Rabu, 01 Desember 2010

"Black September" Mengantarkannya pada Islam

Ia tumbuh dan dididik dalam keluarga kelas menengah di AS yang menganut ajaran Kristen, meski tidak menjadi anggota sebuah gereja tertentu atau secara rutin mengikuti kebaktian setiap hari Minggu dan terlibat dalam berbagai kegiatan keagamaan. Satu-satunya momen yang mereka rayakan untuk menunjukkan jati diri keagamaan mereka adalah perayaan Natal.

Meski bukan penganut agama Kristen yang rajin ke gereja, orang tuanya mengajarkan dengan tegas dan jelas soal "akhlak" yang harus dipatuhinya, agar menjadi manusia yang berkarakter dan berperilaku baik. Di sisi lain, minat kedua orang tuanya terhadap sejarah dan budaya beragam bangsa di dunia menciptakan sebuah lingkungan yang mengajarkannya untuk bersikap toleran, menghormati dan mengagumi adat istiadat dan keyakinan orang lain yang berbeda dengan keyakinan yang dianutnya. Dan lingkungan seperti inilah yang suatu saat memberikan kontribusi besar baginya untuk menerima dan akhirnya memeluk agama Islam.

Begitulah latar belakang kehidupan Justin L.Peyton, seorang warga AS keturunan Afrika asal Philadelphia, Pennsylvania. Perjalanannya menuju Islam berawal dari peristiwa serangan 11 September 2001. Ia jadi lebih banyak membaca tentang Islam dan Muslim dari media massa pasca peristiwa itu, meski pemberitaannya cenderung negatif. Namun ia mengaku potret negatif tentang Islam dan Muslim yang diumbar media massa Barat tidak mempengaruhi interaksinya dengan teman atau tetangganya yang Muslim.

"Pemberitaan yang negatif itu tidak pernah mengganggu keinginan saya untuk meluangkan waktu guna mempelajari Islam," ujar Peyton.

Dengan sikap keterbukaan yang ditanamkan kedua orang tuanya, ia memutuskan untuk melakukan riset sendiri, mencari fakta-fakta tentang Islam dan menemukan benang merah antara pengalaman pribadinya bergaul dengan Muslim dengan pemberitaan media massa yang negatif tentang Islam dan Muslim. Karena saat itu Peyton masih berstatus mahasiswa, maka internet menjadi media pertama yang digunakannya untuk melakukan "pencarian dan pengkajian" itu.

Selama beberapa bulan ia mengakses informasi dari internet, pengetahuannya terus bertambah secara bertahap. Peyton membaca berbagai artikel mulai pengetahuan dasar tentang ajaran Islam dan Muslim sampai hal-hal yang lebih mendalam tentang konsep ketuhanan dalam Islam, nabi-nabi, Al-Quran, hari Kiamat serta petunjuk tentang tata cara melakukan salat, puasa, haji dan pengetahuan lainnya tentang Islam dan Muslim seperti konsep keluarga dalam Islam, pernijahan dan kisah-kisah para mualaf . Cerita tentang mereka yang masuk agama Islam adalah artikel yang paling ia sukai.

Ia lalu membeli Al-Quran dengan terjemahan di sebuah toko buku dan mulai membaca isi Al-Quran. Dalam sehari, Peyton bisa membaca berlembar-lembar halaman Al-Quran dan membuat daftar isi Al-Quran yang paling memicu rasa ingin tahunya yang lebih dalam tentang Islam. "Apa yang saya baca, memberikan sensasi dalam jiwa saya," kata Peyton.

Mengakses internet dan membaca isi Al-Quran ternyata tidak membuatnya merasa cukup untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang Islam dan Muslim. Peyton memutuskan untuk berkunjung ke masjid-masjid terdekat di Philadelphia. "Saya mengontak sebuah masjid yang jaraknya 45 mil dari rumah, bicara dengan pimpinan masjid itu dan menyusun jadwal untuk datang dan berdiskusi tentang Islam dengan komunitas Muslim di masjid itu," ujarnya.

Di hari yang sudah ditentukan, Peyton datang dan menghabiskan banyak waktu dengan seorang muslim di masjid itu. Pertemuan dan perbincangan itu menggugah hatinya, hingga kunjungan keduanya pada musim panas tahun 2002, Peyton meyakini bahwa Islam adalah kebenaran. Saat itu juga Peyton mengucapkan dua kalimat syahadat dan selama sepekan menetap di masjid untuk belajar salat dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sendiri sebagai muslim.

Dua bulan setelah masuk Islam, Peyton menandatagani surat-surat untuk bergabung ke korps Marinir AS dan harus tinggal di barak militer. Sebagai orang yang baru masuk Islam, Peyton mengakui bahwa kehidupan militer tidak kondusif. Contohnya, jadwal dan lama latiihan yang kadang membuatnya sangat sulit untuk menunaikan kewajiban salat atau berpuasa saat bulan Ramadan.

Bahkan setelah selesai menjalankan pelatihan sebagai Marinir, Peyton ditempat di daerah yang sama sekali tidak ada komunitas Muslimnya, yang membuatnya makin sulit untuk memperkuat keyakinan agama yang baru dipeluknya. Baru tiga tahun kemudian, Peyton bertemu dengan sesama prajurit yang juga Muslim, yang bisa mengajarkannya tentang Islam dan menuntunnya untuk menjalani kehidupan sebagai Muslim di dalam dinas kemiliteran AS.

Musim panas tahun 2007, Peyton menyelesaikan tugas di dinas kemiliteran dan kembali ke Philadelphia, kampung halamannya. Ia kemudian aktif di sebuah masjid dan dengan kemampuan yang dimilikinya, ia mendapatkan pekerjaan di organisasi muslim terbesar di AS, Council on American-Islamic Relation (CAIR).

"Selama dua tahun menjadi bagian dari komunitas Muslim dan bekerja di CAIR merupakan pengalaman belajar yang luar biasa, membuat saya makin berkembang dan berminat untuk belajar Islam lebih mendalam," tukasnya.

Tahun 2009, Peyton mendaftarkan diri ke Hartford Seminary di Connecticut dan mendapatkan gelar master di bidang studi Seni Islam, hubungan Muslim-Kristen dan mendapatkan sertifikat di bidang dakwah Islam. (ln/oi)

http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/peristiwa-black-september-mengantarkanku-pada-islam.htm

Kenapa Masuk Agama Islam ...?

Beberapa sumber buku yang menjadi studi kasus dalam tulisan kali ini, di antaranya buku “Berbondong-Bondong Masuk Islam”, Buku Dua, karya Arafat Kamil Al Asyi, Penerbit CV Pustaka Mantiq, Solo ; Cetakan II, November 1994.
Terjemahan dari kitab Rijalun Wa Nisaun Aslamu, karya Arafat Kamil Al Asyi, Penerbit Dar Al Qalam, Kuwait.

Dalam studi kasus ini saya tuliskan sekedarnya saja, untuk sementara ini saya belum menggunakan berbagai alat bantu dan referensi yang lebih komplit, karena sifatnya perenungan dari sisi akal, hati dan nurani, semoga bermanfaat.


1. Lama, Si Cantik (Hal 11-18)
Lama adalah gadis cantik muda dari Filipina yang masuk Islam. Petualangannya dalam mencari kebenaran dimulai dari mempelajari dan menyelami prinsip-prinsip berbagai agama dengan susah payah dan derita. Pada mulanya ia adalah penganut Katolik sejak kecil yang telah mendapat doktrin aqidah Nasrani yang tertanam dalam sanubarinya secara kuat.

Suatu ketika terbersit dalam pikirannya mengapa dia harus meyakini kebenaran agama katoliknya. Dia pun tekun mempelajari kitab injil dan dia pun mulai tidak terpaku pada ajaran katolik saja. Ketika itu dia merasakan kelemahan dari ajaran Katoliknya dan pikirannya pun bergejolak. Kemudian suatu saat pada tahun 1974 dia bermimpi berturut-turut, dan mimpi itu memberikan pengaruh psikologis dalam jiwanya untuk melakukan sembahyang menurut kata hatinya. Dia pun terus bersembahyang menurut ajaran Nasrani yang dia tahu, tetapi dia merasakan kehampaan dan kehausan.

Suatu kali datanglah perasaan kuat untuk melakukan sembahyang di suatu tempat yang sepi dari bermacam-macam gambar. Dan dia pun terus berjalan kaki sampai ke sebuah masjid di pelosok desa. Dia mendengar panggilan adzan yang begitu menarik batinnya sehingga menghancurkan fondasi dan azas imannya selama ini. Hatinya menjadi satu dengan suara adzan itu dan aqidahnya lamanya pudar terurai. Sejak saat itu dia pun ikut melakukan sholat secara terus menerus, dan dia pun merasakan ketenangan kalbu, rasa dahaganya selama ini telah terpuaskan. Dia pun merasakan ketenangan dan ketentraman batin. Dia rasakan inilah kebenaran yang dia cari selama ini. Dan aqidah Nasraninya yang telah mentradisi sejak kecil runtuh begitu saja karena dasar pijaknya yang memang rapuh dan salah.

Kesimpulan dan analisa keIslamannya :
1. Sejak kecil dia telah terdoktrin oleh aqidah katolik yang melekat kuat sehingga telah menjadi bagian hidupnya. Dan dia pun tumbuh menjadi gadis penganut Katolik yang taat sampai dia kuliah di Sekolah Tinggi Connosion Sisters.

2. Suatu saat dalam hidupnya timbul dalam pikirannya mengapa dia harus meyakini agamanya. Perasaan itu justru timbul setelah dia membaca ayat Injil tentang sabda Isa Al Masih,”akan menyertai namaku nabi-nabi yang pendusta; dan guru yang mengaku-aku; mereka menyeru atas namaku.” Timbul dalam pikirannya bagaimana caranya agar dia bisa meyakini kebenaran agamanya. Dengan kata lain dia ingin tahu bukti kebenaran dari agamanya yang selama ini dia yakini dengan kuat. Perasaan itulah yang membuat dia tidak rela terus terkungkung dalam dogma-dogma yang memaksanya untuk percaya. Kemudian dia mempelajari dengan tekun kitab Injil. Dan dia pun merasa tidak harus terpaku pada agama Katholik saja. Dan dia pun merasakan kelemahan prinsip aqidah Katholik yang sebenarnya telah melekat kuat dalam dirinya dan mempengaruhi hidup selama ini.

3. Dia merasakan kegelisahan dalam batinnya, satu hal yang wajar sebagai akibat dari tumbuhnya keraguan tentang keimanan yang dia yakini selama ini. Di satu sisi keraguan kepada aqidah Katholiknya membuatnya merasa kehausan akan kebenaran yang sejati. Dia memang sembahyang dengan cara yang dia pahami sesuai ajaran Nasraninya, tetapi hal itu hanya menghasilkan kehampaan yang membuatnya menangis berdoa kepada Tuhan untuk memberikan kebenaran.

4. Keraguan telah mencabut keimanannya yang kokoh kepada ajaran Katholik, keraguan yang berdasar kelemahan dari aqidah Katholik itu sendiri. Satu yang paling mendasari adalah aqidah Nasrani yang dibangun atas konsep Trinitas tersebut sangat tidak bisa dimengerti akal dan mudah terbantahkan dengan perenungan yang mendalam. Tetapi di sisi lain dia sendiri tidak menjadi atheis. Dia tetap meyakini adanya Tuhan, dia merasakan perasaan yang kuat itu dalam hatinya, buktinya dia berdoa dengan menangis.
5. Kegelisahannya terobati ketika dia bertemu dengan Islam, secara kebetulan lewat suara adzan dan melakukan sholat jama’ah. Dia merasakan telah menemukan kebenaran yang sejati.

6. Hal itu menunjukkan bahwa ada sisi menarik dari agama Islam, yaitu bahwa Islam itu sesuai dengan jiwanya, bisa mengobati kegelisahan dan kehausannya akan kebenaran.
7. Ketika dia terus menekuni ajaran Islam lewat sumbernya yang asli dia pun bertambah kuat keimanannya kepada Islam. KeIslamannya semakin kokoh tak tergoyahkan seriring dengan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
8. Kesimpulan utama yang dapat diambil, bahwa Islam itu sesuai dengan jiwa manusia. dan ketika manusia mempelajari sekaligus mengamalkannya dia bertambah cocok dengan jiwa manusia, sehingga masuk menghujam ke dalam kalbunya sehingga mendarah daging.

9. Allah memberinya hidayah kepada Islam lewat cara unik seperti mimpi, dan begitu mudah lewat panggilan suara adzan dan pengamalan ajaran sholat, tidak melalui proses penelitian yang mendalam tentang ajaran Islam. Padahal sebelum itu dia telah bersusah payah mempelajari berbagai agama termasuk agamanya sendiri. Letak kemudahannya adalah bahwa si cantik lama ini mempelajari Islam sekaligus mengamalkannya. Karena memang Islam itu bukan hanya ilmu saja, tetapi juga amal. Ajaran Islam tidak akan berarti apa-apa bagi jiwa manusia kalau hanya dipelajari tidak diamalkan. Banyak doktor, professor barat yang ahli/master Islamologi tetapi justru tidak merasakan kebenaran Islam karena dia hanya mempelajari tidak mengamalkannya. Sebaliknya banyak orang yang sedikit ilmunya tentang Islam bisa merasakan kebenarannya karena dia sekaligus mengamalkannya, dan diantaranya si cantik lama dari Filipina ini.

10. Dia masuk Islam tanpa paksaan atas kesadaran sendiri dan kebebasan berpikir. Kesimpulannya manusia dari agama manapun kalau diberi kebebasan berpikir tanpa harus terikat membabi buta kepada ajaran agamanya, dan bebas berpikir mengkaji, menganalisa ajaran Islam, maka dia akan merasakan kelemahan ajaran agamanya dan kebenaran Islam. Perpindahan dari ajaran agama lamanya ke Islam bagaikan lompatan pemikiran yang mengagumkan, bagaikan berjalan dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Agama lamanya teramat jauh bila dibandingkan ajaran Islam yang begitu mengagumkan, sesuai akal dan jiwa manusia.

2. Abdul Hadi, Politikus India, Pejuang Persamaan Hak (hal 19-40)
Dia adalah seorang politikus, cendekiawan berkebangsaan India beragama Hindu. Dia dibesarkan dalam tradisi Hindu yang kuat sejak kecil, dan dia telah mempelajari kitab sucinya weda dan mempelajari semua filsafat Hindu. Uniknya dia sendiri justru sangat membenci system yang dianut masyarakat Hindu yaitu kasta, baginya system tersebut sangat kejam, diskriminatif dan tidak manusiawi. Kebenciannya tersebut membuat dia mendirikan gerakan pemberontakan dibawah aktifitas politik yang menentang system kasta dan bertujuan mewujudkan keadilan bagi masyarakat Hindu Harijan.

Pada tahun 1977 dia memutuskan keluar dari agama Hindu dan menjadi orang bebas. Dan dia mempelajari semua agama Nasrani, Budha, dan Islam. Kemudian dia merasakan kekagumannya kepada ajaran Islam yaitu konsep aqidah tauhidnya yang mencerminkan keadilan, realistis yang tiada bandingnya dari agama-agama lain. Semua yang didengungkan oleh ideology lain hanya omong kosong belaka dan semuanya telah membuktikan kebohohannya sendiri hingga yang terakhir tumbang yaitu komunisme. Dia pun semakin tekun mempelajari Islam sehingga memutuskan untuk memeluknya.

Kesimpulan dan analisa keIslamannya :
1. Agama Hindu telah mentradisi dalam hidupnya semenjak kecil tetapi justru dia sendiri amat membenci ajarannya yang sangat mengganggu akan pikirannya yaitu system kasta yang menurutnya sangat kejam, diskrimanatif dan tidak manusiawi. Kastra Sudra adalah kelompok paling bawah masyarakat Hindu yang paling nista dan papa yang berkumpul kepadanya semua penghinaan. Sampai masyarakat Harijan yang merupakan kasta terendah dilarang untuk menjadi pendeta agamanya sendiri tanpa alasan esensial. Kasta Sudra pun diharamkan untuk mempelajari bahasa Sansekerta dan mendekatkan kitab suci kepadanya karena berarti pengotoran kepada kitab suci tersebut. Inilah yang membuatnya benci kepada ajaran Hindu dan memutuskan untuk keluar dari Hindu.

Satu hal yang dapat ditangkap bahwa ajaran Hindu tidak mempunyai pijakan yang jelas yang membuat pengikutnya untuk harus percaya akan kebenarannya. Agama Hindu tidak punya dasar yang kuat dan bukti-bukti kebenaran yang membuat pengikutnya untuk tunduk dan patuh. Seperti dituliskan dalam pers India bahwa kebanyakan dari penganut Hindu pada tingkat keimanan yang rendah, yang memeluk Hindu karena KETURUNAN. Tetapi pada tingkat cendekiawannya yang tentu mempunyai kebebasan berpikir dan nalar yang jernih, justru terdapat fenomena perpindahan ke agama lain diantaranya Islam. Ada kesimpulan yang dapat dtarik bahwa ketika seorang cendekiawan Hindu menggunakan akal pikirannya dengan jernih dia akan merasakan kelemahan-kelemahan ajarannya.

2. Setelah keluar dari Hindu, dia pun memutuskan mempelajari berbagai agama, dan ketika dia bertemu dengan Islam dia merasakan kekaguman dan ketertarikan akan konsep ajarannya. Pikirannya menjadi terbuka, hati, jiwanya menjadi terang ketika dia mempelajari Al Quran. Yang sangat menarik dia mempelajari hanya dalam waktu 18 bukan, waktu sesingkat itu cukup baginya untuk bisa merasakan kebenaran Islam. Dan ketika dia mengamalkan ajaran Islam yatu sholat dia merasakan ketentraman sanubari yang bisa menghilanglan keresahan jiwa dan penyakit susah tidur. Ada dua kesimpulan dari ajaran Islam, bahwa Islam sesuai dengan akal pikiran, logika dan kebijaksanaan. Dan kedua Islam sesuai dengan jiwa manusia sehingga bisa membuat ketentraman sanubari.

3. Dia mengakui ada sisi yang paling menarik dari ajaran Islam.
Pertama, konsep aqidah tauhid yang kebenarannya universal, yang paling adil dan realistis untuk membangun persamaan dan persaudaraan manusia. semua manusia adalah sama dan berasal dari satu Tuhan Yang Esa. Sedangkan system kasta Hindu terbukti telah menghancurkan persatuan dan nilai kehidupan yang lain. Prinsip aqidah tauhid inilah yang akan berpengaruh kuat untuk membangun masyarakat Islam. Hal ini benar adanya, suatu masyarakat Islam yang berpegang teguh kepada ajarannya akan menjadi masyarakat yang kuat dan bersatu. Hal ini dapat disaksikan pada masyarakat Islam periode pertama yang dibina Rasulullah saw. Rasulullah bisa mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, mempersaudarakan suku aus dan khozrot yang tadinya sangat bermusuhan, mempersaudarakan berbagai bangsa, semua golongan dan status social masyarakat. Semua karena kalimat Laa Ilaaha Illallah tiada tuhan selain Allah dan semua manusia adalah sama di hadapan Allah. Sedangkan masyarakat Islam sekarang ini seperti Indonesia yang sering berpecah belah, bermusuhan antar golongan adalah karena sebagian umat Islam Indonesia ini tidak mengerti dan tidak mengamalkan ajaran agamanya.

Kedua, konsep ajaran Islam yaitu sholat dan keimanan akan hari kiamat. Keimanan akan hari kiamat akan membentuk pribadi kaum muslimin. Hal ini benar adanya, dengan keimanan yang kuat akan hari kiamat akan membentuk keshalehan pribadi dan ketaqwaan. Keimanan yang kuat akan hari kiamat akan membentuk pribadi-pribadi muslimin yang bersih, jujur dan selalu berada dalam nilai kebenaran dan keadilan. Dia akan takut berbuat dosa dan kedzoliman karena adanya siksa di akhirat. Hal ini sangat jauh berbeda dengan masyarakat kafir, atheis yang tidak percaya akan hari akhirat, seperti di Barat, Jepang dan Thailand. Di sana tingkat kejahatan, kebrobrokan moral, seks bebas, budaya telanjang sedemikian parahnya sehingga lebih mirip ke kehidupan binatang.

Dan uniknya di Indonesia sendiri terdapat fenomena yang unik antara masyarakat muslim pada umumnya dan masyarakat Hindu Bali. Konon tingkat kebrobrokan moral masyarakat Bali sudah menuju ke tingkat yang parah. Remaja-remaja di sana konon katanya sudah biasa melakukan seks bebas dan tukar pasangan. Kemudian selanjutnya menurut Abdul Hadi ajaran sholat lima waktu akan memberi ketenangan jiwa. Dan semua prinsip Islam telah membangun kehormatan pribadinya sebagai manusia yang merdeka dan terhormat. Pernyataan Abdul Hadi ini sesuai dengan perkataan Umar Bin Khoththob ra bahwa Islam telah memberikan kemuliaan, kata Umar dahulu kami adalah masyarakat yang hina, kemudian Allah memuliakan kami dengan Islam.

4. Dia adalah seorang CENDEKIAWAN yang memiliki kekuatan nalar dan kebebasan berpikir. Dia masuk Islam dengan kesadaran sendiri atas pengakuan kebenaran ajarannya. Sebagai cendekiawan dan aktifis politik tentunya dia berwawasan luas. Dia merasakan bahwa semua agama tidak ada bandingnya dengan Islam. Dan dia menyimpulkan bahwa semua ideology termasuk komunisme adalah omong kosong dan telah gagal dalam menerapkan idealismenya. Menurutnya satu-satunya jasa yang diberikan oleh partai komunis di dewan rakyat adalah upah buruh orang-orang Harijan. Tak lebih dari itu.


3. Yad Muhammad (hal 27-40)
Yad Muhammad adalah pembawa suku Harijan masuk ke Islam. Dia sendiri termasuk anggota suku Harijan dan berkasta dua dalam agama Hindu. Dia seorang penyair yang ahli dam jiwa kepenyairannya inilah yang membangkitkan harga dirinya sebagai manusia merdeka. Kemudian dia keluarganya untuk meninggalkan agama Hindu, yaag menurutnya agama yang menghina eksistensi mereka. Dia mengajak keluarganya untuk memeluk agama yang berprinsip persamaan derajat. Keluarganya menyatakan masuk Islam di depan khalayak pada Hari Raya Idul Fitri. Dia mengungkapkan kepada jamaa’ah bahwa hati, jwa dan seluruh dirinya kini telah berada dalam situasi yang lapang. Kini ia bebas dari cemoohan dan perlakuan yang hina dari kasta-kasta Hindu yang lain. Harga diri dan hak azasinya sebagai hamba Allah yang bersedarajat sama di muka bumi telah ia peroleh.

Yang menarik bersamaan dengan keIslamannya, telah masuk Islam pula ribuan umat Hindu Harijan lainnya ke agama Islam. Bahkan pada tahun 1981 suatu desa di India secara bersamaan seluruh penduduknya berbondong-bondong mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH. Semua penduduk terlihat bahagia, wajah mereka mamancarkan rasa kemerdekaan dan kehormatan diri yang tak terhina oleh system dan golongan manapun. Islam telah membuat mereka mulia dan mengangkat harga diri mereka. Dalam wajah mereka terlihat semangat yang kuat untuk bisa segera terbebas dari lilitan dogma yang sempit dan licik yang memuja dewa-dewa. Islam menurut mereka telah menyelamatkan jiwanya dan memberikan kesejahteraan hidup.

Sebenarnya sebelumnya telah banyak dogma-dogma lain yang menawarkan dirinya, namun semua tidak memenuhi tuntutan dan harapan. Ketika Islam datang, harapan kebahagiaan yang dicita-citakan warga harijan tersebut ternyata terjawab dan terwadahi. Setelah mereka Islam mereka pun merasa tidak kehilangan apapun. Mereka bersyahadat tanpa ragu-ragu lagi. Mereka merasakan bahwa kebenaran Islam adalah kebenaran, kebatilan agama lain adalah kebatilan. Masalah kebenaran Islam tersebut telah jelas bagi mereka. Hati manusia secara fitrah telah merasakan dan mengakuinya. Mereka merasa bangga, bahagia, dan puas. Seorang wartawan Hindu yang mencoba mewawancarai orang-orang yang masuk Islam tersebut untuk mencari alasan keIslamannya, disamping untuk mencari sisi yang tidak wajar sebagai umpan balik untuk menyerang Islam telah mengungkapkan secara sangat obyektif bahwa dia telah menyaksikan sendiri kebahagiaan penduduk yang hijrah ke Islam tersebut. mereka telah menyatakan keIslamannya dengan kesadaran sendiri atas kebenarannya tanpa ragu-ragu, jadi bukan karena cara-cara yang tidak fair seperti suap/sogokan. Bahkan menurut wartawan tersebut masyarakat harijan yang kini telah memeluk Islam tampak sangat berbeda dengan masyarakat desa lain yang masih Hindu. Penduduk harijaan, 40% telah terpelajar, kondisi ekonominya cukup baik, status social mereka telah maju dan terhormat. Islam terbukti telah merubah kehidupan mereka.

Kesimpulan dan analisa keIslamannya :
1. Jiwa kepenyairan Yad Muhammad telah membuat dirinya menjadi manusia merdeka yang tidak rela terikat oleh nilai-nilai ketidakbenaran dan ketidakadilan. Dia merasakan agama Hindu yang dia peluk selama ini mencerminkan nilai-nilai ketidakadilan dan telah berkali-kali menghina eksistensi kastanya.
2. Berbagai latar belakang psikologis dalam jiwaanya yang merasakan ketidakadilan dalam agama lamanya membuat dia tertarik akan ajaran Islam yang menekankan persamaan derajat semua manusia. Dia merasakan Islamlah yang agama yang sejati yang bisa memberikan keadilan dan mengangkat harga diri mereka sebagai manusia merdeka. Hal itulah yang mmbuat dirinya menyatakan diri masuk Islam.

3. Fenomena menarik adalah ribuan ummat Hindu Harijan lainnya telah masuk Islam pula. Mereka berasal dari semua kalangan, dari petani, ibu rumah tangga, tua muda, pegawai. Satu hal yang dapat disimpulkan bahwa Islam telah memberikan mereka kebahagiaan, keadilan, dan kehormatan diri. Latar belakang kehidupan masa lalu mereka sebagai kasta rendah dalam agama telah membuat tertekan dan sakit. Hal itulah yang paling utama melatarbelakangi keIslaman mereka, karena mereka memandang bahwa Islam mampu memberikan nilai kebenaran, keadilan, kehormatan sebagai manusia merdeka yang selama ini mereka rindukan. Bagi mereka ajaran Islam sesuai dengan fitroh dan jiwa manusia.

Hal itu tidak mereka dapatkan dalam agama-agama lain, terutama agama Hindu mereka yang sempit, picik yang membuat mereka terkungkung untuk memuja dewa-dewa. Aqidah Hindu yang memuja banyak dewa terbukti tidak sesuai dengan jiwa manusia. Menurut Yad Muhammad ada korelasi antara cacatnya dogma serta moralitas Hindu dengan kepindahan umatnya ke Islam. Baginya manusia tidak cukup dengan kehidupan yang mewah. Kebahagiaan tidak dicari di balik kenikmatan dunia. Kebahagiaan terletak dibalik kehormatan dan kemuliaan diri sebagai manusia yang sederajat. Itulah yang bisa diberikan Islam yang selama ini Hindu tidak mampu memberinya.

4. Satu hal lagi yang menjadi titik lemah ajaran Hindu adalah terbukti ajaran Hindu tidak mempunyai dasar pijakan yang jelas dan bukti kebenaran yang mampu mengikat ummatnya. Salah satu kelemahan doktrin Hindu yang tidak sesuai dengan nilai keadilan dan fitroh manusia tentang konsep kasta telah membuat para petinggi agama mereka seperti Gandhi mengusulkan untuk sudah saatnya kasta-kasta teratas Hindu segera menunaikan kewajibannya untuk membebaskan dirinya dari prinsip penajisan kasta yang lain, pengkultusan kastanya sendiri dan penghinaan kepada yang lain yang telah melekat dalam jiwanya secara berabad-abad.

Dengan kata lain hanya dengan alasan kelemahan ajaran mereka, petinggi-petinggi agama mereka berhak untuk merubah-rubah ajaran agama mereka. Padahal telah jelas tertulis dalam kitab suci mereka yaitu kitab Weda tentang konsep kasta sebagaimana tertulis bahwa Gotama Risyi berkata,”Apabila orang sudra kebetulan mendengarkan kitab weda dibaca, maka adalah kewajiban raja untuk mengecor cor-coran timah dan malam dalam kupingnya; apabila seorang sudra membaca mantra-mantra weda, maka raja harus memotong badannya.” (Gotama Smarti : 12).

Jadi agama bagi mereka adalah bukan berasal dari tuhan, yang bisa dirubah-rubah oleh pikiran mereka sendiri, hal inilah yang sangat berbeda dengan Islam. Islam adalah agama Allah, maka segala sesuatu ajarannya harus jelas bersumber dari-Nya, yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Para ulama sekalipun tidak berhak merubah-rubah ajaran Islam.

4. Abdul Hadi Mukmin (hal 41-51)
Abdul Hadi Mukmin adalah seorang insinyur geologi dari Kanada. Dia berasal dari lataar belakang keluarga yang tidak peduli agama. Dia sendiri tumbuh menjadi remaja yang tidak pernah menggubris soal-soal agama. Dia tidak merasakan bahwa agam adalah kebenaran. Nampaknya gejala atheisme telah merambah dunia remajanya, sebagaimana umumnya remaja barat sebayanya. Tetapi uniknya dia berbeda dengan umumnya teman remajanya yang lebih mengutamakan pengaktualan pubertasnya dengan segala nafsu dan pemberontakannya.
Dia berusaha mencari keseimbangan hidup dan merenungi alam raya dengan segala fenomenanya. Dalam perenungannya dia menyimpulkan bahwa bahwa semua cendekiawan dan ahli filsafat akademi tak akan pernah mampu menjangkau hakekat kehidupan. Tetapi dia sendiri terdorong dalam hatinya untuk mencari hakekat kebenaran itu sendiri. Dalam perjalanannya mencari kebenaran dia akhirnya menemukan terjemahan Al Qur’an dalam Bahasa Inggris dan buku tasauf. Dia pelajari keduanya dengan tekun, dia dapati didalamnya sekumpulan kalimat hikmah dan kisah kehidupan orang Islam yang sholeh. Dia terus penasasaran dan berusaha mengkajinya. Dia mendapati nilai hakiki dari kisah-kisaaah orang-orang sholeh dari kalangan muslim. Dia mulai mengerti hakekat kehidupan. Dia mendapati nilai-nilai yang fitri dan rasional dalam ajaran Islam. Dia merasakan kekaguman dan keindahan dengan Islam. Tetapi pada waitu itu terjadi perjuangan batin yang amat hebat dalam dirinya, antara hijrah ke Islam yang dia yakini kebenarannya dan konsep-konsep ajaran Islam, aturan dan larangan yang terasa berat untuk dijalankan bagi orang seperti dia yang berasal dari orang yang bukan agamis. Dia memenangkan perjuangan batinya tersebut dan akhirnya hijrah ke Islam.

Kesimpulan dan analisa keIslamannya :
1. Dia berasal dari latar belakang keluarga yang acuh tak acuh kepada agama manapun bahkan cenderung atheis, tetapi dalam relung hatinya masih terdapat dorongan-dorongan untuk mencari hakekat kebenaran. Kata hatinya itulah yang membuatnya terus berjuang untuk mencari hakekat kebenaran sampai dia menemukan Islam. Kata hati, dorongan untuk mencari hakekat kebenaran pasti terdapat dalam setiap jiwa manusia. itulah yang disebut dengan naluri kebenaran, yang pada dasarnya setiap manusia cenderung kepada kebenaran, kebaikan, keadilan. Nurani itulah yang tidak akan pernah hilang pada diri manusia sekafir, SEJAHAT APAPUN. Nurani itulah yang terus mendorong manusia untuk mencari hakekat kebenaran. Itulah fitroh kebenaran yang ditanamkan oleh Sang Maha Pencipta.

2. Ketika dia menemukan Islam, dia mendapati nilai-nilai yang rasional dan fitri. Nilai-nilai hakekat kebenaran itu sendiri yang membuat dia kagum akan keindahannya. Dia merasakan hakekat kehidupan dan kebenaran itu sendiri dalam Islam. Inilah yang mendorong keIslamannya. Jadi hakekat keislamannya adalah kesesuaian agama Islam dengan fitroh manusia yang haus akan pencarian dari sebuah hakekat kebenaran.

5. Jamilah (hal 52-56)
Jamilah adalah isteri Abdul Hamid berasal dari kanada. Keluarganya beragama Nasrani dan disiplin dalam menerapkan norma-norma Nasrani dalam sehari-hari. Dia sendiri aktif ke gereja dan tumbuh menjadi gadis yang selalu dijiwai iman Nasraninya. Uniknya dia dan terutama ibunya meskipun Nasrani tetapi tidak percaya akan kepercayaaan trinitasnya. Bagi ibunya Tuhan itu satu dan tidak mempercayai 3 Tuhan.
Dan dia sendiri mengikuti prinsip ibunya dan yakin dengan adanya Allah. dia pun tumbuh menjadi gadis remaja yang terjaga, dia merasa skeptis dengan semua norma dan hokum kehidupan yang berlaku di masyarakat barat. Perasaannya sempit dan resah. Dia pun mengambil langkah sendiri, mempelajari sesuatu yang dirasa cocok dengan kecendrungan jiwa dan keyakinannya. Ketika dia dewasa bersama kakak perempuannya dia aktif mendengarkan ceramah-ceramah sufi (Islam?) di sebuah universitas. Dia pun tertarik dengan ceramah tersebut terutama tentang cerita sufi yang indah-indah, dan seolah-olah jiwanya telah turut terlibat dalam perjalanan ruhaniah mereka. Mulai saat itu dia merasakan telah mulia mengadakan perjalanan hakiki. Da menyadari akan melawati rintangan-rintangan berat untuk dapat mencapai keagungan hidup. Walaau dia sendiri menjumpai banyak yang tidak dia pahami tentang Islam tetapi dia merasakan sesuatu yang mendalam, jiwa yang lapang dan bahagia yang tak terkira. Sejak saat itu dia aktif berhubungan dengan muslimin kanada untuk berdiskusi tentang kebenaran sehingga akhirnya pada November 1974 dia menyatakan keIslamannya.

Kesimpulan dan analisa keIslamannya :
1. Dia adalah gadis yang tumbuh dalam ketaatan dalam agama Nasrani. Dia juga gadis yang hatinya terjaga dari perbuatan tercela, seperti umumnya norma kehidupan orang Barat. Aqidah Nasraninya melekat kuat dalam dirinya sehingga perasaannya selalu yakin untuk dekat dengan tuhan. Tetapi anehnya dia dan ibunya meyakini tuhan berbeda dengan umumnya kaum Nasrani dengan keyakinan trinitasnya. Mereka tidak percaya semua itu, dan dengan teguh meyakini keesaan Tuhan. Sisi yang dapat ditangkap bahwa dia dan ibunya hanya meyakini tuhan yang sesuai dengan akal dan perasaannya dan menolak keyakinan trinitasnya yang tidak sesuai dengan akal dan perasaan.
2. Kebersihan hati, keyakinannya yang teguh akan keesaan tuhan, meyakini tuhan yang sesuai dengan akal dan perasaannya, akhirnya mengantarkan kepada Islam. Dia merasakan inilah kebenaran, kecocokan jiwa, kecenderungan hatinya dengan Islam. Dia merasakan kebahagiaan dengan Islam.

3. Satu hal yang dapat ditangkap dari agama Nasrani bahwa agama Nasrani memang berdiri di atas dasar pijakan yang lemah. Mereka tidak mempunyai bukti kebenaran yang bisa membuat pengikutnya untuk tunduk dan patuh. Bahkan mereka rela memberontak atas keyakinan trinitas Nasraninya untuk mempercayai keesaan tuhan sesuai dengan akal dan perasaannya. Padahal masalah aqidah/keimanan adalah masalah yang paling essensial dari suatu agama, bagaimana dalam soal yang essensial saja penganutnya sudah ragu akan kebenarannya. Perkara demikian tidak didapati dalam agama Islam, karena masalah aqidah/keimanan tentang keesaan Allah dalam Islam adalah sesuatu yang bisa dipahami dengan akal dan perasaan manusia. dan tidak ada fakta orang Islam yang memberontak terhadap keyakinan aqidah keesaan Allah karena memandang tidak sesuai dengan akal dan perasaannya.


6. Islamnya dua gadis Denmark (hal 57-64)
Gadis pertama namanya Huda Sayyid alumni Universitas Kopenhagen. Nama lamanya adalah Anna Naison. Dia berasal dari keluarga yang taat menjalankan agama Nasrani. Dia giat melaksanakan sembahyang di gereja tiap minggu dan bersama jemaat Nasrani lain untuk menyanyikan lagu-lagu keagamaan. Pada masa remaja dia mengalami keguncangan pemikiran yang hebat. Kepalanya dipusingkan oeh berbagai pertanyaan bertubi-tubi yang tidak mampu dia jawab. Dia pun berusaha membaca kitab suci dan ulasan orientalis mengenai agama. Upaya ini membwa sekerlip cahaya pada permulaan jalan yang hendak dia tempuh selanjutnya.

Pada tahun 1966 dia membaca terjemahan Al Qur’an, dia mendapati bahwa Al Qur’an adalah buku pegangan (kitab suci) yang berisi aturan-aturan pokok kehidupan manusia, dogma agama dan kemanusiaan. Dia menilai Islam adalah agama yang tidak memaksa orang untuk memeluknya. Bahkan Islam memerintahkan setiap pemeluknya untuk menghormati agama dan kitab suci lain. Ketentuan bagus ini menurutnya banyak yang tidak diketahui orang, banyak yang memandang salah tentang Islam. Dia menilai Islam adalah peraturan yang lengkap dan menyeluruh. Mengulas secara inti semua persoalan kehidupan manusia, dan meliputi pula semua yang dibahas oleh kitab-kitab samawi yang lain (zabut, taurat, injil).
Islam adalah agama yang mewadahi semua aturan hidup manusia dalam seluruh zaman yang terputus. Merangkum masa lalu, masa kini dan masa depan. Islam adalah petunjuk untuk indvidu dan masyarakat. Dia adalah agama yang jelas dan terang, tidak ada yang tersembunyi, paling sempurna unutk pegangan zaman, kapan saja. Dia merasa puas dengan Islam.

Gadis kedua Dalah Jannah Salim juga alumni Universitas Kopenhagen. Suatu saat dia pergi ke Nigeria dan menjadi pengajar sekolah. Di sana dia juha terlibat dalam pekerjaan pengkajiaan besar buku-bukuagama dari berbagai mazhab. Dia pun mempelajari beratus-ratus buku Islam. Dari pengkajiannya tersebut dia menemukan suatu kenyataan bahwa rasionalitas tidak mungkin sanggup membahagiakan manusia. siapapun dia, dimanapun membutuhkan agama untuk pegangan hidup. Ini bukan kata-kata yang berlebihan. Betapapun manusia memiliki kekuatan dan kelebihan, mustahil tidak disertai kekurangan dan kelemahan. Manusia tidak bisa membuat azas norma kehidupan yang paling azasi. Hanya Allah saja yang sanggup mencipta aturan kehidupan yang mendasar, menyeluruh dan kokoh.

Buktinya saksikan berbagai bencana kehidupan manusia, kezaliman, berbagai kepincangan hidup. Maka pencarian jiwa manusia akan hakekat dzat yang maha kuat tak bisa diingkari sedikitpun. Dia mengamati pengajaran agama di barat terlalu memfokuskan diri untuk menghadapi perubahan-perubahan zaman. Tetapi pengajarannya terpecah dalam berbagai aliran. Dalam mengajarkan hakekat dan kewajiban agama, mereka seolah-olah saling berbenturan. Dari titik inilah kemudian timbul pertumpahan darah, saaling membunuh antar kelompok dalam satu agama. Ditambah sikap rasialisme yang memutuskan rasa persamaan derajat dan persaudaraan. Mereka sangat bebas, saling berpacau untuk melakukan maksiat daan mungkar.

Semua itu tidak ditemui dalam Islam, agama yang paling haqq. Islam menentang semua kekejian dalam esensi maupun wujudnya. Dia menilai Islam adalah system keadilan dan persaudaraan. Al Qur’an adalah kitab yang haqq dan Muhammad adalah rasul penutup. Dia telah menemukan kebenaran, dan dia merasa seolah-olah seperti baru saja dilahirkan ke bumi. Dia merasakan sentuhan dan bimbingan hidayah, nur yang dipancarkan Allah untuk membimbing jiwanya untuk menemukan kebenaran Allah, yakni tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulullah.

Sebagai tambahan ada sedikit catatan mengenai sejarah masuknya Islam ke Denmark (hal 65-83). Sebenarnya Islam masuk ke negeri Viking ini 150 tahun sebelum orang Nasrani ke sana yakni pada abad ke VIII Masehi. Menurut Profesof Glob Ketua Pencari Benda Purbakala, hal itu dibuktikan berdasarkan benda-benda purbakala yang ditemukan.
Kaum muslimin dari Jazirah Arab dan Persia telah datang ke pulau Greenland pada masa tersebut. Bangsa Viking banyak mengambil kebudayaan orang Islam, tampak dari budaya uang logam dan motif tulisan yang ditemukan di negeri mereka sama dengan negeri Islam di jazirah Arabia. Tetapi setelah itu akibat interaksi dengan Inggris, agama Nasranilah yang berkembang di sana., yaitu Kisten Protestan Louthren. Kemudian pada tahun lima puluhan Islam mulai masuk kembali ke Denmark seiring dengan adanya penterjemahan Al Qur’an ke bahasa Denmark.
Pada tahun enampuluhan merebak proses pengIslaman di berbagai bidang kehidupan. Bahasa Arab, ilmu-ilmu keIslaman, dakwah Islam mulai merebak bersamaan dengan datangnya kaaum pekerja muslim.
Sampai dasawarsa 70an Islam semakin berkembang pesat sehingga pada tahun tahun-taun terakhir ini di ibukotanya sendiri, tercatat setiap bulannya lima orang yang masuk Islam yang terdiri dari berbagai profesi. Mengenai agama bangsa Denmark adalah 97% adalah Kristen Protestan Louthren, tetapi dari sekian banyak itu yang akfit ke gereja hanya 1-3 % nya saja.

Denmark memang negara maju dengan pendapatan perkapita tinggi, tetapi hal itu tidak diimbangi oleh kemajuan ruhaniah sehingga banyak terjadi pembunuhan dan keonaran yang amat menakutkan. Tercatat 150.000 orang menjadi peminum kelas berat. Di denmark seprti di daerah Christian kehidupan serba bebas, semua perbuatan boleh dilakukan. Kebebasan ini meninbulkan dampak negatif yang tiada tara. Akibatnya kriminalitas bertambah ganas, penculikan anak-anak terjadi tiap waktu, penculikan wanita-wanita muda cantik. Jumlalh pelacur semakin marak bagai tanpa ikatan norma sama sekali. Mereka beraburan di jalan-jalan besar maupun di lorong-lorong. Mereka adalah komoditi potensial yang menghasilkan uang melimpah. Kehidupan samen leven, hidup bersama tanpa menikah menjadi budaya bahkan undang-undang mebolehkan pemuda-pemudia yang terlah berusia 16 tahun untuk hidup bersama tanpa menikah. Sebelum umur itupun para remaja telah menganal seks bebas dan alcohol. Mereka kebanyakan produk broken home.

Menurut pengamatan azas rumah tangga di negara Denmark tidak berlandaskan norma yang kokoh. Sementara kegiatan keagamaan hanya pada hari minggu saja, selebihnya tdak ada. Para missionaries dan pendetanya sendiri hidup dalam kemewahan melupakan tugas keagamaannya. Itulah gambaran kerusakan kehidupan di denmark. Sementara di sisi lain para imigran muslim menjaga konsisten keIslamannya dengan tidak ikut terbawa kehidupan rusak orang denmark. Itulah juga yang mungkin salah satu sebab daya tarik keIslaman warga denmark. Sehingga dilaporkan jumlah umat Nasrani yang masuk Islam setiap bulannya lebihb banyak dari target perngkristenan missionaries di luar negeri.

Para muallaf banyak mempunyai pandangan tentang Islam. Sebenarnya mereka telah mencoba banyak jalan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup namun mereka mengaku terbentur pada jalan yang salah. Mereka mencari-cari sebuah pedoman yang dapat membuat jiwa mereka tenteram tetapi selalu buntu. Hal itu baru terobatkan setelah mengenal Islam, hati mereka pun rela akan kebenaran Islam. Mereka sendiri mengaku bahwa dahulu mereka tidak sungguh-sungguh mengamalkan ajaran Nasraninya, atau mereka sendiri skeptis terhadap keyakinan agamanya. Mereka mengatakan ada perbedaan jurang yang amat dalam antara kehidupan masa lalunya dengan sesudah keIslamannya. Dia merasa bahwa dulu pernah mengalami kehidupan yang amat bodoh, lepas sama sekali dari tali kebenaran. Mereka heran mengapa agamanya yang lama membiarkan semua perbuatan boleh dilakukan tanpa ada sangksi sama sekali? Juga mengapa setiap sesuatu bisa masuk mencampuri kaidah-kaidahnya dengan mata leluasa? Dalam Islam mereka merasa mantap dan yakin untuk menyelami kehidpan dunia ini maupun menyongsong kehidupan akhirat. Islam memberikan aturan-aturan pasti, bijaksana dan adil. Prinsip-prinsip Islam amat luas dan luwes. Nilainya universal cocok untuk seluruh manusia, melampuai batas ras, budaya dan batas-batas lain. Mereka puas dan rela dengan Islam. Mereka berpendapat agama Islam adalah agama yang murni. Islam adalah agama yang sempurna, utuh menyeluruh. Tidak memiliki satu sudut pun yang kosong dari nilai sebagimana agama-agama lain.

Para pemuda dan remaja seperti di Denmark tidak mungkin hidup dalam kebebasan tanpa batas. Mereka perlu pedoman yang jelas, mana yang dilarang dan diperintahkan. Mereka perlu batas yang jelas untuk memahami dunia kenyataan. Mereka tak sanggup membuat kenyataan sendiri. Oleh sebab itu ketika mereka bertemu Islam, segera jiwa mereka menyambut dengan pasti. Mereka menyatakan tiada satu lingkungan pun yang sanggup melindungi kehidupannya kculai Islam. Krisis ruhaniah dan kejenuhan akan materialisme di negara-negara barat seperti denmark, amerika merupakan lahan subur untuk dakwah Islam.

Kesimpulan dan analisa keIslamannya :
KeIslaman mereka bukan karena factor kekeringan spirituail saja. Tetapi ada faktor lebih dari sekedar itu. Memang ada fenomena bahwa ajaran-ajaran spirituil laris di Barat bahkan ajaran kejawen seperti Subud (Susila Budi Darma). Tetapi sebagaimana kata mereka, Islam adalah agama yang utuh menyeluruh. Ajaran-ajaran spirituil itu ada yang memang sempat memberikan kepuasan batin atas kekeringan spirituilnya selama ini, tapi ajaran-ajaran itu bukan ajaran yang sempurna seperi Islam karena mempunyai berbagai kelemahan di sana sini. Dan mereka mengaku tidak ada kelemahan dalam ajaran Islam. Mereka sendiri banyak yang mengaku kalau mereka sudah banyak mendalami agama dan ajaraan lain, tetapi mereka merasa belum menemukan kepuasan sejati, kebenaran sejati yang bisa memenuhi akal, jiwa dan perasaannya. Itu semua terpenuhi dengan Islam. Disamping itu sebenarnya banyak di antara mereka yang bukan berlatarbelakang kekeringan sprirtuil tetapi juga berasal dari latar belakang bertradisi keagamaan yang taat, tetapi ketika mereka menemukan Islam, mereka seperti menemukan kebenaran yang jauh lebih sempurna dari agama lamanya.

thanks http://winbathin.blogspot.com/2009/12/kenapa-masuk-islam.html

Kisah Seorang Kristen Yang Masuk Islam

Adalah seorang laki-laki keturunan, sang ayah Holandia dan ibu Indonesia dari Kota Ambon yang terletak di pulau kecil di ujung timur kepulauan Indonesia. Kristen adalah agama yang diwariskan keluarganya dari bapak dan kakeknya. Kakeknya adalah seorang yang punya kedudukan tinggi pada agama kristen yang bermadzhab protestan, bapaknya juga demikian, namun ia bermadzhab Pantikosta. Sedangkan ibunya sebagai pengajar injil untuk kaum wanita, adapun dia sendiri juga punya kedudukan dan sebagai ketua bidang dakwah di sebuah Gereja Bethel Injil Sabino.

Tidak terbetik dalam hatiku walau sedikit pun untuk menjadi seorang muslim, sebab sejak kecil aku mendapatkan pelajaran dari orang tuaku yang selalu mengatakan padaku bahwa Muhammad adalah seorang laki-laki badui, tidak punya ilmu, tak dapat membaca dan menulis. Bahkan lebih dari itu, aku telah membaca buku Profesor Doktor Ricolady, seorang nasrani dari Prancis bahwa Muhammad itu seorang dajjal yang tinggal di tempat kesembilan dari neraka. Demikianlah kedustaan itu dibuat untuk menjatuhkan pribadi Rasul shallallahu alaihi wa sallam, sejak itulah tertanam pada diriku pemikiran salah yang mendorongku untuk menolak Islam dan menjadikannya sebagai agama.


Pada suatu hari pimpinan gereja mengutusku untuk berdakwah selama tiga hari tiga malam di Kecamatan Dairi, letaknya cukup jauh dari ibu kota Medan yang terletak di sebelah selatan pulau Sumatra Indonesia. Setelah selesai, aku hendak menemui penanggung jawab gereja di tempat itu. Tiba-tiba seorang laki-laki muncul di hadapanku, lalu bertanya dengan pertanyaan aneh, "Engkau telah mengatakan bahwa Isa Al-Masih adalah tuhan, mana dalilmu tentang ketuhanannya?" Aku menjawab, "Baik ada dalil ataupun tidak, perkara ini tidak penting bagimu, jika kamu mau beriman berimanlah, jika tidak kufurlah."

Namun, ketika aku pulang ke rumah, suara laki-laki itu mengganggu pikiranku dan selalu terngiang-ngiang di telingaku, mendorongku untuk melihat Kitab Injil mencari jawaban yang benar dari pertanyaannya. Telah diketahui bahwa di sana ada empat kitab Injil yang berbeda-beda, salah satunya MATHIUS, yang lainnya MARKUS, yang ketiga LUKAS, dan yang keempat YOHANNES, semuanya buatan manusia. Ini aneh sekali, aku bertanya-tanya pada diriku, "Apakah Al Quran dengan nuskhoh yang berbeda-beda juga buatan manusia?" Aku mendapatkan jawaban yang tak bisa lari darinya yakni dengan pasti, "Bukan!"

Aku mempelajari keempat Injil tersebut, lalu apa yang kudapatkan? Injil MATHIUS berbicara apa tentang Al-Masih Isa alaihis salam? Kami membaca di dalamnya sebagai berikut, "Sesungguhnya Isa Al-Masih bernasab kepada Ibrohim dan kepada Daud…" (1-1), lalu kalau begitu siapa Isa? Bukankah ia anak manusia? Ya, kalau begitu dia manusia. Injil LUKAS berkata, "Dialah yang merajai atas rumah Yakub untuk selama-lamanya. Kerajaannya tidak akan berakhir." (1-33). Dan Injil MARKUS berkata, "Inilah silsilah yang menasabkan Isa Al Masih anak Allah." (1). Dan yang terakhir injil YOHANNES berbicara apa tentang Isa Al Masih? Ia berkata, "Pada awalnya ia adalah kalimat, dan kalimat itu di sisi Allah, maka kalimat itu adalah Allah." (1:1). Makna dari nash ini dia pada awalnya adalah Al-Masih dan Al-Masih di sisi Allah, maka Al-Masih adalah Allah.

Aku bertanya pada diriku, "Berarti di sana ada perbedaan yang jelas pada empat kitab ini seputar dzat Isa alaihis salam, apakah ia manusia ataukah anak Allah ataukah Raja ataukah Allah? Hal itu telah menyulitkanku dan aku belum menemukan jawabannya. Di sini aku ingin bertanya kepada teman-temanku orang-orang kristen, "Apakah didapatkan dalam Al-Quran pertentangan antara satu ayat dengan yang lainnya?" Pasti tidak! Kenapa? Karena Al-Quran datang dari sisi Allah subhanahu wa taala, adapun Injil-injil ini hanyalah buatan manusia. Kalian tahu dan tidak ragu kalau Isa alaihis salam sepanjang hidupnya berdakwah kepada Allah di sana-sini, kita patut bertanya: apa landasan awal yang didawahkan oleh Isa alaihis salam?

Ini Injil MARKUS berkata, "Seseorang datang dari Al Katbah, ia mendengar mereka berbincang-bincang, ketika terlihat bahwa ia adalah (Al-Masih) mereka menerimanya dengan baik, menanyainya tentang ayat wasiat pertama? Ia menjawab sambil berjalan: Sesungguhnya wasiat yang pertama ialah Dengarkan wahai Bani Israil! Rabb Tuhan kita adalah Rabb yang Esa." (12: 28-29). Inilah pengakuan yang jelas dari Isa alaihis salam, jadi kalau Isa telah mengaku bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa/Satu, maka siapakah Isa kalau begitu? Jika Isa adalah Allah juga, maka takkan pernah ada keesaan bagi Allah. Bukankah begitu?

Kemudian, aku lanjutkan pencarianku dan aku temukan pada Injil YOHANNES nash-nash yang menunjukkan doa dan ketundukan Isa Al-Masih alaihis salam kepada Allah subhanahu wa taala. Aku bertanya pada diriku: Jika sekiranya Isa adalah Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, lalu apakah ia membutuhkan kepada ketundukan dan doa? Tentu tidak! Oleh karena itu, Isa bukan tuhan tetapi dia adalah makhluk seperti kita. Simaklah bersamaku doa yang terdapat dalam injil YOHANNES, inilah nash doanya: "Inilah kehidupan yang abadi agar mengetahui bahwa Engkaulah Tuhan yang hakiki, dan berjalanlah Al-Masih yang Engkau telah mengutusnya, aku pekerjamu di bumi, amal yang Engkau telah berikan padaku ialah amalan yang aku telah menyempurnakannya." (17-3-4). Ini doa yang panjang, yang akhirnya berkata, "Wahai Rabbul Baar, sesungguhnya alam tidak mengenalMu, adapun aku mengenalMu dan mereka telah mengetahui bahwa Engkau telah mengutusku dan Engkau telah mengenalkan mereka akan namaMu dan aku akan mengenalkan mereka agar pada mereka ada kecintaan seperti Engkau telah mencintaiku." (17-25-26).

Doa ini menggambarkan pengakuan Isa alaihis salam bahwa Allah Dialah Yang Maha Esa dan Isa adalah utusan Allah yang diutus pada kaum tertentu, bukan pada seluruh manusia, siapakah kaumnya itu? Kita baca dalam Injil MATHIUS (15:24) di mana ia berkata, "Aku tidak diutus, melainkan pada kaum di rumah Israil yang sasar." Kalau demikian, jika kita gabungkan pengakuan-pengakuannya ini dengan yang lainnya, sangat mungkin untuk kita katakan bahwa, "Allah adalah Tuhan Yang Esa dan Isa adalah utusan Allah kepada Bani Isroil." Kemudian kulanjutkan pencarianku, maka aku teringat saat aku sholat aku selalu membaca kalimat berikut: (Allah Bapak, Allah Anak, Allah Roh Qudus, tiga dalam satu). Aku berkata pada diriku: Perkara yang sangat aneh! Kalau kita bertanya pada siswa kelas satu sekolah dasar "1 + 1 + 1 = 3 ?" Pasti akan menjawab "ya". Kemudian, jika kita katakan padanya, "Akan tetapi 3 juga = 1?" Tentu dia takkan menyepakati hal itu, sebab di sana terdapat pertentangan yang jelas pada apa yang kami ucapkan, karena Isa alaihis salam berkata dalam Injil seperti yang kami lihat bahwa Allah Esa tidak ada serikat baginya.

Telah terjadi pertentangan kuat antara aqidah yang menancap di jiwaku sejak kecil, yakni: tiga dalam satu, dengan apa yang diakui Isa Al-Masih sendiri dalam kitab-kitab injil yang ada di tengah-tengah kita sekarang bahwa sesungguhnya Allah itu satu tidak ada serikat baginya. Mana dari keduanya yang paling benar? Belum ada usahaku untuk mengikrarkannya waktu itu, namun yang benar dikatakan bahwa sesungguhnya Allah itu Esa/satu. Kemudian, aku cari lagi dari kitab injil dari awal, barangkali aku temukan apa yang kuinginkan. Sungguh telah kutemukan dalam pencarianku nash berikut ini: "Ingatlah wali-wali sejak dulu, karena sesungguhnya Aku adalah Allah, sedang yang lainnya bukan tuhan dan tak ada yang menyerupaiku." (46: 9). Sungguh perkara yang menakjubkan saat aku berpegang teguh dengan Islam, aku mendapatkan dalam surat Al-Ikhlash firman Allah Taala, "Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung padaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Ya, selama kalam itu adalah kalam Allah, maka tidak akan berbeda di manapun didapatkannya. Inilah pelajaran pertama pada agamaku masihiyyah yang dulu, dengan demikian "tiga dalam satu" tidak ada keberadaannya dalam jiwaku.

Adapun pelajaran kedua dalam agama masihiyyah bahwa di sana ada yang disebut dengan warisan dosa atau kesalahan awal, maksudnya ialah bahwa dosa yang diperbuat Adam alaihis salam ketika memakan buah yang diharamkan dari pohon yang berada di surga, pasti seluruh anak manusia akan mewarisi dosa ini. Sekalipun janin yang berada dalam rahim ibu akan menanggung dosa ini dan akan lahir dalam keadaan berdosa. Apakah ini benar atau salah? Aku cari tentang kebenaran hal tersebut. Aku merujuk pada Perjanjian Lama, di tengah pencarianku, aku menemukan pada hizqiyal sebagai berikut, "Seorang anak tidak menanggung dari dosa seorang bapak. Seorang bapak tidak menanggung dari dosa seorang anak …" (hizqiyal: 18: 20-21).

Barangkali yang cocok untuk kami sebutkan di sini apa yang dikatakan Al-Quranul Karim pada masalah ini, "Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain …" Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitroh, kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi atau menjadikannya Nashrani atau menjadikannya Majusi." Inilah dia kaidah dalam Islam dan menyepakatinya apa yang ada/datang dalam injil, lalu bagaimana bisa dikatakan bahwa kesalahan Adam akan berpindah dari satu generasi ke generasi lainnya, dan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan berdosa?

Walhamdulillahi robbil alamin.

(Bagian II - Habis)

Aku melanjutkan pencarianku tentang beberapa hal yang berkaitan dengan keyakinan, pada suatu hari kuletakkan Injil dan Al-Quran di depanku, kutujukan pertanyaan pada Injil, "Apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?" Jawabannya: tidak ada, karena nama Muhammad tidak terdapat dalam Injil. Kemudian kutujukan pertanyaan berikutnya pada Isa seperti Al-Quran telah bercerita tentangnya, "Wahai Isa ibnu Maryam, apa yang engkau ketahui tentang Muhammad?" Jawabannya: sungguh Al Quran telah menyebutkan perkara yang tidak ada keraguan sedikit pun bahwa seorang Rasul yang pasti akan datang setelahku namanya adalah Ahmad. Allah berfirman atas lisan Isa alaihis salam, "Dan ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: Hai bani Isroil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku yaitu Taurot dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad), maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata." (QS Ash Shaff: 6). Lihatlah! Mana yang benar?!


Di sana ada satu Injil, yakni Injil BARNABAS, berbeda dengan empat Injil yang telah kusebutkan sebelumnya, namun sayang para pemuka-pemuka agamanya (Nashrani) mengharamkan pengikutnya untuk mentelaahnya. Tahukah kenapa? Yang paling benar ialah karena inilah satu-satunya Injil yang memuat kabar gembira tentang Muhammad, di dalamnya terdapat beberapa tambahan dan penyimpangan yang sangat, seperti halnya tedapat pula kenyataan yang sesuai dengan apa yang ada dalam Al Quran Al Karim. Dalam Injil Barnabas (Ishaah: 163), "Waktu itu para murid bertanya kepada Al Masih: Wahai guru! Siapa yang akan datang sesudahmu? Al Masih menjawab dengan senang dan gembira: Muhammad utusan Allah pasti akan datang sesudahku bagaikan awan putih akan menaungi orang-orang yang beriman seluruhnya."

Kemudian, kubaca lagi ayat lainnya dari Injil Barnabas yakni ucapannya pada (Ishaah: 72), "Waktu itu seorang murid bertanya kepada Al-Masih: Wahai guru! Saat Muhammad datang apa tanda-tandanya hingga kami mengenalnya? Al-Masih menjawab: Muhammad tidak akan datang pada masa kita, tetapi akan datang setelah seratus tahun kemudian ketika Injil diubah (direkayasa) dan orang-orang yang beriman kala itu jumlah mereka tidak sampai tiga puluh orang, maka ketika itu Allah subhanahu wa taala akan mengutus penutup para Nabi dan Rasul-rasul, yaitu Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam."

Telah disebutkan berulang-ulang yang demikian itu dalam Injil Barnabas, aku telah menghitungnya dan kudapatkan sebanyak empat puluh lima ayat menyebutkan tentang Muhammad. Aku sebutkan dua ayat di atas di antaranya sebagai satu bukti.

Setelah ini semua, aku berazzam untuk keluar dari gereja dan tidak akan pernah pergi lagi padanya, saat ini tidak ada di hadapanku, kecuali Islam. (Lihat kitab Uluwul Himmah, karya Muhammad Ahmad Ismail Al-Muqoddim).

Para pembaca rahimakumullah demikianlah Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi semesta alam, menuntut kita selaku para pemeluknya untuk bersyukur. Allah berfirman, "Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu, dan Dia tidak meridhoi kekafiran bagi hamba-Nya, dan jika kamu bersyukur niscaya Dia meridhoi kesyukuranmu itu, dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan di (dada)mu." (QS Az Zumar: 7).

Di sini ada beberapa hal yang perlu untuk kita perhatikan, wallahul haadi ila sabilir rosyad.

Pertama: manusia itu satu umat, memeluk agama yang satu. Allah berfirman, "Manusia dahulunya hanyalah satu umat kemudian mereka berselisih, kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu." (QS Yunus: 19).

Kedua: Islam adalah agama tauhid. Allah berfirman, "Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka, barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam) maka katakanlah: Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku. Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi, Apakah kamu (mau) masuk Islam? Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah) dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya." (QS Ali Imron: 18-20).

Ketiga: Aqidah tauhid adalah fitroh manusia. Allah berfirman, "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). Atau agar kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu." (QS Al Araaf: 172-173).

Keempat: Petunjuk Allah mutlak harus diikuti. Allah berfirman, "… Katakanlah sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah, dan (janganlah kamu percaya) bahwa akan diberikan kepada seseorang seperti apa yang diberikan kepadamu, dan (jangan pula kamu percaya) bahwa mereka akan mengalahkan hujjahmu di sisi Tuhanmu. Katakanlah sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karunianya kepada siapa yang dikehendakinya. Dan Allah maha luas karunianya lagi maha mengetahui." (QS Ali Imron: 73).

Kelima: Isa alaihis salam adalah Nabi dan Rasul Allah. Allah berfirman, "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan kalimat-Nya) yang disampaikan-Nya kepada Maryam dan dengan (tiupan roh) dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, (Tuhan itu) tiga. Berhentilah (dari ucapan itu). Itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak. Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya, cukuplah Allah sebagai pemelihara." (QS An Nisaa: 171).

Ditulis oleh Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari.
(Diringkas dari kitab Uluwul Himmah).

Diambil dari Buletin Al-Wala wal-Bara edisi ke-11 Tahun ke-1 / 28 Februari 2003 M / 26 Dzul Hijjah 1423 H

Saat sinar kebenaran datang menyapa

Kavita dilahirkan dalam keluarga yang terkait dengan organisasi ekstrim Hindu Shiv Sena. Ia kemudian memilih nama Nur Fatima ketika masuk Islam. Sebelum itu dia juga terkenal dengan nama panggilan Poonam. Ia dilahirkan di Mumbai dan berusia 30-an. Pun demikian ia merasa umurnya tidak lebih dari lima tahun karena pengetahuannya tentang Islam tidak lebih dari pengetahuan anak muslim yang berusia lima tahun. Kavita mendapat pendidikan di Mumbai, kemudian ia melanjutkan pelajarannya ke Universitas Cambridge untuk pendidikan tinggi. Setelah menyelesaikan masternya, ia banyak mengikuti program/kursus computer.

Masa remaja, ia disekolahkan di Mumbai, di sebuah sekolah yang cukup besar dan hanya anak-anak dari keluarga kerajaan belajar di sana. Ia kemudiannya menikah di Mumbai dan kemudian ke Bahrain bersama dengan suaminya serta memiliki dua anak lelaki.

Ia dibesarkan dalam lingkungan Hindu ekstrim di mana Muslim sangat dibenci. Sejak remaja dia tidak menyukai penyembahan berhala. Pernah satu ketika, dia telah memindahkan berhala sembahan keluarganya ke dalam kamar kecil. Ketika dia ditegur ibunya karena perbuatan tersebut, dia mengatakan bahwa berhala itu tidak dapat melindungi dirinya sendiri, maka mengapa perlu kita mencari keberkahan dari berhala tersebut? Mengapa Anda tunduk di hadapannya? Apa kah yang diberikan kepada Anda?

Kita ikuti seterusnya kisah menarik ini dari ungkapannya sendiri!

Ada sebuah ritual dalam keluarga kami bahwa ketika seorang gadis menikah, ia mencuci kaki suaminya dan minum air basuhan tersebut. Tapi saya menolak untuk melakukannya pada hari pertama perkawinan saya, oleh karena itu saya telah dimarahi. Saya telah bergabung dengan sebuah sekolah (untuk tujuan pengajaran). Karena sendirian dan menggunakan mobil, saya mulai mengunjungi pusat Islam berdekatan. Saya sering mendengar percakapan mereka dan tahu bahwa umat Islam tidak menyembah berhala. Saya sangat menyenangi pandangan mereka. Kemudiannya saya mendapat tahu bahwa Allah-lah yang menyelesaikan segala sesuatu.

Yang paling saya kagumi dalam Islam ialah shalat. Saya tidak tahu sebelumnya bahwa hal itu disebut sebagai shalat. Pada awalnya saya pikir itu semacam latihan atau sejenis olah raga. Ketika saya mulai mengunjungi pusat Islam barulah saya memahami bahwa shalat adalah sebuah bentuk ibadah. Saya memimpikan satu hal setiap kali saya tidur. Hampir setiap hari saya bermimpi melihat sebuah ruang empat dimensi. Saya merasa sungguh terganggu dan bangun berkeringat. Ruang yang sama akan kembali muncul dalam mimpi saya ketika saya tidur lagi. Pada kemudian harinya, baru saya memahami apa yang saya mimpikan itu.

Setelah menikah, kami berpindah ke Bahrain. Hal ini banyak membantu saya untuk memahami Islam. Di negara ini saya berteman dengan seorang gadis muslim. Dia jarang mengunjungi saya, tapi sebaliknya saya sering mengunjunginya. Suatu hari
ia melarang saya mengunjunginya karena ketika itu bulan Ramadhan, bulan ibadah. "Ibadah saya terganggu karena kunjungan Anda" katanya. Karena saya ingin tahu ibadah yang dilakukan oleh umat Islam, saya memintanya untuk tidak melarang saya dari mengunjungi rumahnya. Saya berkata: "Saya tidak akan menganggu anda, saya hanya akan melihat Anda melakukan semua itu. Anda tanyakan apa saja yang anda inginkan." Jadi dia tidak melarang saya mengunjungi rumahnya.

Ketika saya melihat apa yang dilakukannya, saya begitu tertarik untuk menirunya. Lalu saya bertanya kepadanya tentang perbuatannya. Dia memberitahu saya bahwa dia melakukan shalat. Dan kitab yang sedang dibaca adalah al-Quran. Saya begitu ingin melakukannya. Lalu sayapun mengunci kamar rumah saya dan meniru apa saja yang diperbuat oleh teman saya meskipun saya tidak tahu banyak tentang hal ini.

Suatu hari saya terlupa untuk mengunci pintu kamar dan mulai mengerjakan shalat. Tiba-tiba suami saya masuk ke kamar. Dia bertanya apa sedang saya lakukan. Saya menjawab: "Saya sedang shalat". Dia berkata: "Apakah Anda sadar apa yang sedang Anda lakukan? Apakah Anda tahu apa yang Anda katakan? "Pada mulanya saya dimarahi. Saya menutup mata karena takut. Tapi, tiba-tiba, saya merasakan sebuah kekuatan besar dalam jiwa saya yang membuat saya cukup berani untuk menghadapi situasi. Saya berteriak bahwa saya telah masuk Islam makanya saya menunaikan shalat.

Dia berkata: "Apa! Apa yang telah Anda katakan? Bolehkah Anda mengulangi kata-kata Anda ." Saya mengulangi kata-kata saya dengan menekankan: " Ya! Saya telah masuk Islam "Mendengar hal ini, ia mulai memukul saya. Mendengar suara jeritan dan raungan saya,. kakak saya sampai di sana. Dia berusaha menyelamatkan saya. Tapi ketika suami saya menceritakan apa yang terjadi, dia pula maju untuk memukul saya. Saya memberhentikannya dengan berkata: "Anda tidak harus menghalangi saya. Saya tahu apa yang baik untuk saya dan apa yang buruk. Saya akan berjalan di jalan yang telah saya pilih". Mendengar ini suami saya marah. Dia menyiksa saya sehingga saya tidak lagi merasa apa-apa.

Saat tu anak-anak saya berada di rumah. Anak sulung saya berusia 9 dan anak kedua berusia 8 tahun. Setelah insiden tersebut saya tidak lagi diizinkan untuk bertemu dengan siapa pun. Saya dikunci dalam sebuah kamar. Meskipun saya tidak memeluk Islam secara resmi, saya telah mengucapkan kata-kata bahwa saya telah masuk Islam. Suatu malam ketika saya berada di kamar yang terkunci, anak sulung saya datang dan menangis tersedu-sedu dalam dekapan saya. Saya bertanya di mana anggota keluarga lainnya. Dia mengatakan mereka telah pergi untuk menghadiri sebuah upacara dan tidak ada di rumah. (Ada festival keagamaan kami pada malam itu.)

Anak saya meminta saya untuk melarikan diri dari rumah karena keluarga kami ingin membunuh saya. Saya menghibur dirinya dengan mengatakan bahwa perkara seperti itu tidak mungkin akan terjadi. Mereka tidak akan menyakiti saya. Dan dia harus mengurus dirinya sendiri dan adiknya. Tapi dia tetap bersikeras di tengah isak tangis bahwa saya harus melarikan diri dari rumah. Saya berusaha merayu dengan mengatakan bahwa sudah pasti tidak akan bisa bertemu dengan mereka. Tapi dia menjawab bahwa Anda bisa bertemu kami hanya jika Anda masih hidup. "Pergilah, Mama, mereka akan membunuh Anda"

Akhirnya saya memutuskan untuk pergi. Saya tidak pernah bisa melupakan saat-saat yang begitu memilukan ketika anak sulung saya pergi untuk membangunkan adiknya dan berkata kepadanya: "Bangunlah. Mama akan pergi. Bertemulah dengannya sekarang karena kita tidak akan tahu apakah kita akan dapat bertemu dengannya lagi atau tidak. " Setelah beberapa hari tidak bertemu dengannya, dia bangun mendekati saya. Dia menggosok matanya sambil menatap saya. Tapi ketika saya melangkah ke depan, ia memeluk saya dan menangis. Mungkin anak-anak saya telah mengetahui semuanya. Ia hanya bertanya pada saya, "Mama, pergilah". Saya mengangguk menyetujuinya dan mengatakan bahwa kami akan bertemu lagi.

Kedua anak saya melihat kepergian saya pada malam yang gelap lagi dingin itu. Saya telah menghancurkan cinta seorang ibu di bawah kaki saya sendiri. Di satu pihak saya terpaksa menginjak cinta saya terhadap anak-anak dan berpisah dengan mereka dan di lain pihak adalah cinta saya untuk Islam yang mengatasi segalanya. Saya mengerang, berpegangan kepada anak-anak saya .... menghancurkan cinta saya untuk mereka. Luka hati saya masih segar. Saya tak bisa melangkahkan kaki. Namun, entah bagaimana saya berhasil melaksanakannya. Kedua anak-anak saya melambaikan tangan mereka kepada saya dengan deraian air mata di pintu gerbang. Saya tidak pernah bisa melupakan detik-detik tersebut. Setiap kali saya teringat pada peristiwa ini, saya pasti teringat pada muslim yang terpaksa meninggalkan rumah dan keluarga mereka demi Islam.

Dari rumah, saya langsung menuju ke kantor polisi. Masalah terbesar saya di sana adalah mereka tidak memahami bahasa saya. Salah seorang dari mereka, bisa memahami bahasa Inggris. Saya kehabisan napas dan tidak bisa berbicara karena gugup. Saya meminta dia untuk membiarkan saya beristirahat sampai saya bisa menenangkan diri saya. Lalu setelah beberapa saat, saya mengatakan padanya bahwa saya telah meninggalkan rumah dan ingin memeluk Islam. Saya sangat ingin menceritakan semuanya. Namun, dia menghibur saya dan mengatakan bahwa dia juga adalah seorang muslim dan akan membantu saya sedapat mungkin. Dia membawa saya pulang menemui keluarganya dan memberikan saya berlindung di rumahnya.

Di pagi hari, suami saya tiba di kantor polisi untuk meminta bantuan dengan mengatakan istrinya telah saya telah diculik. Ia kemudian diberitahu bahwa saya tidak diculik, tetapi telah datang sendiri. Saat seseorang itu ingin memeluk Islam, maka dia tidak lagi memiliki hubungan dengannya (sebagai non-muslim) sehingga dia tidak perlu pula untuk pergi bersamanya. Dia bersikeras dan melemparkan ancaman. Tapi saya sendiri menolak untuk pergi bersamanya. Saya bilang ia bisa mengambil semua perhiasan saya, saldo bank dan properti, tapi saya tidak akan pergi bersamanya. Pada awalnya dia tidak menyerah, tapi melihat penolakan konsisten saya ia mendapat pernyataan tertulis untuk memperoleh semua milik saya.

Orang yang telah memberiku tempat berlindung mengatakan sekarang keluarga Anda tidak akan membahayakan Anda dan Anda bisa saja memeluk Islam. Saya mengucapkan terima kasih dan pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan rawatan karena seluruh tubuh saya terluka. Saya dirawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Dokter bertanya kepada saya: "Dari mana kamu datang? Tidak ada satu dari keluarga Anda yang pernah mengunjungi Anda di rumah sakit ". Saya hanya membisukan diri dan tidak menjawab.. Karena saya sudah meninggalkan rumah saya dalam mencari hanya satu hal ...... Sekarang saya tidak lagi punya rumah atau keluarga ..... Yang tinggal hanyalah hubungan saya dengan Islam, agama yang telah mengulurkan cintanya untuk saya pada langkah pertama.

Polisi muslim itu memanggil saya adik dan memperlakukan saya di rumahnya seperti saudara. Dia telah memberikan saya tempat penampungan pada malam dingin ketika saya telah kehilangan semuanya. Saya tidak pernah bisa melupakan kebaikannya. Ketika saya masih dirawat di rumah sakit, saya cemas tentang langkah berikutnya. Kemanakah harus saya mencari perlindungan? Setelah keluar dari rumah sakit saya langsung pergi ke pusat Islam. Tidak ada seorangpun pada waktu itu kecuali seorang tua yang mungkin tinggal di sana. Saya pergi kepadanya dan menceritakan segala yang telah menimpa saya. Dia ragu-ragu untuk beberapa saat dan kemudian berkata: "Anakku. sari ini bukan pakaian muslim. Pergilah, pakailah jilbab dan berpakaian seperti muslim.

Saya mempunyai sedikit uang ketika meninggalkan kantor polisi. Dengan uang itu saya membeli pakaian dan kembali ke pusat Islam itu. Dia mengajar saya untuk berwudhu. Sesudah itu, dia membawa saya ke sebuah kamar. Di ruangan itu, saya menemukan foto besar yang tergantung di dinding. Melihat gambar tersebut langkah saya terhenti, karena gambar itu menunjukkan ruang empat persegi yang sering muncul dalam mimpi saya. Saya langsung berteriak: "Itulah yang saya sering muncul dalam mimpi saya ..... yang telah mengganggu tidur saya". Dia tersenyum. Dan berkata itu adalah rumah Allah. Muslim dari seluruh dunia mengunjungi rumah ini untuk menunaikan Haji dan Umrah. Ia disebut Baitullah. Saya terkejut dan bertanya. "Apakah Allah tinggal di rumah itu". Ia menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dengan senyum dan kasih sayang?.

Saya tidak menghadapi kesulitan dalam berbicara dengannya. Ia menjelaskan setiap dan segala sesuatu dalam bahasa yang saya pahami. Saya merasakan kebahagiaan aneh yang menyusup dalam jiwa saya yang tidak dapat saya pahami pada waktu itu. Dia mengajarkan saya mengucapkan syahadah dan kemudian menceritakan tentang Muslim dan Islam. Sekarang saya tidak merasa cemas atau beban apapun di pikiran saya. Saya merasa diri saya sangat ringan. Saya merasa seperti telah berenang dari polusi untuk membersihkan diri dengan air. Pemilik pusat Islam ini telah mengadopsi saya sebagai putrinya dan membawa saya ke rumahnya. Kemudian, dia mengatur pernikahan saya dengan keluarga muslim. Keinginan pertama saya adalah untuk melihat rumah "Allah" . Saya menunaikan Umrah.

Saya tidak pergi ke India setelah itu dan tidak ingin untuk pergi ke sana. Keluarga saya memiliki hubungan dalam politik dan organisasi keagamaan di sana. Mereka telah mengumumkan akan memberikan hadiah bagi yang dapat membawa kepala saya. Saya seorang Muslim, seorang putri Muslim .... dan saya bangga menjadi seorang Muslim ..... Saya ingin menjalani hidup saya dalam cahaya Islam.[IRIB/NA]

Sumber: www.islamway.com

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=21389:saat-sinar-kebenaran-datang-menyapa&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Kisah Leonardo mengenal Islam

Sebelum memeluk agama Islam, kebiasaannya saat saya mengunjungi sebuah kota atau kawasan, tempat pertama yang saya masuk atau cari ialah tempat peribadatan, sebuah kuil atau gereja, atau apa saja. Dengan izin Allah, saya telah memasuki sebuah masjid saat umat Islam menunaikan shalat Magrib mereka. Saya menanti sehingga mereka menyelesaikan shalat mereka. Kemudian saya menemui imam masjid tersebut. Di sinilah bermula perjalanan saya menuju Islam. Saya mulai berbincang dengan imam masjid ini.

Sebelum saya memeluk Islam, nama saya ialah Leonardo Villar. Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga Kristen pada tahun 1935 bulan Desember tanggal 4. Saya dibesarkan oleh kakek dan nenek saya. Mereka mengajar saya kepercayaan mereka yaitu doktrin Trinitas, sebuah kepercayaan bahwa Nabi Isa as adalah anak Tuhan dan dia turut menerima sembahan selain dari Tuhan itu sendiri. Mereka mengantar saya ke sekolah Inggris, itupun karena permintaan saya. Namun demikian, saya tidak menghabiskan pengajian saya di sekolah ini. Ketika itu usia saya baru lima tahun, pada mulanya Kepala Sekolah tidak menerima saya karena usia saya yang terlalu muda. Kemudiannya dia menerima karena melihatkan kemampuan saya dalam menyaingi teman-teman lain yang lebih tua.

Pada satu ketika saya tidur siang, pintu rumah terbuka. Ayam-ayam dan anak-anaknya masuk kedalam rumah. Saya terbangun. Saya mengambil handuk dan mengusir ayam-ayam tersebut. Ayam-ayampun beterbangan lari tidak karuan, sehingga berhala/patung yang sering kami tatapi saat menyembah jatuh dan hancur. Saya dapati bahwa berhala itu hanyalah kayu semata dan bukannya Tuhan. Saya katakan pada mereka, "Kalian hanyalah kayu, kalian bukan Tuhan seperti yang diklaim oleh ibu-bapakku. Kalian tidak bisa membantu diri kalian, bagaimana kalian bisa membantu orang lain?"

Saya ingin memecahkannya, tetapi karena ketika itu saya masih kecil, saya tidak berani melakukannya, sudah pasti kakek akan memukul saya. Saya meletakkan berhala itu ditempatnya semula. Saya mula berfikir, dan yakin bahwa memang ada Tuhan yang sebenarnya, yang telah menciptakan alam ini.

Keesokkan paginya, saya menemui bapak saya sedang duduk, saya duduk disebelahnya dan bertanya, adakah berhala-berhala itu Tuhan? Dia berkata, tidak, ia hanyalah simbol untuk kita sembah seolah-olah kita sedang berhadapan dengan Tuhan. Saya mendiamkan diri, saya tidak dapat mengucapkan apa yang terpendam dalam hati saya.

Saya meninggalkan sekolah dan berhenti menghadiri upacara-upacara keagamaan. Saya pergi ke sebuah rumah milik seorang tua. Saya meminta orang tua ini bercerita pada saya mengenai kisah para Nabi seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Nuh dan Nabi Adam. Saya juga bertanya kepadanya tentang agama.

Ketika bapa saya mengetahui saya telah berhenti belajar, dia amat marah dan mengancam akan membunuh saya. Kemarahannya bertambah saat dia tahu yang saya juga telah berhenti dari pergi ke gereja pada hari minggu. Ini berlalu hingga saya berusia 17 tahun.

Pada tahun 1963, saya tiba di kota Marawi di Mindanao, propinsi yang terletak di bagian Selatan Filipina yang memiliki penduduk muslim yang ramai. Sudah menjadi kebiasaan saya, setiap kali saya memasuki sebuah kota baru, sudah pasti saya akan masuk ke bangunan yang menjadi tempat peribadatan kawasan tersebut. Di sini saya telah pergi ke sebuah masjid.

Umat Islam saat itu sedang menunaikan shalat Maghrib. Saya menanti sehingga mereka selesai shalat. Kemudian saya menemui imam masjid tersebut dan orang-orang di situ mengelilingi kami. Saya berkata kepada Imam, apa yang telah anda lakukan tadi?

Dia menjawab, "Kami menunaikan shalat." Saya bertanya, "Apakah ini agama anda? Dia berkata, "Iya." Saya bertanya lagi, "Apakah agama ini? Dia menjawab, "Islam." Saya bertanya kembali, "Siapa Tuhan anda? Dia berkata, "Allah." Saya bertanya, "Siapakah nabi anda? Dia berkata, "Muhammad saw." Saya diam, karena inilah kali pertama saya mendengarnya, dan saya mula berfikir.

Saya bertanya lagi, "Apa yang anda fikir mengenai Nabi Isa? Dia berkata, "Ia adalah Isa anak Maryam, semoga Tuhan memberkati keduanya, dan ia adalah Nabi Allah." Saya bertanya," Apakah agamanya? Saya bertanya kembali, "Apakah agamanya? Ia berkata, "Islam. Karena semua nabi mengikuti agama Islam. Kemudian baru saya sadar bahwa kami tidak bisa berbicara lama, dan saya adalah orang asing di kota ini. Saya berkata kepadanya, "Adakah anda punya buku yang bisa saya baca?

Dia memberi tiga buku dalam bahasa Inggris kepada saya; sebuah buku berkaitan agama Islam, terjemahan al-Quran dan ketiga sebuah artikel berkaitan akidah. Saya meninggalkan masjid tersebut dan pergi ke tempat tujuan, saya membaca buku pertama secara terperinci. Saya menemui apa yang saya cari dalam buku tersebut.

Akhirnya, saya sudah pasti bahwa saya telah menemui agama Nabi Isa as yang saya cari selama 20 tahun. Buku itu memberitahu cara berwudu' dan segala hal-hal yang mendasar berkaitan shalat. Saya mencari bagian yang menjelaskannya dan mula menghafal serta melakukannya. Pada pagi Jumat, saya pergi ke rumah Imam dan bertanya kepadanya, "Adakah seorang non-muslim diizinkan untuk memeluk agama Islam jika dia mengingininya?

Dia berkata, "Islam bukan hanya agama untuk kami umat Islam; ia adalah agama miliki semua manusia dan anda haruslah menjadi seorang muslim." Iia mengajar saya untuk mengambil wudu' dan mengucap dua kalimah syahadah, serta menunaikan shalat. Setelah saya selesai menunaikan shalat, saya bertanya kepadanya, "Adakah saya muslim sekarang? Ia berkata, "Iya."

Saya mula mempelajari Islam di sebuah sekolah agama Islam di kota ini lebih kurang selama 4 tahun. Kemudian saya melanjutkan pelajaran ke Mekah. Pada akhir tahun 1967, saya mendapat kartu izin pelajar. Pada tahun 1978, saya dibenarkan untuk menyambung pelajaran di Universitas al-Madinah sehingga tahun 1979 dimana saya menamatkan pelajaran saya.

Kemudian saya diantar ke Sabah, Malaysia. Sehingga saat ini saya bekerja sebagai seorang muballig.[IRIB/AN]

Dipetik dari majalah Al-Dakwah

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=21831:kisah-leonardo-mengenal-islam&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Bagaimana aku mengenal Islam?

Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Nama ku ialah S.B

Ayahku amat cenderung dengan Kristen. Ketika aku masih kecil, ia sering bercerita tentang kisah-kisah yang diambil dari Injil mengenai Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa as. Hasilnya aku mencintai nabi-nabi tersebut dan memuji bapaku.

Menginjak usia dewasa, timbul perasaan tidak tenang dalam jiwaku. Terasa ada sesuatu yang hilang dalam kehidupanku, tapi aku tidak mengetahui apakah yang hilang itu. Aku ingin kembali ke masa kecilku, ketika aku masih suci tidak berdosa, tetapi semakin hari keadaanku bertambah parah. Perilakuku harus diubah, tetapi tetap saja aku tidak tahu bagaimana?

Aku merenungkan komunitas dan masyarakat tempat aku hidup bersama mereka. Namun aku merasa betapa diriku terasing dari mereka. Aku akan duduk di sebuah acara perkawinan atau acara-acara sosial yang lain dan menyaksikan orang-orang di sekitarku lalu memikirkan kenapa aku harus ada di tempat ini. Sudah pasti, ada yang lebih penting dalam hidup ini selain sekadar apa yang sedang aku lalui.

Ketika aku memberitahu ibuku tentang apa yang aku rasai. Ia bertanya, "Engkau termasuk dari kelompok yang mana? Engkau harus menyesuaikan dirimu dengan orang lain dan menjadi seperti mereka jika ingin meneruskan kehidupan."

Nasihat ibuku tidak berpengaruh sedikitpun dalam diriku. Aku mengetahui bahwa kehidupan ini bukan untukku, tapi apakah ada alternatif atau pilihan lain yang aku miliki? Kelihatan seperti tidak ada secuil harapan yang tinggal. Aku tenggelam dan larut dalam kegelisahan, sehingga terkadang aku merasa lebih baik mati.

Kemudian terjadi peristiwa yang amat menakutkan dalam kehidupan saya. Di tengah malam, aku terbangun dan berjalan dalam keadaan separuh sadar sembari memikirkan betapa hari telah siang. Kini aku dapat menyaksikan apa yang aku lakukan, tapi tidak berdaya menghentikannya atau tidak memahami mengapa semua ini terjadi. Aku merasa seakan-akan telah berada di puncak kegilaan dan hanya tinggal menanti waktunya. Di waktu siang, perilakuku tampak normal dan dapat bergurau dengan anggota keluarga yang lain. Pada awalnya ibuku ingin membawaku ke dokter. Ia memberitahuku bagaimana aku berjalan dalam keadaan tidur dan setiap malam tampak resah.

Beberapa hari kemudian, ketika aku sedang tidur aku melihat wajah yang menakutkan. Kulitnya hijau kehitaman dan ada sesuatu di kepalanya. Aku melompat ketakutan dan benda itu menertawakan aku. Aku hanya dapat mendengar suara, jeritan, ketawa dan sesuatu sedang diperkatakan, yang tidak dapat aku fahami.

Aku terbangun dari tidur dan membuka lampu. Ini bukan sebuah igauan. Aku terjaga, tetapi masih kedengaran suara. Aku mula menjerit, menutup telinga ku, berlarian di dalam kamarku dalam usaha untuk menenggelamkan suara-suara yang mengejarku. Aku coba membangunkan keluargaku. Tetapi mereka tidak mendengar suaraku. Aku menangis sekuat hatiku, menjerit sepuas-puasnya, tetapi suara-suara yang menganggu tetap tidak berkurang. Tidak ada seorangpun yang dapat membantuku. Aku sendirian dan tidak berdaya melakukan apa-apa.

Dalam keadaan putus asa itu, aku terduduk di atas lantai, menutup wajah dan telinga dengan lenganku, di sela isak tangis, aku mula berdoa, "Oh Tuhan ku! Tolonglah Aku! Aku memohon maaf atas segala kesalahanku, apa saja yang Engkau perintahkan, apa saja jalan yang Engkau pilihkan, aku akan melakukannya, tapi tolonglah aku. Aku tidak mengetahui apa yang Engkau inginkan dariku." Aku terus merayu dengan cara ini dan mengulangi kata-kataku.

Tiba-tiba semuanya berhenti. Tidak ada lagi kedengaran suara dan suasana di sekitarku langsung berubah. Tapi aku masih takut untuk menyaksikan apa yang ada di sekitarku dan terus menangis. Tidak berapa lama kemudian, aku membuka mataku dan ternyata segala-galanya aman dan damai. Tuhan telah menyelamatkanku.

Adalah sesuatu yang sulit untuk menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi dan apa yang aku rasa. Hanya orang yang melaluinya saja yangdapat memahami apa yang aku alami. Kemudian aku mulai melupakan peristiwa tersebut. Tetapi aku semakin yakin akan keberadaan Tuhan.

Tidak berapa lama kemudian, ketika telah masuk bulan Ramadhan, aku waktu itu sedang duduk di hadapan televisi sibuk menukar kanal satu dengan yang lainnya. Tiba-tiba saja ada kanal bahasa Arab yang terbuka dan saat itu tengah menayangkan siaran langsung Ka'bah ketikba tiba waktu shalat. Gambaran yang ditampilkan benar-benar menyentuh perasaanku. Aku menyaksikan umat Islam ruku', sujud, berdiri berhampiran antara satu dengan lain dari seluruh penjuru dunia dengan memakai pakaian yang sama menyembah Tuhan yang Esa. Semuanya tampak jelas sekarang. Seperti melihat dalam cermin. Aku melihat diriku yang sebenarnya.

Aku ke perpustakaan dan mencari terjemahan al-Quran. Sebenarnya aku tidak tahu apa yang aku cari, tetapi apa yang aku baca membuat aku merenung dan mengetahui lebih banyak dari apa yang aku duga. Aku mulai membaca mengenai Nabi Isa as dan ibunya Sayyidah Maryam. Aku tidak pernah terfikir Nabi Isa sebagai seorang Nabi. Justru yang digambarkan selama ini tentang beliau bahwa umat Islam tidak menyukainya. Kemudian aku mulai membaca ayat-ayat berkaitan dengan Nabi Luth dan Nabi Sulaiman as. Allah Swt menyebut mereka sebagai nabi-nabi yang mulia, tidak seperti yang terdapat dalam Injil. Sebelum ini, aku tidak pernah memahami mengapa orang-orang ini melakukan perbuatan jahat seperti ini.

Inilah pertemuan pertamaku dengan al-Quran. Aku bukan saja merasa gembira dan takjub, tetapi juga kelegaan. Aku tidak tahu sebenarnya ada kitab seperti ini. Terlalu baik untuk dirasakan kebenarannya!

Aku benar-benar percaya bahwa dalam kehidupan setiap manusia, Tuhan memanifestasikan keberadaan-Nya. Di dalam hatinya setiap manusia mengetahui akan keberadaan-Nya, walaupun pada tingkatan lahiriahnya mereka mungkin berusaha untuk menutup-nutupi kebenaran.

Menoleh kembali akan kehidupanku, agama Islam tidak pernah terlintas dalam benakku terkait upayaku memikirkan agama. Ini mungkin dikarenakan rasa takut pada Islam, atau istilah lainnya Islamphobia. Setiap kali aku melihat lelaki dengan jenggot dan pakaian Islam, wanita berhijab, aku merasa terancam. Kata-kata seperti fundamentalis, keganasan dan terorisme muncul dalam fikiranku. Aku membenarkan media untuk berfikir buatku dari aku mencari sendiri fakta-fakta sebenarnya.

Aku pernah terfikir bahwa agama adalah sesuatu yang tidak rasional. Anda tidak harus berfikir atau bertanya terlalu banyak hanya untuk percaya kepadanya. Aku malah sempat khawatir memperoleh pendidikan ke universitas karena takut menjadi ateis! Tapi semua ini berbeda dengan Islam. Semakin aku mempelajarinya, semakin aku mengetahui betapa indahnya agama ini. Hukumannya adalah adil dan tidak ada tandingannya. Ia adalah kebenaran, ajaran yang Universal dan karunia terbesar Allah Swt kepada manusia.

Alhamdulillah aku mendapat hidayah-Nya.(IRIB/NA/SL) courtesy Muslimconverts

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=22744:bagaimana-aku-mengenal-islam&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Karima Burns: Aku Telah Muslim Sejak Membuka Al-Quran

Mahasiswi dari Universitas Iowa ini memeluk agama Iskan saat dia mulai membaca al-Quran karena ingin memenuhi tugasan yang diberikan padanya.

Marilah kita ikuti kisah selanjutnya;

Aku duduk di dalam Masjid Alhambra di Granada, Spanyol sambil merenung pada tulisan-tulisan yang tertera di tepi dinding. Ini merupakan bahasa terindah yang pernah kulihat. "Apakah bahasa ini?" tanyaku. Mereka menjawab, "Bahasa Arab".

Hari berikutnya, saat pembantu turis bertanya bahasa apakah yang diinginkan sebagai buku tur, aku menjawab, "Bahasa Arab".

"Bahasa Arab?" katanya, terkejut. "Adakah anda bisa berbicara dalam bahasa arab?"
"Tidak," aku menjawab, "Bisakah anda memberikan buku panduan itu dalam bahasa Inggris juga?"

Perjalanan selesai dan tasku dipenuhi dengan buku-buku turis sekaitan dengan tempat yang aku kunjungi di Spanyol dalam bahasa Arab. Sedemikian banyaknya, sehingga tasku penuh. Akhirnya, aku terpaksa memberikan pakaianku pada orang lain agar buku-buku tersebut bisa kumasukkan ke dalam tas. Aku begitu menyayangi buku-buku tersebut seolah-olah dicetak dari bahan emas.

Aku berjanji membuka buku-buku tersebut setiap malam dan melihat huruf-huruf yang tertera di dalamnya. Aku membayangkan seolah-olah aku bisa menulis huruf-huruf indah tersebut dan berfikir bahwa sudah pasti ada yang bernilai untuk mengetahui tentang budaya pemilik bahasa tersebut. Aku berjanji pada satu saat nanti aku akan belajar bahasa ini bila tiba musim gugur nanti dimana aku mulai masuk ke universitas.

Dua bulan sebelum itu, aku meninggalkan familiku di Iowa untuk melakukan perjalanan ke Eropa sendirian. Saat itu aku baru berusia 16 tahun. Rencananya aku akan kuliah di Universitas Northwestern pada musim gugur. Aku mengambil keputusan untuk melihat dunia terlebih dahulu sebelum melanjutkan studiku. Begitulah yang aku jelaskan pada famili dan sahabat-sahabatku. Sebenarnya aku sedang mencari jawaban. Aku meninggalkan gereja beberapa bulan sebelum itu dan tidak tahu arah yang harus aku tuju. Sebenarnya aku merasa tidak selesai dengan apa yang telah kupelajari, tetapi aku tidak punya pilihan lain.

Tempat kelahiranku, di Midwest, tidak ada ruang untuk menjadi bingung, baik anda merupakan bagian dari gereja atau tidak. Oleh itu aku tidak punya pandangan tentang hal lain. Ketika aku memulai perjalananku, aku berharap bakal mendapatkan sesuatu yang baru.

Di dalam gereja, kami tidak dibenarkan untuk menyembah Tuhan, kami hanya berdoa kepada Nabi Isa dan berharap Nabi Isa akan menyampaikan kiriman tersebut pada Tuhan. Aku merasakan ada sesuatu yang janggal. Tapi tidak memberitahu siapapun. Yang kulakukan adalah berdoa kepada Tuhan secara rahasia. Aku percaya secara jujur bahwa hanya Tuhan yang Esa yang patutku sembah. Tetapi sebenarnya aku merasa bersalah karena bukan ini yang diajarkan kepadaku.

Dengan patuh aku pergi ke gereja setiap hari Minggu dan belajar dengan serius berkaitan kejujuran, kebaikan dan kasih sayang. Apa yang membingungkan aku ialah aku melihat orang-orang gereja ini melakukan sesuatu yang berbeda sepanjang minggu. Adakah kebaikan hanya pada hari Ahad? Apakah selain hari Minggu tidak ada aturan dan undang-undang?

Akhirnya aku memutuskan untuk mencari panduan...tetapi tidak menemui apa-apa. Terdapat Ten Commandments sebagai garis panduan yang menyebut tentang pembunuhan, pencurian dan kebohongan, tetapi selain itu aku tidak menemui garis panduan yang lain. Apa yang aku ketahui ialah; mungkin menjadi satu kesalahan jika memakai rok pendek untuk pergi ke gereja.

Satu hari, aku pergi ke rumah seorang guru dan melihat rak-rak buku yang dipenuhi dengan Injil. Aku bertanya apakah buku-buku tersebut. Guruku menjawab: "Itulah adalah Injil dalam berbagai versi." Nampaknya perkara tersebut tidak langsung menganggu fikirannya. Tetapi aku tidak dapat menerimanya. Sebagian darinya memang berbeda sekali dan sebagian babnya hilang dari versi Injil yang saya miliki. Aku benar-benar bingung.

Aku masuk ke Universitas dengan rasa kecewa karena tidak menemukan sedikit jawaban yang aku inginkan di Eropa, kecuali cintaku pada bahasa yang baru aku ketahui. Yaitu, bahasa Arab. Sebenarnya aku telah mendapat jawaban yang aku cari di dinding-dinding Alhambra. Tetapi, semua ini membutuhkan dua tahun untuk dapat menyadari semuanya.

Apa yang aku lakukan pertama kali aku sampai ke Universitas ialah mendaftar untuk mengikuti kelas bahasa Arab. Hanya terdapat tiga orang pelajar dalam kelas ini. Aku mulai memusatkan perhatianku untuk belajar bahasa Arab sedemikian rupa, sehingga guruku menjadi heran. Aku melakukan tugasan yang diberi dengan menggunakan pena kaligrafi dan aku pergi ke kawasan tempat tinggal orang-orang Arab di Chicago hanya untuk mencari botol Coca Cola dalam bahasa Arab.

Aku meminta padanya untuk meminjamkan aku buku-buku bahasa Arab hanya sekadar untuk melihat tulisannya. Tahun kedua aku di Universitas, aku mengambil keputusan untuk mengambil kuliah bidang Studi Timur Tengah. Maka, aku mendaftarkan diri untuk masuk kelas berhubung dengan kawasan tersebut. Dalam satu kelas, kami mempelajari al-Quran.

Satu malam, aku membuka al-Quran untuk membuat tugas dan aku tidak dapat memberhentikan diriku untuk terus membacanya. Seolah-olah aku sedang membaca sebuah novel yang terbaik. Aku berfikir sendirian, "Alangkah bagusnya. Inilah yang aku percayai selama ini. Ini menjawab segala pertanyaanku selama ini.

Semuanya masuk akal."

Aku sungguh tertegun bahwa ada buku seperti ini. Semua yang aku percayai dan cari ada dalam buku ini. Keesokkan harinya aku ke kelas untuk bertanya siapakah penulis buku itu. Di dalam salinan yang diberikan padaku, terdapat nama. Jadi aku pikir dialah penulis buku tersebut, seperti Gospel tulisan St. Luke dan agama-agama lain yang telah ku pelajari.

Professorku memberitahu bahwa itu bukanlah penulis tetapi penerjemahnya. Menurut umat Islam buku itu tidak ditulis oleh siapapun. Al-Quran adalah kata-kata atau firman Allah yang tidak pernah berubah. Aku menjadi sungguh terpesona. Keterpesonaanku tidak dikarenakan studiku berkaitan dengan bahasa Arab, tetapi aku mulai berminat untuk belajar mengenai Islam dan pergi ke Timur Tengah.

Akhirnya, aku ke Mesir untuk menyambung pelajaran ku. Tempat favoritku untuk pergi ke Kairo, di mana masjid-masjidnya senantiasa memberi aku rasa ketenangan dan kedamaian. Aku merasakan ketika berada di dalamnya, aku benar-benar merasakan keindahan, kekuasaan dan keagungan Allah. Dan aku memang menikmati saat melihat kaligrafi indah yang tertera di dinding-dindingnya.

Satu hari seorang sahabat bertanya kepadaku, "Mengapa aku tidak memeluk agama Islam jika aku benar-benar menyukainya?" "Aku memang seorang muslim." Jawaban itu sendiri mengejutkan diriku. Tetapi kemudian aku dapati bahwa hal ini memang rasional dan logis. Islam adalah agama yang masuk akal. Ia memberi aku ilham. Aku mengetahui bahwa Islam adalah agama yang benar. Kemudian muncul pertanyaan di benakku, kepada siapa aku harus masuk Islam? Sahabatku mengatakan aku harus melakukannya secara resmi. Aku harus ke masjid dan mengucapkan syahadatain di hadapan dua orang saksi.

Aku pun melakukannya. Sebenarnya, aku telah menjadi muslim ketika aku membuka al-Quran. Saat aku membukanya, aku merasakan bahwa aku telah menemukan keluargaku yang hilang selama ini. (IRIB/Islamfortoday/NA/SL)

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=23411:karima-burns-aku-telah-muslim-sejak-membuka-al-quran&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79

Kisah S.S. Lai dari Brunei

Karya tulisan ini aku lakukan setelah memeluk agama Islam sekitar 5 tahun 11 bulan. Aku memeluk agama Islam pada tahun 1991. Aku percaya bahwa setiap anak yang lahir adalah suci dan ibu bapa merekalah yang membesarkan mereka menurut gaya kehidupan mereka dan kemungkinan itulah satu-satunya cara yang mereka ketahui. Semoga Allah memberi bimbingan dan hidayah keatas jiwa-jiwa mereka.

Aku datang dari keluarga Cina. Semua anggota keluargaku menyembah berhala dan kakek mereka yang telah mati. Sepanjang masa kanak-kanakku, aku diyakinkan bahwa terdapat banyak tuhan, tuhan kebaikan, tuhan kekayaan dan sebagainya. Setiap tahun, aku begitu mengharapkan datukku akan membawa aku ke kuil untuk menyembah tuhan 'kami'. Apa yang menarik aku kepada mereka ketika itu adalah terdapat berbagai makanan (aku fikir makanan tersebut rasanya tentu lebih enak karena telah dipersembahkan kepada tuhan) dan tuhan-tuhan itu kelihatan begitu mistik. Sebagian dari berhala-berhala itu menunjukkan rasa takut, rasa indah dan seterusnya.

Pada hari itu, kami akan melakukan upacara membakar uang kertas dan menyembah tuhan-tuhan kami dengan menggunakan lidi-lidi kemenyan. Kami akan memberi penuh perhatian terhadap segala upacara ini. Aku pernah menaruh harapan yang di satu ketika nanti aku bisa melahirkan kata-kata yang diucapkan oleh kakekku kepada berhala-berhala tersebut dan rahasia kecil yang digunakan saat menggunakan 'batu magisnya'.

Di rumah kami mempunyai foto-foto kakek-kakek kami yang telah mati. Setiap kali bulan purnama, aku akan meminta nenekku mengizinkan aku melontar uang logam. Jika kedua uang logam tersebut menunjukkan gambar atau angka, bermakna ruh-ruh kakek itu belum selesai makan.

Aku datang dari sebuah negara Muslim iaitu Brunei dan dengan nikmat Allah Swt. Aku bersekolah yang mayoritasnya pelajarnya adalah muslim. Aku teringat pada satu hari seorang rekan sekolah membawakan sebuah buku komik dengan gambar-gambar yang menunjukkan balasan di api neraka. Pada saat itu, aku belum dapat memahaminya.

Sebuah pelajaran di dalam geografi tentang bagaimana kita semua boleh berdiri dan berjalan di atas permukaan bumi serta tidak tercampak keluar ke dalam ruang gelap memulakan perjalananku kepada Islam. Aku pulang ke rumah merasa bingung dan bertanya kepada pamanku mengapa bisa demikian. Pamanku menasihatiku untuk tidak sering mengeluarkan soal MENGAPA untuk semua perkara. Sejak hari itu aku tidak lagi bertanya MENGAPA.

Pada tahun 1988, aku mendapat biasiswa untuk melanjutkan pelajaran ke Inggris. Ini merupakan cita-citaku dan aku benar-benar berusaha untuk mendapatkannya. Tujuan utama dalam hidupku ialah untuk menjadi kaya, berguna dan membuat ibu bapakku bangga dengan keberhasilanku. Satu-satunya cara untuk mencapai cita-citaku itu adalah dengan menjadi dokter. Rasa tidak berdaya yang aku rasakan ketika aku dipaksa untuk duduk disebelah kasur tua yang ditiduri seorang yang berbaring sedang menghadapi maut. Peristiwa ini tidak pernah dapat ku lupakan.

Aku belajar di sekolah perempuan. Apa yang aku tahu tentang Islam walaupun aku punya banyak teman muslim dan tinggal di negara Islam ketika itu, umat Islam tidak makan babi, mereka berpuasa di bulan Ramadhan dan mereka terdiri dari orang-orang yang tidak sukses. Semua pengalaman yang aku miliki bersama umat Islam tidak membuat aku tertarik dengan mereka walaupun pada usia tujuh tahun aku pernah merasa bahwa satu ketika nanti aku akan memeluk agama Islam seperti salah seorang bapak saudaraku. Aku tidak pernah bertanya kepada siapapun mengenai Islam karena takut mereka akan menjadi antusias dan ini menyebabkan aku begitu takut dan malu.

Di universitas tersebut, satu malam aku bermimpi mendengarkan azan. Aku berjalan ke arahnya dan berdiri di hadapan sebuah pagar besar dengan tulisan bahasa Arab. Aku tidak mengetahui maksudnya. Namun aku dapat merasakan kedamaian dan keamanan. Ruang kamar itu dipenuhi cahaya dan aku melihat figur seseorang sedang shalat. Aku tidak dapat menggambarkan perasaanku.

Keesokkan harinya aku menanyakan hal tersebut kepada seorang rekan muslim dari Malaysia. Dia memberitahu bahwa itulah adalah Hadassah atau perbincangan dari Allah. Dialog atau pembahasan pertama itu membantu aku untuk bertanya berbagai persoalan yang selama ini berada dalam benakku selama bertahun-tahun tentang Islam. Dulu aku sering menyangka bahwa umat Islam adalah orang-orang yang jahat dan mereka sering menindas non-muslim.

Tahun itu aku pulang ke Brunei, aku memberitahu keluargaku bahwa aku ingin libur setahun karena aku tidak lagi dapat memusatkan perhatian terhadap tujuanku. Aku merasakan bahwa ada yang lebih penting dari segala yang aku lakukan selama bertahun-tahun ini. Memang seperti yang diduga, mereka tidak mengizinkan aku dan aku terpaksa meneruskan pelajaranku dengan pikiran buntu. Siang malam aku menangis, karena aku hanya dapat mendengarkan azan di kepalaku sehingga rekan baikku menyangka aku sudah gila.

Kontak pertama kau dengan muslim yang benar-benar mengamalkan ajaran Islam ialah teman sewaktu aku kecil. Aku banyak belajar dari perilakunya. Itulah pertama kali aku melihat muslim melakukan amal ibadah seperti shalat. Aku mencoba berpuasa dan hanya makan makanan halal selama 2 hingga 3 tahun sebelum aku memeluk agama Islam.

Titik penting dalam kehidupanku saat aku ditolak oleh semua universitas untuk belajar kedokteran. Aku memikirkan sifat-sifat Allah dan berjanji andainya aku diterima di fakultas kedokteran, aku akan mempercayai segala yang diucapkan oleh rekan-rekanku. Allah Maha Mendengar dan Maha Berkuasa. Keesokkan harinya, aku diberitahu bahwa aku telah diterima, sedangkan pada mulanya aku ditolak. Apa lagi yang harus aku katakan selain 'Tiada Tuhan yang ku sembah selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah'. (IRIB/NA/SL)dari themodernreligion.com

http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=24694:kisah-ss-lai-dari-brunei&catid=48:keindahan-islam&Itemid=79