akan berusaha untuk
mendapatkan jawabannya. Pada waktu itu saya berusia 18 atau 19 tahun.
Sayangnya komunitas yang saya temui tidak memberikan kepuasan kepada
saya. Saya mengajukan banyak sekali pertanyaan yang menghinggapi benakku
ketika saya masih kecil dan saya hanya diberitahu bahwa Tuhan hanyalah
Tuhan orang Yahudi! Hanya ada 20 juta Yahudi di dunia ini, dan terdapat
berjuta-juta orang lain, dan sudah tentu Tuhan mencipta mereka juga?<br />
<br />
Saya mulai belajar sendiri. Saya membaca Injil dan pada musim panas itu
saya berada di Inggris. Saya magang di sana, terdapat Kristen Evangelis
yang mendatangi saya dan ingin bersosialisasi. Mereka ingin saya
menerima ajaran mereka. Saya pikir boleh juga, mengapa saya tidak
mencoba kristen?Tidak terlintas di pikiran saya.<br />
<br />
Membaca Injil menimbulkan rasa kecintaan dan kehormatan kepada Nabi Isa
as. Tetapi mereka ingin saya membuat loncatan yang lebih; menerima Nabi
Isa sebagai tuan dan penyelamat saya, dan itulah yang tidak dapat saya
lakukan. Bagi saya Nabi Isa hanyalah seperti seorang kakak atau seperti
seorang guru. Nabi Isa bagi saya adalah seorang Yahudi dan saya tidak
dapat menerima klaim-klaim yang mereka buat berkaitan dirinya.Tetapi
saya mengatakan bahwa tumbuh rasa suka saya terhadapnya. Saya kira saya
tidak akan mendapatkan jawaban dalam Kristen.<br />
<br />
Saya
belajar banyak hal lain seorang diri. Saya belajar filsafat Timur
seperti Buddhisme. Saya juga belajar filsafatBarat khususnya Yunani,
Roma dan filsafat sejarah. Sayangnya tidak ada yang dapat memberikan
jawaban mendalam kepada persoalan saya. Satu hari saya berada kembali di
New York sebelum saya memulai semester baru. Kebetulan saya berada di
Times Square, hari itu berlainan dari biasanya….Begitu banyak sekali
penceramah agama berada di sana. Saya memang gemar berbicara dengan
orang lain tentang agama, seringnya dengan sikap skeptis.<br />
<br />
Saya masih ingat saya bercakap dengan seorang pria Yahudi tentang Nabi
Isa. Dia memberitahu saya apa yang dia percayai dan bahwa dia pernah
mendengarkannya dan baginya Nabi Isa merupakan Kristen. Dia bertanya
kepada saya apakah saya menyetujuinya dan saya katakan, "Maaf saya tidak
percaya dengan apa yang anda percayai." Dia berkata, "Anda percaya
dengan Tuhan, tidakkah begitu?" Saya berkata,"Begitulah kira-kira."Dia
kembali berkata,"Maka, marilah berdoa dengan saya, berdoa terus pada
Tuhan." Dia meletakkan tangannya ke bahu saya, menutup mata dan mula
bercakap dengan Bapa.<br />
<br />
Dengan matanya tertutup, saya
mulai melihat sekitar saya an saya melihat di satu sudut terdapat
lelaki-lelaki dengan jenggot hitam yang panjang dengan jubah serta
bersorban putih. Mereka kelihatannya orang-orang Afrika atau
Afro-Amerika. Mereka kelihatan seolah-olah telah melangkah keluar dari
halaman-halaman Injil. Mereka kelihatan seperti Nabi Nuh atau Nabi
Ibrahim atau sepertinya. Saya tahu kita tidak harus menilai seseorang
dari wajah penampilannya, tetapi kenapa tidak? Apa salahnya saya
bercakap dengan mereka.<br />
<br />
Setelah orang tadi selesai
membaca doanya, saya pergi menemui mereka dan bertanyakan apakah yang
mereka sampaikan. Mereka mengatakan mungkin saya tidak berminat dengan
apa yang mereka sampaikan.<br />
<br />
Saya bertanya, "Mengapa tidak?"<br />
<br />
Mereka berkata,"Karena anda setan."<br />
<br />
Saya bertanya kembali,"Benarkah! Adakah saya setan?"<br />
<br />
Dan mereka berkata,"Semua kulit putih adalah setan."<br />
<br />
Saya menjawab,"Jika saya setan, izinkan saya bertanya satu pertanyaan.Jika saya setan, mengapa saya ingin tahu tentang Tuhan?"<br />
<br />
Mereka menjelaskan bahwa setan juga mempercayai Tuhan. Saya tanyakan
kepada mereka dari mana mereka mendapatkan pengetahuan ini, saya
sebenarnya juga tahu, saya pernah membaca artikel di universitas
berkaitan Malcolm X dan The Nation of Islam, maka saya paham mungkin
mereka ini ada hubungannya dengan gerakan nasional kulit hitam. Saya
bertanya kepada mereka berkaitan dari manakah sumber klaim mereka
tentang tabiat setan saya dan mereka memetik ayat-ayat dari Injil, Book
of Daniel, dan saya katakan,"Tidak, tidak, tidak.Jika saya inginkan
Injil saya bisa saja turun ke jalan dan mendapatkannya dari Yahudi untuk
Nabi Isa atau dari sebagian Kristen lain.Apakah kitab anda? Tidakkah
anda membaca al-Quran? Mereka katakan,"Iya dan mereka memberikan saya
ayat-ayat dari surat al-Kahfi dan saya membawanya pulang.<br />
<br />
<strong>Membaca Quran</strong><br />
<br />
Saya membawa pulang kertas yang tertera ayat-ayat tersebut. Saya
langsung saja ke rak buku saya di mana saya ada menyimpan Quran yang
diberikan oleh teman saya Mansour enam tahun lalu. Saya mulai
membacanya, saya melihat ke halaman yang mereka arahkan kepada saya dan
sudah tentu saya membacanya. Tidak adapun indikasi yang menyebutkan saya
setan atau orang kulit putih itu setan. Oleh karena saya telah mulai
membacanya, sayapun langsung melanjutkannya. Saya membaca dan terus
membaca sehingga saya tertidur dengan kitab terbuka di tangan saya. Hari
keesokkannya, saya terus membacanya semula setiap kali saya punya waktu
lapang.<br />
<br />
Al-Quran menyentuh hati saya sedemikian
sekali tidak seperti buku-buku lain, tidak juga seperti Injil karena
kelangsungan Quran dan oleh karena ia merupakan firman Ilahi, di mana
Tuhan sendiri bercakap langsung dengan anda, begitu terus terang dan
baik sekali. Ia menyentuh hati saya sedemikian rupa yang tidak pernah
saya rasakan sebelum ini. Saya tidak dapat memberitahu anda kapan dan di
mana secara tepat.Saya tahu ada kalanya ketika saya membacanya, air
mata mengalir turun di wajah saya. Adakalanya ketika membacanya, bulu
lengan saya akan tegak berdiri dan di belakang leher saya. Saya tidak
dapat menunjukkan dengan tepat di mana atau ketika apa, tetapi di
sebagian titik saya menyadarinya bahwa saya sedang membaca firman Ilahi.<br />
<br />
Pada tahun 1990 bulan Januari, saya keluar bersama dengan beberapa
orang teman semasa sekolah tinggi. Kami sedang minum kopi dan berbicara
tentang kehidupan kami. Mereka bertanya dengan saya, "Apakah kepercayaan
anda hari ini?!" Karena mereka mengenali saya saat saya berpegang
kepada komunis dan ketika saya melewati berbagai fase kehidupan, mereka
tahu bahwa saya adalah seorang tidak begitu percaya kepada sesuatu.
Makanya mereka bertanya kepada saya dan saya berkata, "Saya percaya pada
Tuhan".<br />
<br />
Mereka berkata,"Benar, Tuhan apa?"<br />
<br />
Saya berkata, "Hanya ada Satu Tuhan."<br />
<br />
Mereka berkata,"Dari mana anda mendapatkannya."<br />
<br />
Saya menjawab,"Bagi saya, saya mendapatkannya dari Quran."<br />
<br />
Salah seorang dari mereka adalah Muslim berkata, "Anda telah membaca
Quran, maka anda sudah pasti mempercayai bahwa ia merupakan firman Tuhan
dan bahwa Muhammad itu pesuruh Tuhan."<br />
<br />
Saya berkata,"Begitulah."<br />
<br />
Dia berkata,"Baiklah, benarkah saya memahaminya?Anda percaya bahwa hanya ada Tuhan yang Esa dan Muhammad itu pesuruh-Nya?<br />
<br />
Saya berkata,"Jika begitu yang anda tetapkan, ya saya meyakininya."<br />
<br />
Dia berkata,"Maka anda adalah seorang Muslim."<br />
<br />
Saya tertawa dan berkata,"Saya seorang Muslim? Anda seorang Muslim.Anda
berasal dari Pakistan.Saya hanyalah seorang pria yang mempercayai
Tuhan."<br />
<br />
Dia berkata,"Tidak demikian, Anda adalah
seorang Muslim. Anda percaya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad itu utusan-Nya. Anda adalah seorang Muslim.<br />
<br />
Saya terkejut …. (IRIB Indonesia / onislam.net)<br />
<br />
<strong style="line-height: 1.4;">Seorang Muslim </strong><strong style="line-height: 1.4;">Terbatas</strong> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Selama beberapa hari kemudian, saya terpaksa memikirkan apa maksudnya
dan saya menghubungi Mansour.Dialah yang memberikan saya Quran ketika
saya berusia 13 tahun. Dia berada di Universitas Pennsylvania dan
bekerja dengan Asosiasi Pelajar Muslim. Saya meminta dia mengirmkan saya
buku-buku berkaitan Islam yang bisa mengenalkan saya dengan Islam dan
persyaratan kehidupan sebagai Muslim. Dia mengirimkan satu atau dua
buku, dan satunya khusus (Islam in Focus) memberikan pengenalan yang
baik tentang Islam. Bukan sekadar kepercayaan Islam tetapi juga lima
pilar agama Islam. Saya belajar untuk menunaikan shalat, bagaimana
menyebut syahadah, dan bagaimana mengambil wuduk dari buku tersebut.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya mula melakukan shalat. Saya kira anda tidak bisa mengatakan bahwa saya seorang <em>Muslim </em><em>Terbatas</em>,
karena saya tinggal bersama kedua orang tua saya pada masa itu. Saya
menutup pintu waktu menunaikan shalat. Malah ketika pertama kali
melakukan puasa di bulan Ramadhan, saya melakukannya sendirian. Saya
tidak punya teman. Saya belajar sendiri kapan matahari akan naik dan
kapan matahari akan terbenam dan makan ketika waktu membenarkan. Untuk
enam atau delapan bulan pertama saya menjalani kehidupan sebagai seorang
Muslim yang baru sendirian, yang membimbing saya adalah Quran dan
buku-buku Islam. Itulah kisah bagaimana saya memeluk agama Islam.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sampai pada satu tahap, saya perlu memberitahu keluarga saya dan hal
itu seperti keluar dari lemari. Pada satu malam, saya memberitahu
keluarga saya bahwa saya telah membaca Quran, dan mereka berkata,"Iya,
kami melihat anda membawanya kemana-mana." Saya mengatakan bahwa saya
mempercayainya dan selain itu terdapat amalan yang harus dipraktikkan
dan saya memilih untuk mematuhinya. Saya mengucapkan itu dengan maksud
saya telah menjadi seorang Muslim.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Reaksi keluarga</strong></div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Reaksi ibu saya sungguh kuat sekali.Dia menangis dan memandang ayah
saya seolah-olahnya bertanya,"Apa salah kita?Mengapa hal ini bisa
terjadi?"Sementara ayah saya tampaknya lebih santai dalam menanganinya.
Dia mungkin berpikir sendiri,"Anak saya adalah seorang komunis ketika
berusia 13 tahun.Dia menjadi pengikut Skinhead ketika berusia 16 tahun.
Dia melewati berbagai fase dalam kehidupannya, mungkin ini juga hanya
merupakan sebuah fase."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya kira
kedua orang tua saya sedang melakukan sesuatu. Maksud saya, ini adalah
sebuah fase, tetapi ia bukan hanya melewati fase, begitulah yang saya
pikir dan harapkan. Ibu saya mungkin menyadari bahwa saya sebenarnya
serius dan tentunya reaksi dia adalah seorang yang takut dan menyesal.
Bagi saya perkara ini dapat difahami ketika seorang itu jahil dan hanya
mendapatkan persepsi yang menyimpang berdasarkan kepada misinformasi dan
informasi yang terbatas. Maka tahun-tahun pertama itu menjadi tantangan
besar bagi saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berusaha
untuk berkomunikasi dengan kedua orang tua saya. Alhamdulillah, mereka
dapat memahami saya dan sabar dalam hal ini. Pada mulanya memang ibu
saya merasa bimbang. Dia takut saya berubah menjadi monster. Saya
berusaha untuk membuktikan kepadanya bahwa setelah memeluk agama Islam,
saya menjadi pelajar yang lebih baik dan anak yang lebih baik. Saya
bukanlah seorang yang nakal sebelum Islam.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Mungkin bagi sebagian orang yang memilih jalan ini, perlu bagi mereka
untuk memperbaiki diri mereka. Dalam hal saya, saya berterima kasih
kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan saya nilai-nilai yang
saya kenali ketika memeluk Islam. Seperti yang saya katakan saya
bukanlah seorang yang nakal..Insya Allah. Islam telah menjadikan saya
orang yang lebih baik. Setiap orang punya jalan mereka sendiri.
Bagaimana mereka sampai ke sana dan malah ketika mereka memeluk Islam
setiap orang punya cara yang berbeda dalam memahami jalan ini. Bagi
saya, ia banyak berkaitan dengan pembelajaran dan pengetahuan. Tujuan
hidup yang utama dalam kehidupan dan Islam ialah untuk memperoleh
pengetahuan; pengetahuan tentang diri kita, tentang dunia kita, tentang
alam raya, dan pengetahuan hubungan akrab kita dengan Allah.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ini telah mendorong saya dalam karir saya. Saya tidak tahu bahwa satu
hari nanti saya akan menjadi seorang profesor andainya saya bukan
seorang Muslim. Saya bukanlah mengatakan bahwa setiap orang mesti
menjadi profesor. Tetapi bagi saya ia merupakan satu perjalanan
pembelajaran dan pengajaran yang panjang. Di perjalanan tersebut, saya
memperolehi kehormatan dan apresiasi dari agama lain juga yang dulunya
saya tidak terpikir ia bisa dicapai jika saya tidak memeluk Islam.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Bagi mereka yang baru memeluk Islam, haruslah mengetahui bahwa jika
seseorang itu menjadi seorang Muslim, seseorang tidak perlu menjadi
orang lain. Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa orang membawa apa yang
mereka miliki dulu ke dalam Islam, malah di kalangan sahabatnya,
terdapat orang-orang yang mempunyai bakat atau tantangan, mereka inilah
yang menerukan kerja setelah mereka memasuki jalan ini. Demikian juga
dengan diri saya. Terdapat begitu banyak tantangan dan kehidupan saya
terus mengandung masalah. Semua ini memerlukan kesabaran.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Bagi saya, perjalanan ini memakan waktu hampir 20 tahun dan hanya Allah
yang mengetahui bagaimana dan di mana ia berakhir. Nasihat saya kepada
Muslim baru atau mungkin mereka yang telah menganut Islam haruslah
bersabar dan lihatlah apa yang akan dikaruniakan Allah kepada anda;
bukan dengan takut tetapi dengan cinta dan harapan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Jika ada non Muslim yang mengikuti kisah saya hari ini, anda berutang
pada diri anda untuk mengetahui sebanyak mungkin berkaitan hal-hal yang
terjadi di sekitar anda. Islam memang wujud di dunia ini. Ia hampir
tidak dapat dielakkan dalam berita dan di dunia ini. Dan seandainya anda
tidak mengenali seorang Muslim, anda akan tetap tiba di poin-poin
tertentu. Saya pikir kita harus saling mengenal. Jika anda ingin tahu,
begitu banyak sumber di luar sana.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Jika anda berada di Hawaii, kontaklah saya. Saya berada di Universitas
Hawaii Departmen Agama. Jika saya bisa membantu anda, saya akan
membantu. Demikian juga mereka yang berasal dari keluarga Muslim, kita
bisa saja menambahkan pengetahuan kita dan saling kasih mengasihani.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Itulah harapan saya buat anda semua dan terima kasih. Assalamualaikum wr wb. (IRIB Indonesia / onislam.net)</div>
<div dir="LTR">
<br /></div>
<div dir="LTR">
<br /></div>
<br />
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-68592906058505930732013-05-20T19:26:00.001+07:002013-05-20T19:26:59.499+07:00John Pugh: Pada Dasarnya Saya Telah Menjalani Kehidupan Secara Islami <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Perjalanan saya menuju Islam datang dari akar Katolik saya.
Saya lahir dan dibesarkan di Toowoomba, Queensland, Australia. Setiap
minggu, saya menghadiri perhimpunan dengan ibu, nenek, dan paman saya.
Paman saya seorang Katolik yang begitu patuh sekali. Dia memberikan
pengaruh besar terhadap kepercayaan saya, dan ketika masih anak-anak,
saya merupakan seorang penganut setia tradisi Katolik. <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada tahun 1984, kehidupan saya musnah dengan kematian paman saya.Saya
menjadi lebih melibatkan diri dalam gereja. Pada dua tahun akhir
pendidikan saya, saya ikut berpartisipasi dengan kelompok pemuda dan
aktivitas-aktivitas jemaah gereja. Lulus sekolah saya bekerja di toko
pakaian lokal selama empat tahun dan pada malamnya saya mengikuti
pertemuan-pertemuan pemuda gereja. Anda bisa menyebut saya sebagai
seorang Pencandu Katolik.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada
masa tersebut, saya banyak mempelajari tentang sejarah Gereja Katolik
dan menemukangereja Katolik dipenuhi dengan inkonsistensi. Bagaimanapun,
saya mempunyai impian untuk bekerja dengan gereja Katolik. Pada tahun
1991, saya meminta untuk melanjutkan pelajaran di universitas dalam
bidang pendidikan. Saya berpikir bahwa dengan memiliki ijazah dalam
bidang pendidikan dan latarbelakang saya, maka saya mungkin akan
diterima bekerja sebagai pekerja Nabi Musa. Pada masa itu, saya masih
melibatkan diri dengan gereja. Saya membantu membentuk grup pemuda dan
melibatkan diri saya dalam Masyarakat St. Vincent de Paul.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saya berada di Melbourne selama sebulan untuk mengambil kursus pekerja
muda (disponsori oleh jemaah gereja lokal) dan mempelajari teologi
dasar. Saya menamatkan pelajaran dari universitas dan mendapat kerja
sebagai guru di sebuah sekolah Katolik di Stan Thorpe. Ia bukan pekerja
mudah, tetapi merupakan permulaan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Setelah dua tahun, saya memohon kedudukan uskup, bekerja dengan
orang-orang cacat. Dalam posisi ini, saya dapat menghadiri banyak
kursus-kursus pelatihan internal berkaitan Gereja, Nabi Isa, dan Tuhan.
Saya mendapati bahwa begitu banyak sekali Gereja Katolik kehilangan
dukungan dari masyarakat bawahr dan telah menjadi lembaga. Malah saya
juga menemui di satu kota terdapat dua kelompok jemaah gereja yang tidak
sepakat dengan gereja dan Nabi Isa as.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ketika bekerja di sini jugalah saya berkenalan dengan calon istri saya,
dia baru saja menganut Katolik. Kami menikah pada tahun 1997, dan pada
awal 1998, kami mendapat seorang anak perempuan. Selepas bekerja selama
dua setengah tahun dengan orang-orang cacat, kami kehabisan dana dan
saya telah ditawarkan bekerja sebagai guru di sebuah sekolah Katolik
lokal sehingga akhir tahun 1998.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Impian saya untuk menjadi pekerja muda di gereja musnah. Saya mulai
mengalami depresi, walaupun pada masa itu saya tidak menyadarinya. Pada
tahun 1999, saya bekerja di sebuah sekolah Katolik lokal yang lain dan
mendapat seorang lagi anak perempuan. Sudah menjadi kenyataan pada akhir
tahun 1999, saya tidak lagi bisa mengajar. Akhirnya, saya terpaksa
berhenti dari pekerjaan.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Pada masa
itulah saya kehilangan segala kepercayaan saya pada gereja. Pada
mulanya saya pikir karena depresi, tapi rupanya ia lebih dalam. Saya
juga tidak mengetahui bahwa istiri saya mulaimenjaga jarak dengangereja
Katolik. Saya masih juga menghadiri gereja, tetapi tidak seperti dulu.
Saya mempercayai Tuhan, tetapi apakah gereja ini yang diawali oleh Nabi
Isa?</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Apa yang saya pelajari bahwa
gereja dibentuk oleh manusia dan dipenuhi dengan korupsi, yang sering
melemparkan mereka yang mempersoalkannya atau menganggap mereka adalah
beban, dan inilah yang berlaku kepada diri saya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Istri memang telah mempunyai banyak persoalan. Dia menemukan bahwa dia
telah menjadi bagian dari gereja yang penuh dengan inkonsistensi. Dia
juga mempercayai Tuhan, tetapi dulunya dia pernah belajar tentang Islam
ketika belajar agama di Universitas New England Australia. Dalam Islam,
dia menemukan sebuah agama yang mempercayai Tuhan, mendakwahkan
kedamaian dan persamaan untuk semua. Tidak takut dengan
persoalan-persoalan yang dikemukakan. Ini sama sekali tidak seperti yang
terdapat dalam Katolik. Pada tahun 2001, dia memeluk Islam sebulan
sebelum saya melakukannya. Dia mengenakan hijab dan memakai pakaian
seperti yang dituntut Islam.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Titik
perubahan saya ialah kira-kira sebulan setelah istri saya secara resmi
memeluk agama Islam. Pada bulan itu, saya memang kecewa sekali dengan
gereja saya, dan dalam satu pidato, sang pendeta mengatakan,"Jika semua
penganut Kristen menghormati satu sama lain, sudah tentu kita tidak
punya banyak kelompok."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Semua Muslim menghormati satu sama lain, lelaki dan perempuan mempunyai status yang sama, dan tidak ada hirarki.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal." (QS. al-Hujurat: 13)</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Kemudian saya dapati bahwa saya juga telah menjalani kehidupan saya
dengan banyak ide-ide Islami. Saya sering sekali bersedekah kepada orang
miskin; saya sering memiliki iman dan menjalani kehidupan mengikut
perintah Tuhan; dan saya sering melihat orang sebagai sama. Semua
makhluk datang dari Nabi Adam dan Hawa. Dalam Islam diketahui bahwa
seorang arab tidak lebih superior dari non Arab, demikian juga
sebaliknya. Seorang berkulit putih tidak lebih superior dari seorang
kulit hitam, begitu juga sebaliknya. Kecuali ketakwaan dan perbuatan
baik seseorang. Setiap muslim bersaudara dengan muslim lainnya. Tidak
ada milik seseorang Muslim itu sah kepada seorang Muslim lain kecuali ia
diberi secara sukarela. Kita diingatkan untuk tidak melakukan
ketidakadilan terhadap diri kita sendiri. Satu hari kelak kita akan
bertemu Allah dan kita akan dipertanggungjawabkan atas perilaku kita.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Sepanjang kehidupan saya, Tuhan telah membimbing saya kepada Islam;
hanya saya yang tidak mengetahuinya. Istri saya telah membuat kontak
dengan presiden Masyarakat Islam Toowoomba, Dr. Shahjahan Khan. Pada 16
Juni 2001, Khan dan istrinya datang ke rumah kami dan menyaksikan istri
dan saya mengucapkan syahadah bersama. Segala Puji bagi Allah yang telah
memberikan kami rahmat dan cahaya-Nya. (IRIB Indonesia / onislam.net)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-3248457548888878942013-05-20T19:23:00.002+07:002013-05-20T19:23:07.933+07:00Levy: Saya Mendidik Lila dan Alma Sebagai Pembangkang <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="line-height: 1.4;">Dua saudara perempuan ini
terpikat dengan Islam. Ayah mereka yang kebetulan seorang yahudi
terpaksa berhadapan dengan keinginan agama dan pengusiran mereka dari
sekolah. Peristiwa ini telah menimbulkan kontraversi baik secara lokal
maupun nasional.</span> <br />
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Laurent
Levy, seorang liberal dan ateis total, melihat perubahan dramatik pada
diri dua anak perempuannya, tetapi dia tidak begitu memberikan perhatian
penuh terhadap apa yang terjadi. Satu hari, kira-kira dua tahun lalu,
dua anak gadisnya berhenti makan babi. "Tidak ada masalah," tuturnya.
Tidak lama kemudian, mereka memberitahunya bahwa mereka berniat untuk
melaksanakan puasa penuh pada bulan Ramadhan. Levy berfikir bahwa itu
adalah satu hal yang paling wajar untuk dilakukan dalam dunia ini oleh
anak-anaknya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Ketika anak-anak
Levy; Lila 19 tahun dan Alma 16 tahun memberitahunya bahwa mereka akan
berpuasa pada bulan Ramadan, dia tidak menghalangi mereka. "Itu hak
mereka," katanya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Tidak lama
kemudian, anak-anak perempuannya memberitahu niat mereka untuk
menunaikan shalat lima kali sehari, seperti yang telah diperintahkan
dalam Quran. "Tidak ada alasan mengapa mereka tidak bisa
melakukannya,"pikir sang ayah. Kedua anak itu mula berhenti dari pergi
ke pantai dan memakai baju renang, dan malam mereka juga berhenti dari
mengunakan kolam renang keluarga pada musim cuti. Pada waktu malam,
kedua mereka duduk dan mempelajari Quran. Rekan-rekan tetangga menjadi
heran akan perubahan yang terjadi pada dua anak ini. Akhirnya secara
gradual, mereka mulai mengenakan pakaian panjang yang menutup tubuh
mereka, dan mengenakan stoking tebal walaupun pada musim panas.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Setahun lalu, transformasi tersebut menjadi lengkap. Lila dan Alma
mengenakan kerudung menutupi kepala mereka. Tidak lama kemudian, mereka
juga menutup dagu dan dahi mereka. Di sekolah mereka tidak lagi
berbicara dengan pelajar lelaki, mereka hanya berbisik antara satu sama
lain dan menjauhkan diri dari pelajar-pelajar lain. Mereka tidak
mengikuti lagi kelas-kelas olahraga, karena mereka dituntut untuk
memakai pakaian olahraga yang menampakkan bentuk tubuh mereka.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dengan segera kedua beradik ini menjadi sebuah fenomena. Malah ditempat
mereka tinggal di Aubervilliers, bagian pinggir utara Paris, banyak
yang terkejut. Pada tahun-tahun kebelakangan, kawasan ini telah dipenuhi
dengan imigran Muslim dari Afrika Utara, dan orang-orang Paris sendiri
pindah ke tempat lain. Pada hari Jumat, penduduk kawasan ini mengambil
cuti dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka dengan shalat;
banyak anak muda yang tidak ke sekolah. Pada bulan Ramadan, kawasan ini
menjadi sunyi waktu puasa dan bangun ketika waktu berbuka.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Menurut sang ayah, anak-anak perempuannya begitu terpikat sekali dengan
agama Islam dan mendapati dirinya tidak mampu melakukan sesuatu dalam
berhadapan dengan proses laju keislaman anaknya. Sepanjang usianya, dia
membenci kepercayaan agama dan menyalahkan mereka karena kejahilan dan
pelbagai bentuk kesulitan yang ditimbulkan agama. Dia menyebarkan
sekularisme dan ikut terlibat dalam gerakan-gerakan sayap kiri, karena
di situ dia merasa tenang. Tidak lama lepas itu, dia menjadi penasihat
dalam kasus menentang Jean-Marie Le Pen pemimpin National Front karena
menjelaskan bahwa kamp-kamp konsentrasi sebagai "detail" Perang Dunia
Kedua. Dia turut mewakili organisasi-organisasi Islam menggugat pelakon
Brigitte Bardot selepas dia mempublikasikan sebuah buku anti Islam.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
<strong>Debat </strong><strong>jilbab</strong></div>
<div dir="LTR">
Kedua saudara ini telah dipanggil oleh kepala sekolah Sekolah Tinggi
Henri Wallon, tempat mereka belajar. Penampilan lahiriah mereka telah
menimbulkan gejolak dikalangan para pelajar. Mereka diperintah untuk
memakai pakaian sekolah seperti orang lain; jika tidak, mereka akan
dikeluarkan dari sekolah. Kedua saudara ini menolak. Pihak sekolah
menghantar surat kepada kedua orang tua mereka dan memberi pernyataan
tindakan yang akan mereka ambil. Orang tua kedua saudara ini, yang sudah
bercerai, mempertahankan tindakan anak-anak mereka dengan cara mereka
sendiri. Sang ibu berusaha untuk menampilkan lunak sikap kedua anaknya
sementara Sang bapa memberikan dukungan penuh atas tindakan
anak-anaknya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Status dua saudara
ini digantung dari sekolah sehingga komisi displin mengambil keputusan
akan nasib mereka. Pihak media menggambarkan hal tersebut sebagai ujian
kepada sekularisme negara, dan kisah tersebut menjadi kepala cerita
media. Pihak intelektual menjadi gempar, demikian juga pihak politik
lokal; baik intelektual maupun politisi secara terbuka menekan pihak
komisi displin sekolah untuk membuat keputusan berdasarkan pandangan
mereka.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Perdebatan itu tidak
sekadar pada tahap teorinya saja. Karena hal ini turut menyentuh detil
pakaian yang paling kecil sebagai bentuk menyatakan sekularisme negara,
dibandingkan dengan pakaian yang mengancam kedudukannya. Sebelum
anak-anak itu digantung dari sekolah, mereka diminta untuk menanggalkan
kerudung mereka karena menunjukkan agama mereka. Pihak berkuasa sekolah
mengaitkannya dengan undang-undang yang ditetapkan pada tahun 1905
berkaitan pemisahan antara gereja dan negara, mereka memberi argumentasi
bahwa kerudung melanggar semangat undang-undang.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Saat berdiskusi tentang status sekolahmereka yang digantung, salah
seorang anak perempuan Levy mengatakan bahwa kopiah yahudi juga menutup
kepala. Dia diberitahu bahwa menutup sebagian dari kepala tidak termasuk
melanggar pemisahan gereja dan negara. Lila merasa marah karena dia
digantung dari sekolah. "Mereka mengarahkan kami untuk memperlihatkan
akar rambut kami, telinga dan leher kami. Tetapi andainya kami melakukan
tersebut, lebih baik kami tidak mengenakan kerudung sama sekali – lebih
baik kami bawa kerudung itu dengan tangan kami saja."</div>
<div dir="LTR">
Pihak komisi disiplin mengadakan pertemuan di sekolah. Puluhan wartawan
berkumpul didepan pintu pagar sekolah, kamera televisi menayangkan
kedatangan anak-anak perempuan itu dengan ayahnya. Pertemuan berlangsung
alot dari jam 6 petang sehingga hampir lewat tengah malam. Orang-orang
Perancis menanti keputusan komisi seperti menanti masa depan Perancis
yang bergantung hanya pada keputusan beberapa anggota sekolah dipinggir
Paris.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Di akhir pembicaraan,
anggota keluarga Levy meninggalkan ruangan. Ekspresi wajah mereka
memperlihatkan apa yang telah terjadi. Salah seorang guru memberitahu
wartawan bahwa itu bukan sebuah diskusi pendidikan tetapi seperti sebuah
pengadilan militer. Seorang guru lain pula menyebutkan apa yang terjadi
adalah benar dan keputusan yang pasti telah diambil. "Kami memutuskan
untuk mengeluarkan mereka dari sekolah, karena 'keseimbangan' di
Perancis menyebutkan bahwa menutup kepala tidak menutupi rambut, telinga
dan leher." "Tampaknya muslimah tidak ingin bagian ini terbuka."
katanya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Setelah tengah malam, keluarga Levy pulang ke rumah. Levy masih marah; anak-anaknya masih menyeka air mata mereka.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Levy mempertahankan hak anak-anaknya untuk mematuhi ajaran agama. Dia
gembira anak-anaknya telah memilih cara hidup yang dapat memberikan
mereka kebahagiaan dan mengatakan bahwa walaupun dia sendiri adalah
seorang ateis, dia tidak dapat mengelakkan dirinya dari merasa kagum
terhadap pilihan anak-anaknya.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Levy 47 tahun, lahir dalam sebuah keluarga Yahudi di Tunisia dan
berimigrasi ke Perancis ketika masih muda. Menurutnya dia adalah Yahudi
Sephardi yang berakar di Amsterdam dan Leghorn. Ayahnyasangat aktif
dalam komunitas Yahudi di Tunisia dan malah telah menulis sebuah buku
berkaitan komunitas tersebut. Anak-anaknya tidak pernah menyembunyikan
keyahudian mereka dan malah mereka bangga akan warisan yahudi mereka.</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Levy mempunyai empat anak: Lila dan Alma, Sami 20 tahun dan Noura, 16
tahun. "Mereka adalah anak-anak yang baik," guraunya."Karena saya yang
mendidik mereka, saya mengajar mereka untuk tidak menerima realita dan
menjadi pembangkang. Saya bangga bahwa saya telah berhasil mendidik
mereka. Lila dan Alma telah menjadi penentang dengan cara mereka
sendiri."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
"Anak-anak saya bukan
militan dan mereka juga tidak berusaha untuk menarik rekan sekolah
mereka memeluk Islam. Tidak ada seorang anggota komisi disiplin yang
mengklaimnya, tetapi mereka semuanya meminta anak-anak saya menunjukkan
badan mereka. Mereka ini benar-benar telah menjadi ayatullah
sekularisme. Sejak kapan, saya bertanya kepada mereka, orang bisa
dipaksa untuk menunjukkan tubuh mereka? Malangnya, inilah pemandangan
yang amat memalukan. Tidak ada di antara mereka yang mendengar pandangan
saya karena hasilnya memang telah ditentukan terlebih dahulu."</div>
<div dir="LTR">
</div>
<div dir="LTR">
Dia berhasrat untuk mencari alternatif lain supaya anak-anak
perempuannya bisa melanjutkan pendidikan mereka. Agar mereka bisa lulus
ujian dan Alma juga bisa menamatkan kelas ke 11-nya. "Sekurang-kurangnya
di universitas, tidak ada siapapun yang dapat melarang mereka
mengenakan jilbab," tambahnya. Mereka akan dapat merasakan seperti
Muslim tanpa diganggu orang lain. (IRIB Indonesia / missionislam.com)</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-2045667213400051172013-05-15T19:25:00.002+07:002013-05-15T19:25:44.442+07:00Belasan Tahun Murtad, Al-Fatihah Menuntunnya Kembali ke Pelukan Islam <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilAwOTANWKZkUIQV5v-MImpmHzRMqMZxP3TbAKpI3p-DUpl2OwTpb2v5p0pb_vRpiIij4O8DxWQwaiza1JSfG6ClMpSfjN84rmI-0Eb6tUmN0cZ9F0SQ91GDqgbTf4_vzz-JFlEAJ6vfj5/s1600/raya-shokatfard.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilAwOTANWKZkUIQV5v-MImpmHzRMqMZxP3TbAKpI3p-DUpl2OwTpb2v5p0pb_vRpiIij4O8DxWQwaiza1JSfG6ClMpSfjN84rmI-0Eb6tUmN0cZ9F0SQ91GDqgbTf4_vzz-JFlEAJ6vfj5/s1600/raya-shokatfard.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><b>Fiqhislam.com</b>
- Dia pernah menjadi Muslim. Tapi, impian duniawi membawanya pada
kesibukan dan kealpaan hingga melupakan Allah. Raya Shokatfard, wanita
asal Iran itu melanglang ke negeri Paman Sam untuk memenuhi ''impian
Amerika''-nya yang menggebu.<br />
<br />
Namun, setelah kesuksesan diraih, hatinya terasa kosong. Ia pun kembali
mencari eksistensi Tuhan. Tak langsung kembali kepada Islam, ia lebih
dulu mempelajari agama Buddha, Hindu, lalu Kristen. Tapi, hasil
kajiannya terhadap tiga agama itu justru mengantarnya kembali kepada
Allah. Ia pun mendapatkan kembali hidayah keislaman yang pernah ia
tinggalkan. Air mata menderas di pipi Raya saat mengisahkan perjalanan
panjangnya itu.<br />
<br />
Kisah pilu Raya bermula saat ia hijrah dari Iran ke Amerika pada 1968.
Saat itu usianya masih sangat belia, 19 tahun. Tak hanya meninggalkan
negaranya, Raya pun menanggalkan gaya hidupnya sebagai orang Iran,
termasuk keislamannya. "Aku meninggalkan Iran, pindah ke AS. Aku
tinggalkan pula Islam dan identitas sebagai Muslim,'' kisahnya, seperti
dikutip dari kanal milik Raya di Youtube.<br />
<br />
Saat tinggal di AS, ia pun hidup seperti remaja AS pada umumnya:
bersenang-senang dan diliputi kilau duniawi. Raya kemudian memulai
''impian Amerika''-nya dengan merintis bisnis di Manhattan, Kalifornia
Selatan. Butuh beberapa tahun bagi Raya untuk mencapai impiannya menjadi
kaya dan sukses. Wanita yang meraih gelar sarjana dari Southern Oregon
University (SOU) itu berhasil menggapai mimpinya di usia yang terbilang
amat muda. Berawal dari bisnis toko pakaian, ia meraih puncak kesuksesan
saat beralih ke bisnis real estate. Ia menjadi maestro real estate di
kawasan Pantai Manhattan. "Alhamdulillah, saya sangat sukses di bisnis
real estate. Saya sangat beruntung," ujarnya bersyukur.<br />
<br />
Menjadi pebisnis sukses, mudah bagi Raya membeli segala kemewahan
dunia. Ia punya mobil Rolls Royce dan tinggal di rumah megah di tepi
pantai. Kebunnya amat luas dengan aneka ternak hidup di dalamnya.
Jalan-jalan keliling dunia pun amat gampang dilakoninya. Namun, setelah
gemerlap dunia ia dapatkan, Raya justru merasakan kekosongan jiwa.
Alih-alih bahagia, ia merasa hatinya begitu hampa. "Saya mulai merasakan
sesuatu yang hilang, terasa sangat kosong," ujar Raya dengan mata sayu.<br />
<br />
Kekosongan hati terus melandanya. Wanita bergelar master bidang
jurnalisme dan komunikasi publik ini pun kemudian mencari tahu penyebab
kekosongan hatinya. Ia mengikuti beragam <i>workshop</i> dan kuliah,
tapi tak menjawab permasalahannya. Entah mengapa, kemudian tumbuh
keinginannya untuk mencari eksistensi Tuhan. Maka itu, dimulailah
perjalanannya mencari Tuhan.<br />
<br />
Perjalanan itu ia awali dari agama Hindu. Ia amat tertarik dengan
kedamaian dalam ajaran agama tersebut. Dia pun menjadi penganut Hindu.
Merasa kurang puas, ia lalu mencari Tuhan di agama lain. Kali ini,
pilihannya jatuh ke agama Buddha. Ia pun menjadi umat Buddha. Tak lama,
ia keluar dari agama ini karena kembali gagal menemukan eksistensi
Tuhan.<br />
<br />
***<br />
<br />
Raya lalu bergabung dengan gerakan New Age, sebuah gerakan yang
mengajarkan kebebasan diri tanpa Tuhan. Gerakan yang pamornya amat
mencorong di Amerika kala itu membawa Raya pada kehidupan yang bebas dan
mandiri tanpa Tuhan. "Anda adalah master dalam kehidupan Anda, Anda
memiliki takdir sendiri, Anda adalah Tuhan dalam kehidupan Anda, dan
banyak elemen lain yang saya pelajari di sana. Tapi, kemudian saya
berpikir, saya tak mampu menjadi master dalam perjalanan hidup saya.
Saya tidak dapat membayangkan ke mana hidup saya akan pergi. Saya pun
tak nyaman di sana," demikian Raya berkisah.<br />
<br />
<b>Menjadi Kristiani</b><br />
Dari New Age, Raya kemudian menjadi penganut Kristiani. Ia bertahan
cukup lama sebagai seorang Kristen, yakni tujuh setengah tahun. Ia
begitu tertarik dan terpesona dengan kebersamaan dan persaudaraan umat
Kristiani yang kuat. Lalu, jadilah Raya penganut Kristen yang taat ke
gereja, mempelajari Alkitab, bahkan mengajarkannya. Ia juga belajar
teologi Kristen di sebuah universitas. Tapi, lagi-lagi Raya merasa
gelisah. Ia merasa belum menemukan Tuhan yang diinginkannya.<br />
<br />
Nah, di titik inilah ia mulai tertarik kembali pada Islam. Sebelum
memantapkan diri kembali ke pangkuan Islam, ia sempat pamit pada pastur
yang selama ini membimbingnya dalam agama Kristen. Raya sangat gembira
karena sang pastur amat terbuka dan membebaskannya memilih agama yang
diyakini.<br />
<br />
Selama 15 tahun, Raya jatuh bangun mencari eksistensi Tuhan. Beragam
agama sudah ia anut. Namun, siapa sangka, ia justru kembali pada agama
yang dianutnya saat masih tinggal di Iran, Islam.<br />
<br />
Raya amat pilu saat mengenang perjalanannya hingga kembali kepada
Allah. Linangan air mata membasahi pipinya karena menyesal pernah
melupakan Allah. Ia merasa bodoh pernah melepaskan hidayah yang begitu
nikmat, hidayah Islam. Namun, Allah begitu mencintai hamba-Nya sehingga
Raya diberi kesempatan kedua untuk kembali mendapatkan hidayah itu.<br />
<br />
***<br />
<br />
Sungguh indah kisah kembalinya Raya ke pangkuan Islam. Ia hanya membaca
Surah al-Fatihah saat pertama kali membuka Alquran setelah
kemurtadannya selama belasan tahun. Hanya dengan tujuh ayat dalam surah
pembuka Kitabullah, Raya sudah menyadari kesalahannya dan menyadari
bahwa Allahlah satu-satunya Tuhan, tiada yang berhak disembah selain
Allah.<br />
<br />
Baru saja membaca Basmalah, Raya sudah merinding. Ayat pertama
al-Fatihah membuatnya menyadari bahwa Allahlah Tuhan segala sesuatu,
Tuhan semesta alam. Sedangkan, manusia hanyalah bagian kecil dari alam
semesta itu. Membaca ayat kedua, air matanya tak kuasa lagi terbendung.
"Saya melupakan-Nya, tapi Dia tak pernah melupakan saya.'' Ia sungguh
merasa malu pada Allah.<br />
<br />
Setiap ayat dalam al-Fatihah benar-benar meresap ke jiwa Raya. Saat
tiba di ayat yang berbunyi, "Hanya kepada-Nya kami menyembah dan hanya
kepada-Nya kami memohon pertolongan," hati Raya serasa tercambuk. Ia tak
habis pikir mengapa bisa melupakan Allah dan justru mencari pertolongan
kepada selain-Nya. "Saat membaca ayat ini, saya merasa sebuah batu
besar dari langit jatuh dan memukul saya," ujar Raya dengan air mata
yang tak henti mengalir.<br />
<br />
Ayat berikutnya hingga terakhir, benar-benar membuat Raya menemukan
jalan kembali pada Islam. Jalan lurus yang disebut dalam al-Fatihah
sangat diinginkan Raya. Ia pun merasa Allah telah menunjukkan "Sirath
al-Mustaqim" tersebut kepadanya. "Terakhir, saya meminta padanya jalan
yang lururs dan Dia membimbing saya pada jalan lurus tersebut," pungkas
Raya bersyukur.<br />
<br />
Maka, kembalilah Raya pada agamanya, agama yang lurus yang diridhai
Allah, yakni Islam. Saat ini, Raya berusia 62 tahun. Meski tak muda
lagi, ia sangat aktif dalam menyebarkan ajaran Islam. Berbekal
pendidikannya, ia pernah menjadi asisten editor di SOU untuk situs islam
yang berbasis di Los Angeles.<br />
<br />
Ia pun menjadi koresponden asing, penulis, editor dan produser film
dokumenter untuk web onislam.net. Ia juga pernah menjabat sebagai
pemimpin redaksi dan konsultan untuk situs Reading Islam. Melalui
jurnalistik, Raya aktif menyuarakan perdamaian dan hak asasi perempuan. <span style="font-size: 14px;">[yy/<a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/04/03/mkobim-belasan-tahun-murtad-alfatihah-menuntunnya-kembali-ke-pelukan-islam" target="_blank">republika</a>.co.id]</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Oleh <b>Afriza Hanifa</b></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-90046738199839270362013-05-15T19:25:00.000+07:002013-05-15T19:25:01.561+07:00Gabriel Stresser: Tak Mau Mati Sebagai Non-Muslim <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><b>Fiqhislam.com
- Gabriel Stresser lahir di Salzburg, Austria. Ia tumbuh dan besar
dalam lingkungan Katolik Roma. Seperti halnya penganut Katolik, sejak
kecil Gabriel mengikuti komuni pertama pada usia 12 tahun.</b></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Seiring
perjalanan waktu, Gabriel mulai mempertanyakan ajaran Katolik. Ada
sejumlah hal dari apa yang dianutnya itu tidak sesuai logika
berpikirnya. Sejak itu, ia coba untuk mencari kebenaran hakiki. "Jujur,
saat itu aku tidak mengenal ajaran agama Islam atau agama lainnya," kata
dia.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Dengan
tekad membaja, ia putuskan untuk meninggalkan Austria guna mencari
kebenaran. Putusannya itu banyak dipertanyakan keluarga dan kerabatnya.
Bagi mereka, putusan Gabriel tidak masuk akal.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">"Aku pahami penolakan itu. Bagaimana bisa aku meninggalkan lingkungan yang aman. Lalu mencari kebenaran," kata dia.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Usai
meyakinkan keluarganya, ia pun berangkat meninggalkan Austria. Amerika
Serikat selanjutnya menjadi tujuan pencariannya. Di sana, ia menetap
bersama keluarga angkat.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Saat
itu, kemampuan bahasa Inggris-nya sangat buruk. Namun, ia tak patah
semangat. Dengan kerja keras ia akhirnya bisa berbahasa Inggris kendati
terbata-bata.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Selama
setahun, Gabriel berpindah-pindah tempat. Mulai dari New Jersey,
Arizona, dan California. Akhirnya, ia pun kembali ke Austria.Tak lama di
negeri kelahirannya, ia kembali menuju AS. Saat itu, ia menetap bersama
keluarga angkat. Di sana, ia mulai berinteraksi dengan Muslim.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Selanjutnya,
ia berkenalan dengan seorang pria asal Aljazair. Tak berselang lama,
pria itu melamarnya. Gabriel akhirnya menerima pinangan itu. Keluarganya
kembali menolak putusan Gabriel. Namun, ia tetap pada putusannya itu. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Pada
satu waktu, suaminya memberikan sebuah buku berjudul paduan singkat
ajaran Islam. Buku paduan ini berisi mukzijat ilmiah dalam Alquran.
Gabriel pun dibuat kagum buku tersebut. Namun, ia mencoba untuk tidak
memperlihatkan rasa kagumnya itu. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Berikutnya,
Gabriel sering terlibat diskusi tentang Islam bersama suaminya. Diskusi
berlangsung mendalam. Satu kesimpulan yang didapat Gabriel, ia berniat
untuk menjadi Muslim.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">"Waktu
itu, banyak pertimbangan. Aku tidak yakin apakah bisa menuaikan shalat
lima waktu, tidak mengkonsumsi alkohol dan babi, dan berpuasa di bulan
Ramadhan," kenang dia.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Jeda
sejenak dengan keraguan yang dialaminya, Gabriel coba untuk kembali
mengikuti kuliah. Satu waktu, ia bermimpi bertemu dengan sosok mahluk
tanpa wajah yang mengenakan jubah panjang. "Mahluk ini selalu
mengikutiku," kenang dia.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Beberapa
kali ia kembali bertemu mahluk tersebut dalam mimpi itu. Ketika
terbangun, spontan Gabriel mengucapkan "Allahu Akbar..Allahu Akbar". Ia
pun berdoa seperti apa yang dilakukan suaminya. Tubuhnya gemetar
seketika. "Sejak itu, aku mulai yakin, aku tak ingin mati sebagai
non-Muslim," kenang dia.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Tak
lama, Gabriel memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah itu, tidak mudah bagi Gabriel untuk mempertahankan keputusannya
itu. Lagi-lagi keluarganya menolak keputusannya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 16px;">"Dari
apa yang aku alami, aku semakin paham, mengapa Allah mendorongku
menetap di AS. Karena Ia tahu, kalau aku tidak mungkin bisa menjadi
Muslim bila menetap di Austria. <i>Alhamdulillah</i>," kenangnya.</span> [yy/</span></span></span><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/04/05/mkq61v-gabriel-stresser-tak-mau-mati-sebagai-nonmuslim" target="_blank"><span style="color: black;">republika</span></a></span></span><span style="color: black;"><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">.co.id]</span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-17367795943987784462013-04-30T05:57:00.000+07:002013-04-30T05:57:23.179+07:00Luzie Megawati Terpikat Keteladanan Umar bin Khattab<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong> - Hiasan dinding bertuliskan kalimat <em>Tiada Tuhan Selain Allah</em>
yang banyak terpampang di toko stationary di Kota Bandar Lampung,
menarik perhatian seorang gadis cilik. Saking seringnya melihat tulisan
tersebut, bocah perempuan bernama lengkap Luzie Megawati ini mulai
bertanya-tanya.<br />
<br />
''Selama itu, saya belajar bahwa Tuhan Maha Esa. Lalu, mengapa bisa ada
kata-kata demikian?'' kata perempuan yang akrab disapa Anis ini kepada <em>Republika.</em><br />
<br />
Saat itu, ungkap Anis, dirinya baru duduk di bangku kelas 5 sekolah
dasar (SD). Dalam logika kanak-kanak seumur itu, diakui, masih agak
sulit baginya bisa memahami beragam cara melukiskan atau menyebut Tuhan
dari agama Katolik yang dianutnya saat itu dan dari tradisi keluarganya
yang dominan Kong Hu Cu.<br />
<br />
Perempuan kelahiran 14 Januari 1972 ini memang berasal dari keluarga
campuran berdarah Tionghoa dan nenek dari pihak ibu yang asli Jawa.
Karena itu, tak mengherankan jika kehidupan agama keluarganya cenderung
didominasi tradisi Kong Hu Cu. Untuk urusan keyakinan, sejak
kanak-kanak, ia memeluk Katolik.<br />
<br />
''Tapi, Katoliknya tidak fanatik karena bercampur dengan tradisi
keluarga. Saya ke gereja, ke kelenteng, ke wihara, dan juga terbiasa
melihat tradisi Jawa kejawen, seperti bakar kemenyan dari pihak nenek.''<br />
<br />
Dari seringnya melihat tulisan itu, kemudian mulai terjadi gesekan
dalam diri Anis, yang pada akhirnya menimbulkan ketertarikan untuk
mempelajari hal tersebut dari sumbernya. Sejak saat itu, ia mulai
mencuri-curi waktu berkunjung ke toko buku swalayan yang baru buka di
kota tempat tinggalnya, hanya sekadar untuk membaca buku-buku mengenai
keislaman.<br />
<br />
Buku mengenai Islam yang pertama kali dibacanya berjudul 30 Kisah
Teladan. Dari sekian banyak kisah yang terdapat dalam buku tersebut,
kisah mengenai Khalifah Umar bin Khattab (khalifah kedua) yang menarik
perhatiannya.<br />
<br />
Dalam buku tersebut, diceritakan Umar yang merupakan sahabat Rasulullah
saw rela membawakan karung gandum untuk rakyatnya yang miskin. Kisah
itu, kata dia, sangat menyentuh rasa kemanusiaannya dan sampai hari ini
masih ia suka.<br />
<br />
Buku lain yang menarik perhatiannya kala itu adalah buku <em>Seratus Tokoh</em> karya Michael H Hart yang menempatkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh nomor satu.<br />
<br />
''Yang ada dalam kepala saya saat itu sederhana, kalau sahabatnya saja
begitu, bagaimana nabinya? Hingga semua itulah yang menggenapkan
ketertarikan saya pada Islam,'' ungkap ibu dua orang anak ini.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Kendati memiliki ketertarikan terhadap Islam, Anis mengaku saat itu belum serius mempelajari Islam.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">''Saya
memang tertarik saja dan mungkin karena saat itu usia masih sangat
dini. Maka itu, tidak terlalu saya pikirkan. Saya berkembang sebagaimana
remaja pada umumnya saat itu, yang tidak terlalu mendahulukan soal-soal
agama,'' paparnya.<br />
<br />
Ketika naik kelas dua SMA, bersama sepupunya, Anis memutuskan
melanjutkan sekolah ke Bandung. Di Kota Kembang ini, ia mendaftar di SMA
Negeri 5, sementara sepupunya memutuskan bersekolah di SMP Katolik.<br />
<br />
Kepindahannya ke Bandung didorong cita-citanya untuk masuk perguruan
tinggi negeri (PTN). Di sana, ia menyewa sebuah kamar di rumah seorang
pemeluk Kristen.<br />
<br />
Ketika duduk di bangku kelas 3 SMA, ia bermimpi aneh. Dalam mimpi itu, istri Toto Prima Yulianto ini tengah membaca ayat.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">''Seperti
bunyi orang mengaji, yang saya tidak tahu persis apakah itu. Tiba-tiba
sekeliling saya menjadi terang sekali. Tidak ada kesan istimewa dari
mimpi itu karena rasanya seperti orang 'ketindihan' biasa,'' tuturnya.<br />
<br />
Setelah mimpi itu, keesokan paginya Anis memutuskan menceritakannya
kepada teman sekolahnya. Namun, kalimat pertama yang terlontar dari
mulutnya bukan mengenai mimpi yang dialaminya, melainkan keinginannya
untuk masuk Islam. ''Saya ingin masuk Islam,'' ujarnya.<br />
<br />
Sontak, kalimat tersebut membuat temannya yang seorang Muslim kaget.
Bahkan, sang teman menyebutnya gila saat itu. Kepada temannya, Anis
minta dicarikan jalan masuk Islam.<br />
<br />
Pilihan yang diberikan kepadanya ada dua: Pertama, ia disarankan masuk
Islam melalui pengajian seorang ustaz di Kota Bandung. Kedua, di Masjid
Salman ITB. ''Saya pilih yang kedua, di ITB,'' ujarnya.<br />
<br />
Akhirnya, setelah ditanya kesungguhan dan disepakati waktunya, 16 April
1990, yang juga bertepatan dengan 20 Ramadhan 1410 H, bertempat di
Masjid Salman ITB serta dibimbing dan disaksikan pengurus masjid,
beberapa teman sekolah, dan seorang teman dari kampung halaman yang juga
menuntut ilmu di Bandung, Anis memutuskan masuk Islam.<br />
<br />
''Semua terjadi begitu saja, di luar kendali saya. Setelah pengucapan
ikrar, dibacakan doa untuk keselamatan dan kemampuan saya menjalani
hidup sebagai warga baru dari sebuah agama,'' ungkapnya haru.<br />
<br />
''Saya seperti tersadar, saya baru saja membuat masalah yang besar
dalam hidup saya. Rasanya lemas, tapi harus saya hadapi segala yang
mungkin akan terjadi,''papar Anis mengenang momen bersejarah dalam
hidupnya itu.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Semula,
Anis menginginkan keputusannya memeluk Islam, tidak diketahui keluarga.
Secara usia, ia merasa belum siap menghadapi banyak masalah dan
terlebih lagi ia masih ingin bersekolah. Namun, apa mau dikata, kabar
ke-Islamannya sampai juga ke telinga kedua orang tuanya.<br />
<br />
Reaksinya, sudah bisa diduga. Keluarganya marah besar. Oleh keluarga,
Anis dicap sebagai anak durhaka, bukan lagi bagian dari keluarga.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Parahnya,
ia diboikot secara ekonomi dan tidak saling bertegur sapa dengannya
selama lima tahun. ''Saya sungguh tidak memperkirakan pindah agama akan
menuai badai begitu besarnya,'' ungkapnya.<br />
<br />
Dengan tegar, ia menghadapi semua itu. ''Saya harus kuat dan saya ingin
menunjukkan pilihan saya sudah benar,'' ujarnya menegaskan. Sejak saat
itu, kehidupan Anis berubah. Ia kehilangan semua fasilitas yang biasa
dinikmatinya dan masa-masa indah anak seusianya.<br />
<br />
Dalam pandangan keluarganya, Islam adalah agama yang identik dengan
masalah: suka nikah dan suka perang. Karena itu, jika sudah dihadapkan
kepada berbagai macam stigma negatif, ia kerap merasa seperti berada di
sebuah persimpangan.<br />
<br />
Namun, setelah mempelajari Islam, gambaran itu laksana pungguk
merindukan bulan atau jauh api dari panggang. Semua tak terbukti. Islam
justru mengajarkan umatnya menjadi manusia yang berakhlak mulia.<br />
<br />
<em>Pengalaman Pertama sebagai Muslimah</em><br />
<br />
Sebagai seorang mualaf, Anis harus banyak belajar Islam, termasuk
shalat. ''Awalnya, canggung juga karena banyak yang salah dalam hal
bacaan shalat. Bahkan, pernah tertidur dan mengantuk saat shalat. Juga,
basah kuyup saat wudhu,'' kenangnya.<br />
<br />
Bersamaan dengan keislamannya pada bulan Ramadhan, Anis pun belajar
puasa. ''Bibir saya kering dan banyak berliur karena kehausan,''
ungkapnya.<br />
<br />
Pengalaman lainnya, tahun pertamanya sebagai seorang mualaf yang hingga
kini masih diingatnya adalah ia menjalankan shalat di rumah orang
tuanya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Saat
itu, ia melaksanakan shalat dengan arah kiblat yang bersamaan dengan
menghadap meja dupa. ''Luar biasa rasanya membawakan hati, pikiran, dan
perasaan di suasana demikian.''<br />
<br />
Dari sekian banyak pengalaman pada masa awal keislamannya ini, menurut
Anis, keputusannya mengenakan jilbab adalah yang paling berkesan. Ketika
memutuskan berjilbab Agustus 1990, ia menuai kecaman keras dari orang
tuanya, terutama sang ibu.<br />
<br />
Jilbab yang ia kenakan ditarik paksa sang ibu. Saat itu, ibunda Anis
mengatakan, ''Karena tanpa jilbab pun, sejak kecil kamu sudah diajarkan
sopan santun dalam berpakaian.'' <span style="font-size: 14px;">[yy/</span></span></span></span><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/04/06/mkteee-luzie-megawati-terpikat-keteladanan-umar-bin-khattab-bagian3-habis" target="_blank"><span style="color: black;">republika</span></a></span><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">.co.id]</span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-30952561845175825342013-04-30T05:54:00.000+07:002013-04-30T05:54:25.765+07:00Assad Jibril Pino: Jadi Muslim, Dosa-dosaku Diampuni <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Ada dua pertanyaan yang selalu ditujukan pada sosok Assad Jibril Pino
dengan statusnya sebagai Muslim. Pertama, berapa jumlah populasi Muslim
di Kuba. Kedua, mengapa anda memilih Muslim.<br />
<br />
"Bagiku pertanyaan itu bukanlah beban. Tapi itulah yang terjadi," kata dia seperti dikutip onislam.net, Senin (15/4).<br />
<br />
Assad lahir di Havana, ketika Komunisme Kuba mencapai kejayaannya,
Namun, keluarga Assad merupakan pihak yang menentang revolusi Castro.
Ini yang membuat Assad harus meninggalkan negaranya untuk mencari
kehidupan yang lebih netral.<br />
<br />
"Ayahku membuat keputusan untuk pindah. Jelas aku merasakan pengalaman traumatis," kata dia.<br />
<br />
Pindah ke Los Angeles, orang tuanya menyekolahkan Assak ke sekolah
paroki. Assad juga sering diikutkan acara misa Minggu. Selama itu, ia
merasa tidak betah. Ia pun meminta orang tuanya untuk memindahkan
sekolahnya ke sekolah umum.<br />
<br />
Selesai sekolah menengah, Assad mendaftar di univerasitas California.
Ia berminat studi sejarah. Selama masa kuliah, Assad mengalami satu fase
dimana terjadi krisis politik di Amerika Latin. Kala itu, pembunuhan
terhadap kalangan latin marak terjadi di AS.<br />
<br />
"Secara pribadi masa kuliah adalah masa yang berat. Saya mengalami krisis berkepanjangan," kata dia.<br />
<br />
Selesai kuliah, kehidupannya tak juga kunjung membaik. Ia merasa kesal.
Keluarganya Assad salahkan lantaran turut andil dalam minimnya rasa
bahagia dalam hidupnya. Berulang kali, ia coba motivasi diri. Nyatanya,
sulit bagi Assad untuk meraihnya.<br />
<br />
"Saya coba berdoa untuk diberikan kekuatan seperti Yesus, Buddha dan Muhammad SAW," kenang Assad.<br />
<br />
Kekalutan hidup Assad mencapai puncaknya. Ia merasa membutuhkan
seseorang untuk membantunya. Sekelabat terpikirkan untuk kembali berdoa.
Pertama yang Assad lakukan kembali ke ajaran lamanya. Tapi, itu tidak
lama. Ia mulai beralih ke tradisi mistik.<br />
<br />
Suatu hari, Assas membeli buku terjemahan yang berisi tentang kisah
hidup Muhamamd. Sayang, setelah membeli buku itu ia tak langsung
membacanya. Buku itu baru dibacanya ketika melakukan perjalanan ke
Miami.<br />
<br />
Selama perjalanan itu, setengah buku telah dibacanya. "Kesan yang ia
dapat dalam hal ini, Islam begitu mengharamkan cerai, menghargai hak
perempuan. Agama ini benar-benar petunjuk hidup yang benar," kata Assad.<br />
<br />
Sekembalinya dari Miami, Assad mulai mencari komunitas Muslim.
Harapannya, ia dapat berdialog dan berdiskusi tentang masalah keislaman.
Selanjutnya, Assad coba datangi Islamic Center.<br />
<br />
Sebelum itu, ia banyak berdoa kepada Tuhan agar diyakinkan hatinya
bahwa Islam layak menerimanya. Ketika datang, Assad dikejutkan dengan
banyaknya muka asing baik yang berasal dari Asia, Eropa dan Latin. Hari
berikutnya, ia pun mengucapkan dua kalimat syahadat.<br />
<br />
"Satu hal yang saya ingat, dosa-dosaku diampuni, aku seperti bayi yang baru lahir. Semua dari awal lagi," kenang Assad.<br />
<br />
Setelah mengucapkan syahadat, langkah berikut yang dilakukan Assad
adalah memberitahu orang tuanya. Saat itu, Assad lebih memilih
mengirimkan surat. Dalam surat itu, ia jabarkan mengapa ia memilih
Islam. Lalu mengapa Islam memberikan inspirasi baru bagi hidupnya. <span style="font-size: 14px;">[yy/</span></span></span><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/04/15/mlale5-assad-jibril-pino-jadi-muslim-dosadosaku-diampuni" target="_blank"><span style="color: black;">republika</span></a></span><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">.co.id]</span></span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-30841943650744602402013-04-30T05:51:00.001+07:002013-04-30T05:51:12.282+07:00Anna Linda Traustadottir: Suara Adzan Membuat Hatiku Lega<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Anna Linda Traustadottir lahir di Reykjavik, Islandia, tahun 1966.
Sewaktu kecil, ia dibaptis oleh Gereja Lutheran. Usai dibaptis,
keluarganya pindah ke Vancouver, Kanada dan New York City. Kehidupan
remaja Anna berlangsung normal.<br />
<br />
Ia berhasil menyelesaikan setiap jenjang pendidikan dengan baik. Pada
tahun 1997, ia belajar bahasa Arab di Kairo. Seorang temannya lalu
memberikan Alkitab portabel.<br />
<br />
“Aku senang sekali karena dapat mengetahui apa isi Alkitab. Sebab, saya
hampir tidak bisa menyebut diriku seorang Kristen, karena tidak pernah
membacanya,” kenang dia seperti dikutip <em>Onislam.net</em>, Senin (22/4).<br />
<br />
Setahun kemudian, Anna belajar di Universitas Damaskus, Suriah. Di sana
ia belajar Alkitab. Selesai membacanya, Anna merasa ada inkonsistensi
dalam isi Alkitab. Misalnya, deskripsi Perjanjian Lama tentang Allah dan
perempuan.<br />
<br />
Belum lagi ketika membaca Injil Paulus. Di Injil tersebut, Anna
menemukan banyak kisah orang-orang suci, para Nabi seperti Nuh, Daud dan
lainnya. “Namun, aku merasa tidak menghormati mereka,” kata dia.<br />
<br />
Merasa tak puas dengan Alkitab, Anna coba membaca Taurat dan Talmud
Yahudi. Lagi-lagi ia tidak menemukan apa kebenaran yang dicarinya.
Lalu, ia coba beralih pada ajaran Buddha. Satu kesimpulan yang ia dapat
selama mempelajari Buddhisme, agama ini hanya cocok sebagai cara hidup
alternatif.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Selepas
Buddha, ia beralih ke ajaran Hindu. Namun, banyak pertanyaan dalam diri
Anna terkait ajaran Hindu. “Terlalu banyak dewa,” kata dia menerangkan.<br />
<br />
<strong>Anti-Islam dan Muslim</strong><br />
<br />
Sejak kecil, Anna dibesarkan dengan pemahaman negatif tentang Islam.
Namun, ketika berkunjung ke negara Arab, ia mulai merasa ada yang salah
dengan pemahamannya selama ini.<br />
<br />
“Tahun 1999, saya kembali ke Damaskus untuk bekerja di Kedutaan. Di
sana, aku menemukan jodohku, ia seorang yang baik, “ kenang dia.<br />
<br />
Oktober 2001, ia melahirkan anak pertama. Ia beri nama putranya, Andres
Omar. Ketika ditanya pihak gereja, apakah anaknya hendak dibaptis. Anna
seketika langsung menolaknya.<br />
<br />
Bagi Anna, sejak lahir anak tidak memiliki dosa. “Sejak lama, aku tidak
lagi percaya dengan trinitas atau penghapusan dosa oleh Yesus Kristus,”
kata dia.<br />
<br />
Semasa hidupnya, Anna telah bertemu dengan banyak Muslim. Begitu pula
dengan umat Kristen atau lainnya, seorang Muslim ada yang baik dan tidak
baik. Tapi, satu fakta menarik yang didapatnya. Kebanyakan Muslim
bukanlah bangsa Arab.<br />
<br />
Sebut saja, Indonesia, India, Cina, Rusia, Amerika dan lainnya. “Aku
butuh waktu lama untuk menyadari hal ini bahwa aku tidak memiliki
gambaran yang lengkap tentang Islam dan Muslim,” kata dia.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Memasuki
bulan Ramadan, muncul keinginan Anna untuk mempelajari Alquran.
Sekelebat membacanya, Anna merasakan kitab suci umat Islam ini begitu
indah, penuh kasih dan ilmiah.<br />
<br />
Keliru bila Islam tidak menghargai perempuan, seperti yang dikatakan
para feminis itu. “ Membaca Alquran membuatku semakin yakin dengan jati
diriku,” kenang Anna.<br />
<br />
Setelah merasa yakin dengan jati dirinya, ia bertanya pada suaminya
tentang kemungkinan memeluk Islam. Suami Anna memintanya untuk bersabar.
Sebab, tak mudah untuk menjadi Muslim.<br />
<br />
Butuh keyakinan penuh untuk menerima setiap konsekuensi yang
diputuskannya. Mendengar perkataan suaminya itu, Anna segera mengiyakan.<br />
<br />
Juni 2003, Anna memutuskan menjadi Muslim. Putusan itu ia sambut dengan
suka cita. Anna pun tak perlu berlama-lama menahan keinginan untuk
pergi haji ke tanah suci. “Aku ingat ketika mendengar kumandang adzan.
Hatiku begitu lega, air mataku mengalir deras,” kenang dia.<br />
<br />
Sekarang, Anna mencoba untuk terus mendalami Islam. Setiap kali
mempelajari Islam, banyak saudara-saudarinya sesama Muslim
menyemangatinya. “Mereka tahu aku seorang <em>mualaf</em>. Mereka mengatakan padaku, suatu hari aku akan mendapatkan <em>Nur</em>-Nya (cahanya-Nya). <em>Insya Allah</em>,” ungkap Anna yakin. <span style="font-size: 14px;">[yy/</span></span></span></span><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/04/22/mlnpi0-anna-linda-traustadottir-suara-adzan-membuat-hatiku-lega-bagian1" target="_blank"><span style="color: black;">republika</span></a></span><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">.co.id]</span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-25739925926544437002013-04-30T05:50:00.001+07:002013-04-30T05:50:24.764+07:00Kagumi Al-Quran, Joel Underwood pun Memeluk Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUNubgKRGMIBlbm9yx4ezEyP2BCxGKfCov92hGTlWkH6ffzbKN3HmKyp7ygjUbJk_Z0Ir4h9sMrTkMko8aQSfT3rWxPL4D25XGxeIjXtnRIoR_OBowDdsPvbIMbZXTXnD8k-tthVlimVxb/s1600/joel-underwood.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="157" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUNubgKRGMIBlbm9yx4ezEyP2BCxGKfCov92hGTlWkH6ffzbKN3HmKyp7ygjUbJk_Z0Ir4h9sMrTkMko8aQSfT3rWxPL4D25XGxeIjXtnRIoR_OBowDdsPvbIMbZXTXnD8k-tthVlimVxb/s320/joel-underwood.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- "Awalnya aku tak tahu Alquran itu sesuatu yang agung. Aku membacanya
karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu
terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko," ujar Joel
Underwood, pria Inggris yang tinggal di Kota Manchester. </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Ia
tersenyum geli ketika mengawali kisah perjalanannya menuju hidayah
Islam. Betapa tidak, ia kala itu menyangka Alquran sebagai buku panduan
wisata. Namun, berkat ‘kebodohan’-nya itu, Joel justru menemukan
hidayah.<br />
<br />
Joel dibesarkan dalam keluarga Kristen. Demi menjadi seorang Kristiani
yang taat, ia sangat rajin membaca dan memahami Alkitab. "Jika saya
membaca Alkitab, saya akan membacanya dengan sangat hati-hati dan kritis
dalam memahami isinya.''<br />
<br />
Hingga beranjak dewasa, ia terus berusaha menjadi hamba yang taat. Kala
itu, ia sama sekali tak mengenal agama Islam. ''Saya tak tahu apa pun
tentang Islam. Tak kenal satu pun Muslim," ujar pria yang bekerja
sebagai konsultan keuangan tersebut.<br />
<br />
***<br />
<br />
Saat menjadi mahasiswa di Amerika Serikat (AS) pun, ia belum mengenal
agama rahmatan lil ‘alamin ini. Kampusnya yang berlokasi di wilayah
timur laut AS didominasi warga kulit putih yang banyak berasal dari
Inggris. Keragaman etnis dan agama sangat minim di sana. Maka, sangat
kecil peluangnya untuk mengenal Islam. ''Saya mengenal Islam benar-benar
dengan perjalanan saya sendiri yang muncul dengan cara yang bahkan tak
pernah bisa saya bayangkan," ujar Joel.<br />
<br />
Jadi, bagaimana Joel mengenal Islam? Peristiwa kelam 11 Septemberlah
yang menjadi titik tolaknya. Menyusul tragedi itu, ia mulai mendengar
desas-desus mengenai Islam dan Muslim. Namun saat itu, ia belum ada
keinginan sedikit pun untuk mencari tahu tentang Islam.<br />
<br />
Keinginan untuk lebih memahami Islam mulai muncul ketika Joel berencana
melakukan perjalanan ke Maroko. Saat itu, ia mencari referensi yang
dapat memberikannya petunjuk umum tentang Maroko. Anehnya, Joel bukannya
membaca buku panduan wisata, melainkan justru membaca Alquran.<br />
<br />
***<br />
<br />
“Saya pikir dari situ akan menemukan sedikit tentang budaya sebuah
negara Islam dan tahu bagaimana harus bersikap. Saat itu, saya tidak
tahu kandungan Alquran dan pesan yang terkandung di dalamnya karena saya
belum pernah melihat kitab ini sebelumnya,'' kata Joel sembari
tersenyum lebar.<br />
<br />
Di luar dugaannya, begitu membaca Alquran, Joel langsung jatuh hati dan
ingin mempelajarinya. Lucunya, setelah enam bulan membacanya, Joel baru
tahu bahwa Alquran merupakan Kitab Suci umat Islam. "Saya tahu itu buku
agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah Kitab Suci umat Islam
karena saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa
Alquran ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristen atau Yahudi. Aku
tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan.''<br />
<br />
Makin penasaran<br />
Saat di Maroko, Joel makin penasaran dengan Alquran. Ketika berkunjung
ke berbagai tempat di Maroko, Joel yang melancong bersama sang istri
merasa terus ingin membaca Kitabullah. Joel tak tahu mengapa bisa
begitu. Hal yang pasti, ketika pertama kali membaca Alquran, ia telah
terpesona dengan kekayaan isinya.<br />
<br />
Ketika pulang dari Maroko, Joel memutuskan untuk lebih banyak
mempelajari Alquran. Suatu kali ketika berjalan-jalan di Kota New
Hampshire, ia melihat sebuah iklan penggalangan dana yang dibuat sebuah
yayasan Islam. Ia sudah lupa nama yayasan itu. Dan yang jelas, Joel
langsung menghubungi yayasan itu dengan tujuan mengenal Islam. ''Saya
tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang
bisa dilakukan untuk mengetahui tentang Islam," kata Joel.<br />
<br />
***<br />
<br />
Singkat cerita, yayasan tersebut membuat Joel mengenal beberapa orang.
Merekalah yang kemudian memberikan beberapa informasi tentang Islam.
Dari mereka pula, Joel kemudian mengenal seorang Muslim yang kemudian
menunjukkannya pada Masjid New Hampshire. Di sanalah, Joel kemudian
mempelajari Alquran.<br />
<br />
Tak menyia-nyiakan informasi itu, segera saja Joel menuju masjid itu.
Saat tiba di sana, ia merasa senang karena disambut dengan baik. Tak ada
sedikit pun prasangka negatif dari Muslimin terhadapnya. ''Tak ada
orang berkata, 'apa yang kaulakukan di sini?' Atau 'Anda tidak cocok di
sini’." “Mereka sangat ramah dan mendukungku. Mereka justru mendatangi
saya dan menanyakan 'bagaimana saya dapat membantu Anda?' Jadi, aku
diterima dengan sangat hangat," tuturnya bahagia. Tak lama kemudian,
Joel pun mengucap syahadat dan memeluk Islam.<br />
<br />
***<br />
<strong>Yakin Selalu Istiqamah</strong></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Ketika
seseorang memutuskan untuk menjadi Muslim, ia harus yakin bahwa Islam
akan menjadi pegangan seumur hidup. Jadi, tidak bisa sekadar coba-coba.
Hal itu pula yang tertanam di benak Joel ketika hendak berislam. ''Anda
tidak bisa mengatakan bahwa saya akan menjadi Muslim selama beberapa
tahun saja dan berkata, 'oh, ini sulit bagi saya' dan kembali pada
keyakinan sebelumnya,'' kata Joel.<br />
<br />
Menurut dia, banyak mualaf yang masih berpikir seperti itu sehingga
mereka sulit mempertahankan hidayah yang telah didapat. Joel yakin, ia
bukan tipe mualaf seperti itu. Ia yakin akan selalu istiqamah dengan
keislamannya dan menjadi seorang Muslim yang saleh. Di lubuk hatinya
terdalam, telah tertanam pula tekad untuk tidak melepaskan hidayah yang
telah diperolehnya dengan cara unik dan luar biasa. "Jadi, saya
berkomitmen bahwa saya harus memeluk agama ini seumur hidup.'' </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><u>Oleh <strong>Afriza Hanifa</strong></u></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><u><strong> </strong></u></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">[yy/<a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/13/04/23/mlol42-kagumi-alquran-joel-underwood-pun-memeluk-islam" target="_blank">republika</a>.co.id/foto republika.co.id]</span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-45868493770313367502013-04-30T05:45:00.002+07:002013-04-30T05:45:56.256+07:00Darren Cheesman, Hidayah di Puncak Karier<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNvq8NxRdYiKKe5xHb23H5_Fw2pcxOFyee6SAR1jbbgk0YjuXYMzypFXNjJSFem2RlNO_qlAUDwdUD5VjdTDAtlp05QmAz8wfICtZLEvzV_P3DnQlw_R3tyoGiT_NBsykxcbyoG1VxEoWY/s1600/Darren-Cheesman.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="203" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNvq8NxRdYiKKe5xHb23H5_Fw2pcxOFyee6SAR1jbbgk0YjuXYMzypFXNjJSFem2RlNO_qlAUDwdUD5VjdTDAtlp05QmAz8wfICtZLEvzV_P3DnQlw_R3tyoGiT_NBsykxcbyoG1VxEoWY/s320/Darren-Cheesman.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Bukan acungan jari telunjuk kanan yang menjadi semangat, melainkan
sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Darren menyambut perayaan
kemenangan tim nasional hoki Inggris usia 21 (U-21) dalam ajang
Olimpiade Junior 2007 di Sydney, Australia.<br />
<br />
Tentu saja, kemenangan itu bagi Darren terasa menyenangkan. Selain
menjadi ajang perpisahannya dengan dunia olahraga hoki yang selama ini
telah membesarkan namanya, perayaan tersebut juga menjadi awal
langkahnya menuju kehidupan baru.<br />
<br />
Sebuah kehidupan baru yang dilakoninya dalam delapan bulan terakhir. Ya, dia adalah seorang mualaf.<br />
<br />
Sebagaimana dilansir laman muslimnews.co.uk, sejak memutuskan memeluk
Islam pada awal 2007, sikap Darren di lapangan serta gaya hidupnya
berubah drastis. Perubahan itu pula yang membuat semua prioritas dalam
kehidupannya berubah.<br />
<br />
Jika dahulu, karier sebagai pemain hoki menjadi prioritas utama dalam
kehidupan Darren, kini tidak lagi. Ia menyadari betul bahwa dunia hoki
internasional bukanlah gaya hidup yang paling cocok untuknya.<br />
<br />
“Saya ingin belajar lebih banyak tentang agama dan saya perlu waktu
untuk melakukannya,” ujar Darren mengutarakan alasannya untuk pensiun
dari dunia hoki profesional.<br />
<br />
Para penggemar hoki di Inggris mungkin tidak akan lagi melihat aksi
memukau Darren di lapangan. Yang ada di hadapan Anda saat ini adalah
seorang pria kantoran dengan kemeja dan dasi melekat di tubuhnya.<br />
<br />
Pria kelahiran Hackney, London, 23 Februari 1986, ini memutuskan
berhenti menjadi atlet hoki profesional dan lebih memilih berkarier
sebagai account senior manager pada sebuah perusahaan penjualan ternama
di Inggris. Padahal, usianya saat itu masih terbilang muda, yakni 21
tahun.</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Dunia
olahraga hoki baru ditekuni Darren saat usianya menginjak 11 tahun.
Saat itu, Arsenal’s Sporting Community tengah menyelenggarakan program
pencarian bakat dalam bidang olahraga.<br />
<br />
Bukan kepada olahraga sepakbola, namun hatinya justru tertambat pada
olahraga hoki. Akhirnya, ia pun dikirim ke sebuah klub hoki untuk
mengikuti program pelatihan selepas pulang sekolah.<br />
<br />
Kepiawaian dalam bermain hoki membuat Darren diminta bergabung dalam
tim hoki Kota Islington, di bawah asuhan Freddie Hudson, seseorang yang
akan memainkan peran dalam kehidupan Darren.<br />
<br />
“Dia sudah seperti ayah bagi saya. Ia menggantikan sosok ayah yang
tidak pernah ada di samping saya, ibu, dan adik saya,” ungkap Darren
mengenai sosok Hudson.<br />
<br />
Pada usia 16, Darren memulai karier profesionalnya sebagai pemain hoki
dengan bergabung ke salah satu klub Divisi 1 Liga Nasional Inggris, Old
Loughtonians Hockey Club, dengan menempati posisi sebagai gelandang.<br />
<br />
Karier yang cemerlang di Old Loughtonians Hockey Club membuatnya
dilirik oleh salah satu klub Liga Utama Hoki Inggris, East Grinstead
Hockey Club. Saat memperkuat East Grinstead Hockey Club ini, Darren
terpilih sebagai Premier League Player of the Year pada 2004.<br />
<br />
Hijrah ke Belanda<br />
Prestasi gemilang yang diraihnya ini membuat klub elite hoki asal
Belanda, Oranje Zwart, meminangnya. Ia menghabiskan setahun bermain di
sana.<br />
<br />
“Ini merupakan suatu kehormatan bagi saya bermain untuk Oranje Zwart.
Beberapa pemain terbaik telah bermain di sana, termasuk pemain terbaik
di dunia,” ujarnya.<br />
<br />
Saat bermain untuk Oranje Zwart inilah, ia berkenalan dengan Shahbaz
Ahmed, legenda hoki Pakistan. Di dunia olahraga hoki, keandalan Shahbaz
dalam menggiring bola tidak lagi diragukan. </span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Sepanjang kariernya, Shahbaz telah menerima berbagai penghargaan bergengsi dunia.<br />
<br />
Karena itu, tak mengherankan jika sosok atlet hoki berdarah Pakistan ini menjadi salah satu inspirator dalam kehidupan Darren.<br />
<br />
“Anak-anak bermain sepak bola di taman bermain sambil berpura-pura
seakan menjadi pemain sepak bola favorit mereka. Sementara itu, saya dan
teman-teman berpura-pura menjadi Shahbaz dan itu masih kami lakukan,”
kata Darren.<br />
<br />
Ketika memperkuat Oranje Zwart, Darren banyak berhubungan dengan
teman-teman satu klubnya yang datang dari latar belakang dan budaya yang
berbeda.<br />
<br />
Tidak mudah bagi Darren untuk bisa berbaur dengan mereka. Justru di
tengah-tengah perbedaan tersebut, ia menemukan perasaan damai dan
bersahabat jika berbaur dengan teman-teman Muslimnya. Dan sejak saat
itu, ia mulai tertarik dan banyak bertanya mengenai Islam kepada rekan
timnya.<br />
<br />
<strong>Menjadi Muslim</strong><br />
Keputusannya untuk memeluk Islam justru datang menjelang akhir karier
Darren di dunia hoki internasional. Selepas memperkuat tim nasional
Inggris pada ajang Olimpiade Junior 2007 di Sydney, ia memutuskan untuk
pensiun.<br />
<br />
“Saya sudah tertarik dengan Islam selama tiga tahun terakhir karena
orang-orang di sekitar saya. Islam menjawab pertanyaan yang saya miliki
dalam hidup saya dan juga pertanyaan yang belum ada di sana. Rasanya,
saya telah menemukan jawaban atas segalanya dan saya tahu bahwa itu
adalah kebenaran.”<br />
<br />
Sebagai seorang Muslim, ia mengakui meneladani perilaku Nabi Muhammad
SAW. “Saya mencoba untuk mengikuti apa yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Beliau tidak pernah sedikit pun membalas orang-orang yang telah
menyakitinya. Saya mencoba untuk mengikuti contoh itu dan tetap tenang
di lapangan,” ujarnya.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Darren mengakui, agama Islam memberikan pengaruh besar dalam kehidupannya.<br />
<br />
Jika dahulu mudah tersinggung dengan ucapan lawan bicara, kini ia
dengan sopan menyambut kritikan dan sindiran yang dialamatkan padanya.<br />
<br />
“Saya jauh menjadi lebih tenang. Sebelumnya, ketika seseorang terus
melakukan hal buruk, saya benar-benar panas dan marah. Termasuk, ketika
saya harus berhadapan dengan pemain dari tim lawan,” tambah Darren.<br />
<br />
Baginya, Islam adalah agama yang senantiasa mengajarkan kedamaian dan
persahabatan. Karena itu, tidak boleh ada yang merusaknya.<br />
<br />
<strong>Punya Bakat Besar</strong><br />
Bagi banyak orang, keputusan Darren untuk berhenti dari dunia hoki
sangat disayangkan. Mereka menyakini bahwa Darren memiliki potensi besar
untuk terus memiliki karier yang berkilau di bidang tersebut.<br />
<br />
Pelatih tim hoki junior Inggris, Pete Nicholson, adalah salah satu
orang yang percaya bahwa Darren bisa mencapai itu. “Dia adalah salah
satu pemain masa sekarang dan akan datang yang memiliki keterampilan
yang sangat besar dalam bidang hoki,” kata Nicholson kepada The Sunday
Times.<br />
<br />
“Dia adalah seorang pemuda berbakat yang ingin tetap fokus pada
prioritas dalam hidupnya. Ia juga memiliki setiap kesempatan untuk pergi
ke ajang olimpiade di Beijing,” tambah Nicholson.<br />
<br />
Kendati telah menyatakan mundur dari dunia hoki internasional, pada
waktu-waktu luangnya melakoni pekerjaan kantoran, Darren masih aktif
bermain hoki untuk klub lokal.<br />
<br />
Bagaimanapun dunia hoki telah melambungkan namanya. Yang lebih penting
lagi bagi Darren, dari olahraga ini pula, ia menemukan arti sebuah
perjuangan hidup untuk meraih kesuksesan.<br />
<br />
Hal itu kini ia terapkan dalam profesinya yang baru. “Jika saya
menunjukkan bakat yang sama dalam dunia kerja seperti yang saya lakukan
di lapangan, tidak ada keraguan bahwa saya akan menuai sukses yang
sama,” ujarnya berfilosofi. <span style="font-size: 14px;">[yy/republika]</span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-11916252981029367632013-04-30T05:44:00.001+07:002013-04-30T05:44:08.963+07:00Rafael Castro: Karena Islam Mengajarkan Kasih Sayang untuk Seluruh Umat Manusia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: trebuchet ms,geneva;">Eramuslim.com
- Rafael Castro, lahir dari keluarga Italia yang menganut agama Katolik
yang cukup taat. Seperti penganut Katolik lainnya, sejak kecil Castro
menjalani proses pembaptisan, komuni dan diwajibkan ikut dalam sekolah
minggu. Ketika itu merasa nyaman menjalami kehidupan religinya. Semuanya
berubah ketika Castro berusia 12 tahun. Sang ibu yang tadinya rajin
membawanya ke misa-misa keagamaan, tiba-tiba saja berubah 180 derajat.
Ibu Castro yang sebelumnya menjadi pelayan gereja dan mengajari Castro
ajaran Katolik menghentikan aktivitasnya dan melepas Castro untuk
belajar sendiri dan memilih agam yang ingin dianutnya.</span></span></span></div>
Perubahan yang tiba-tiba itu mengguncang psikologis Castro yang ketika
itu beranjak remaja. Ia merasa kecewa dengan ibunya dan kepada Tuhan.
"Bagaimana bisa Tuhan memberi saya keluarga yang mengajarkan agama yang
dianut karena tradisi dan bukan karena terinspirasi dengan agama itu?"
tanya Castro.<br />
<br />
Menurutnya, sejak itu ia berhenti ke gereja, tidak percaya lagi dengan
agama Katolik yang dianutnya dan mulai melupakan Tuhan. Saat itu, usia
Castro baru 14 tahun.<br />
<br />
Memasuki jenjang sekolah menengah atas, Castro mulai terusik dengan
pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu hatinya. Setelah beberapa tahun
melupakan Tuhan dan agamanya, Castro merasa tidak sanggup hidup tanpa
keyakinan bahwa Tuhan itu ada.<br />
<br />
"Seiring dengan pertambahan usia, saya makin dewasa dan menyadari bahwa
hidup akan bermakna jika ada nilai lebih dalam setiap perbuatan yang
dilakukan. Saya percaya ada Tuhan yang memberikan inspirasi bagi setiap
aspek kehidupan yang terjadi," ujar Castro.<br />
<br />
Pertanyaan sekarang, kemana ia harus mencari Tuhan, karena sudah lama
Castro tidak lagi mempercayai agama Katolik yang dianutnya sejak kecil.
Di sekolah, Castro punya seorang teman yang baik asal Indonesia.
Temannya itu sering meminjamkan Al-Quran pada Castro. Tapi Castro belum
terbuka hatinya, usia remaja yang masih labil membuatnya bersikap bias
terhadap ajaran agama, termasuk agama Islam.<br />
<br />
Ketika Castro mulai kuliah pada usia 18 tahun, ia malah tertarik
mempelajari agama Yahudi. Castro menganggap Yudaisme sebagai agama
monotheis yang sebenarnya, berbeda dengan ajaran Katolik yang sudah
tidak diyakininya lagi.<br />
<br />
"Saya belajar Yudaisme sekitar 7 tahun, bahkan mendaftarkan diri ke
Yeshiva. Yeshiva adalah sekolah kerabbian dimana para siswanya harus
mengenakan pakaian tradiosional Yahudi berwarna hitam, topi hitam dan
jam belajarnya sangat panjang. Saya menyukai konsep belajar yang kaku di
sekolah itu dan polemik yang jumpai dalam konsep kerabbian," aku Castro
mengenang pengalamannya di Yeshiva.<br />
<br />
Saat itu, Castro masih beranggapan bahwa Islam adalah agama yang
membuat para penganutnya terbelakang dan menyukai kekerasan. Tapi
pandangan-pandangan itu mulai luntur ketika Castro menonton beberapa
film produksi Iran. Salah satu film yang ia tonton berjudul "The Colours
of Paradise." Dari film itu Ia melihat bahwa Islam memiliki
pandangan-pandangan yang luas dan sangat menghormati kemuliaan umat
manusia.<br />
<br />
"Saat ini, negara-negara Muslim mungkin tidak terlalu gemilang dalam
sektor perekonomian atau kemiliteran. Tapi Islam lebih terdepan dalam
masalah penghormatan terhadap martabat manusia dan pengorbanan diri
sendiri untuk kepentingan umat yang lebih besar dibandingkan dengan
negara-negara non-Muslim," imbuh Castro.<br />
<br />
Dari pengetahuan itu, Castro mulai menyadari ada perbedaan besar antara
Yudaisme yang dipelajarinya dengan Islam. "Yudaisme mengajarkan kasih
sayang hanya untuk orang-orang Yahudi saja, sedangkan Islam mengajarkan
kasih sayang untuk seluruh umat manusia, semua orang bisa menjadi
seorang Muslim tanpa melihat latar belakang nenek moyang mereka. Dan ini
terlihat jelas oleh sikap yang hangat dan keramahan yang bisa ditemui
setiap orang jika datang ke masjid-masjid," tukas Castro.<br />
<br />
Tapi yang paling menggerakkan hati Castro pada Islam adalah isi surat
Al-Baqarah yang menurutnya sangat indah dan mengajarkan hal-hal yang
sangat mulia. "Saya pikir, setiap orang membaca surat itu secara jujur
mengakui bahwa hanya malaikat yang mampu memberikan inspirasi tentang
pernyataan-pernyataan yang begitu indah yang berasal dari Tuhan,"
sambung Castro.<br />
<br />
Castro dengan keyakinan penuh pada Islam, meninggalkan studi agama
Yahudinya dan memilih masuk Islam. Setelah mengucapkan syahadat, ia
memilih "Sulaiman" untuk namanya, sehingga nama lengkap Castro menjadi
Rafael Sulaiman Castro untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah menjadi
seorang Muslim.<br />
<br />
"Terima kasih untuk Islam yang telah mengubah hidup saya. Sebelum
memeluk Islam, saya biasa tidur sampai siang setiap saya punya
kesempatan untuk melakukannya. Sekarang, saya jadi terbiasa bangun pagi
karena harus salat Subuh dan melakukan aktivitas lainnya setelahnya,
sehingga hidup saya jadi lebih produktif," tutur Sulaiman Castro.<br />
<br />
"Saya yakin Islam telah memberikan kehidupan baru buat saya, membuat
saya lebih menghargai diri sendiri dan membuat saya bersikap lebih baik
pada orang lain. Tiga hal yang sulit saya temukan di manapun. Setelah
dua bulan memeluk Islam, saya mulai memahami bahwa Islam mengajarkan
kita untuk menaklukkan hawa nafsu dengan berserah diri pada Allah Swt.
Itulah kebenaran yang sejati," lanjut Castro.<br />
<br />
Castro mengakui, keputusannya masuk Islam bukan tanpa pengorbanan. Ia
harus kehilangan banyak teman, termasuk sikap keluarganya yang tidak
bersahabat.<br />
<br />
"Tapi akhirnya, keluarga saya mulai menerima keputusan saya dan saya
juga mendapatkan teman-teman baru dari kalangan Muslim yang sangat
membantu saya di masa-masa transisi," kata Castro.<br />
<br />
"Saya memiliki pandangan-pandangan baru tentang hidup. Islam telah
memberi kesempatan saya untuk memeluk Islam dan sebuah pengalaman hidup
yang sangat berharga," tandas Castro menutup pembicaraan. (ln/iol)</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-10552485017173743812013-04-30T05:43:00.002+07:002013-04-30T05:43:29.061+07:00Robert Guilhem, Gara-Gara Iddah, Pemimpin Yahudi di Albert Einstein College ini Masuk Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicKkGJznuVcS6p9cJdD-zNOxeTtyjrJldE2Yz42OhW3SMNeI7reZMH79zfTpq2jy-nF_eDblePT0oCxi11kNvgViZTI6kkScmPms3QEcpkVLbFIHghCnisfyRQ6rKMKe_LlrcR6wMtrnNw/s1600/Robert-Guilhem.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="197" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicKkGJznuVcS6p9cJdD-zNOxeTtyjrJldE2Yz42OhW3SMNeI7reZMH79zfTpq2jy-nF_eDblePT0oCxi11kNvgViZTI6kkScmPms3QEcpkVLbFIHghCnisfyRQ6rKMKe_LlrcR6wMtrnNw/s320/Robert-Guilhem.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Robert Guilhem, pakar genetika dan pemimpin yahudi di Albert Einstein
College menyatakan dengan tegas soal keislamannya. Dia masuk Islam
setelah kagum dengan ayat-ayat Al-Quran tentang masa iddah wanita
muslimah selama tiga bulan. Massa iddah merupakan massa tunggu perempuan
selama tiga bulan, selama proses dicerai suaminya.<br />
<br />
Seperti dikutip dari <em>societyberty.com</em>, hasil penelitian yang
dilakukannya menunjukkan, massa iddah wanita sesuai dengan ayat-ayat
yang tercantum di Alquran. Hasil studi itu menyimpulkan hubungan intim
suami istri menyebabkan laki-laki meninggalkan sidik khususnya pada
perempuan.<br />
<br />
Dia mengatakan jika pasangan suami istri (pasutri) tidak bersetubuh,
maka tanda itu secara perlahan-lahan akan hilang antara 25-30 persen.
Gelhem menambahkan, tanda tersebut akan hilang secara keseluruhan
setelah tiga bulan berlalu. Karena itu, perempuan yang dicerai akan siap
menerima sidik khusus laki-laki lainnya setelah tiga bulan.<br />
<br />
Bukti empiris ini mendorong pakar genetika Yahudi ini melakukan
penelitian dan pembuktian lain di sebuah perkampungan Muslim Afrika di
Amerika. Dalam studinya, ia menemukan setiap wanita di sana hanya
mengandung sidik khusus dari pasangan mereka saja.<br />
<br />
Penelitian serupa dilakukannya di perkampungan nonmuslim Amerika. Hasil
penelitian membuktikan wanita di sana yang hamil memiliki jejak sidik
dua hingga tiga laki-laki. Ini berarti, wanita-wanita non-muslim di sana
melakukan hubungan intim selain pernikahannya yang sah.<br />
<br />
Sang pakar juga melakukan penelitian kepada istrinya sendiri. Hasilnya
menunjukkan istrinya ternyata memiliki tiga rekam sidik laki-laki alias
istrinya berselingkuh. Dari penelitiannya, hanya satu dari tiga anaknya
saja berasal dari dirinya.<br />
<br />
Setelah penelitian-penelitian tersebut, dia akhirnya memutuskan untuk
masuk Islam. Ia meyakini hanya Islam lah yang menjaga martabat perempuan
dan menjaga keutuhan kehidupan sosial. Ia yakin bahwa perempuan
muslimah adalah yang paling bersih di muka bumi ini. <span style="font-size: 14px;">[<a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/31/m9lz2z-garagara-iddah-pemimpin-yahudi-masuk-islam" target="_blank">republika</a>]</span></span></span></div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-67451090926735694882013-04-30T05:41:00.003+07:002013-04-30T05:41:48.699+07:00Gurly: Jadi Muslim, I Love It <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS4SvzuQWFV-7hn-Zpj_LVJszX3kSrluuJW-W68kgYhXzD_KIrpxNR-nI-T714QNqM_hqbSz87TXjGruMvnSnM0Qk83ffZ_f6ugAO4aoE1vN5BObdJluCFJ7syeZVU3QpIufXCwc2jWzC9/s1600/gurly.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS4SvzuQWFV-7hn-Zpj_LVJszX3kSrluuJW-W68kgYhXzD_KIrpxNR-nI-T714QNqM_hqbSz87TXjGruMvnSnM0Qk83ffZ_f6ugAO4aoE1vN5BObdJluCFJ7syeZVU3QpIufXCwc2jWzC9/s1600/gurly.jpg" /></a></div>
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Gurly mengalami kecelakaan ketika ia berada di AS. Tidak ada keluarga
di AS, membuatnya bingung apa apa yang harus dilakukan, atau kemana ia
harus berkeluh kesah.<br />
<br />
Selepas kecelakaan, seorang temannya meminta dia untuk membuat laporan
kejadian kecelakaan kepada polisi. Ia turuti permintaan temannya itu,
sembari meminta izin kepada bosnya untuk diperbolehkan membuat laporan
tersebut.<br />
<br />
Oleh bosnya, ia disarankan untuk tidak mengatakan yang sebenarnya
dengan alasan asuransi kecelakaan Gurly bakal membebani kantor. Lalu,
Gurly bercerita soal masalah itu kepada temannya. "Kamu tahu Gurly, kamu
bisa menipu polisi, hakim dan semua orang kecuali satu orang," ucap
Gurly menirukan perkataan temannya itu.<br />
<br />
Lalu Gurly mengatakan, "Siapa orang itu". Temannya menjawab,"Ini
Allah". "Siapa Allah," tanya Gurly. Temannya berkata,"Dia adalah
Tuhan,". Sejak itu, Gurly merasa penasaran dengan perkataan temannya
itu. "Aku begitu tertarik karena tidak ada perbedaan dengan apa yang
diajarkan dalam Katolik. Nyaris sama," kata dia.<br />
<br />
Oleh temannya, ia diberikan Alquran. Beberapa hari membacanya, ia
rasakan kekaguman. Dalam hatinya ia berkata apa yang ia baca merupakan
kebenaran. Spontan ia ingin meminta bimbingan guna mengucapkan dua
kalimat syahadat.<br />
<br />
Selepas bersyahadat ia tak sabar untuk memberitahu keluarganya bahwa ia
seorang Muslim. Ia lakukan hal itu, tanpa berpikir keluarganya bakal
menolaknya. "Aku begitu senang saat itu. Tapi semuanya berubah ketika
ibuku merasa sedih karena tujuanku ke AS bukan untuk menjadi Muslim."
kata dia.<br />
<br />
Gurly tak berkecil hati. Ia masih ingat betapa besar pengorbanan ibunya
ketika membesarkannya. Apalagi Alquran, meminta seorang Muslim untuk
menghormati orang tua. Tentu, Gurly tak ingin mendapatkan cap anak
durhaka.<br />
<br />
<strong>Berhijab</strong><br />
<br />
Semakin mantap dengan keyakinan barunya, Gurly berpikir untuk
mengenakan jilbab. Ia sadar, jilbab adalah tantangan bagi kalangan
perempuan karena mereka ingin selalu tampil cantik setiap hari. Tapi,
hatinya berkata buat apa cantik hanya di mata manusia tapi tidak dimata
Allah SWT.<br />
<br />
"Aku putuskan kenakan jilbab," kata dia.<br />
<br />
Menurut Gurly, tak peduli apa pandangan orang lain, karena segala hal
berbau duniawi termasuk wajah ini akan memudar. Semua orang akan tua dan
mati. Sementara wajah akhirat adalah wajah dengan kecantikan abadi.<br />
<br />
Pada satu hari, Gurly mendapat cobaan soal putusannya itu, tragedi
9/11. Saat itulah, banyak pandangan buruk tertuju padanya. "Tapi aku
hanya berkata pada mereka, aku tidak peduli, karena aku seorang Muslim,
aku menyukai jilbab yang aku kenakan," kata dia.<br />
<br />
<strong>Ramadhan</strong><br />
<br />
Pertama kali Gurly melaksanakan ibadah puasa, ia begitu kagum dengan
filosofi dibalik kewajiban tersebut. Ia melihat betapa menderitanya
kalangan tak mampu. Lalu, betapa bahagiannya mereka, ketika seorang
Muslim membantu dan bersimpati padanya.</span></span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Rasa
kagumnya bertambah, ketika ia untuk pertama kali mengkonsumsi kurma.
Saat itu, ia tidak tahu seperti apa kurma dan manfaatnya bagi tubuh.
Setelah tahu, ia berniat untuk membelinya. Namun, ada seseorang yang
memberinya sekotak kurma.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: 16px;">"Ya Allah, kurmanya banyak sekali. Terima kasih untuk orang-orang yang mengenalkanku kepada kurma," kenangnya.<br />
<br />
Namun, ada hal yang menyedihkan Gurly ketika ia berhalangan untuk
berpuasa karena sakit. Saat itu, kondisi fisiknya sangat lemah. Tak mau
menunggu sembuh, ketika sakit ia kirimkan uang fidyah kepada saudaranya
untuk diberikan kepada kalangan yang berhak. "Aku begitu sedih, karena
tidak berpuasa. Semoga Allah memberikan kesehatan kepada saya agar terus
berpuasa," pungkasnya </span>[<a href="http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/12/08/26/m9d134-gurly-jadi-muslim-i-love-it" target="_blank">republika</a>]</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-10487017573188454612013-04-30T05:40:00.000+07:002013-04-30T05:40:00.159+07:00Hussein: Islam Puaskan Saya Secara Intelektual & Teologis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: 16px;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Sebelum memeluk Islam, Hussein Abdulwaheed Amin seorang pemeluk
Kristen yang religius. Pertemuannya dengan Islam berawal dari rasa
gusarnya terhadap doktrin ketuhanan dalam kepercayaan Kristen.<br />
<br />
"Saya memeluk Islam setelah menjalani penelitian yang cukup panjang.
Hasil penelitian itu memuaskan saya secara intelektual dan teologis,"
kenang dia, seperti dinukil <em>Arabnews.com</em>.<br />
<br />
Hussein berasal dari Irlandia, namun menghabiskan banyak waktu di luar
negeri. Pertengahan hingga akhir 1990-an, ia jatuh cinta terhadap
seorang muslimah ketika berada di sebuah negara Islam.<br />
<br />
Ia berniat menikahi perempuan itu. Namun, ia harus menjadi seorang
muslim, karena muslimah dilarang menikah dengan pria non-muslim.<br />
<br />
Saat itu, ia sedikit memahami ajaran Islam. Ada ketertarikan dalam hatinya menjadi mualaf.</span></span>
<br />
<h3>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Islam Mutlak Ajarkan Keesaan Tuhan</span></h3>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: 14px;">Sekembalinya
ke Eropa pada musim panas, Hussein Abdulwaheed Amin, mulai membaca
literatur tentang Islam. Yang mengejutkannya, Hussein menjadi antusias
lantaran ajaran Islam begitu diterima logika.<br />
<br />
Memang awalnya, ia begitu sinis dalam memandang Islam. Itu karena, prilaku segelintir orang yang menyebut dirinya teroris.<br />
<br />
"Aku menerima konsep ketuhanan dalam Islam. Islam mengajarkan keesaan Tuhan secara mutlak," sebutnya seperti disadur dari <em>Arabnews.com</em>.<br />
<br />
Melalui Alquran, ia semakin yakin dengan konsep tersebut. Namun, Hussein ragu.<br />
<br />
Hussein sulit mengkhianati kepercayaan yang diantutnya. Guna meyakinkan hatinya, ia coba mengali fondasi kepercayaan Kristen.<br />
<br />
Walhasil ia sangat terkejut dengan temuannya. Apalagi ketika ia bandingkan dengan Alquran.<br />
<br />
"Dalam Alquran, disebutkan tiada Tuhan selain Allah," kata dia.<br />
<br />
Dari temuannya itu, dalam hatinya ia pertanyakan mengapa ia begitu saja
percaya tanpa bersikap kritis. "Dengan hati nurani yang tulus tanpa
paksaan, saya harus menjadi muslim," ucapnya.</span></span></div>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span><h3>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
Peluk Islam karena Niat Tulus</span></h3>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;"><span style="font-size: 14px;">Saat yakin tentang ajaran Islam, Hussein Abdulwaheed Amin tak ingin menjadi muslim karena hubungan asmara.<br />
<br />
Tapi ia mengakui pernikahannya itu menjadi awal ketertarikannya terhadap Islam. Pada akhirnya, hubungannya gagal pada 2001.<br />
<br />
Meski begitu, ketertarikannya terhadap Islam tidak goyah sedikit pun.
"Saya menjadi muslim karena niatan tulus. Agama, Tuhan terlalu penting
untuk dianggap remeh," kata seperti disitat <em>Arabnews.com.</em><br />
<br />
Ketulusannya itu mengubah pandangannya tentang Islam. Ia menyayangkan
Islam dipandang sebagai agama penuh kebencian. Padahal, pandangan itu
lahir dari kurangnya pemahaman terhadap ajaran Islam.<br />
<br />
"Anda tahu, ekstrimis itu secara tidak langsung membuat masyarakat
internasional memahami ajaran Islam," tegasnya mengakhiri.
[yy/republika/foto </span><span style="font-size: 14px;">republika.co.id</span><span style="font-size: 14px;">]</span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-46071383604897479812013-04-30T05:38:00.001+07:002013-04-30T05:38:11.994+07:00Manuela Mirela: Islam Agama yang Mudah Dimengerti<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCfhTXJmYFMhcFNgNIUASawhbG_SJfV2LBYH01uHfV8Cmk6nxk411Y-Odmp2Z8hoOY0yDJ3ca1KfDnTut4rNEYN2EbkuMGBWWpQ_8WCfP2_eYMo58r-jxZabM-ydgshN4ziCOU1GP7sFSN/s1600/manuela-mirela-tanescu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCfhTXJmYFMhcFNgNIUASawhbG_SJfV2LBYH01uHfV8Cmk6nxk411Y-Odmp2Z8hoOY0yDJ3ca1KfDnTut4rNEYN2EbkuMGBWWpQ_8WCfP2_eYMo58r-jxZabM-ydgshN4ziCOU1GP7sFSN/s1600/manuela-mirela-tanescu.jpg" /></a></div>
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Manuela Mirela Tanescu lahir dan besar di Bukarest, Rumania.
Keluarganya merupakan penganut Kristen Ortodoks. Namun, dari kecil ia
tidak pernah ke gereja.<br />
<br />
"Keluargaku tidak terlalu religius, tapi kita selalu percaya adanya Tuhan," akunya seperti dinukil onislam.net.<br />
<br />
Jalan hidupnya berubah, ketika ia dinikahi Muslim Palestina. Melalui
suaminya itu ia berkenalan dengan Islam. Hingga akhirnya setelah
mengunjungi Yordania, Suriah, Iran, Pakistan, Malaysia dan Indonesia,
Mirela memutuskan memeluk Islam di Teheran, Iran.<br />
<br />
"Saya berterima kasih padanya," kenang Mirela.<br />
<br />
Menurut Mirela, Islam adalah agama yang mudah dimengerti dan logis. Berbeda dengan ajaran Kristen yang membingungkan.<br />
<br />
Mirela mencontohkan, umat Islam diwajibkan melaksanakan shalat lima
waktu, sementara orang Kristen hanya beribadah pada hari Ahad saja.
Singkatnya, kewajiban itu membuat umat Islam cenderung religius
ketimbang umat Nasrani. </span></span>
<br />
<h2>
<span style="color: mediumblue;">Aku Mencintai Rasulullah Tanpa Kehilangan Yesus</span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Setelah
mengucapkan dua kalimat syahadat, Manuela Mirela mulai mendalami agama
baru yang dipeluknya. Tak hanya terpesona dengan tata cara beribadah
umat Islam, ia juga tertarik dengan tata cara kehidupan umat muslim di
sejumlah negara Islam.<br />
<br />
Hal lain yang menarik perhatian dirinya adalah selama kunjungannya ke
sejumlah negara Islam, lingkungan yang ditinggali umat Islam lebih
bersih ketimbang daerah yang dihuni non-muslim. Selain itu, Islam
menghormati dan memuliakan semua Nabi dan Rasul.<br />
<br />
"Jadi, aku mencintai Nabi Muhammad SAW tanpa kehilangan Yesus," kata dia.<br />
<br />
Kekaguman Mirela lainnya adalah Islam sangat menghargai perempuan.
Sebabnya, ia merasa heran dengan sikap Barat yang selalu saja menyatakan
muslimah itu derajatnya lebih rendah daripada laki-laki. Padahal,
perempuan Barat justru lebih direndahkan sebagai akibat dari
materialistis peradaban barat.<br />
<br />
Mereka menjadi komoditas dan objek seksual tanpa batas. Sementara Islam, tidak demikian.<br />
<br />
"Aku melihat banyak orang yang membenci Islam karena mereka tidak tahu
bagaimana Islam sebenarnya. Itu juga menjadi otokritik kita, yang kadang
lupa dengan identitas sebagai muslim," papar dia. </span></span>[yy/republika/foto: onislam.net]</div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-37937666174516717052013-04-30T05:37:00.000+07:002013-04-30T05:37:09.423+07:00Cindy Weber: Misionaris yang Menemukan Kebenaran Islam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>Fiqhislam.com</strong>
- Jika mualaf pada umumnya harus melalui perjuangan dan perjalanan
panjang dalam menemukan Islam, lain halnya dengan Cindy Weber. Ia merasa
jalan menuju Islam memang telah dipersiapkan untuknya.<br />
<br />
“Saya hanya berpikir bahwa Tuhan ingin membimbing saya, jadi tak ada
penghalang apa pun yang merintangi jalan saya menuju Islam,” ujarnya.<br />
<br />
Sejak kecil Cindy dibesarkan di Gereja Katolik. Ia dididik oleh
biarawati hingga akhirnya menjadi misionaris. Tak banyak yang
diceritakan Cindy bagaimana ia mempelajari Katolik dan menyebarkannya ke
berbagai penjuru dunia. Yang pasti, kisah hidayah Cindy bermula saat ia
bertugas di Kenya sebagai misionaris tentunya.<br />
<br />
Di Kenya, Cindy banyak berinteraksi dengan Muslim. Diam-diam, ia
terpesona dengan kehidupan umat Islam. Hanya itu yang menjadi kunci
ketertarikannya pada Islam. “Saya melihat bagaimana mereka menjalani
hidup. Mereka memiliki kehidupan keluarga yang baik dan saya pikir itu
sesuatu yang saya cari," kisah Cindy dalam program “They Chose Islam” di
The Algerian TV yang bisa disaksikan di YouTube.<br />
<br />
Cindy melihat keluarga Muslim begitu bahagia. Mereka gemar berkumpul,
kemudian makan bersama. Pemandangan tersebut sangat asing bagi Cindy
yang terbiasa hidup di tengah individualisme masyarakat AS. "Kondisi
yang kontras bagi saya di Amerika yang saat Minggu sore hanya di depan
televisi, menonton permainan bola dengan sekotak bir. Benar-benar terasa
kosong," tuturnya mengenang.<br />
<br />
Tak ada saudara dan teman Muslim, apalagi ustaz, membuat wanita
kelahiran Burlington, Wisconsin, AS tersebut terpaksa menelaah Islam
sendirian, secara otodidak. Meski tanpa guru dan tanpa ada yang menjawab
pertanyaannya tentang keimanan, Cindy tak butuh waktu lama untuk
memutuskan bahwa Islam akan menjadi agamanya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Tak
ada keraguan sedikit pun. Cindy merasa seakan-akan diantar untuk
memeluk Islam saat kembali ke AS . Begitu mudah jalan Cindy hingga
kemudian menyatakan syahadat di Chicago.<br />
<br />
Dua pekan sebelum mengucap syahadat, Cindy sempat pergi ke Islamic
Center di Chicago. Ia hanya mengatakan, "Saya tertarik pada Islam".
Padahal, saat itu Cindy sudah mempelajari Islam, bahkan telah berniat
untuk mengucapkan syahadat.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Pengurus
Islamic Center Chicago tersebut pun memberinya beberapa literatur dan
buku Islam. Setelah menerima buku tersebut, Cindy pun pergi. Tetapi,
tiba-tiba seorang Muslim dari Islamic Center tersebut memanggilnya,
"Tunggu, tunggu... Kenapa kau tak menjadi Muslim sekarang saja?" Cindy
menirukan pertanyaan Muslim tersebut.<br />
<br />
"Well, saya hanya membaca buku-buku ini dan dan hal-hal serupa. Saya hanya memikirkan tentang itu," jawab Cindy.<br />
<br />
"Baiklah, apakah kau tahu jika kamu tidak menjadi Muslim hari ini,
kemudian kamu melintas jalan itu kemudian tewas, kau akan masuk neraka,”
ujar Muslim tersebut mengajak Cindy bersegera menuju kebaikan.<br />
<br />
"Tidak, itu tidak mungkin karena saya seorang Katolik dan Katolik tak akan masuk neraka," kata Cindy.<br />
<br />
"Oke, kami tahu, kau sebenarnya ingin pergi minum dengan teman-temanmu,
meminum alkohol, semalam sebelum kau menjadi seorang Muslim. Itulah
mengapa kau tak ingin menjadi Muslim hari ini," ujar Muslim tersebut
menebak.<br />
<br />
"Aku tidak minum alkohol," jawab Cindy berdusta.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Cindy
tertawa kecil, pipinya memerah ketika mengisahkan percakapan dengan
pengurus Islamic Center tersebut. Ia benar-benar mengingat peristiwa
tersebut meski telah berlalu 25 tahun silam. Percakapan tersebut
berujung pada pemberian sebuah alamat masjid besar di Chicago.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Pengurus
Islamic Center menyerah, Cindy tak langsung memeluk Islam pada hari
itu. "Jadi, saya menerima alamat (Masjid Besar Chicago) dan dua minggu
kemudian saya pergi ke sana, mengucapkan syahadat,” tutur Cindy.<br />
<br />
Begitu sederhana perjalanan sang misionaris hingga memeluk agama Islam.
Cindy mengatakan, jalan Islam memang seperti sudah ditakdirkan baginya.
Ia tak merasakan kesulitan sedikit pun. Sebaliknya, kemudahan demi
kemudahanlah yang ia alami saat menempuh jalan menuju hidayah.<br />
<br />
<strong>Berkiprah di bidang sosial</strong></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Setelah
memeluk Islam, Cindy menjadi Muslimah yang taat. Ia berjilbab, kemudian
menikah dengan pria Muslim dan tinggal di Dallas. Ia bahkan aktif di
sebuah yayasan kemanusiaan Islam dan menghabiskan waktunya untuk
berdakwah. Di sana ia membicarakan tentang Islam dan berbagi ilmu
melalui dakwah.<br />
<br />
Yayasan tersebut melindungi komunitas pengungsi di Dallas. Sekitar 50
persen pengungsi di sana adalah Muslim. "Kami menerima mereka dan
memberi tahu bahwa menerapkan syariat Islam di Amerika itu mudah. Mereka
dapat menjaga iman dan tak perlu menyembuyikannya ataupun berpura-pura
bukan sebagai Muslim," ujar Cindy.<br />
<br />
Di gedung pusat yayasan tersebut, shalat lima waktu digelar setiap
hari. Pelajaran agama Islam dan bahasa Arab pun diajarkan untuk
anak-anak Muslim. Ada pula kelas bahasa Inggris yang diikuti tak hanya
oleh anak-anak Muslim, tetapi juga non-Muslim. Bahkan, guru bahasa
Inggris di kelas tersebut merupakan seorang Katolik.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">"Kami
bermitra dengan yayasan Katolik dan mereka mengirimkan pengajar aktif
bahasa Inggris untuk mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.
Jadi, kami memiliki semua agama di sini, dan semua orang menyambutnya,"
kata Cindy toleran.<br />
<br />
Tujuh hari dalam sepekan, waktunya dihabiskan di yayasan tersebut.
Meski demikian, Cindy menikmatinya. Tetapi, diakuinya, banyak hal yang
berubah setelah ia memeluk Islam. Setelah berislam dan berjilbab, Cindy
sering kali diperlakukan berbeda. Ketika belanja, misalnya, kasir sering
kali bersikap kasar.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">"Itu
hanya hal kecil, yang Anda hanya bisa menerimanya dan pergi begitu saja
karena Anda tahu bahwa orang itu tak akan bersikap seperti itu jika
tahu betapa bagusnya Islam. Yang perlu Anda lakukan hanyalah berperilaku
sebaik mungkin.” </span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Kini,
Cindy adalah ibu dari dua anak yang beranjak dewasa. Mereka adalah
Lubabah (22 tahun) dan Abdullah Helwani (19). Berkat didikan Cindy,
mereka tumbuh menjadi pemuda-pemudi Muslim yang sarat prestasi.<br />
<br />
Awalnya, Cindy sempat khawatir dengan pengaruh budaya Barat yang bisa
saja “mencemari” kedua anaknya. Karena itu, ia terus menanamkan ajaran
dan nilai-nilai Islam dalam jiwa anak-anaknya sejak kecil.<br />
<br />
“Pengaruh budaya Barat memang membuat saya khawatir. Tapi,
mudah-mudahan mereka cukup mendapat didikan Islam yang akan membuat
mereka selalu kembali ke Islam saat menentukan pilihan hidup,” ujar
Cindy bahagia sembari mengenalkan kedua anaknya.<br />
<br />
Si sulung, Lubabah, sangat aktif di kampus. Ia bahkan mendapat banyak
penghargaan seperti "Outstanding Campus Leader" dalam Resbud Award
Festival 2010, "Who's Who Among Student in American University and
Colleges", serta menjadi presiden organisasi CAB di Texas Women's
University.<br />
<br />
Sejak kelas lima sekolah dasar, Lubabah telah mengenakan jilbab. Saat
pindah dari sekolah Islam ke sekolah umum pun, ia tak pernah
menanggalkan jilbabnya. "Hanya karena Anda Muslim dan mengenakan hijab,
bukan berarti Anda terhalang untuk berprestasi dan mendapatkan
penghargaan," ujar Lubabah.<br />
<br />
Adapun Abdullah telah lulus dari sekolah perfilman di Orlando. Saat
ini, ia kerja magang di Dewan Urusan Muslim Hollywood di Los Angeles.
"Dia seorang Muslim Amerika, remaja Amerika, dia baru saja lulus sekolah
film," kata Cindy sembari membuka e-mail dari Abdullah dan
memperlihatkan foto putranya tersebut.<br />
<br />
Tak henti-hentinya Cindy bersyukur melihat kesuksesan kedua anaknya. Ia
telah berhasil mendidik dan membesarkan mereka dalam nilai-nilai Islam.
Cindy pun berhasil menumbuhkan rasa percaya diri mereka sebagai Muslim
sehingga tidak merasa terkucil di tengah kelompok mayoritas yang
memiliki keyakinan berbeda. <span style="font-size: 14px;">[yy/republika]</span></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Oleh <strong>Afriza Hanifa</strong></span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14px;"><span style="color: black;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><strong>http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=72940&catid=66&Itemid=364 </strong></span></span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-46530497552385177742013-04-30T05:29:00.002+07:002013-04-30T05:29:21.860+07:00Penghina Nabi Muhammad Kini Masuk Islam: Maafkan Saya...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgket0Xl86Sd33vMvNylDpTjJzYht2d9mN9GAQqMkjJGCCf7YYJD1krNRntdIKtQtHH3uMyX49VVesOwm15mO9amy2cJo73Co5olYwBNImfaI_Oq2K6DD4uNih2MrrXg4PmY3PRQs_MTeOx/s1600/penghina-nabi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgket0Xl86Sd33vMvNylDpTjJzYht2d9mN9GAQqMkjJGCCf7YYJD1krNRntdIKtQtHH3uMyX49VVesOwm15mO9amy2cJo73Co5olYwBNImfaI_Oq2K6DD4uNih2MrrXg4PmY3PRQs_MTeOx/s1600/penghina-nabi.jpg" /></a></div>
<strong></strong><br />
<strong>Liputan6.com, Madinah</strong> : Arnoud Van Doorn, mantan
politisi Belanda yang anti-Islam, sekaligus eks anggota terkemuka partai
sayap kanan yang dipimpin Geert Wilders, menjadi mualaf. <br /><br />Seperti dimuat <em>Saudi Gazette</em>,
Selasa (23/4/2013), kini ia makin memantapkan langkahnya sebagai
seorang muslim dengan mengunjungi makam Nabi Muhammad di Madinah. Di
sana, ia salat dan memohon maaf karena menjadi bagian dari film yang
menghujat Islam dan Rasulullah, "Fitna". <br /><br />Ia juga berniat membuat
film internasional untuk mengkampanyekan Islam sebagai agama kasih.
"Saya akan mencoba yang terbaik, untuk memperbaiki dampak buruk dari apa
yang saya lakukan terhadap Islam dan Nabi melalui film "Fitna", "kata
dia.<br /><br />Di masa lalu, Arnoud di antara para petinggi Partai untuk
Kebebasan PVV yang memproduksi film "Fitna". Bulan lalu ia memutuskan
untuk masuk Islam setelah mempelajari agama yang kerap ia hina, juga
Rasulullah yang sebelumnya ia lecehkan. <br /><br />Arnoud mengaku,
kemarahan umat muslim dunia yang mengutuk film yang dibuatnya,
"memaksanya" untuk mempelajari Islam. Yang kemudian menuntunnya pada
hidayah. <br /><br />Setelah bertemu dua imam di Madinah, Sheikh Ali
Al-Hudaifi dan Sheikh Salah Al-Badar, Arnoud menuju Mekah untuk
melaksanakan ibadah umrah. <br /> <br /><strong>Awalnya Dianggap Lelucon</strong><br /><br />Sebelumnya,
Arnoud mengumumkan keputusan untuk memeluk Islam di profil Twitternya.
Ia juga memposting tweet Kalimat Syahadat dalam Bahasa Arab. <br /><br />Pada
awalnya, semua orang yang melihatnya, menganggapnya sebagai lelucon.
Namun, Arnoud yang saat ini menjadi penasehat Pemerintah Kota Den Haag
kemudian secara pribadi mengonfirmasi pilihannya menjadi muslim dalam
surat resmi yang ditujukan pada walikota. <br /><br />"Aku bisa memahami orang-orang yang skeptis dengan pilihanku, yang bagi sebagian orang tak diharapkan," kata Arnoud pada <em>Al Jazeera</em>. "Ini adalah keputusan besar yang sama sekali tak bisa aku anggap enteng."<br /><br />Ia
mengaku, rekan-rekan di lingkaran dalam partainya sudah lama mengetahui
ia secara aktif meneliti Alquran, Hadis, Sunnah, dan tulisan tentang
Islam lainnya. "Sudah hampir setahun lamanya. Aku juga sering berdiskusi
dengan umat muslim tentang agama mereka."<br /><br />Arnoud mengaku, kerap
mendengar begitu banyak cerita negatif tentang Islam. "Tapi saya bukan
orang yang mengikuti pendapat orang lain tanpa melakukan kajian
sendiri." <br /><br />Kini, pria 46 tahun itu telah berpisah dengan partai
yang dipimpin Wilders dan maju ke pemilihan anggota ke Dewan Kota Den
Haag dari jalur independen. <br /><br />Keputusan Arnoud menjadi muslim
mendapatkan reaksi beragam di Belanda. "Sejumlah orang menilai saya
pengkhianat. Namun lainnya menganggapku telah membuat keputusan
terbaik," kata dia. "Pada umumnya reaksi yang saya dapatkan positif.
Saya juga menerima banyak dukungan di Twitter."<br /><br />Ia juga menilai, pandangan negatif Barat terhadap agama Islam mayoritas didasarkan prasangka dan ketidaktahuan. (Ein)<br />
<br />
http://m.liputan6.com/read/569180/penghina-nabi-muhammad-kini-masuk-islam-maafkan-saya </div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5138343132923533868.post-42158286350548621252013-03-22T05:53:00.000+07:002013-03-22T05:54:03.470+07:00Kristiane Backer, dari Glamour MTV Menuju Jalan Hidayah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFja4vXUsj8Vv_HrdtJDc20rv_L5-lg-wJL2S_zOzKLRpmmVTd_t4hTSE2yDKojbHyngGsTN9F5qQZsAvWko3pkp6hbwIn_dC6crvvqw7r45NOwoMcN8Ih-jgqEbEAo87hUHYNNdzVg5k/s1600/kristiane+backer.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisFja4vXUsj8Vv_HrdtJDc20rv_L5-lg-wJL2S_zOzKLRpmmVTd_t4hTSE2yDKojbHyngGsTN9F5qQZsAvWko3pkp6hbwIn_dC6crvvqw7r45NOwoMcN8Ih-jgqEbEAo87hUHYNNdzVg5k/s1600/kristiane+backer.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;"><b>Fiqhislam.com</b>
- "Saya menemukan kenyataan bahwa Islam berpihak kepada perempuan dan
laki-laki. Di dalam Islam, perempuan telah memiliki hak untuk memilih
pada tahun 600 Masehi. Perempuan dan laki-laki di dalam Islam berpakaian
dengan cara yang sopan. Mereka pun tidak diperkenankan saling menggoda.
Bahkan, kaum perempuannya diperintahkan untuk memanjangkan pakaian
mereka." Demikian ungkapan hati yang dituliskan Kristiane Backer dalam
buku autobiografinya yang berjudul 'From MTV to Mecca' atau 'Dari MTV
Menuju Makkah'.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: black;"><span style="font-size: 16px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">Kristiane
Backer lahir dan tumbuh dewasa di tengah keluarga Protestan di Hamburg,
Jerman. Pada usia 21 tahun, ia bergabung dengan Radio Hamburg sebagai
wartawati radio. Dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai presenter MTV
Eropa di antara ribuan pelamar. Sebagai konsekuensi pekerjaannya, ia pun
pindah ke London, Inggris.<br />
<br />
"Begitu luar biasa. Pada usia 20-an, aku tinggal di Notting Hill.
Sebagai gadis muda di kota yang sama sekali baru, aku diundang ke
mana-mana, difoto banyak papparazi, dan bekerja sebagai presenter. Saat
itu aku bertemu dengan banyak orang-orang terkenal. Aku merasakan
kehidupan yang sangat menyenangkan. Rasa-rasanya hampir semua gaji yang
aku terima habis untuk membeli baju dan pernak-pernik yang bagus dan
trendy. Aku pun sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat menarik
di Eropa," begitulah Kristiane menceritakan awal kehidupannya sebagai
selebritis muda.<br />
<br />
Sekali waktu, Kristiane pergi ke Boston mewawancarai Rolling Stone dan
mengikuti tur-tur besar para artis terkenal dunia. Kristiane bahkan
dinobatkan sebagai presenter perempuan nomor satu di MTV sehingga selalu
muncul di layar kaca. Ia juga pernah didaulat menjadi presenter untuk
acara Coca-Cola Report dan Europe Top 20.<br />
<br />
Boleh dibilang, jika ada kelompok musik baru, maka Kristiane-lah orang
pertama yang mewawancarai mereka. Jutaan orang di Eropa pun mengenal
gaya Kristiane dengan saksama dan banyak acara besar dengan penonton
sebanyak 70 ribu orang sering ia bawakan. Bagi khalayak pemirsa Eropa,
Kristiane adalah salah satu sosok penyiar favorit karena kecakapannya.<br />
<br />
Di tengah kehidupan glamornya, ia mengalami keguncangan spiritual.
Kemudian di tahun 1992, Kristiane bertemu dengan Imran Khan, yang kelak
menjadi suaminya. Imran Khan adalah anggota tim kriket Pakistan.
Pertemuan itu adalah pertemuan pertama kali antara Kristiane dengan
seorang bintang yang beragama Islam. Kristiane dan Khan yang sama-sama
mendalami Islam, selalu berdiskusi tentang Islam. Khan selalu memberikan
buku-buku tentang Islam kepada Kristiane dan dengan penuh semangat pula
Kristiane mengkajinya.<br />
<br />
"Aku menemukan bahwa Alquran sarat dengan hal-hal rasional. Dan
pandangan lamaku tentang Islam berubah. Karena apa yang kupelajari
berbeda dengan anggapan orang-orang di sekitarku. Bahkan ketika aku
mengkaji masalah perempuan dalam Islam, aku menemukan bahwa Islam
menjunjung tinggi hak-hak wanita yang sekarang tengah diperjuangkan di
seluruh dunia. Akan tetapi Islam telah menjunjung tinggi hak-hak wanita
sejak ratusan tahun yang lalu. Perempuan dan laki-laki berpakaian dan
bertingkah dengan cara yang sopan," jelas Kristiane.<br />
<br />
Kristiane menceritakan bahwa sejak mengenal Islam dan membaca
terjemahan Alquran, ia tak lagi menggunakan rok pendek dan pakaian yang
buka-bukaan. Ia mulai mengenakan pakaian longgar dan panjang jika tampil
di televisi. Ia dengan tegas mengatakan bahwa wanita yang
memperlihatkan tubuhnya di depan publik adalah melecehkan seluruh wanita
di muka bumi ini.<br />
<br />
Akhirnya, ia menerima Islam dengan lapang dada dan sukacita. Setelah
mengucap syahadat, perlahan ia mempelajari shalat lima waktu dan
berpuasa Ramadhan. "Dulu aku sering sekali minum champagne di
pesta-pesta malam, kini saya tidak lagi menyentuh minuman seperti itu,"
kisahnya.<br />
<br />
Namun, keputusannya untuk menjadi seorang Muslimah juga menuai berbagai
macam cobaan. Kristiane tidak lagi diizinkan untuk tampil di layar kaca
menjadi pembawa acara. Tak hanya itu, kawan-kawan dan kerabatnya pun
mengucilkannya. Untunglah, kedua orang tua Backer tak mempermasalahkan
jalan hidup yang dipilih anaknya itu. Mereka malah mendukungnya.<br />
<br />
"Beberapa waktu setelah saya memutuskan untuk menjadi Muslimah, saya
merasa keterasingan yang sangat. Saya dikucilkan oleh kawan-kawan dan
kerabat saya. Tetapi Alhamdulillah, kedua orang tua saya mendukung
langkah dan pilihan hidup saya untuk berislam," tutur dia. Keislaman
Kristiane itu juga yang membawa berkah bagi kehidupan keluarganya. Kedua
orang tuanya merasa bahagia melihat sosok Kristiane yang baru, yang
telah menjadi umat Muhammad.<br />
<br />
Kristiane juga menceritakan, suasana keluarganya kian hangat oleh
diskusi-diskusi seputar keislaman. ''Keluarga saya sangat banyak
mengambil hal-hal positif dari ajaran agama yang saya anut sekarang
ini,'' tutur Kristiane sebagaimana dilansir harian Alarabiya. </span></span></span><span style="font-size: 14px;"><span style="font-family: trebuchet ms,helvetica,sans-serif;">[yy/republika.co.id]</span></span></div>
</div>
Adminhttp://www.blogger.com/profile/01269522601662820351noreply@blogger.com0