Jumat, 03 Februari 2012

Eirine : A China Town Lady

Senin akhir bulan Oktober 2006, usai mengikuti ceramah, profesor Antropologi di City College, sebuah universitas negeri kota New York itu menyatakan memeluk Islam.

Pertama kali wanita ini datang ke kelas Islamic Forum for non Muslims (Forum Islam untuk non-Muslim) saya sangka sekadar iseng. Dia datang tapi hanya duduk sebentar, lalu meninggalkan ruangan. Minggu selanjutnya datang lagi. Akhirnya saya bertanya padanya dalam bahasa Inggris, “Siapa Anda dan apakah tertarik belajar Islam?” Dia menjawab, “Ya, saya merasa disconnection.”


Ia mengaku disconnected (tidak nyambung) karena menganggap saya selalu berbicara tentang Islam dan agama lain, tapi agamanya tidak pernah disebutkan.

Saya baru paham bahwa ia adalah seorang penganut Budha. Sementara dalam kelas, biasanya saya lebih berkonsentrasi pada agama Kristen, Katolik, dan Yahudi.

Sejak itu, setiap kali dia hadir di kelas, saya selalu menyebutkan beberapa kaitan diskusi dengan agama-agama lain, termasuk Budha. Misalnya bagaimana agama Budha menitikberatkan ajarannya pada “alam” dan “spiritual”, yang sesungguhnya Islam lebih jauh memperhatikan hal-hal tersebut tapi dengan pendekatan yang balanced (imbang). Secara khusus, saya sempat memberikan hadiah sebuah buku milik Harun Yahya berjudul Islam and Budhism.

Sejak itu perhatiannya ke kelas semakin konsentrasi. Bahkan setiap kali selesai belajar, dengan sopan (adat China ) meminta agar saya bisa berbicara khusus dengannya. Anehnya, sebelum memulai pembicaraan, biasanya dia sudah meneteskan airmata.

“Apa yang sesungguhnya membuat Anda menangis?” tanya saya.

Katanya, hatinya cenderung ke agama Islam, tapi ia mengaku terlalu banyak dosa yang telah diperbuatnya. Ia mengaku selama ini merasa menyembah berhala (patung-patung)--yang menurutnya-- unforgivable (tak termaafkan) dalam Islam.

Rupanya ia masih terkenang dengan penjelasan saya bahwa semua dosa diampuni kecuali dosa “syirik”. Kepadanya saya jelaskan bahwa dosa syirik yang dimaksud adalah ketika sudah menjadi Muslim/Muslimah lalu tetap melakukan berbagai kesyirikan. Barulah ia merasa senang. Bahkan sejak itu, setiap kali ke kelas--dengan bahasa Inggris logat kental China —ia sangat bersemangat untuk mengajukan berbagai pertanyaan tentang masalah-masalah praktis dalam Islam, seperti shalat.

***

Perempuan enerjik itu bernama Eirine. Itulah nama yang selama ini saya kenal. Perempuan berpenampilan sederhana, seorang profesor Antropologi di City College , sebuah universitas negeri di up town (bagian atas) kota New York .

Ia mengenal Islam dari murid-muridnya yang Muslim di kolese tersebut. Bertepatan dengan malam Nuzul Al-Qur`an, di Masjid Al-Hikmah, New York --masjid yang dimiliki masyarakat Muslim asal Indonesia —tatkala itu mengadakan open house ifthar (acara buka puasa bersama) dengan tetangga-tetangga non-Muslim. Itulah yang membawa Eirine hadir dalam acara tersebut. Secara kebetulan, saat itu, saya menjelaskan kepada non-Muslim mengenai Islam. Eirine nampak serius mendengarkan.

Setelah berbuka puasa, saya terkejut. Tidak seperti biasa, Eirine langsung mendekati saya sebelum memberikan isyarat. Biasanya dengan mengangkat tangan atau isyarat yang lain. Setelah selesai makan kue, persis di saat akan dilaksanakan shalat Maghrib, dia mendekat dan mengatakan, “Saya piker, saya tidak lagi punya alas an untuk menundanya lebih lama.”

Saya tanya, “Menunda apa?”

Dia bilang, “Saya ingin menjadi seorang Muslimah malam ini.”

Dengan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, segera saya umumkan kepada jamaah yang memang membludak malam itu bahwa seorang sister akan mengucapkan dua kalimah syahadat.

Sebelum Maghrib, saya memintanya mengucapkan syahadat. Namun karena mengaku masih merasa gugup, saya memutuskan memberikannya waktu hingga Isya’.

Alhamdulillah, di hadapan jamaah shalat Isya’ Masjid Al-Hikmah, wanita China Town ini mengucapkan dua kalimah syahadat diiringi linangan airmata dan pekik takbir seluruh jamaah. Allahu akbar!

***

Semenjak menjadi Imam di Islamic Center of New York sejak Desember 2001 –terutama ketika Amerika sedang dilanda phobia Islam-- saya merasa ada seseorang yang bisa menjembatani antara warga Amerika dan Komunitas Muslim.

Tentu saja sudah kehendak Allah, setelah 11 September, antusias masyarakat Amerika untuk tahu Islam sangat luar biasa. Saya tidak bisa menyebutkan berapa, tapi yang terdaftar setiap tahunnya, tidak kurang dari 130-an orang yang masuk Islam. Mungkin bisa dikali 5 tahun.

Sekitar 2-3 orang perminggu yang masuk Islam. Tidak jarang secara berombongan setelah shalat Jum'at. Pernah saya mengislamkan 8 orang sekaligus dalam sebuah acara Jum'at an di Islamic Center. Harap tau, banyak warga non-Muslim menonton acara Jum'at an, sehingga setelah mendengar khutbah mereka biasanya tertarik pada Islam. Ada yang langsung, ada pula yang meminta informasi di mana bisa belajar lebih lanjut.

Banyak yang bertanya, femomena apakah ini? Setahu saya, hanya dua. Pertama, memang orang Amerika itu senang mencari. Kedua, memang ajaran ini (Islam) sangat menarik. Terutama pasca 11 September semakin membuka pintu itu karena Islam diekspos sedemikain rupa oleh media massa AS. Alhamdulillah, meski 11 September menyisahkan kepahitan kaum Muslim, tapi manisnya bisa pula kita rasakan.

***


Senin akhir bulan Oktober 2006 lalu, Eirine menyempatkan diri mengikuti ceramah saya tentang “Why Al-Qur’an?” di Pace University. Di universitas ini beberapa waktu lalu ditemukan Al-Qur`an di WC dua kali, dan sempat menjadi berita besar. Oleh karena itu, Muslim Students Association menggelar forum publik untuk menjelaskan kepada komunitas Pace University tentang Al-Qur`an dan kenapa Al-Qur`an itu begitu disucikan.

Saat itu Eirine hadir sudah lengkap dengan menggunakan penutup kepalanya. Bu Prof, selamat dan doa kami menyertai!

New York , 5 November 2006, Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com

http://www.mualaf.com/modules.php?name=News&file=article&sid=413

B. Davis (Inggris)

Saya lahir pada tahun 1931. Sesudah saya berumur 6 tahun, saya memasuki sekolah lokal untuk selama 7 tahun, kemudian saya masuk sekolah lanjutan. Saya tumbuh sebagai seorang Methodist, kemudian menjadi seorang Anglican, dan akhimya menjadi seorang Anglo Catholic.

Dalam semua perjalanan hidup keagamaan ini, saya merasa bahwa agama itu terpisah dari kehidupan biasa, seakan-akan agama itu hanya semacam pakaian yang hanya dikenakan pada setiap hari Minggu. Dan saya perhatikan banyak orang yang melepaskan diri dari ke-Kristenan, terutama angkatan mudanya, sehingga nampak dengan jelas bahwa agama Kristen tidak berdaya mengatasi krisis masyarakat sekarang. Lalu Kristen berusaha menarik para pengikutnya dengan setanggi yang berminyak wangi, cahaya-cahaya lampu yang gemerlapan, pakaian-pakaian para pendeta yang berwarna-warni dan jubah-jubah panjang dan lain-lain cara Romanisme, tanpa berusaha mengikut sertakan dirinya pada apa yang sedang berlangsung di luar Gereja. Semua itu telah cukup menyebabkan saya keluar dari agama Kristen dan menjadi seorang Komunis dan Facist.

Dalam komunisme saya berusaha mengetahui. Kebaikan-kebaikan masyarakat tanpa klas. Akan tetapi cerita-cerita yang terus menerus dari orang-orang yang melarikan diri dari "demokrasi baru" telah menyebabkan saya tahu bahwa komunisme itu alat Rusia untuk mencapai tujuannya menguasai dunia. Kemudian saya memalingkan muka ke arah yang berlawanan, yakni fascisme. Doktrin fascisme memberikan janji segala-galanya untuk manusia. Di bawah naungan fascisme saya berusaha untuk memenuhi jiwa saya dengan kebencian terhadap semua orang yang berlainan ras dan warna kulitnya. Dalam tempo beberapa bulan saja saya sebagai penyokong Musolini, saya teringat kepada perang dunia ke-2 dengan segala kejadiannya yang berupa siksaan-siksaan yang dilakukan oleh orang-orang Nazi. Lalu saya berusaha untuk melupakan saja pikiran ini. Kenyataannya, selama saya menjadi orang fascist, saya selalu tidak merasa ada ketenangan dalam hati kecil saya, akan tetapi saya tetap mengkhayalkan bahwa hanya dengan fascisme-lah segala kesulitan bisa diatasi.

Pada waktu hal itu menjadi puncak pikiran saya, tiba-tiba saya melihat majalah "Islamic Review" di sebuah lorong buku. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan saya mau membayar 2 Shilling dan 6 pence untuk membayar satu majalah yang membahas satu kepercayaan yang dikatakan oleh orang-orang Kristen, orang-orang Komunis dan orang-orang fascist sebagai kepercayaan yang tanggung dan hanya dianut oleh orang-orang perampok dan bandit-bandit. Tapi bagamanapun juga saya telah membeli dan membacanya, kemudian saya membacanya berulang-ulang. Hasilnya ialah bahwa ternyata Islam itu meliputi segala apa yang saya anggap baik dalam Kristen, dalam komunisme dan lain-lain, bahkan melebihi semuanya.

Waktu itu juga saya telah menjadi langganan majalah itu untuk setahun, dan hanya dalam beberapa bulan saja saya telah menjadi seorang Muslim. Saya merasakan adanya kebahagiaan yang meliputi jiwa saya; sejak saya beroleh petunjuk-petunjuk dari kepercayaan yang baru ini dan saya bercita-cita ingin belajar bahasa Arab nanti bilamana saya mampu. Saya sekarang sedang belajar bahasa-bahasa Latin, Perancis dan Spanyol.

--------------------------------------------------------------------------------
Mengapa Kami Memilih Islam Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

S. A. Board (Amerika Serikat)

Pada tahun 1920, ketika saya sedang ada dalam sebuah kantor dari salah seorang dokter, saya melihat sebuah Majalah "African Times and Orient Review" yang terbit di London. Di dalamnya terdapat sebuah artikel tentang Islam, dimana terdapat sebuah keterangan yang telah menarik perhatian saya dan saya tidak akan pernah melupakannya, karena memang sudah menjadi sebagian dari diri saya sendiri. Keterangan itu berbunyi: Laa Ilaaha illallah, bahwa di seluruh alam raya ini hanya ada satu Tuhan. Ini adalah satu milik yang tidak ternilai harganya; satu kepercayaan yang tertanam dalam dada setiap orang Islam.

Segeralah sesudah itu saya menjadi seorang Muslim, dan saya telah memilih nama Shalahuddin. Saya yakin bahwa Islam adalah agama yang benar, karena. Islam tidak mempersekutukan Allah, dan Islam mengajarkan kepada kita bahwa manusia itu sendiri bertanggungjawab atas segala dosanya, sehingga seseorang itu tidak menanggung dosa orang lain. Islam juga sesuai dengan fithrah (nature) yang menunjukkan kepada kita bahwa tidak mungkin ada dua penanggung jawab atas satu perbuatan, apakah perbuatan itu pada ladang, padang rumput, kota, pemerintahan, ummat/bangsa atau dunia seluruhnya. Kenyataan lain yang meyakinkan saya atas benarnya Risalah Islam, ialah bahwa Islam telah membangunkan bangsa Arab dan mengeluarkannya dari kegelapan padang pasir, menjadi satu bangsa yang tegak kuat, sehingga mereka menjadi penjelajah dunia dengan bangunan Kerajaan baru dan mengumandangkan nyanyian cinta dan kemenangan di lembah Andalusia. Pada waktu kaum Muslimin datang di Spanyol, negeri ini masih merupakan "hutan belantara", kemudian mereka mengubahnya menjadi "kebun mawar" yang indah. Saya mengucap puji dan syukur ke hadirat Allah s.w.t. yang telah menunjukkan kebenaran melalu tulisan orang seperti John W. Draper yang dalam "The Intelectual Development of Europe"nya telah menunjukkan kepada dunia tentang peranan Islam yang besar dalam membangun kebudayaan modern. Dia telah menyingkapkan ta'bir pemalsuan yang dilakukan oleh para penulis sejarah Kristen untuk menutupi jasa Islam terhadap kemajuan Eropa.

Berikut ini tulisannya teniang keadaan orang-orang Eropa pada abad-abad pertengahan yang ditemui oleh kaum Muslimin:

"Dari barbarismenya orang-orang Eropa yang hampir tidak seorangpun bisa disebut telah meningkat maju dari tingkat biadab, badan mereka kotor, akal mereka dungu, tempat tinggal mereka berupa dangau dengan lantai beralaskan rumput dan berdinding jerami. Makanan mereka terdiri dari sayur-sayuran, kacang-kacangan, pucuk-pucuk daun dan bahkan umbi-umbian. Badan mereka berbalut kulit binatang tanpa disamak dan selendang buruk/tua, yang jauh dari terpeliharanya kehormatan pribadi."
Eropa banyak berhutang budi kepada Arab Muslim mengenai kebahagiaan pribadi. Kebersihan secara Islam, dan kaum Muslimin tidak bisa mengenakan apa yang digunakan sebagai selendang oleh orang-orang Eropa waktu itu, selembar kulit binatang yang tetap melindungi dirmya sampai tua, kumal dan berkoyak-koyak, tidak sedap dipandang mata, berbau busuk dan penuh kutu-kutu. Bangsa Arab yang telah mampu menerangi jalan hidup ummat manusia dan melepaskan mereka dari keputus-asaan serta kegelapan dan khurafat, dan yang telah menyebabkan keturunan mereka menjadi pemimpin ummat manusia dan berkedudukan tinggi di dunia. Itulah orang-orang Arab. Allah mesti bersama mereka. Kehendak Allah s.w.t. mengubah wajah sejarah dunia dengan jalan mengutus Muhanumad s.a.w. dan menurunkan Al-Qur'an. Tanpa semua itu tidak mungkin ilmu pengetahuan modern dapat menemukan cahaya kemajuan.

"Tuntutlah ilmu, walaupun di negeri China." Demikian Muhammad s.a.w. bersabda.
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH.

--------------------------------------------------------------------------------
Mengapa Kami Memilih Islam Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

H.F. Fellows (Inggris)

Saya telah menghabiskan sebagian besar hidup saya dalam Angkatan Laut Kerajaan Inggris (Royal Navy) dan saya turut serta dalam perang dunia pertama tahun 1914 dan perang dunia kedua tahun 1939.

Di lautan orang tidak mungkin dapat menghindarkan diri dari keganasan alam, ditambah dengan kekuatan dan kemampuan alat-alat perlengkapan perang yang efisien abad kedua puluh. Contoh yang mudah ialah kabut dan angin ribut, merupakan tambahan bahaya di waktu perang.

Pada kami ada sebuah buku yang bernama "Queen's Regulations and Admiraly Instructions" : Buku ini berisi ketentuan-ketentuan buat opsir-opsir dan tentara bawahan, penjelasan mengenai penghargaan, baik dalam bentuk promosi atau tanda penghargaan berkelakuan baik, kepangkatan dan pensiun. Di dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan terperinci tentang batas tertinggi hukuman-hukuman yang bisa dikenakan atas pelanggaran disiplin Angkatan Laut, termasuk di dalamnya segala hal yang bersangkutan dengan segala segi kehidupan selama bertugas di dalamnya. Dengan mengikuti/mentaati segala instruksi yang terkandung dalam buku tersebut, sebahagian besar para anggota Angkatan Laut telah digiring ke arah perangai yang teratur, cepat dan berkemauan tinggi.

Saya bisa mengatakan bahwa Al-Qur'anul-Karim adalah sesuatu yang sangat berharga, bahkan kalau boleh saya katakan, adalah satu-satunya Kitab yang bernilai paling tinggi, berisi ajaran-ajaran Allah Rabbul-'Alamin untuk semua orang, wanita dan anak-anak di muka bumi.

Sebelas tahun yang lalu saya bekerja sebagai tukang kebun. Pekerjaan ini juga membuktikan tentang ketergantungan manusia kepada Tuhan. Jika anda bekerja sesuai dengan perintah-perintah Tuhan, Dia akan menolong anda dan kebun anda akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, jika anda tidak mengindahkan hukum-hukumNya, maka kegagalan menanti sebagai hadiahnya.

Ramalan-ramal;an para ahli cuaca dan iklim tidak selalu benar. Kalau dalam beberapa hal mereka benar, maka dalam hal-hal lain mereka tidak benar.

Saya percaya bahwa Al-Qur'anul-Karim itu adalah firman Allah s.w.t. dan sesungguhnya Allah s.w.t. telah memilih Rasul-Nya, Muhammad s.a.w. supaya menyampaikan Risalah ini kepada manusia semuanya.

Agama Islam cocok dengan kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang mudah dan luas, tidak mengandung peraturan-peraturan yang tidak bisa dimengerti. Dan peribadatan Islam dalam berbagai bentuknya akan menimbulkan keikhlasan yang mendalam.

Saya lahir dan dibesarkan sebagai orang Kristen di negara Kristen, dan kebiasaan-kebiasaan Kristen telah berakar kuat dalam jiwa saya, sehingga tidak mungkin mencabutnya atau melepaskan diri dari padanya, kecuali dengan adanya dorongan yang sangat kuat. Dalam hubungan ini saya harus menegaskan bahwa dorongan itu terpancar dari dalam jiwa saya sendiri. Dan walaupun segala persoalan saya dapat dijawab, tidak ada seorangpun yang menyarankan supaya saya memeluk agama Islam.

Dasar-dasar kepercayaan Islam dan Kristen itu sama, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuat jelasnya segala persoalan.

Disebabkan keyakinannya bahwa gereja Kristen ada mengandung banyak kepercayaan dan peribadatan-peribadatan keberhalaan, akhirnya Luther memulai pemberontakannya terhadap gereja yang berakibat adanya perubahan dan pembentukan dasar Protestan.

Ratu Elisabeth I pada waktu negaranya berada di bawah tekanan Gereja Katolik Roma di Spanyol, dan pada waktu bersamaan, negara-negara Eropa Tengah berada di bawah tekanan Kerajaan Usmaniah (Ottoman Empire), maka terbentuklah persamaan tujuan Islam dan Protestan melawan keberhalaan. Akan tetapi jelas bahwa Martin Luther tidak tahu atau pura-pura tidak tahu bahwa sebelum dia mulai dengan gerakannya, sembilan abad yang lalu, Rasulullah Muhanunad s.a.w. telah lahir untuk mengoreksi segala kepercayaan yang salah. Dan hal itu tidak hanya tertuju kepada agama Kristen saja, tapi juga terhadap semua agama langit yang terdahulu. Dalam pada itu, maka gerakan perbaikan yang dipimpin oleh Martin Luther itu tidak menghapuskan semua kepercayaan keberhalaan dan peribadatan dalam agama Kristen. Apa yang dikerjakannya hanya merupakan babak baru dari kekakuan dan fanatisme yang terus menerus tanpa batas sampai sekarang.

Baik juga dikemukakan bahwa pada waktu mahkamah-mahkamah Inkuisisi di Spanyol (Spanish Inquisition) sangat kaku dan menimbulkan pertumpahan darah, justru Islam menunjukkan toleransinya dan jauh dari fanatisme Chauvinisme. Malah orang-orang Yahudi yang merasa tertekan di Spanyol pada mengungsi ke Turki, sehingga mereka menjadi aman dan selamat.

Nabi Isa a.s. telah memerintahkan kepada kita supaya mengikuti Wasiat Sepuluh (The Ten Commandement) yang diturunkan kepada Musa a.s. di gunung Tursina. Wasiat pertama ialah: "Sesungguhnya Aku ini Allah, Tuhan kamu. Maka janganlah menjadikan Tuhan selain Aku." Wasiat pertama ini dikompromikan dengan kepercayaan penebusan (Doctrine of Atonement), dimana terdapat pengertian bahwa kesetiaan kepada Kristus melebihi kesetiaan kepada Tuhan, karena Kristus akan memberi syafa'at (pembelaan) kepada kita pada hari kiamat. Dalam pada itu maka orang-orang Kristen percaya bahwa Kristus itu penjelmaan Tuhan (God Incarnate).

Saya selalu menggambarkan Tuhan itu sebagai penunjuk ummat manusia, bersifat pemaaf, pengasih dan adil

Berdasarkan kepercayaan inilah, maka manusia sanggup menenangkan dirinya menghadapi keadilan dan kasihnya, rahmat-Nya sambil melaksanakan segala tugas yang diberikan kepadanya.

Anda bertanggung jawab selama hidup tentang segala amat perbuatan anda sendiri. Jika anda seorang accountant dan anda menipu dalam cara anda menghitung, anda pasti akan dijebloskan ke penjara. Dan jika anda mengendarai mobil terlalu cepat di atas jalanan yang licin, mobil anda pasti slip dan mendapat kecelakaan. Dan sebagainya.

Semua itu adalah kesalahan anda, karena andalah yang melakukannya. Akan tetapi dengan sikap pengecut anda ingin melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

Saya tidak percaya bahwa kita (manusia) dilahirkan dalam keadaan berdosa, sebab hal itu bertentangan dengan athifah (sentimen) suci dari pada anak-anak. Pengalaman mengajarkan kepada saya bahwa salah satu tabi'at manusia yang normal ialah mempunyai keinginan menggembirakan orang lain, selama orang lain itu bukan orang yang tidak disukai, bahwa anak-anak itu menghormati pikiran-pikiran orang tua dan guru-guru mereka bahwa orang-orang dewasa menghormati pikiran dan pendapat atasan mereka dan mereka bergembira bila berkesempatan menolong tetangga mereka. Akan tetapi kadang-kadang kita merasakan, karena satu dan lain sebab, kemarahan yang sangat, sehingga terpaksalah kita menyiksa seseorang atau merusak sesuatu benda. Tingkat-tingkat perbuatan ini berbeda-beda berat atau ringannya, berbeda pula tenggang waktu terjadinya. Pada waktu kita memenuhi ajakan rasa marah itu, kita tambah berdosa. Sebagai misal ialah permainan olah raga. Jika seorang pemain menyalahi peraturan permainan, wasit tentu menghukum dia sebagai balasannya. Berdasarkan contoh ini, kita berpendapat bahwa kepercayaan yang mengatakan bahwa Kristus memikul dosa manusia itu adalah suatu kepercayaan yang berputar balik dan tidak masuk akal. Kita tidak mengerti kalau kita yang berbuat dosa, tapi Yesus yang harus disiksa!

Wasiat yang kedua (the second Commandement) dari yang sepuluh itu dimulai dengan kata-kata: "Janganlah engkau membuat patung berukir untuk dirimu." Selanjutnya wasiat kedua ini menyatakan: "Janganlah membungkukkan diri dan menyembah kepadanya." Akan tetapi banyak sekali gereja-gereja dan katedral-katedral yang memancangkan patung-patung itu di altarnya dan praktis orang-orang menyembahnya.

Saya sering merasa kaget, bagaimana Hidup, Wafat dan Kebangkitan Yesus itu tidak berpengaruh apa-apa secara langsung terhadap penduduk Palestina pada waktu itu yang terdiri dari orang-orang Yahudi, orang-orang Romawi dan lain-lain. Karena dari sejarah yang saya baca jelas bahwa riwayat hidup Yesus itu tidak berpengaruh apa-apa terhadap para penyerangnya. Dan waktu saya belajar di sekolah, saya tidak mempelajari selain ayat-ayat Injil, dan telah beberapa abad yang lalu agama Kristen menghadapi perlawanan, sampai akhirnya agama Kristen menjadi kuat dan terbesar. Di situlah juga saya mempelajari sejarah Hidup Muhammad Rasulullah s.a.w., kemenangan-kemenangannya dan kepercayaan Islam yang terbesar. Akan tetapi tidak ada keterangan tentang segi-segi kejiwaan Islam.

Antara tahun 1919 dan 1921 saya bertugas di Angkatan Laut dalam kapal-kapal yang ditempatkan di perairan Turki. Hal itu telah mendorong perhatian saya terhadap Islam. Pernyataan Syahadat pokok dalam agama ini berbunyi "Laa Ilaaha Illallah, Muhammadur-Rasulullah" telah menggugah perhatian saya terhadapnya. Lalu saya membeli beberapa buah buku tentang Islam, akan tetapi kebanyakan isinya saya lihat memberatkan Islam. Sebab cara hidup khalifah-khalifah Turki dalam tiga abad terakhir dan korupsi yang dilakukan oleh kaum politisi dan para pejabat pemerintahannya telah memberikan pandangan buruk terhadap Islam. Oleh karena itu maka perhatian saya terhadap Islam mulai luntur secara berangsur-angsur. Akan tetapi keimanan saya kepada Allah tetap, hanya saja keimanan yang pasif.

Sejak setahun yang lalu, perhatian saya terhadap Islam datang lagi dan kembali pula saya membahasnya. Saya mengirim surat kepada Missi Islam, sehingga saya dikiriminya beberapa buah buku yang dikarang oleh para pengarang Muslim. Buku-buku itu menunjukkan kekeliruan-kekeliruan orang-orang Barat dalam memahami Islam, pemalsuan dan perubahan yang mereka lakukan terhadap ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Saya baca dalam buku ini tentang kebangkitan kembali kaum Muslimin sesudah mereka tidur lelap beberapa abad lamanya, tentang gerakan-gerakan pembangunan yang aktif yang menunjukkan kembalinya Islam kepada kesuciannya dahulu di bawah sinar kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan modern yang dengan mana Islam cocok sepenuhnya.

Baru-baru ini beberapa surat kabar melaporkan pernyataan-pernyataan para filosof dan pengarang yang pokoknya mengemukakan bahwa agama-agama sekarang telah ketinggalan zaman. Saya yakin bahwa kata-kata mereka seperti itu berasal dari keraguan orang-orang Barat terhadap agama Kristen. Mereka yang --menurut pengakuannya-- pengatur pembangunan (reformers) sebenarnya telah terjatuh ke jurang kesalaban yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Martin Luther sebelumnya. Sebab Islam adalah suatu agama yang telah membuktikan segala kegairahan pembangunan, berdiri tegak dan nyata di hadapan kita.

Adalah suatu paradox, jika anda tidak pernah datang ke gereja, orang tidak ambil pusing dan tidak berkata apa-apa tentang anda. Akan tetapi jika anda menjadi seorang Muslim, maka jadilah anda dalam pandangan mereka, paling sedikitnya, seorang yang aneh (eccentric).

Singkatnya cerita, saya telah memeluk agama Islam. baik dalam teori maupun dalam praktek dan dalam segala keadaan. Hilang lenyaplah segala keraguan dan pikiran-pikiran saya yang salah, dan tenanglah pikiran saya, bahwa sesungguhnya Islam itu --tanpa ragu-ragu-adalah jalan yang lurus (the right path) Kita mohon bimbingan Allah di atasnya dan bahwa Islam akan tetap untuk selamanya merupakan jalan yang lurus.

--------------------------------------------------------------------------------
Mengapa Kami Memilih Islam Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981 Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Yuri, Putri Venezuela

Namanya Yuri. Gadis berwajah Asia ini dulunya adalah penganut Katolik sejak lahir. Melalui beberapa kali diskusi, ia akhirnya kembali ke fitrah, memeluk Islam.

Ketika hadir pertama kali di Islamic Forum for non Muslims di Islamic Center of New York, gadis ini nampak lugu dan pemalu. Dia hanya diam, mengamati dan sesekali menganggukkan kepala. Senyumnya pun jarang terlihat. Mungkin karena pernah mendengar bahwa senyuman wanita di tempat umum bisa dianggap tidak etis. Yuri, itulah nama yang disebutkan di saat ditanya tentang namanya. “my parents are very strong Catholics” katanya suatu saat. “My father is Venezuelan, but my mother is an Irish origin”. Mungkin campuran itulah yang menjadikan Yuri lebih mirip gadis Asia.

Datang kedua kalinya, Yuri kini lebih agresif. Beberapa pertanyaan yangt diajukan sangat tajam dan mengena. Suatu kali dia menanyakan “if Muslims believe in Jesus and the Gospel, why don’t you guys accept him (Jesus) as Christians do”. Ketika saya jawab bahwa mengimaninya harus sesuai dengan Al-Qur’an dan bukan dengan apa yang disebutkan di Bible, dia berargumentasi “That for me means, you don’t really believe in the Bible that you claim”.

Dari pertemuan ke pertemuan, alhamdulillah, Yuri nampak serius dan banyak mengalami perubahan. Saya masih ingat, ketika pertama kali datang Yuri seperti tidak serius dan seolah acuh dengan ceramah yang disampaikan. Hingga suatu ketika, bersamaan dengan hari Paskah di kota New York, saya membahas kembali mengenai Isa A.S. Diskusi yang memakan waktu lebih 3 jam mengenai Isa itu ternyata awal perubahan drastis yang dialami oleh Yuri. Sejak itu, kerap kali meminta untuk direkomendasikan buku-buku yang dianggap “reliable” untuk dibaca.

Dua bulan terakhir Yuri nampak semakin bersemangat. Bahkan tidak jarang kini menyampaikan keragu-raguannya terhadap apa yang selama ini dia sebut sebagai “my father’s inheritance” (warisan ayah). Walhasil, seringkali dia sendiri mempertanyakan konsep-konsep dasar agama Katolik. Sebagai misal, suatu ketika ada pertanyaan dari seorang peserta tentang “Dosa asal dan karakter dasar manusia”. Menurutnya, secara umum manuswia itu cenderung untuk jahat. Kalau saja tidak ada “hukum” maka manusia akan lebih jahat dari binatang buas di hutan-hutan. Maka, dosa asal itu memang ada dan terbukti dari prilaku manusia.

Yuri yang sebenarnya pendiam itu segera menjawab: “What? I don’t think any rational human beings will accept that concept. From any human senses, that is simply irrational” katanya tegas tanpa penjelasan lebih jauh.

Saya seperti biasa, di saat diskusi sudah menghangat tinggal mengarahkan saja. Seolah moderator diskusi yang mengarahkan arah diskusi ke tujuan yang dinginkan. Tidak jarang memang diskusi-diskusi di kelas ini, khususnya jika telah menyentuh masalah-masalah teologis, menjadi panas. Tidak jarang pula, diskusi-diskusi panas inilah menjadi awal pijakan “introspeksi” bagi para peserta.

Yuri, yang hingga kini belum sempat saya tanyakan nama lengkapnya, sejak itu pula nampak seperti seorang Muslimah yang setiap saat siap membela berbagai miskonsepsi mengenai Islam. Saya masih ingat, seorang peserta lain mempertanyakan konsep kemurnian tauhid dalam Islam. Menurutnya, orang-orang Islam itu jika shalat dan tidak menghadap Mekah tidak diterima shalatnya. Menurutnya lagi, bangunan yang ada di Mekah (Ka’bah) itu dianggap oleh kaum Muslim sebagai sesuatu yang dihormati. “Isn’t it a kind of polytheism?” tanyanya.

Tiba-tiba saja Yuri yang pemalu itu mengangkat tangan dan mengatakan: “Don’t you know that Muslims do not worship any object beside God? That is a symbol of direction to God but Muslims do not worship it at all” jelasnya.

Demikianlah hari-hari Yuri bersama the Islamic Forum di Islamic Center of New York. Hingga pada awal bulan Mei ini, di mana bersamaan dengan persiapan “Matrimonial Match Makin” yang akan dilaksanakan di Jamaica Muslim Center dua minggu silam, saya mendedikasikan sebulan penuh (Mei) membicarakan mengenai “Perkawinan dalam Islam” dari berbagai sudut. Yuri yang masih belia itu ternyata punya perhatian besar terhadap keluarga dan konsep pernikahan itu. Sampai pada akhirnya, minggu kedua dari diskusi tentang nikah itu dia mengatakan “This is the most interesting to me. I was kind of confused about how will it be as a Muslim to marry”.

Alhamdulillah, tepat Sabtu keempat bulan Mei lalu, nampak Yuri tenang tapi sesekali memperlihatkan wajah yang sepertinya gusar. Diskusi yang biasanya memakan waktu sekitar 3 jam itu ternyata molor hingga 4 jam karena memang masalah yang didiskusikan adalah hak dan kewajiban suai isteri. Ternyata bagi kebanyakan peserta hal ini menarik karena asumsi mereka isteri selalu tunduk dan patuh kepada suami. Sebaliknya suami selalu berada pada posisi yang superior. Ternyata apa yang mereka dapat adalah sebaliknya, di mana Islam menempatkan suami dan isteri pada posisi yang “sederajat” sesuai kodrat masing-masing pihak.

Tapi yang paling menarik adalah konsep “poligami” versus pergaulan bebas di Amerika. Sedemikian serunya pembahasan ini hingga beberapa kali pihak security datang karena menyangka ada pertengkaran. Alhamdulillah, pada akhirnya semua pihak dapat memahami bagaimana sesungguhnya kedudukan poligami dalam Islam.

Yuri yang hari itu agak diam, hanya sesekali tersenyum jika mendengar argumentasi yang lucu. Hingga pada akhirnya kelas berakhir dan semua meninggalkan. Saya biasanya tidak langsung meninggalkan kelas, selain membenahi buku-buku rujukan, juga terkadang ada beberapa murid yang perlu konsultasi secara individu.

Tidak beberapa lama setelah kelas bubar, Yuri dengan nampak berlinang airmata dan malu-malu masuk kembali ditemani 3 orang temannya. Ketiganya adalah muallaf yang masuk Islam beberapa waktu lalu. Saya langsung tanya “what’s happening?” Teman-teman itu hampir serentak menjawab “she is ready, Imam Shamsi”. Saya tidak sadar tentang Yuri dan kembali bertanya “ready for what?”. Yuri yang kini duduk sambil mengusap airmata mengatakan “I can not delay this any more. I want to be a Muslim right now!” katanya mantap.

Saya pun memulai dengan kembali mengingatkan Yuri ketika pertama kali datang ke kelas. Bagaimana dia pemalu, nampak lugu, dan kelihatannya nampak sangat belia. Mendengar itu, Yuri hanya tersenyum sambil mengusap air mata.

Saya kemudian memulai menuntun Yuri bersyahadah: “Ash-hadu an laa ilaaha illa Allah- wa-ash hadu anna Muhammadan Rasul Allah”. Dengan airmata berlinang diiringi pekik takbir teman-teman yang ada, Yuri secara resmi kembali ke pangkuan fitrah asalnya.

Saya hanya berpesan kepada Yuri bahwa “in fact this is the beginning of your journey. Be prepared and willing to sacrifice in the way to pursue the pleasure of your Creator”.

May Allah bless and strengthen you, Yuri!

New York, May 31, 2007

Miss Fatima Kazue (Jepang)

Sejak terjadinya perang dunia ke-II, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama kami, yakni sejak saya menjalankan kehidupan secara Amerika. Saya merasa ada sesuatu yang terlepas dari jiwa saya, akan tetapi saya bisa menentukan apa yang telah hilang itu, sedangkan jiwa saya tetap menuntut supaya saya menentukan apa yang hilang itu.

Adalah nasib baik bagi saya kenal dengan seorang Muslim yang sudah lama tinggal di Tokyo, dan cara hidup serta ibadahnya sungguh mengagumkan saya. Lalu saya tanya dia tentang beberapa masalah yang dijawabnya dengan jawaban yang cukup meyakinkan, memuaskan akal dan jiwa sekaligus. Dia memberitahukan kepada saya tentang bagamana seharusnya manusia hidup sesuai dengan hukum-hukum yang telah ditentukan Allah s.w.t. Saya tidak membayangkan sebelumnya bahwa pandangan manusia akan berubah secepat apa yang saya alami dalam jiwa saya, ketika saya mengikuti dan menjalankan kehidupan secara Islam. Saya merasa bahwa saya setuju dengan Tuhan yang menciptakan saya.

Dengarlah penghormatan seorang Muslim: "Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh". Kalimat itu merupakan do'a memohonkan keselamatan dari Allah, do'a mohon kebahagiaan yang abadi. Ini sangat berbeda dengan kata-kata "good morning" dan "good afternoon", suatu penghormatan yang hanya secara sederhana mengharapkan kebaikan pagi dan sore, di dalamnya tidak terkandung harapan yang kekal, tidak pula mengandung do'a kepada Allah agar melimpahkan rahmat dan berkah-Nya.

Sahabat saya yang Muslim itu mengajarkan kepada saya tentang banyak hal yang harus diimani oleh setiap Muslim serta peribadatan yang harus ditunaikan. Saya.amat tertarik oleh cara hidup menurut ajaran Islam, kebersihannya, keluasannya dan kebiasaannya mengucapkan salam.

Saya yakin sepenuhnya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang bisa menjamin keselamatan dan ketentraman hidup seseorang dan masyarakat secara merata. Hanya Islam sajalah yang memberikan keselamatan hakiki kepada alam kemanusiaan, berlaku dalam waktu yang lama dan membimbing rnereka kepada keamanan.

Berbahagialah saya, bahwa saya setuju dengan jalan keselamatan, dan saya sangat mengharap dapat menyebarluaskan Islam di kalangan bangsa saya, manakala saya menemukan jalan untuk itu.


--------------------------------------------------------------------------------
Mengapa Kami Memilih Islam Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Mrs. Cecilia Mahmudah Cannolly (Australia) Mengapa saya memeluk Islam?

Pertama-tama dan sebelum segala sesuatunya, saya ingin menyatakan bahwa saya memeluk agama Islam, karena ternyata bahwa saya adalah seorang Muslim dalam lubuk jiwa saya tanpa setahu saya.

Sudah sejak masih muda, saya telah kehilangan kepercayaan kepada agama Kristen. Sebabnya banyak, dan yang terpenting ialah kalau saya bertanya kepada orang-orang Kristen, baik tokoh-tokoh Gereja maupun orang-orang Kristen biasa, tentang sesuatu yang tidak jelas bagi saya mengenai ajaran-ajaran Gereja, saya selalu saja mendapat jawaban: "Nona tidak akan bisa menggali ajaran-ajaran Gereja, tapi nona wajib mempercayainya." Waktu itu saya tidak mempunyai cukup keberanian untuk mengatakan kepada mereka: "Saya tidak bisa mempercayai sesuatu yang saya tidak mengerti." Dan menurut hasil penelitian saya, tidak ada seorangpun di kalangan mereka yang menyebut dirinya orang Kristen yang mempunyai keberanian semacam itu.

Apa yang saya lakukan selanjutnya, ialah keluar dari Gereja Roma Katolik serta ajaran-ajarannya dan memantapkan ke-Imanan saya kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab beriman kepada-Nya itu lebih mudah dari pada beriman kepada Tuhan Yang Tiga, seperti yang diajarkan oleh Gereja. Dan berlawanan dengan ajaran-ajaran G,ereja yang tidak bisa dimengerti itu, saya mulai menemukan kehidupan yang lebih luas, bebas dari segala dogma. Setiap kali saya menghadapkan muka, saya menemukan bukti-bukti kekuasaan Allah s.w.t. pada makhluknya, dan saya --juga orang lain yang kecerdasannya lebih tinggi dari pada saya-- tidak bisa memahami segala mu'jizat yang terjadi di bawah mata saya. Saya tertegun memikirkan segala kejadian/keajaiban makhluk Allah: pohon-pohon, bunga-bunga, burung-burung dan hewan-hewan sampai anak-anak yang dilahirkan, semua itu saya rasa merupakan mu'jizat yang maha gemilang. Tidak seperti yang diajarkan oleh Gereja. Saya ingat di waktu saya masih kecil, jika saya melihat bayi yang baru lahir yang digambarkan oleh Gereja sebagai "tertutup dengan kehitaman dosa." Sekarang tidak ada anggapan buruk semacam itu lagi mendapat tempat dalam khayalan saya. Sekarang segala sesuatu menjadi indah di muka mata saya.

Pada suatu hari, anak saya perempuan pulang ke rumah membawa sebuah buku tentang Islam. Buku itu telah mempengaruhi jiwa saya untuk memberikan perhatian kepada agama ini, sehingga sesudah selesai membaca buku ini, saya terus membaca buku-buku yang lain lagi tentang Islam, dan segeralah saya mengerti bahwa Islam itu adalah justru akidah yang cocok dengan kepercayaan saya.

Pada waktu saya masih percaya kepada agama Kristen, saya terpengaruh oleh apa yang dimasukkan ke dalam hati saya bahwa Islam itu tidak lebih dari pada sebuah cerita lelucon. Akan tetapi sesudah saya membaca buku-buku tersebut, hilanglah segala sangkaan buruk itu dari hati saya, dan tidak lama kemudian saya menemui beberapa orang Islam untuk menanyakan beberapa masalah yang belum begitu jelas sempurna bagi saya. Ketika itulah tersingkap segala tirai yang menghalangi saya dari Islam. Setiap kali saya kemukakan pertanyaan, setiap itu pula saya mendapat jawaban yang meyakinkan. Berlainan sepenuhnya dengan apa yang dilebih-lebihkan pada waktu saya masih menganut agama Kristen.

Sesudah membaca-baca dan mempelajari, saya dan anak saya perempuan mengambil keputusan untuk memeluk agama Islam dengan nama Rasyidah dan Mahmudah.

Kalau ada orang yang bertanya kepada saya tentang segi yang paling menarik bagi saya dalam Islam, pasti akan saya jawab: Sembahyang. Karena sembahyang dalam agama Kristen, tidak lebih dari pada do'a kepada Allah (dengan perantaraan Yesus Al-Masih) agar Dia menganugerahi kita dengan kebaikan di dunia. Sedangkan dalam Islam, sembahyang itu ialah memanjatkan puji ke hadirat Allah s.w.t. dan bersyukur atas segala ni'mat-Nya. Allah sendirian yang lebih mengetahui apa yang bermanfaat bagi kita dan menganugerahi kita dengan apa yang kita perlukan tanpa memintanya sedikitpun.



--------------------------------------------------------------------------------
Mengapa Kami Memilih Islam Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Thomas Irving (Tokoh Masyarakat Kanada)

Sebelum saya menceritakan kisah saya memeluk Islam, saya berpendapat ada baiknya kalau terlebih dahulu saya menceritakan pengalaman saya sendiri sebelum dan sesudah mengetahui barang sedikit dasar-dasar Islam. Dengan demikian saya tidak bermaksud hanya sekedar bercerita. Maksud saya ialah menunjukkan bagaimana perkembangan pikiran beribu-ribu pemuda Kanada yang lain dan Amerika, dan kesempatan yang diharapkan oleh suatu dakwah Islam yang berhasil.

Saya ingat sesuatu yang sangat menggerakkan hati saya, pada waktu saya masih seorang anak kecil, tentang penjelasan Kristen mengenai kehidupan Yesus. Akan tetapi saya tidak bisa mengatakan bahwa waktu itu saya menjadi orang Kristen atas dasar keyakinan saya sendiri. Kisah-kisah yang tersebut dalam Injil itu tidak dapat menarik perhatian saya, ketika saya bertanya-tanya dalam kekagetan tentang sebab banyaknya orang yang tidak bertuhan di dunia dan tentang sebab adanya perbedaan antara Yahudi dan Kristen mengenai Injil itu sendiri. Mengapa orang-orang yang tidak percaya kepadanya dikutuk, pada hal itu bukan karena kesalahan mereka sendiri? Lagi pula mengapa mereka mempraktekkan kebaikan sebagai suatu ummat atau bangsa yang "maju"?

Saya ingat terutama kepada apa yang pernah dikatakan oleh seorang anggota Missi Islam dari India tentang kekuatan kaum Muslimin memeluk agamanya. Hal itu adalah untuk pertama kalinya saya mendengar tentang Islam. Ucapan itu telah menyebabkan saya menghargai itu orang-orang yang mantap dalam kepercayaannya, dan saya ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang orang-orang yang "terkutuk" itu.

Pada tahun pertama saya mempelajari kesusastraan Timur, saya membaca tentang perkembangan pikiran kemanusiaan dalam usahanya mengenal Allah. Yesus diangkat tinggi dalam gambarannya sebagai "tuhan yang pengasih". Akan tetapi gambaran ini hilang lenyap di tengah-tengah awan pengaruh do'a/sembahyang yang tidak bisa dimengerti dan ucapan-ucapan keberhalaan. Dan sifat "kasih sayangnya" itu menjadi kabur dibalik gambarannya pada waktu yang bersamaan sebagai "tuhan yang maha tinggi" yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan melalui seorang perantara.

Dunia membutuhkan seseorang yang membimbing dan menunjukkannya kepada sumber kebenaran yang bersih, mengetahui Tuhan Yang Maha Esa. Benua Eropa masih tetap berada pada semacam Barbarisme di bawah pengaruh khurafat kebangsaan yang sempit dan matinya kebudayaan yang turun temurun di bawah teori pengasuhan gereja yang sempit. Timur adalah pusat pemikiran dan wahyu. Di sanalah datang Muhammad s.a.w. sesudah 7 abad dari Isa a.s., dan keberhalaan Kristen telah berakar kuat di Eropa sebelum pelajaran-pelajaran rasional dimulai; tidak memperdulikan wahyu selama 9 abad.

Akhirnya saya dapat menerima pengertian bahwa Muhammad s.a.w. diutus oleh Tuhan karena beberapa sebab. Pertama, karena memang kebutuhannya telah dirasakan. Kedua, kesimpulan saya sendiri cocok dengan apa yang diajarkan olehnya. Ketiga, terpisah dari kedua soal tadi, kepercayaan dan keimanan yang tercurah atas hati saya terhadap kesucian Al-Qur'an dan ajaran-ajaran Rasulullah s.a.w.

Pada waktu itu juga saya telah menerima dan juga membeli beberapa bacaan tentang Islam. Seorang budiman India dari Bombay, almarhum Mr. Q-A. Jairazbhoy telah mengirimi saya buku "What is Islam!" karangan H.W. Lovegrove. Ini mungkin merupakan keterangan yang paling praktis yang telah saya baca dan tersebar luas. Kemudian beliau mengirim saya tafsir Al-Qur'an dari Muhammad Ali dan buku-buku serta siaran-siaran lainnya. Di Montreal saya berhasil mendapatkan buku-buku tentang Islam dalam bahasa Perancis, berisi pikiran-pikiran yang pro dan yang kontra, dan inipun membantu dan memperluas pemikiran saya.

---------------------------------------------------------------------
Mengapa Kami Memilih Islam
Oleh Rabithah Alam Islamy Mekah
Alih bahasa: Bachtiar Affandie
Cetakan Ketiga 1981
Penerbit: PT. Alma'arif, Bandung

Dimulai Dari Iman : Cerita Seorang Muallaf

Hidayah, merupakan hak mutlak milik Allah semata. Siapapun ia, baik itu dari golongan manusia, malaikan, dan jin, tidak akan pernah mampu memberikannya kepada siapa yang ia kehendakai, tak terkecuali terhadap familinya sendiri. Begitulah yang terjadi pada diri Nabi Nuh. Meskipun beliau sebagai Nabi –bahkan termasuk ulul ‘azmi– tetapi tetap beliau tidak mampu menghembuskan hidayah ke sanubari anaknya. Maka, matilah anaknya dalam kekafiran.

Kisah yang hampir sama, juga dialami oleh baginda Rosulullah Solallahu ‘alai wasallam. Betapa besar harapan beliau, agar pamannya, Abu Tholib, dengan lapang dada mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah (sebagai syarat keislaman seseorang), selagi nyawa masih dikandung badan. Takdir berkata lain, hingga ajal mejemput, kalimat yang akan menyelamatkannya dari siksa api nereka, juga tidak terucap.

Begitu pula sebaliknya, ketika Allah telah memutuskan untuk memberi petunjuk terhadap manusia yang ia kehendaki, maka, satu makhlukpun tidak akan mampu menghalanginya. Hamba tersebut akan mengecap manisnya keimanan, meskipun, kalau ditinjau dari segi umur, hamba tersebut masih tergolong amat belia. Dalam hal ini, Ali bisa dijadikan contoh.

Ilustrasi di atas, sangat mirip dengan perjalanan spiritualku, dalam mendapatkan cahaya Islam, beberapa belas tahun yang lalu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku adalah anak ke dua dari delapan bersaudara. Terlahir di tengah-tengah keluarga yang menganut agama Nasrani. Untuk menjaga orisinalitas paham trinitas, orangtua senantiasa mendoktrinku tentang ajaran Kristen, setiap kali hendak makan malam. Karenanya, meskipun masih tergolong usia dini (9-10), sedikit-banyak ajaran Kristen sudah aku kuasai.

Namun, keyakinan yang selama ini aku pegang sedari lahir, mengalami “goncangan”, ketika suatu malam, tepatnya pada malam hari raya ’Idul Fitri, aku terjaga dari tidur, karena mendengar suara takbir yang menggelora, memecahkan keheningan malam.
Lantunan tersebut sangat menyejukkan hatiku. Tanpa disadari, air mata pun meleleh karenanya. Apa yang membuatku menangis?. Bukankah kalimat-kalimat ini sering aku dengar, tiap kali kaum Muslim memperingati hari-hari raya mereka. Tapi kenapa, sekarang terasa beda. Seolah timbul kesejukan di hati karenanya?” ujarku dalam hati.

Peristiwa yang terjadi malam itu, terus berlanjut keesokan harinya. Menyaksikan kaum muslimin yang berpakaian rapih dengan semangat menuju masjid untuk melaksanakan shalat Id, ikut mengguncang batinku. Melihat kekompakan antar mereka –saling sapa, senyum, bersalam-salaman– sangat membuatku terasa iri.

Bulu kudukku pun berdiri manyaksikannya. Air mata tak terbendung lagi. Heran melihat perilakuku yang tidak seperti biasanya, orangtuaku menanyai akan perihal yang telah membuat hatiku sedih. Untuk menutup peristiwa ini, aku jawab sekenanya.

”Enggak, bu, tidak ada apa-apa kok,” timpalku singkat.

Dijemput Cahaya

Meskipun dari sekian penghuni pesantren, cuma aku yang beragama Nasrani, tapi teman-teman tidak pernah mengasingkanku, lebih-lebih pimpinannya. Masih sangat terngiang di ingatanku bagaimana beliau berujar pada suatu hari, ”Kamu silahkan mau tidur di sini. Mengenai kegiatan-kegiatan pesantren, kalau kamu minat untuk mengikuti, ya, silahkan. Kalau tidak, pun tidak apa-apa. Saya tidak akan pernah memaksamu untuk masuk Islam,” jelasnya dengan rendah hati.

Suatu hari, setelah beberapa bulan di pesantren, timbul keinginanku untuk belajar membaca Al-Quran. Sebabnya, saya pernah mendengar pimpinan mengaji dengan begitu merdunya, sehingga menuntutku untuk menyimak ngaji tersebut secara diam-diam. Saat itu batinku pun berkata, ”Kenapa bacaan seindah ini, tidak pernah aku temukan saat medengarkan Bible?”
Hal ini semakan menambah minatku untuk belajar membacanya. Aku minta temanku untuk mengajariku, hampir setiap hari. Subhanallah! Jika tidak karena pertolongan Allah, mungkin tak terjadi. Hanya dengan waktu yang relatif singkat (3-4 bulan), saya telah mampu membaca Al-Quran dengan lancar. Tidak cukup itu saja, baca-bacaan sholat juga telah kuhafal, termasuk juga surat-surat pendek dari juz ’Amma.

Terbitnya Hidayah Islam

Di pehujung sekolah dasar, batinku mengalami goncangan yang sangat dahsyat. Aku dibingungkan dengan kondisiku saat itu, sebagai seorang Nasrani, namun, juga mengikuti beberapa ajaran Islam seperti sholat. Bahkan, beberapa surat dari Al-Quran sudah aku hafal.
Diam-diam aku berfikir, bagaimana reaksi orangtuaku sekiranya mereka mengetahui aku mempelajari Al-Quran? Dan menyimpang agama nenek moyang kami? Namun di lain pihak, aku semakin merasakan akan kebenaran agama Islam.
Setelah melakukan perenungan yang begitu rumit, akhirnya aku putuskan untuk berislam, dengan konsekwensi, siap menanggung apapun yang menghadang, termasuk keluargaku sendiri.

Suati pagi, setelah keputusanku itu bulat, aku menghadap pimpinan. Saya utarakan maksud dan tujuanku, bahwa saya ingin masuk Islam. Setelah mendengar penuturanku, seketika beliau menangis tersedu-sedu seraya memelukku. Setelah itu, dengan masih dilinangi air mata, beliaupun langsung sujud (sujud syukur). Menyaksikan hal ini, butiran beningpun keluar dari pelopak mataku.

”Kalau memang keputusanmu sudah bulat, setelah shalat jama’ah dhuhur, kamu ucapkan syahadat dengan saksi para jama’ah shalat,” terang beliau dengan terbata-bata.
Seusai sholat jama’ah, aku pun dianjurkan oleh pimpinan untuk maju ke depan. Dengan hati yang bergemuruh, aku langkahkan kaki. Ketika mengadahkan pandangan ke para jama’ah yang hadir, mataku langsung tertuju pada sosok laki-laki yang tidak asing lagi bagiku. Ia berderaikan air mata yang begitu derasnya. Tersirat dari kedua matanya akan keharuan peristiwa yang aku alami. Tidak lain laki-laki tersebut adalah ustadz yang yang berasal dari kampungku, yang telah “menjerumuskanku” mengenal nikmat Islam di pesantren. Akupun akhirnya tak kuasa menahan air mata. Setelah aku mengucapkan dua kalimat syahadat dengan dipandu oleh pimpinan pesantren, aku mengucapkan, “Asyhadu An-Laa Ilaaha Illallâh.Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh.”

Usai aku membacakan kalimay syahadat, hujan takbirpun memecahkan keheningan seluruh masjid. Sejak itu, resmilah aku berpindah agama, tanpa sepengetahuan orangtuaku.

Sekelumit Duri

Tidak ada jalan mulus untuk meraih ridha-Nya. Semua butuh perjuangan, semua butuh pengorbanan. Begitu pula yang aku alami, setelah memproklamirkan diri sebagai muslim, keluarga adalah tantangan beratku, terutama kedua orangtua. Mereka sangat marah dengan mengetahui keislamanku.
“Mulai dari nenek moyangmu dulu, tidak ada satupun keluarga kita yang pernah ganti agama,” bentak mereka.
Bahkan, puncaknya, mereka mempersilahkan saya untuk keluar rumah, apabila masih tetap berpegang teguh dengan pendirianku. Syukurnya, nenek, menahan langkah kakiku, dan marah kepada kedua orangtuaku. “Kalau kalian berani mengusirnya, justru saya yang akan mengusir kalian dari rumah ini,” tegasnya kepada kedua orangtuaku. Akhirnya, akupun tidak jadi keluar rumah.

Setelah beberapa lama tinggal seatap dengan keluarga yang semuanya berbeda keyakinan denganku, aku merasa perlu berhijrah, demi menyelamatkan keimananku. Aku takut, lambat laun, iman yang telah lama kusemai, layu dan mati karena tumbuh di tempat yang tidak seharusnya. Karena itu, aku pamitan kepada mereka untuk tinggal di rumah teman (beragama Islam) yang letaknya ada di desa sebelah. Merekapun mengiakan.
Semenjak itu aku tidak lagi tinggal bersama mereka. Meskipun demikian, hubungan kami telah mencair, bahkan tidak jarang mereka mengirimiku uang saku.
Saat ini, aku sedang kuliah di salah satu perguruan tinggi Islam di Surabaya. Besar harapanku, sepulang dari menuntut ilmu ini, aku bisa mengamalkannya di kampung halaman, terkhusus menghantarkan seluruh keluargaku untuk masuk Islam.

Pesanku kepada saudara-saudara muslim tercinta, tunjukkanlah perilaku seorang muslim sejati, yang sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh syari’at. Karena boleh jadi, musuh-musuh Islam membenci agama ini, karena kesalahan kita sendiri yang tidak mampu mencerminkan sosok muslim yang sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh agama hanif ini. Perilaku Rosulullah, tauladan kita, harus menjadi pijakan dalam setiap gerak-gerik keseharian kita.

http://as-salafiyyah.blogspot.com/2010/09/dimulai-dari-iman-cerita-seorang.html

Kamis, 02 Februari 2012

Lee Kang Hyun: Belajar Agama Melalui Korespondensi

Beragam alasan mualaf menemukan kebenaran Illahiah melalui Islam. Bagi Lee Kang Hyun, Direktur PT Samsung Elektronic Indonesia, Islam dipilih karena dinilai sebagai agama yang mengajarkan keramahan dan solidaritas kepada sesama. Sekitar 10 tahun pria kelahiran Seoul Korea Selatan ini telah menjadi Muslim. Dan sepanjang waktu itu pula, dia merasa dorongan untuk beramal kian membesar.

Di tengah kesibukan sebagai orang nomor satu di perusahaan elektronik papan atas ini, ia menyempatkan diri untuk mengajarkan Islam pada kedua anaknya. ''Kegiatan itu cukup menyita waktu. Namun dengan demikian, sekaligus akan berarti saya juga terus belajar tentang Islam,'' bilang Lee.

Mulai tertarik Islam sejak bersahabat dengan orang Indonesia pada penghujung 1980-an, Lee beruntung memiliki ayah mertua yang cukup banyak mengetahui Islam. Maka korespodensi hingga diskusi soal agama selalu mengisi waktunya bila dia bertemu mertua. Kesan Islam sebagai agama damai, menurut Lee, dia dapatkan saat mulai lebih banyak belajar tentang Indonesia. Semakin dia ingin mengetahui soal Indonesia, kian terasakan betapa bangsa ini merupakan komunitas yang beragam namun memiliki semangat bersama dan saling berbagi.

Lee menjadi lebih dalam memperhatikan Islam, setelah dia mengenal keluarga Roshim Hamzah, mantan pejabat BNI, yang dilihatnya amat tekun beribadah. Yang dia ingat, bapak angkatnya itu selalu menjalankan shalat tepat waktu, dan membaca Alquran usai shalat. ''Selesai shalat atau membaca Quran, bapak itu rona mukanya terlihat amat segar dan tenang. Sepertinya membaca Alquran itu sebagai obat. Paling tidak obat stress karena pekerjaan,'' kenang Lee.

Sejak 1988, Lee memang sering bertandang ke Indonesia. Awalnya kedatangan itu karena korespondensi dengan tamannya yang kebetulan mahasiswa Universitas Indonesia. Dia bahkan sempat tinggal beberapa minggu di rumah karibnya itu, Novianto. Dari persahabatan itu, dan pengalamannya mendatangi sejumlah tempat di Indonesia, keramahan dan keakraban masyarakat Indonesia amat membekas di dalam hatinya.

Situasi ini diakuinya, seperti kondisi Korea Selatan pada era 1970-an, saat ia masih anak-anak. Ketertarikannya kepada kehidupan masyarakat Indonesia yang kemudian semakin membuatnya tertarik ingin lebih tahu agama paling besar di sini, Islam.

Lee tak menyangka jika di kemudian hari, kedekatan batinnya dengan Indonesia mengantarnya untuk menduduki posisinya sekarang. Usai menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Hankuk University Korea Selatan pada 1991, dia kemudian bergabung dengan perusahaan elektronik terbesar di negaranya, Samsung.

Dua tahun menekuni bidang ekspor, diapun mendapat promosi jabatan. Karena dinilai banyak mengetahui Indonesia, maka penugasan berikutnya yang membawanya kembali ke Indonesia pada 1993. ''Saat itu adalah kali kedelapan saya ke Indonesia. Walaupun senang tapi tak terlalu surprise,'' ujarnya.

Namun, lanjut pria ini, pada kesempatan ke Indonesia yang kedelapan itu dirinya memiliki beban psikologis lebih tinggi. Kalau sebelumnya, datang ke Indonesia karena berlibur dan belajar banyak hal, pada 1993 dia datang ke Indonesia dengan tanggung jawab lebih besar. Ini karena Lee ditunjuk sebagai Menejer Ekspor-Impor di PT Samsung Electronic Indonesia.

Walaupun berurusan dengan soal ekspor-impor, Lee juga mencoba dekat dengan para karyawannya. Terutama, ia ingin mendorong etos kerja buruh menjadi lebih baik. Ia pun menjadi 'pengamat'. Dilihatnya, terdapat korelasi signifikan antara agama dengan prestasi kerja. ''Mereka yang tekun dan disiplin shalat ternyata adalah karyawan yang bisa berprestasi,'' ujarnya.

Maka rasa ketertarikan kepada Islam pun kian menari dalam sanubarinya. Diakuinya pula, keinginan memeluk Agama Illahi yang paling sempurna itu juga karena keinginan lebih dekat dengan lebih 2.000 karyawan di pabrik Samsung di Cikarang Jawa Barat. ''Bukan karena unsur lain. Tapi memang kalau saja saya Islam, maka bila harus menyatukan diri dengan para karyawan, saya bakal lebih diterima. Namun intinya bukan karena mayoritas Islam terus saya jadi Islam. Bukan karena itu,'' tegasnya.

Pria kelahiran 16 Juli 1966 ini mengaku sempat gamang dalam perjalanan menemukan kebenaran Islam. Perasaan itu justru kian menjadi setelah keinginannya memeluk Islam kian besar.

Beruntung, ia mendapat teman diskusi yang mumpuni, salah satunya Roshim Hamzah, mantan pejabat BNI yang berdarah Aceh. ''Pak Roshim tak pernah memaksakan kehendak. Dia malah lebih banyak hanya memberi contoh bagaimana bisa taat beragama dengan tetap bisa berkarya secara profesional,'' kenang Lee. Maka belum setahun berkarya di Indonesia keputusan berislam pun diputuskan. Pada tahun 1994, Lee Kang Hyun resmi memeluk Islam setelah bersyahadat di Masjid Sunda Kelapa Jakarta.

Sebagai Muslim, ia mengaku masih banyak 'bolong'-nya. Diakuinya, belum semua ketentuan waktu shalat diikutinya. ''Tapi setiap hari saya pasti shalat, walaupun memang belum lima waktu.'' Shubuh adalah waktu shalat yang paling sering terlewatkan. Soalnya kebiasan tidur menjelang fajar menjadikan sulitnya dia terbangun di pagi hari.

Soal larangan mengonsumsi daging babi, menurut Lee, amat mudah dia tinggalkan selekas masuk Islam. Namun soal minuman beralkohol, belum sepenuhnya ditinggalkan, terutama saat 'puulang kampung' ke Korea. ''Minum Soju itu identik dengan budaya Korea dan rasa penghormatan terhadap semasa manusia. Maka jujur saja, saya belum bisa mencari jalan keluar untuk meninggalkan budaya itu. Tapi suatu sat saya yakin bisa,'' ujarnya. Asal tahu saja, di Korea, Islam masih dianggap sebagai sekte aneh'.

Dua tahun ber-Islam, Lee mengaku mendapat berkah paling besar dengan menemukan jodohnya, wanita asal Sumedang, Jawa Barat. Mereka dikaruniai dua anak laki-laki, Bonny Lee (7) dan Boran Lee (2). Seiring pertumbuhan buah hatinya, ia makin terketuk untuk makin mendalami Islam. ''Soalnya bagaimana saya bisa mendidik anak dalam soal agama dengan baik, kalau saya sendiri pengetahuan Islamnya masih perlu diperdalam,'' katanya.

Maka Allah pun memberi jalan mudah. Sang ayah mertua merelakan waktunya untuk berbagi pengetahuan Islam kepada menantunya yang masih berbangsa Korea ini. Sekarang, setiap Sabtu, dia selalu menerima surat dari ayah mertuanya yang berisikan topik bahasan Islam. ''Selain surat, ayah sering mengirimkan pula data-data dan dokumen lain soal Islam. Lalu saya selalu meluangkan waktu untuk mendiskusikannya dengan Bonny, yang sekarang mulai besar,'' ceritanya.

Seiring dengan perjalanan karier Lee yang terus menanjak, hingga sekarang dipercaya menempati posisi Direktur PT Samsung Eelectronic Indonesia, kebiasaan 'menyebar' uang dan berbagi rezeki kepada kaum dhuafa terus menjadi kesehariannya. Namun ia menolak membicarakan hal itu. ''Saya hanya ingin berbagi dan mendidik anak-anak supaya tahu kewajiban saling membantu sesama,'' tukasnya.

Satu lagi yang masih menjadi cita-citanya, pergi ke Tanah Suci untuk berhaji. ''Saya ingin ke Mekkah untuk berhaji. Tapi sampai sekarang belum mendapat izin cuti lebih sebulan,'' tuturnya.

Nama: Lee Kang Hyun
Tempat tanggal lahir: Seoul, 16 Juli 1966
Status pernikahan : Menikah dengan dua anak

Pendidikan
* 1991: Sarjana Manajemen Ekonomi Hankuk University (Korea),
* 2000: Mendalami E-commerce di Carnegie Mellon University, Pittsburgh - USA

Pengalaman kerja:
* 1986 - 1988 : Military training requirement
* 1991: Samsung Electronics, Ltd (Export Team Audio-Video)
* 1993 : manajer ekspor-impor Samsung Electronics Indonesia
* 1998 - 2002 : Export-Import, Project General Manager
* 1999 - 2002 : General manager marketing Samsung Electronics Indonesia
* 2003 - sekarang : Direktur Samsung Electronics Indonesia.

Sumber Harian Republika - Dialog Jum'at.

Mengapa Kami Memilih Islam (Abdullah Battersbey)

Abdullah Battersbey (Mayor Tentara Inggris)

Beberapa tahun yang lalu, dalam waktu paling kurang dari seperempat abad, adalah kebiasaan saya sehari-hari bepergian sepanjang jalan air Burma dengan menggunakan sampan. Pengemudinya seorang Muslim, bernama Syekh Ali dari Chitagong, Bangladesh. Dia seorang jurumudi yang mahir dan berpegang kepada ajaran-ajaran agamanya secara ikhlas, tekun melakukan sembahyang pada waktunya. Ketaqwaannya tidak hanya menimbulkan rasa hormat saja pada saya, tapi malahan mempengaruhi perhatian saya terhadap agama yang mampu menguasai orang ini dan menjadikannya orang yang setia/taqwa. Di sekitar tempat tinggal saya ada beberapa orang Burma Buddhist yang juga menunjukkan kesetiaannya, bahkan kadang-kadang mereka itu --sebagaimana yang saya saksikan-- termasuk penghuni bumi yang paling banyak kebaikan dan pengorbanannya. Akan tetapi bagi saya jelas adanya kekurangan dalam peribadatan mereka. Saya tahu bahwa mereka melakukan sembahyang di pagoda, karena saya melihat mereka berkumpul sambil duduk bersimpuh di sans dengan mengucapkar, bacaan-bacaan sembahyang mereka, Buddham saranam gaccami, Dharma saranam gaccami, Sanghan saranam gaccami.

Mereka mengatakan bahwa dengan begitu mereka telah mengikuti petunjuk-petunjuk Buddha sebagai hukum dan peraturan untuk meningkatkan kehidupan rohani mereka. Mereka tampak terlalu lugu, tidak bersemangat. Jauh berbeda dengan keadaan Syekh Ali pada waktu sembahyangnya. Saya mengajaknya berbicara sepanjang perjalanan kami pada jalur-jalur jalan air yang sempit itu. Dia tidak begitu baik berbicara selain tentang hal-hal yang memberikan dorongan bertaqwa pada jiwanya. Dia memang seorang model dari kekuatan inspirasi Islam.

Saya telah membeli beberapa buah buku yang membahas sejarah Islam dan ajarannya. Saya juga sedapat mungkin mempelajari sejarah hidup (biografi) Nabi Muhammad s.a.w. dengan segala keberhasilannya yang besar-besar. Kadang-kadang saya juga berdiskusi mengenai beberapa masalah ini bersama sahabat-sahabat saya yang beragama Islam. Tapi kemudian perang dunia ke-I pecah, dan seperti juga banyak orang lain, saya ditugaskan pada Indian Army di Mesopotamia, sehingga saya terjauh dari negara-negara Buddhist dan saya bergaul dengan orang-orang Arab yang di kalangan mereka lahir seorang Rasul dan bahasa mereka menjadi bahasa Al-Qur'an.

Kehidupan saya di tengah-tengah bangsa Arab itu menyebabkan bertambahnya perhatian saya terhadap Islam dan ajaran-ajarannya. Lalu saya belajar bahasa Arab dan bergaul lebih akrab dengan rakyat Arab. Saya kagum atas besarnya semangat mereka menyembah Allah, sampai akhirnya saya sendiri percaya atas ke-Esaan Tuhan, pada hal sejak kecil saya dididik untuk percaya kepada Trinitas. Sekarang jelas bagi saya bahwa yang benar Tuhan itu Unity bukan Trinitas. Laa llaaha illallah. Saya ingin mengumumkan diri saya sebagai orang Islam. Kenyataannya, walaupun saya sama sekali sudah tidak lagi suka datang ke gereja dan sekali-sekali mengunjungi mesjid-mesjid manakala menjalankan tugas resmi saya sebagai opsir polisi, hanya sewaktu saya datang ke Palestina sajalah, yakni antara tahun 1935 dan 1942 saya menemukan keberanian untuk secara resmi mengumumkan bahwa saya telah masuk Islam, agama yang telah saya pilih beberapa tahun lamanya.

Adalah hari besar dalam sejarah hidup saya, ketika saya mengumumkan keIslaman saya di Mahkamah Syar'iyyah Kota Yerusalem yang dikenal di kalangan bangsa Arab dengan nama Al-Quds atau Baitul-Mukaddas. Waktu itu saya adalah Kepala Staf Umum, dan pengumuman saya sebagai pemeluk Islam itu telah mengundang banyak reaksi yang kurang sedap. Sejak waktu itu saya telah hidup dan mempraktekkan kepercayaan sebagai orang Islam di Mesir dan kemudian di Pakistan.

Islam adalah suatu agama persaudaraan terbesar sekitar 500 juta orang, dan mengikuti golongan ini berarti mengikuti petunjuk Allah.

Kalau saya sekarang mengakui kebesaran Islam dan pada tahun-tahun terakhir ini menyerahkan tenaga untuk memajukan Islam dengan tulisan dan kehidupan saya, maka keutamaannya kembali kepada itu orang pengemudi sampan yang ketaqwaannya telah membawa saya kembali kepada Allah dan Islam. Sesungguhnya kita semua lahir sebagai orang Islam, hanya saya sebagai manusia lemah telah tersesat jalan.

Sekarang, alhamdulillah, saya telah menjadi seorang anggota persaudaraan besar Islam, dan manakala saya bersembahyang, saya merendahkan diri memohon kepada Allah untuk ruh pengemudi sampan yang miskin itu, yang ketaqwaannya telah mendorong saya menemukan jalan yang diilhami oleh akidahnya yang kuat dan mantap.

Allah, tidak ada Tuhan selain Dia.
Yang Hidup, Yang Kekal dan Esa.
Yang tidak diberatkan oleh sesuatu dan tidak pernah tidur.
Kepunyaan-Nya sendirilah ke-Rajaan.
Di langit dan di bumi.
Pada-Nya tersimpan kunci-kunci alam gaib,
tidak dicampuri yang lain.

Dia melihat segala yang ada di bumi, di air dan di udara. Dia melihat setiap bunga yang berkembang dan setiap gelombang di semua lautan.

http://myquran.org/forum/index.php/topic,853.255.html?PHPSESSID=ubdfi8jvk3cse15blo37b55890

Drs. Mowo Purwito : Keselarasan al-Qur’an dengan science

Satu fenomena yang terjadi dalam keagamaan adalah, mayoritas orang-orang non Islam yang masuk menjadi Islam -mu’alaf- adalah orang-orang dari kalangan intelektual, baik dalam bidang science, politik, ekonomi, kedokteran, sejarah maupun dalam bidang keagamaan itu sendiri, kalau boleh kita asumsikan, masuknya mereka ke dalam Islam adalah karena adanya sikap mau berpikir tentang kebenaran dan pintu hati mereka terbuka untuk dapat menerima kebenaran, singkatnya, mereka mau masuk ke dalam Islam adalah karena alasan adanya kebenaran dalam ajaran Islam.

Sementara itu, mayoritas orang-orang Islam yang keluar dari Islam -murtadin- adalah orang-orang awam -berpendidikan rendah- baik dalam bidang ilmu keduniaan maupun dalam bidang keagamaan, dan biasanya pula, mereka itu adalah orang-orang yang secara ekonomi berada pada level menengah ke bawah bahkan pada level terbawah, di mana keadaan tersebut seringkali menempatkan mereka berada pada tekenan hidup yang cukup tinggi, adanya paduan tingkat pendidikan yang rendah dengan tekanan kehidupan yang tinggi menyebabkan mereka mudah terbujuk, terayu dan terintimidasi untuk keluar dari Islam, singkatnya, mereka keluar dari Islam tidaklah karena mereka telah menemukan kebenaran dalam ajaran agama yang baru akan dipeluknya.

Kisah masuk Islam-nya Bapak Drs. Mowo Purwito Rahardjo Dip HRD, STh berikut akan memberikan gambaran tentang fenomena tersebut, beliau adalah intelektual dalam bidang theologi –keagamaan-, mengetahui sedikit science dan mengetahui alasan alasan orang-orang Islam yang keluar dari Islam. Semoga kisah beliau tersebut dapat memberikan wacana baru dan dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Amin.

Bermula dari mengajar Islamologi

Tidak ada firasat, tidak ada gambaran sedikitpun dalam benak ini bila akhirnya saya menjadi seorang muslim, semua berjalan bagai air yang mengalir begitu saja.

Sebelumnya, saya adalah dosen sosiologi agama di sebuah seminari Alkitab Nusantara dan beberapa seminari di Indonesia, hingga suatu ketika DR. Wagiono Ismail, dosen Islamologi di tempat saya mengajar, meninggal dunia, karena tidak ada dosen pengganti maka pihak Seminari memutuskan saya untuk menggantikan DR. Wagiono Ismail mengajar Islamologi.

Mau tidak mau, saya harus belajar tentang ke-Islaman lebih jauh dan mendalam, tentu saja bukan untuk mencari kebenaran, melainkan hanya untuk keperluan mengajar dan perbandingan belaka.

Maka saya beli buku-buku tentang ke-Islam-an yang layak untuk diajarkan kepada mahasiswa-mahasiswa saya. Sebelum saya mengajarkan Islamologi, rektor tempat saya mengajar berpesan, bahwa mata kuliah Islamologi harus diajarkan secara komparatif, artinya hanya sebagai studi banding antara Islam dan Kristen, sayapun berpikir keras bagaimana membandingkan ajaran Islam yang luas dengan mata kuliah yang hanya dua SKS.

Akhirnya, saya mengfokuskan pada tiga pembahsan pokok, yaitu :

1. Konsep Ketuhanan (Theos)
2. Konsep Kemanusiaan (Antrophos)
3. Konsep Alam semesta (Cosmos)

Saya mulai mendalami perbandingan ketiga konsep tersebut dalam agama Islam dan Kristen, dan akhirnya saya menemukan perbandingan yang sangat mencolok bahkan bertentangan antara ketiga konsep dalam agama Kristen dengan ketiga konsep tersebut dalam agama Islam.

Pertama, tentang konsep ke-Tuhan-an, dalam agama Kristen Tuhan itu Transenden dan Imanen, Transenden artinya Tuhan itu jauh berada di luar alam semesta , Imanen artinya Tuhan itu berada dalam alam semesta, atau ikut dalam proses yang ada dalam alam semesta –hadir-, singkatnya Tuhan jauh berada di luar alam tetapi hadir di dalamnya, Dia sangat berkuasa dan hadir di mana-mana, tetapi karena Tuhan terlalu jauh, maka Ia punya inisiatif yang baik, Dia rela menurunkan dirinya menajdi manusia sebagai sosok Yesus agar dapat berinteraksi dengan manusia, inilah yang kemudian di sebut teori REINARNASI. Tuhan yang baik ini juga rela mengorbankan dirinya untuk menebus dosa-dosa manusia di kayu.

Konsep ke-Tuhan-an dalam Kristen tersebut akhirnya saya bandingkan dengan 20 sifat Allah yang ada dalam Islam, Di dalam Islam disebutkan Allah itu mukhalafatuhu lil hawadits, Artinya Allah itu mustahil serupa dengan makhuknya, karena Allah itu sanagt Suci dan sangat berkuasa, tidak mungkin Allah itu akan merubah dirinya menjadi manusia, kenapa Allah yang begitu sangat berkuasa harus merubah dirinya menjadi manusia ?

Kedua, tentang konsep ke-manusia-an, dalam ke-Kristen-an disebutkan bahwa manusia sudah dalam keadaan berdosa sejak dilahirkan, di mana dosa tersebut adalah sebagai warisan dari adam yang telah jatuh dalam dosa, di mana dosa tersebut tidak akan pernah putus dari generasi ke generasi. Yang bisa memutus hanyalah iman kepada Yesus sang penebus dosa yang mati di kayu salib. Dosa warisan/turunan tersebut menjadi persoalan yang cukup janggal, bagaimana seorang bapak harus mewariskan dosa kepada anaknya.

Berbeda dengan konsep ke-manusia-an dalam Islam, di mana disebutkan bahwa manusia dalam keadaan fitrah ketika dilahirkan, seperti kertas putih yang tidak ada noda setitikpun, hal ini rasioanl, kenapa ? Allah menciptakan manusia dalam keadaan suci, karena manusia ketika dilahirkan memang belum berbuat dosa setitikpun, tidak adil kalau seorang bayi yang tidak tahu apa-apa tiba-tiba harus menanggung dosa yang sama sekali tidak diperbuatnya. Dosa tidaknya seorang manusia adalah akrena perbuatannya sendiri, dalam psikologi sosial, hal ini disebut sebagai stimulus respons, bila rangsangan dari luar baik, maka seseorang akan tetap baik dengan sendirinya, sebaliknya akan menyebabkan seseorang berbuat tidak baik.

Ketiga, tentang konsep alam semesta, dalam Al-kitab, terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam teori kejadian misalnya bagaimana terjadi siang dan malam dan terdapat tumbuh-tumbuhan padahal matahari belum diciptakan, bukankah tidak akan ada siang dan malam dan tidak akan ada tumbuh-tumbuhan bila tidak ada matahari ?. Dalam Al-qur’an lebih mampu mengungkap-kan fakta-fakta semacam itu. Misal proses kelahiran bayi dari rahim hingga keluar dari rahim dijelaskan sejelas-jelasnya, sementara dalam Alkitab tidak ada. Subhanallah , sungguh luar biasa! Al-qur’an sangat scientific (ilmiah) dan tidak bertentangan dengan nalar.

Islam Pesat Di Eropa

Perbandingan yang saya telaah, khususnya dalam teori tentang kosmos, saya coba hubungkan dengan berkembangnya Islam di Eropa. Kenapa Islam berkembang pesat di Eropa sementara di Asia bergerak secara statis. Ternyata setelah membaca banyak hal, saya menyimpulkan ada tiga hal yang membuat islam berkembang pesat di Eropa.

Pertama, orang Barat setelah melihat Islam dalam perspektif science, itu lebih tergugah menjadi muslim daripada melihat Islam dari sisi tradisional kultural. Cara berpikir Barat yang rasional cocok dengan Al-qur’an yang ternyata mengungkap fakta-fakta science yang lebih rasional.

Kedua, Islam berkembang di Eropa karena black muslim. Kenapa orang kulit hitam menjadi muslim? Ternyata, ketika dia menjadi bagian komunitas di gereja, diskriminasi itu masih terjadi. Tetapi dalam Islam diskriminasi tidak ada, mereka punya kesempatan menjadi imam, khatib atau apapun.

Ketiga, Islam berkembang di Eropa disebab-kan orang Kristen sendiri yang meragukan eksistensi Alkitab, yakni Alkitab yang mereka gunakan sekarang ini adalah kitab-kitab yang penentuan untuk digunakan baru terjadi setelah 3 abad masa Yesus berdakwah dan itupun harus membuang kitab-kitab lain yang jumlahnya puluhan bahkan dapat mencapai di atas seratus, dan penentuan kitab-kitab yang digunakan itupun tidak terlepas dari muatan politis karena tidak terlepas dari kebijakan kaisar yang berkuasa saat itu.

Terbukti setelah penentuan tersebut banyak di-temukan kitab-kitab yang secara arkeologis mempunyai nilai yang sangat tinggi namun tidak digunakan oleh gereja karena isinya tidak sesuai dengan doktrin gereja saat ini.

Bila kemudian gereja tidak mau Alkitab yang sekarang dipakai digugat, itu sangat maklum, karena untuk menjaga sakralitas Alkitab itu sendiri, karena kalau Alkitab tidak sakral lagi, bagaimana nanti nasib umat Kristen ?

Masuk Islam

Adanya keselarasan al-Qur’an dengan science dan adanya ketidak selarasan Alkitab dengan science, juga karena njlimetnya konsep ketunggalan Tuhan dalam Kristen, hingga menjelaskan kepada orang Kristen saja sulitnya setengah mati apalagi kepada orang Islam pasti sampai matipun tidak akan paham, berbeda dengan konsep ketunggalan Tuhan dalam Islam, yang anak umur 5-6 tahun saja sudah dapat memahami begitu juga orang di luar Islam, hal tersebutlah yang akhirnya mendorong saya untuk memeluk Islam tepatnya 16 September 2006 di forum Arimatea Malang.

Rintangan sebagai Mu'alaf

Sebagai manusia, tentu sangat logis bila dalam hidup ini kita menghadapi resiko, begitu juga ketika saya memutuskan untuk memeluk agama Islam, teror atau ancaman serius, teguran dan nasehat kerap kali saya terima, baik dari jemaat geraja maupun dari sebuah partai Kristen, kebetulan saya menjadi pengurus inti sebuah partai Kristen di Malang, namun dari kalangan majelis gereja dan akademis tidak begitu nampak, juga tidak ada rintangan dari keluarga.

Bagi saya, demi kebenaran hakiki memang harus berkorban, bahkan segala fasilitas yang selama ini saya peroleh dan akan saya peroleh harus saya tinggalkan, rencana ke Amerika sekeluaraga selama 4 tahun, dan kandidat Master Theologi Seminari Alkitab Nusantara yang seharusnya wisuda Februari 2007 juga saya tinggalkan demi mencapai kebenaran dalam Islam.

Seharusnya Seperti Barat Memandang Islam

Islam yang selaras dengan nalar dan sempurna, sayangnya dikotori oleh ulah beberapa orang Islam sendiri, seperti pengalaman saya ketika berkunjung ke keluarga seorang kyai terkenal, ketika anak saya bermain-main ke belakang rumah pak kyai, anak saya kaget bukan main ketika pak kyai tersebut marah-marah kepada pembantunya dengan perkataan yang sangat tidak layak untuk didengar.

Dari situ anak saya menilai bahwa Islam itu jahat, anak saya mengambil kesimpulan dari fenomena kecil yang tidak mewakili ajaran Islam itu sendiri tetapi anak saya mengeneralisir begitu saja.

Sayapun akhirnya mencoba menjelaskan kepada anak saya, bahwa jangan melihat orangnya, tetapi lihatlah ajrannya, Sebab, manusia di agama manapun ada yang baik dan ada yang jahat.

Tapi apa yang dilakukanoleh anak saya adalah secara umum juga dilakukan oleh umat Kristen, yang menilai Islam sekarang ini tidak dari dimensi ajarannya secara langsung, tetapi menilai Islam dari dimensi pemeluknya, artinya, kalau ada orang Islam yang jahat, amburadul maka diblowup Islam memang jahat dan amburadul.

Paradigma ini harus diubah, Islam harus dilihat seperti orang Barat melihat Islam dari perspektif normatif Science, sehingga mereka dapat melihat kebenaran, kemuliaan dan keindahan ajaran Islam itu sendiri.


Waspada

Sebagai mantan misionaris, saya ingin menyampaikan kepda teman-teman semua mengapa banyak orang Islam dari kalangan grassroot (baca: menengah bawah) yang murtad menjadi Kristen. Sebenarnya bukan persoalan ekonomi saja, tetapi persoalan bagaimana mereka (Kristen) meruntuhkan keyakinan kita.

Tentu saja yang mejadi sasaran empuk adalah orang-orang Islam yang awam terhadap agamanya, seperti misalnya kalau akidah kita di utak-atik oleh mereka, katanya Islam itu rahmatan lil alaman, tetapi mengapa dalam al-Qur’an utamanya surat-surat yang turun di Madinah secara ekslusif ditujukan kepda orang-orang yang beriman saja –yaa ayyuhalladziina aamanuu-, bukankah hal itu berarti Islam hanya untuk orang-orang yang beriman saja dan bukan untuk seleruh alam ?

Tentu saja hal-hal sepele semacam dapat menjadi hal yang besar bagi orang awam, oleh karena itu, kita harus memperhatikan saudara-saudara kita yang awam baik dari sisi akhirat maupun dari sisi dunianya.

http://myquran.org/forum/index.php/topic,853.255.html?PHPSESSID=ubdfi8jvk3cse15blo37b55890