Senin, 01 November 2010

Kisah Pemudi Yahudi Yang Memeluk Islam

Wahai saudara-saudaraku! Agama ini merupakan sebuah agama yang agung. Jika ada seseorang yang mendakwahkannya dengan lurus dan benar maka jiwa yang suci pasti akan menerimanya, walau apapun agama yang sedang ia anut atau dari bangsa manapun ia berasal. Dalam kisah ini, penulis kisah yang telah kami pilihkan untuk kalian dari jaringan internet berkata, teman wanita pemudi itu berkata, “Aku melihat wajahnya berseri-seri di dalam sebuah masjid yang terletak di pusat kota kecil di Amerika, sedang membaca al-Qur’an yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Aku ucapkan salam kepadanya dan ia membalasnya dengan iringan senyum. Kami pun membuka obrolan dan dalam waktu singkat kami menjadi dua orang sahabat yang sangat akrab.

Pada suatu malam, kami bertemu di tepi sebuah danau nan indah. Di sanalah ia menceritakan kisah keislamannya. Mari kita simak kisah tersebut.

Ia berkata, “Aku hidup dalam rumah tangga Amerika penganut agama Yahudi yang berantakan. Setelah ayah dan ibuku bercerai, ayahku menikah dengan wa-nita lain. Ibu tiriku ini sering menyiksaku. Pada usia 17 tahun aku lari dari rumah dan pergi dari satu negara bagian ke negara bagian lain. Di sana aku bertemu dengan seorang pemudi Arab mereka (sebagaimana yang ia ceritakan) adalah teman tempat pelarianku yang sangat baik. Mereka semua tersenyum padaku kemudian kami menyantap hidangan makan malam. Akupun ikut melakukan seperti apa yang mereka lakukan. Setelah menyantap hidangan, aku lang-sung kabur, karena aku tidak suka persahabatan seperti ini. Ditambah lagi aku tidak menyukai bangsa Arab.

Hidupku yang sengsara tak pernah merasa tenang, selalu dirundung kegelisahan. Aku mulai mendalami agama dengan tujuan ingin mendapatkan ketenangan rohani dan kekuatan moril dalam menjalani kehidup-an. Namun semua itu tidak aku dapati dalam agama Yahudi. Ternyata agama ini hanya menghormati kaum wanita namun tidak menghormati hak asasi manusia dan sangat egois. Setiap mengajukan suatu pertanyaan aku tidak mendapatkan jawaban. Lalu aku berpindah ke agama Nasrani. Ternyata dalam agama ini banyak pertentangan yang sulit diterima akal dan hanya menuntut kita agar menerimanya. Berkali-kali aku tanya-kan bagaimana mungkin Tuhan membunuh anakNya? Bagaimana cara ia melahirkan? Bagaimana mungkin kita mempunyai tiga Tuhan sementara satu pun tidak ada yang dapat kita lihat? Lalu aku bertekad untuk meninggalkan semua itu. Namun aku yakin bahwa alam ini pasti ada yang menciptakan. Setiap malam aku selalu berpikir dan berpikir hingga pagi menjelang.

Pada suatu malam tepatnya ketika menjelang pagi, terbersit keinginan untuk bunuh diri untuk meng-akhiri kegalauan ini. Aku berada di dalam ruangan yang tak bermakna. Hujan yang deras, gulungan awan yang tebal seakan memenjarakanku. Apa yang ada di sekitarku seolah ingin membunuhku. Pepohonan memandangku dengan pandangan sinis, siraman air hujan mengalunkan irama kebencian. Kupandang dari balik jendela, di dalam sebuah rumah terpencil. Aku merasa diriku rendah di hadapan Allah.
Ya Tuhanku! Aku tahu Kau ada di sana. Aku tahu Kau menyayangi-ku. Aku seorang terpenjara, hambaMu yang lemah, Tunjukilah jalan yang harus kutempuh, Ya Tuhanku! berilah aku petunjuk! Atau cabut saja nyawaku. Aku menangis tersedu-sedu hingga tertidur.

Pada pagi hari aku bangun dengan ketenangan hati yang belum pernah aku rasakan. Seperti biasa aku keluar mencari rizki dengan harapan semoga ada yang mau memberiku sarapan, atau mengambil upah dengan mencuci piringnya. Di sanalah aku bertemu dengan se-orang pemuda Arab kemudian aku berbincang-bincang dengannya cukup lama. Setelah sarapan, ia memintaku untuk datang ke rumahnya dan tinggal bersamanya, lalu aku pun ikut dengannya. Ketika kami sedang menyantap makan pagi, minum dan bercanda, tiba-tiba muncul seorang pemuda berjenggot yang bernama Sa’ad. Nama tersebut aku ketahui dari temanku yang sambil terkejut menyebut nama pemuda itu. Pemuda itu menarik tangan temanku dan menyuruh-nya keluar. Tinggallah aku sendirian duduk gemetar. Apakah aku sedang berhadapan dengan seorang te-roris? Tetapi ia tidak melakukan sesuatu yang mena-kutkan, bahkan ia memintaku dengan lemah lembut agar aku kembali ke rumahku. Lalu aku katakan kepa-danya bahwa aku tidak punya rumah. Ia meman-dangku dengan perasaan terharu.

Kesan ini dapat aku tangkap dari mimik wajah-nya. Kemudian ia berkata, ‘Baiklah, kalau begitu tinggallah di sini malam ini, karena di luar cuaca teramat dingin dan pergilah besok. Kemudian ambil uang ini semoga bermanfaat sebelum kamu mendapat peker-jaan.’ Ketika ia hendak pergi aku menghadangnya lalu aku ucapkan terima kasih. Aku katakan, ‘Tetaplah di sini dan aku yang akan keluar, namun aku harap eng-kau menceritakan apa yang mendorongmu melakukan ini terhadap aku dan temanmu. Ia lalu duduk dan mulai bercerita kepadaku sementara matanya meman-dang ke bawah. Katanya, ‘Sebenarnya yang mendo-rongku berbuat seperti itu karena agama Islam melarang melakukan segala yang haram, seperti berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahram dan me-minum khamar. Islam juga mendorong untuk berbuat baik terhadap sesama manusia dan menganjurkan untuk berakhlak mulia.’ Aku merasa heran, apakah mereka ini yang disebut teroris? Tadinya aku mengira mereka selalu membawa pistol dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Demikian yang aku dapatkan dari media massa Amerika.

Aku katakan, ‘Aku ingin mengenal Islam lebih dalam, dapatkah engkau memberitahukannya kepada-ku?’ Ia berkata, “Aku akan bawa kamu ke sebuah keluarga muslim yang taat dan kamu dapat tinggal di sana. Aku tahu mereka akan mengajarkan sebaik-baik pengajaran kepadamu.” Kemudian pemuda itu mem-bawaku pergi. Pada jam 10 aku sudah berada di rumah tersebut dan mendapat sambutan hangat. Lalu aku mengajukan beberapa pertanyaan sedang Dr. Sulaiman sebagai kepala rumah tangga menjawab pertanyaan tersebut sampai aku merasa puas. Aku merasa puas karena aku telah mendapatkan jawaban pertanyaan yang selama ini aku cari. Yaitu agama yang terang dan jelas yang sesuai dengan fitrah manusia. Aku tidak mengalami kesulitan dalam memahami setiap apa yang aku dengar. Semuanya merupakan kebenaran. Ketika mengumumkan keislamanku, aku merasa ada-nya sebuah kebangkitan yang tiada tara.

Pada hari kebangkitanku itu atas kesadaranku sendiri aku langsung memakai cadar. Tepat jam 1 siang Sayyidah (Nyonya Sulaiman) membawaku ke sebuah kamar yang terbaik di rumah itu. Ia berkata, ‘Ini kamarmu, tinggallah di sini sesuka hatimu.’ Ia melihatku tengah memandang ke luar jendela. Aku tersenyum sementara air mata berlinang membasahi pipiku. Ia bertanya mengapa aku menangis. Aku ja-wab, ‘Kemarin pada waktu yang sama aku berdiri di balik jendela merendahkan diri kepada Allah.’

Aku berdo’a, ‘Ya Tuhanku! Tunjukilah aku jalan kebenaran, atau cabut saja nyawaku.’ Sungguh Allah telah menunjukiku dan memuliakanku. Sekarang aku adalah seorang muslimah bercadar dan terhormat. Ini-lah jalan yang aku cari, inilah jalan yang aku cari. Sayyidah memelukku dan ikut menangis bersamaku’.”

(SUMBER: SERIAL KISAH-KISAH TELADAN KARYA Muhammad Shalih al-Qahthani. Penerbit DARUL HAQ, TELP.021-4701616)

http://dinata-online.co.cc/narasi-hikmah/kisah-pemudi-yahudi-yang-memeluk-islam/

Adik Ipar Tony Blair Masuk Islam

Adik ipar mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Lauren Booth telah memeluk Islam. Ia masuk Islam setelah mengunjungi makam Fatima al-Masoumeh di kota Qom, Iran.

"Di hari saya masuk Islam, itu adalah malam Selasa. Saya duduk dan merasa ini seperti suntikan morfin spiritual. Saya merasa mendapatkan kebahagiaan mutlak dan sukacita," ujar Lauren pada The Mail.

Lauren Booth 43 tahun adalah seorang penyiar dan wartawan. Adik dari Cherie Blair (istrinya mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair). Sekarang, setiap kali meninggalkan rumahnya, ia selalu memakai jilbab dan mulai menjaga shalat lima waktu serta mengunjungi masjid setempat.

Lauren mengatakan, sekarang saya tidak makan babi dan saya membaca al-Qur'an setiap hari. Bacaan al-Qur'an saya sudah sampai halaman 60. Saya juga sudah 45 hari tidak minum alkohol, ini adalah periode terpanjang dalam 25 tahun.

Lauren menambahkan, yang aneh adalah sejak saya kuat memutuskan untuk tidak menyentuh alkohol maka sampai sekarang. Alhamdulillah, sedikitpun saya tidak pernah menginginkannya lagi. "Padahal, aku adalah seseorang yang sebelumnya selalu mendambakan segelas anggur setiap dua hari," tandasnya.

Lauren Booth yang bekerja untuk Iran's English Language Press TV News Network, memutuskan memeluk Islam enam minggu lalu setelah kembali ke Inggris. Lauren tidak menolak kemungkinan mengenakan Burqa dan berkata. "Siapa yang bisa tahu perjalanan ruhani saya akan membawa saya ke arah mana?"

Lauren menceritakan pengalamannya di Iran, yang sebelumnya telah menghabiskan banyak waktu, bekerja di Palestina, dan selalu terkesan dengan kekuatan Islam, dan Islam juga selalu memberikannya ketenangan.

Dia pergi ke Gaza pada Agustus 2008 bersama 46 aktivis untuk menyoroti blokade Israel di wilayah itu. Ia ditolak masuk Israel dan Mesir. Dalam sebuah surat yang sudah dipublikasikan, ia menulis pada Tony Blair pengalamannya selama kunjungan ke Iran bulan lalu.

Lauren menyatakan, harapannya bahwa mantan politisi Partai Buruh akan mengubah anggapan tentang Islam. "Pandangan dunia Anda, Muslim adalah orang gila, buruk, berbahaya untuk dipelajari," protesnya.

Ia juga pernah menulis dalam surat, meminta Blair (yang ketika itu masih menjabat Pendana Menteri Inggris) untuk mengakui Hari Quds Internasional. Yaitu, acara tahunan pada hari Jumat terakhir pada bulan suci Ramadhan, hari ketika kaum Muslimin menyatakan solidaritasnya untuk rakyat Palestina dan memprotes pendudukan Israil di al-Quds, Yerusalem. (Daily Jang)

http://sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2576:adik-ipar-tony-blair-masuk-islam&catid=85:lintas-dunia&Itemid=284

Albert Einstein Seorang Syiah?

Kantor berita Iran IRIB (24/9) baru-baru ini melansir sebuah berita yang menyatakan bahwa ilmuwan Albert Einstein adalah seorang penganut Syiah. IRIB mengutip sebuah surat rahasia Albert Einstein, ilmuan Jerman penemu teori relatifitas itu, yang menunjukkan bahwa dirinya adalah penganut mazhab Islam tersebut.

Berdasarkan laporan situs mouood.org, Einstein pada tahun 1954 dalam suratnya kepada Ayatullah Al-Uzma Sayid Hossein Boroujerdi, marji besar Syiah kala itu, menyatakan, “Setelah 40 kali menjalin kontak surat-menyurat dengan Anda (Ayatullah Boroujerdi), kini saya menerima agama Islam dan mazhab Syiah 12 Imam”.

Einstein dalam suratnya itu menjelaskan bahwa Islam lebih utama ketimbang seluruh agama-agama lain dan menyebutnya sebagai agama yang paling sempurna dan rasional. Ditegaskannya, “Jika seluruh dunia berusaha membuat saya kecewa terhadap keyakinan suci ini, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya walau hanya dengan membersitkan setitik keraguan kepada saya”.

Einstein dalam makalah terakhirnya bertajuk Die Erklärung (Deklarasi) yang ditulis pada tahun 1954 di Amerika Serikat dalam bahasa Jerman menelaah teori relatifitas lewat ayat-ayat Alquran dan ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as. dalam kitab Nahjul Balaghah. Ia mengatakan, hadis-hadis punya muatan seperti ini tidak bakal di mazhab lain. Hanya mazhab Syiah yang memiliki hadis dari para Imam mereka yang memuat teori kompleks seperti Relativitas. Sayangnya, kebanyakan ilmuannya tidak mengetahui hal itu.

Dalam makalahnya itu, Einstein menyebut penjelasan Imam Ali as tentang perjalanan mikraj jasmani Rasulullah ke langit dan alam malakut yang hanya dilakukan dalam beberapa detik sebagai penjelasan Imam Ali as yang paling bernilai.

Salah satu hadis yang menjadi sandarannya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Allamah Majlisi tentang mikraj jasmani Rasulullah saw. Disebutkan, “Ketika terangkat dari tanah, pakaian atau kaki Nabi menyentuh sebuah bejana berisi air yang menyebabkan air tumpah. Setelah Nabi kembali dari mikraj jasmani, setelah melalui berbagai zaman, beliau melihat air masih dalam keadaan tumpah di atas tanah.” Einstein melihat hadis ini sebagai khazanah keilmuan yang mahal harganya, karena menjelaskan kemampuan keilmuan para Imam Syiah dalam relativitas waktu. Menurut Einstein, formula matematika kebangkitan jasmani berbanding terbalik dengan formula terkenal “relativitas materi dan energi”.

E = M.C² >> M = E : C²

Artinya, sekalipun badan kita berubah menjadi energi, ia dapat kembali berujud semula, hidup kembali.

Dalam suratnya kepada Ayatullah al-Uzma Boroujerdi, sebagai penghormatan ia selalu menggunakan kata panggilan “Boroujerdi Senior”, dan untuk menggembirakan ruh Prof. Hesabi (fisikawan dan murid satu-satunya Einstein asal Iran), ia menggunakan kata “Hesabi yang mulia”. Naskah asli risalah ini masih tersimpan dalam safety box rahasia London (di bagian tempat penyimpanan Prof. Ibrahim Mahdavi), dengan alasan keamanan.

Risalah ini dibeli oleh Prof. Ibrahim Mahdavi (tinggal di London) dengan bantuan salah satu anggota perusahaan pembuat mobil Benz seharga 3 juta dolar dari seorang penjual barang antik Yahudi. Tulisan tangan Einstein di semua halaman buku kecil itu telah dicek lewat komputer dan dibuktikan oleh para pakar manuskrip.

Sumber: eramuslim dan “Bagaimana Sebuah Hadis Membuat Einstein Terkesima?

Catatan: Semua kembali kepada pembaca! Saya coba cari link dari situs luar ternyata susah. Dari sebuah situs forum diskusi, seperti biasa muncul teori konspirasi di mana para ilmuwan Eropa berusaha menutupinya. Saya juga coba cek daftar publikasi milik Einstein tapi enggak nemu judul “Die Erklarung”, yang ada salah satunya adalah “Erklärung der Perihelbewegung des Merkur aus der allgemeinen Relativitätstheorie” (Explanation of the Perihelion Motion of Mercury from the General Theory of Relativity).

Saya tidak terlalu peduli dengan kebenaran berita ini. Tapi ada satu hal yang bisa kita cermati. Kita, umat muslim, harus kembali untuk mempelajari sumber-sumber asli agama ini, mulai dari bidang kesehatan, ekonomi, politik, dan sebagainya. Bukankah umat muslim pernah merasakan era keemasan saat Eropa masih dalam kegelapan? Entahlah… tapi yang pasti, saya menemukan gambar “ayatullah” Einstein

Info dari http://ejajufri.wordpress.com/2010/09/25/masa-sih-albert-einstein-seorang-syiah/

Frans Emile : Merasa Tenang Setelah Melakukan Salat


FRANS Emile (42) lahir di Manado 27 November 1963. Sudah sejak lama Frans berkeinginan untuk masuk agama Islam. Niatan itu timbul sejak Frans duduk di bangku Sekolah Menegah Pertama. Ketertarikan itu setelah ia melihat sosok kakaknya yang memeluk Islam terlebih dulu. "Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kakak salat, sepertinya kakak saya bahagia setelah masuk Islam. Saya jadi tertarik untuk mengikuti jejak kakak," ungkap Frans kepada NURANI dr Perum Mentan Sejahtera Blok AU No. 47 Candi, Sidoarjo.

Semakin hari, batin suami dan Endah ini terus bergolak. Semakin hari, keinginan itu semakin mantap. Tetapi ia sama sekali tak berdaya. la hanya bisa menahan diri dan belum berani untuk pindah agama karena takut diusir dari rumah. "Saya pasti diusir seperti kakak saya," tutur Frans.

MELIHAT KAKAK SALAT
Ayah Lisa dan Alfan yang berprofesi sebagai driver di Maspion ini sadar bahwa akan ada risiko yang cukup besar yang besar apabila mengikuti jejak sang kakak. Risiko itu adalah diusir dari rumah. Pertentangan antara keinginan untuk masuk Islam dan ketakutan akan risiko yang akan ditanggungnya telah membuat kegelisahan yang teramat dalam di hati Frans.

Satu pertanyaan yang ada pada diri Frans, kapan kesempatan ia bisa masuk Islam itu datang kepadanya? Tetapi ia yakin bahwa untuk menuju jalan yang baik, risiko pasti ada dan risiko itu akan dihadapinya dengan ketabahan dan ikhlas.

Pernah di suatu saat hatinya sangat terharu ketika ia diam-diam memperhatikan sang kakak salat. Keharuan itu telah membimbingnya mengambil air wudu meski tidak tahu harus membaca apa tapi ia meniru tetap melakukan wudu dan melakukan salat layaknya orang muslim.

"Kejadian itu menjadi pertanyaan dalam diri saya, mengapa saya melakukan ini? Atau inikah petunjuk dari Allah agar saya menjadi seorang muslim?" tutur Frans mengenang beberapa tahun yang lalu.

MASUK ISLAM
Sejak itu ia belajar Islam secara sembunyi-sembunyi. Takut diketahui orang tuanya yang beragama lain. la belajar juga dengan kakaknya, tetapi tanpa diketahui orang tuanya. la selalu bertanya tentang Islam kepada teman-teman yang muslim dan meminta gambaran yang jelas.

Anehnya, setelah selesai melakukan ibadah salat seperti itu, Frans memperoleh ketenangan hati. "Memang, saat itu hati saya sedang gundah karena didesak oleh keadaan dan persoalan yang membelit, tapi alhamdulillah dengan salat ada ketenangan di hati saya sehingga saya lebih bisa inenghadapi kenyatan hidup," ungkap Frans.

Untuk selanjutnya saya ikuti saja bagaimana seorang rnuslim salat. Akhirnya, dengan segenap ketulusan hati, Frans memantapkan niatnya untuk menjadi seorang muslim. la menyatakan siap masuk Islam dengan segala risikonya, termasuk jika diketahui orang tuanya dan ia diusir dari rumah.

Setelah masuk Islam dan mengikrarkan diri di Masjid Cheng Hoo Surabaya rasa takut yang dulu menggelayuti pikirannya hilang berganti ketenangan. "Saya heran, mungkin itulah perubahan hidup setelah saya masuk Islam. "Saya merasakan kesabaran yang ada dalam hati saya bertambah dan memang Islam itu sangat cocok pada diri saya sehingga saya bisa menikmati arti hidup ini," ujarnya.

DIUSIR DARI RUMAH
Apa yang dicari Frans dalam Islam? Frans sendiri mengakui bahwa dirinya hanya ingin menjadi seorang muslim dalam arti yang sebenarnya. "Mempelajari Islam secara mendalam sehingga bisa merasakan hidup bahagia dalam keislaman adalah tujuan saya," ungkap Frans.

Akhirnya, secara terbuka ia menyarnpaikan maksudnya untuk masuk Islam kepada kedua orang tua. Mendengar pemaparan Frans, kedua orangtuanya sangat marah dan ia diusir dan rumah. "Kalau kamu masih bersikeras dengan keputusanmu itu, silakan kamu angkat kaki dari rumah ini dan jangan panggil aku ayah lagi!" papar Frans

Mendengar perkataan ayahnya yang kasar itu, Frans meneteskan air mata kesedihan. Hati siapa yang tidak sedih ketika ia harus berpisah secara tidak baik dengan kedua orangtuanya yang telah membesarkan dan memberinya kasih sayang selama ini. "Ini merupakan keputusan saya memeluk Islam yang sangat saya yakini kebenarannya," ungkap Frans.

Sekarang orang tua Frans merasa kehilangan dua orang anak lelakinya yang diusir dari rumah lantaran pindah agama. Lama kelamaan orang tuanya menyadari akan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah. "Alhamdulillah bahwa orang tua saya kini menyadarinya dan tetap mengakuinya sebagai anak serta tetap melakukan silaturahim, " ujarnya.

Sumber : Nurani Edisi 254

http://myquran.org/forum/index.php/topic,853.msg38604.html#msg38604

Anak TK Muslim jadi asbab hidayah guru non muslimnya

Kabar sudah lama saya dengar, disampaikan oleh pak Cecep Firdaus dari Jakarta, salah satu pekerja da'wah yang sudah aktif puluhan tahun. Beliau mengisahkan kisah berikut setelah kunjungan beliau ke salah satu keluarga Muslim di negara USA (Amerika Serikat)

-

Dalam keluarga muslim tersebut setiap hari diadakan kegiatan ta'lim, yaitu dibacakan firman2 Allah SWT. dan hadits2 Rasulullah SAW. untuk mendorong gairah keluarga dalam beramal sholih.

Dan setiap malam, kadang bapak, kadang ibu, membacakan kisah-kisah kehidupan shahabat2 Nabi SAW. Baik itu perkara akhlaq, perjuangan di jalan Allah, semangat menuntut ilmu, dsb.

Dan tentunya dengan izin Allah kisah2 kehidupan shahabat ra.hum begitu berkesan dalam hati si anak ini.

Si anak waktu itu masih duduk di bangku setingkat TK kalau di negara kita.

Suatu hari guru pengajar, yang notabene non muslim bertanya pada semua murid-muridnya, "Apa cita-cita kalian kalau sudah besar nanti?"

Maka setiap murid menjawab sesuai dengan kefahamannya masing-masing.

Anak 1 berkata, "Saya ingin menjadi pilot"
Anak 2 berkata, "Kalau saya ingin jadi dokter"
Anak 3 menyahut, "Aku pingin jadi superman! Kuat dan bisa terbang."

Dan seterusnya hingga tiba pada anak muslim ini.

Dia menjawab, "Aku ingin seperti shahabat!" (NB: maksudnya shahabat Nabi SAW.)

Maka, guru yang bertanya bingung, apa maksudnya kata shahabat, sebuah istilah yang asing.
Si guru berfikir, mungkin anak ini belum mendengar atau memahami pertanyaan guru dengan jelas, maka guru mengulangi pertanyaannya lagi.

"Nanti kalau sudah besar ingin jadi apa?"

Si Anak muslim menjawab lagi, "Bu Guru, Saya ingin seperti shahabat."

Si Guru mulai kebingungan dan menanggapi dengan serius problem dari anak ini... maka dengan segera seusai mengajar di kelas si guru menelpon orang tua si anak ini, dan minta ijin berkunjung ke rumahnya untuk mendiskusikan perihal tanya jawab tadi di kelas.

Akhirnya si Guru sampai di rumah keluarga anak muslim ini.

Maka Guru tersebut dilayani oleh si Ibu anak muslim ini.

Si guru menanyakan perihal pertanyaan cita2 pada muridnya, tapi kok si anak ini menjawabnya dengan istilah "shahabat", dan menanyakannya pada ibu si anak ini.

Sang Ibu dengan hikmah menerangkan maksud dari shahabat, sampai menyampaikan perkara Islam, manfaat Islam, dsb....

Maka si Guru non muslim yang tadinya terheran-heran jadi terkesan, begitu indahnya kehidupan Islam yang diamalkan para shahabat Nabi SAW.

Maka si Guru ini langsung bersyahadat saat itu juga.

Allahu Akbar.


http://myquran.com/forum/showthread.php/2144-Amerika-Serikat-Anak-TK-Muslim-jadi-asbab-hidayah-guru-non-muslimnya

Da'wah Anak kecil menjadi asbab masuk Islamnya Non muslim

Beberapa bulan yang lalu mendapatkan info dari pengajian mingguan di masjid Al Madinah, jl. depok no. 2A Bandung, disampaikan oleh Mulwi Harun Al Rasyid

-

Di Baitul Maqdis ada seseorang dari non muslim hendak melakukan penelitian.
Belum satu hari (24 jam) dia tinggal di tempat tinggal barunya, tiba2 ada yang mengetok-ngetok pintunya, padahal dia mau istirahat.
Setelah dibuka, ternyata ada anak kecil (muslim) datang dengan membawa sebuah mangkok.

Orang non muslim bertanya, "Siapa ya?"

Anak kecil menjawab, "Saya adalah tetangga bapak di sebelah."

Orang non muslim itu bertanya pada si anak, "Wahai anak, apa yang kamu bawa ini?"

Anak kecil menjawab, "Ini adalah sup (makanan berkuah), kata Nabi Muhammad SAW. kalau memasak makanan, sebaiknya kuahnya diperbanyak, dan dibagikan ke tetangganya."

Orang non muslim ini langsung tersentak hatinya, maka perkataan si anak langsung Allah SWT. kesankan dalam hati orang non muslim itu.

Seketika itu juga orang non muslim masuk Islam.

Allahu Akbar.


http://myquran.com/forum/showthread.php/2145-Da-wah-Anak-kecil-menjadi-asbab-masuk-Islam-nya-orang-Non-muslim

Nicole : Gema Adzan Menggetarkan Jiwaku!

Oleh M. Syamsi Ali

Senin malam lalu, bertepatan dengan hari peringatan kelahiran Dr. Martin
Luther, pejuang hak-hak kesetaraan antar ras di AS, dilangsungkan perhelatan
akbar di Lincoln Center kota New York. Sedikitnya sekitar 2000 penonton
menghadiri acara pertunjukan International Distinguished Concert of New York
(IDCNY) dengan tema “*The Armed for Peace*”.

Acara ini sendiri dikemas sebagai rangkaian memperingati hari kelahiran
Martin Luther sebagai simbol ‘*non violence*’ (anti kekerasan/perang).
Sedangkan acara dengan tema “*The Armed Force for Peace*” dimaksudkan
sebagai tandingan terhadap “the Armed Force for war”, yang akhir-akhir ini
mendominasi berbagai peristiwa dunia kita.

Saya sendiri hadir sebagai undangan tapi sekaligus diminta mengumandangkan
adzan di selah-selah ‘*concert for peace*’ malam itu. Tentu dengan sangat
senang hati saya hadir, apalagi dengan tiket gratis yang konon kabarnya
dijual hingga seratusan UD Dollar itu. Tapi lebih dari itu, bagi saya, yang
lebih menyenangkan lagi adalah kesempatan memperdengarkan sesuatu tentang
Islam, walau itu hanya dengan gema adzan.

Bukan jalannya acara itu yang ingin saya ceritakan. Tapi sesuatu yang jauh
lebih menarik dari segalanya.

Ternyata, diam-diam gema adzan yang saya lantungkan malam itu menjadi
penyebab hidayah bagi seseorang. Dari dua ribuan hadirin itu, Allah memilih
salah seorang di antara mereka untuk dibimbing menuju ridhoNya lewat
kumandang adzan itu. Orang tersebut baru pagi ini, Rabu, datang ke Islamic
Center dan menyampaikan perasaannya di saat adzan dikumandangkan malam itu.

Saya baru tiba di Islamic Center ketika sekretaris menelpon ‘*ya sheikh, ada
seseorang ingin konsultasi*’. Normalnya saya tidak menerima tamu, kecuali
jika sangat penting, sebelum shalat Dhuhur. ‘*Can she wait until Dhuhr*?’,
tanya saya. ‘*She said, she is in a hurry*’, sekretaris menyempaikan setelah
menanyakan kepada yang bersangkutan. ‘*Let her come to my office*’, kataku.

‘*I am really sorry to bother you early, Imam*’ sapanya ketika memasuki
kantor. ‘*Oh not at all! I just came in and wanted to prepare my short
speech after the Noon prayer today. But it is fine, I think I am ok to meet
with. Thank you for the visit by the way*’, candaku.

Gadis itu nampak percaya diri. Tidak ada keraguan, dan terus memperlihatkan
wajah yang ramah. Mungkin itulah tipe wanita-wanita Amerika, apalagi yang
berpendidikan tinggi. ‘*Hi, what I can do for you today*?’, aku memulai.
‘Sambil menarik napas, dia melihat saya dan mengatakan ‘*I am sure you don’t
know me, but I know you*!’. Saya sedikit terkejut dengan pernyataan itu
karena seolah-olah kehadirannya adalah karena mengenal saya.

‘*Really*?’, kataku lagi. ‘*Had we ever met before*?’, tanyaku seperti nggak
sabaran. ‘*No, but I’ve seen you a few days ago*!’, katanya bersemangat. ‘*
Really*?’, tanyaku lagi. Saya sepertinya nggak percaya sebab memang tidak
ada di benak bahwa hanya dua hari sebelumnya saya tampil di Lincoln Center
untuk mengumandangkan adzan. ‘*Yes, 2 days ago at Lincoln Center*’,
jawabnya.

Barulah saya sadar akan acara penting dua hari sebelumnya itu. ‘*And so,
what I may be helpful to you today*?’, tanyaku. Dengan sedikit mimik yang
serius, namun dengan wajah yang ceria dia menceritakan bahwa sejak bebarapa
bulan terakhir ini dia sedang mendalami Islam. Menurutnya lagi, keinginan
mendalami Islam itu terdorong oleh kenyataan bahwa Islam semakin terekspos
sedemikian rupa di berbagai media massa. ‘*In the beginning, just wanted to
confirm all negative things that have been said about Islam. But the more I
learned about it, the more I interested in it*’, katanya serius.

Karena nampaknya dia sangat tergesa-gesa, saya langsung saja ke poin penting
‘*And so what did you find so far about it*?’, tanyaku memancing. ‘*To be
honest, I do believe that Islam is great. But still I have many questions in
my mine, and I don’t mean any offense*!’, tegasnya.

‘*Oh not at all Miss*!’, kataku. ‘*In fact, those questions might a path for
you to explore this religion even further*’, tegasku.

Gadis baya berambut pirang ini tersenyum sambil menunduk. Mungkin masih
merasa bersalah karena dalam benaknya masih ada beberapa pertanyaan tentang
berbagai aspek agama ini. Barangkali karena tradisi agama lain, ketika
mempertanyakan dianggap meragukan atau merupakan indikasi kelemahan iman.

‘*You know, in our religion, inquiring answers to any possible doubtfulness
is highly encouraged. In fact, it is a way to the Truth*!’, tegasku sambil
memberikan contoh Ibrahim yang mempertanyakan bagaimana mungkin Allah akan
menghidupkan orang yang telah mati (kaefa tuhyil mauta).

‘*Really? It is amazing. You know, one of the many reasons why I am learning
Islam is, because I really wanted to know. I don’t want to follow something
blindly, even when my rationality rejects it*’, jelasnya.

‘*But don’t forget!’. Saya memotong pembicaraannya. ‘There are things that
our rationality may be not in the position to grasp. But certainly nothing
in Islam contradicts both our rationality and our human nature*’, jelasku.

Dia nampak agak bingung. Tapi kemudian saya lanjutkan ‘*when you count 1
plus 1 plus 1, according to our human rationality is 3. But if any one
insists to say it is 1, then it is contradictive to our rationality…’
jelasku. ‘But when you say God will bring us back to life after death, your
rationality may not be in the position to know the details, but it is not
contradictive to our minds. Why? For God, Who created us from nothing, will
more easier to bring us back, compare to the beginning of human creation*’,
jelasku sedikit berfilsafat.

Tak terasa waktu berjalan hampir sejam kami mengobrol. ‘*I am sorry to talk
that much. I know you are in a hurry*’, kataku sambil tersenyum. ‘*Oh no! I
am okay..but need to go back to my work*’, jawabnya.

‘*Where do you work, and what it is your name*?’, tanyaku. Dari awal kami
mengobrol, tyernyata lupa saling menanyakan nama. ‘*Hi, my name is Nicole
and I am an accountant working with an accounting firm in the City. And you
know these days are so hectic for us*’, jawabnya. Saya teringat kalau
hari-hari ini adalah waktu pengurusan tax bagi warga Amerika. Dan sudah
tentu dia sangat sibuk.

‘By the way, I hope our conversation has been interesting to you1’, kataku.
‘Certainly1’, jawabnya singkat tapi sambil kelihatan serius.

‘Sir, I feel….’, katanya terpotong. ‘What? What do you feel?’, tanyaku.

Sambil membalik posisi duduknya, sang gadis itu melihat saya dengan wajah
serius. ‘*I think, it is better fopr me to pursue my dream*!’, katanya lebih
serius. ‘*What dream*?’, tanyku. ‘*I want to be a Muslim now*!’, tegasnya. ‘
*And you know what? I came because the song you sung (adzan) at Lincoln
Center last Monday’. To be honest, after reading a lot about Islam, thinking
a lot about it, when I listened to you singing, my hear was trembled, and I
don’t know why was so powerful*!, katanya dengan mata sedikit berkaca-kaca.

‘*Nicole, I am sure it was a sign that you were sincere in your way to
finding the Truth. And you found it*!

‘*And so I have to do*?’, tanya. ‘*It is very simple*..’, jawabku.

Saya kemudian memanggil dua jama’ah yang sudah mulai datang ke Islamic
Center, terutama para sopir teksi yang memang menjadikan masjid 96th Street
itu sebagai station untuk shalat dan keperluan kamar mandi. Setelah keduanya
hadir di kantor, saya memulai membimbing Nicole dengan linangan airmata:
‘Asy-hadu anlaa ilaah illa Allah. Wa asy-hadu anna Muhammadan Rasulullah’,
diikuti takbir kedua saksi.

Sebelum meninggalkan Islamic Center Nicole sempat belajar wudhu dan shalat
Dhua. Tapi dia berjanji untuk kemudian shalat Dhuhur di kantonrya, yang
menurutnya cukup private.

Selamat Nicole, semoga Nicole Friedman ini bisa menjadi inspirasi bagi
Nicole Kidman menemukan hidayahNya!

New York, 20 Januari 2010

http://myquran.com/forum/showthread.php/3723-*Gema-Adzan-Menggetarkan-Jiwaku!-*

Muhammad Sulaiman Takeuchi - Ethnolog Jepang

Mengapa Saya Memilih ISLAM?

Alhamdulillah saya telah menjadi seorang Muslim. Islam telah menarik perhatian saya karena tiga hal:

1. Persaudaraan dalam Islam dan isinya merupakan kekuatan pertahanan.
2. Penyelesaian praktis tentang beberapa masalah kehidupan manusia. Dalam Islam tidak ada pemisahan antara ibadat dan kehidupan manusia dalam masyarakat. Bahkan orang-orang Islam melakukan sembahyang secara bersama-sama (berjamaah), sama seperti kalau mereka melakukan tugas-tugas kemasyarakatan, karena mengharap keridlaan Allah s.w.t.
3. Islam adalah kombinasi material dan spiritual dalam kehidupan manusia.


Persaudaraan Islam itu tidak mengenal golongan, suku bangsa dan keturunan. Persaudaraan Islam menghimpun semua kaum Muslimin dari seluruh pelosok dunia. Lebih dari itu, Islam tidak khusus untuk segolongan tertentu, Islam adalah agama umum untuk semua manusia dari segala bangsa; apakah mereka orang-orang Pakistan atau orang-orang India; apakah mereka orang-orang Arab atau orang-orang Afganistan; China atau Jepang. Singkatnya Islam itu agama dunia untuk semua bangsa dan semua benua. Islam menjamin dapat memecahkan segala kesulitan hidup. Islam adalah agama langit satu-satunya yang menang terhadap segala tantangan zaman dan ajaran-ajarannya tetap asli sebagaimana yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w. sejak 14 abad yang lalu. Islam adalah agama fithrah (natural religion), dan karena itulah maka Islam adalah agama yang fleksibel, sesuai dengan segala kebutuhan manusia dengan segala perbedaannya pada setiap zaman, sebagaimana Islam telah membuktikan peranannya yang penting dalam perkembangan sejarah kenegaraan dan kemasyarakatan dalam waktu yang relatif singkat. Islam mengatur susunan masyarakat dalam usahanya untuk menyelamatkan kemanusiaan, sebagaimana juga Islam bukan suatu agama yang berdiri di pinggir lapangan hidup manusia. Tidak seperti agama Buddha dan Kristen yang menganjurkan supaya mengkesampingkan segala hubungan duniawi dan menjauhkan diri dari masyarakat kemanusiaan. Sebagian penganut Buddha mendirikan kelenteng-kelenteng di kaki-kaki gunung yang, tidak bisa dicapai oleh manusia, kecuali dengan susah payah. Banyak contoh dalam kehidupan keagamaan orang-orang Jepang, di mana mereka menjadikan "tuhan" itu jauh dari jangkauan manusia.

Begitu juga halnya dengan orang-orang Kristen yang mendirikan tempat-tempat bersemedi (monasteries) di tempat-tempat yang yang terpencil. Kedua agama itu memisahkan kehidupan keagamaan dari kehidupan manusia yang biasa. Sedangkan Islam kita dapatkan sebaliknya. Kaum Muslimin mendirikan mesjid-mesjid di tengah-tengah kampung atau kota, atau di pusat-pusat perdagangan kota. Agama kita (Islam) menganjurkan supaya melakukan sembahyang bersama-sama dan supaya menjaga kemaslahatan masyarakat, dengan ketentuan bahwa hal itu termasuk bagian dari agama.

Kehidupan manusia adalah campuran antara jiwa dan benda, sebab Allah s.w.t. telah menciptakan kita dari ruh dan jasad, sehingga kalau kita memang menginginkan kesempurnaan dalam hidup, kita harus mempersatukan roh dan jasad, dan tidak memisahkan kehidupan rohani dari kehidupan kebendaan. Islam menganggap kedua-duanya (kerohanian dan kebendaan) itu penting, dan meletakkan keduanya pada tempatnya yang benar. Atas dasar inilah falsafah kehidupan Islam berdiri, mencakup semua segi kehidupan manusia.

Saya adalah orang yang baru saja memeluk Islam. Sejak saya memeluknya dua tahun yang lalu, saya telah menemukan Islam sebagai agama persaudaraan atas dasar akidah (kepercayaan) dan amal.

Jepang pada waktu ini adalah suatu negara yang paling maju dalam bidang industri, dan masyarakat Jepang telah berubahnya seluruhnya, sebagai akibat revolusi teknologi dengan akibatnya yang berupa corak kehidupan yang materialistis. Dan karena negeri ini miskin dengan sumber-sumber alam, maka bangsa Jepang harus bekerja keras siang dan malam untuk menutupi kebutuhan hidupnya dan menjaga keseimbangan perdagangan dan industrinya. Itulah sebabnya, makanya kami selalu sibuk dengan usaha-usaha mencari kekayaan untuk hidup yang tidak ada pengaruhnya dalam kehidupan rohani. Seluruh perhatian kami ditumpahkan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan duniawi, karena kami tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memikirkan soal-soal yang bukan kebendaan.

Bangsa Jepang tidak mempunyai agama dan tidak mempunyai tujuan apa-apa. Bangsa Jepang hanya mengikuti pengaruh materialisme Eropa, dan mungkin inilah yang menambah kebekuan jiwa bangsa Jepang, sebab jasmani mereka yang telah mengecap kenikmatan makanan yang lezat dan pakaian yang bagus, tidak disertai dengan jiwa yang berbahagia.

Saya yakin bahwa momentum ini adalah kesempatan yang paling baik untuk menyiarkan agama Islam di kalangan bangsa Jepang. Sebab ketidak-tahuan yang menjalar di belakang benda duniawi telah menyebabkan bangsa-bangsa yang menyebut dirinya maju itu telah menjadi mangsa atau korban kekosongan jiwa. Dan Islam adalah satu-satunya agama yang sanggup mengisi kekosongan jiwa mereka, dan kalau langkah-langkah yang teratur dilakukan untuk dakwah Islam di Jepang sekarang, maka tidak akan lebih dari dua atau tiga turunan, seluruh bangsa ini telah masuk dalam agama ini. Saya menegaskan bahwa usaha serupa itu akan merupakan pertolongan yang besar buat Islam di Timur jauh, sekaligus merupakan nikmat terbesar bagi kemanusiaan di bagian dunia ini.

http://media.isnet.org/islam/Mengapa/Takeuchi.html

Sang Pencetus Larangan Masjid Di Swiss Itu Kini Masuk Islam


Daniel Streich, politikus Swiss, yang tenar karena kampanye menentang pendirian masjid di negaranya, tanpa diduga-duga, memeluk Islam.

Streich merupakan seorang politikus terkenal, dan ia adalah orang pertama yang meluncurkan perihal larangan kubah masjid, dan bahkan mempunyai ide untuk menutup masjid-masjid di Swiss. Ia berasal dari Partai Rakyat Swiss (SVP). Deklarasi konversi Streich ke Islam membuat heboh Swiss.

Streich mempropagandakan anti-gerakan Islam begitu meluas ke senatero negeri. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Negara itu, dan membuka jalan bagi opini publik terhadap mimbar dan kubah masjid.

Tapi sekarang Streich telah menjadi seorang pemeluk Islam. Tanpa diduganya sama sekali, pemikiran anti-Islam yang akhirnya membawanya begitu dekat dengan agama ini. Streich bahkan sekarang mempunyai keinginan untuk membangun masjid yang paling indah di Eropa di Swiss.

Yang paling menarik dalam hal ini adalah bahwa pada saat ini ada empat masjid di Swiss dan Streich ingin membuat masjid yang kelima. Ia mengakui ingin mencari “pengampunan dosanya” yang telah meracuni Islam. Sekarang adalah fakta bahwa larangan kubah masjid telah memperoleh status hukum.

Abdul Majid Aldai, presiden OPI, sebuah LSM, bekerja untuk kesejahteraan Muslim, mengatakan bahwa orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan yang besar untuk mengetahui tentang Islam. Beberapa dari mereka ingin tahu tentang hubungan antara Islam dan terorisme; sama halnya dengan Streich. Ceritanya, ternyata selama konfrontasi, Streich mempelajari Alquran dan mulai memahami Islam.

Streich adalah seorang anggota penting Partai Rakyat Swiss (SVP). Ia mempunyai posisi penting dan pengaruhnya menentukan kebijakan partai. Selain petisinya tentang kubah masjid itu, ia juga pernah memenangkan militer di Swiss Army karena popularitasnya.

Lahir di sebuah keluarga Kristen, Streich melakukan studi komprehensif Islam semata-mata untuk memfitnah Islam, tapi ajaran Islam memiliki dampak yang mendalam pada dirinya. Akhirnya ia malah antipati terhadap pemikirannya sendiri dan dari kegiatan politiknya, dan dia memeluk Islam. Streich sendiri kemdian disebut oleh SVO sebagai setan.

Dulu, ia mengatakan bahwa ia sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan sering pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia membatalkan keanggotaannya di partai dan membuat pernyataan publik tentang ia masuk Islam. Streich mengatakan bahwa ia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam, yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya. (sa/iol)


http://www.eramuslim.com/berita/dunia/sang-pencetus-larangan-masjid-di-swiss-itu-kini-masuk-islam.htm

Kontroversial: dr Poch 'Hitler' Masuk Islam.

VIVAnews - Adolf Hitler, diktator Jerman dan orang yang diyakini bertanggung jawab atas pembantaian bangsa Yahudi, diduga menghabiskan akhir hayatnya di Indonesia -- sebagai dr Poch, dokter tua asal Jerman.

Menurut mantan pasiennya, Ahmad Zuhri Muhtar (55), dr Poch tinggal di rumah dinas dokter di Kompleks Rumah Sakit Sumbawa bersama istrinya yang asal Jerman.

Ketika istrinya itu kembali ke negeri asalnya, Poch lalu kesepian. "Dia menyendiri lalu kawin lagi dengan istinya yang asal [Pulau] Jawa, saya tidak tahu persisnya, mungkin Garut," kata Ahmad kepada VIVAnews, Senin 22 Februari 2010.

Ada lagi fakta menarik soal dr Poch yang diungkap Ahmad. Kata dia, dr Poch bahkan masuk Islam karena menikah dengan perempuan muslim.

"Dinikahkan secara Islam, resepsinya di pendapa kabupaten. Ceritanya seperti itu," tambah Ahmad.

dr Poch lalu pindah ke Surabaya, ke tempat istri barunya.

Keterangan Ahmad bersesuaian dengan kisah yang diungkap dr Sosrohusodo -- dokter lulusan Universitas Indonesia yang pernah bertemu Poch di Sumbawa.

Kata Sosro, setelah istrinya yang asal Jerman, diduga Eva Braun, meninggalkannya, Poch yang diduga sebagai Hitler menikah lagi dengan wanita Sunda asal Bandung berinisial 'S'. Terakhir 'S' diketahui tinggal di Babakan Ciamis.

Awalnya 'S' menutup mulut, namun akhirnya kepada Sosro, dia menyerahkan sejumlah dokumen milik suaminya, termasuk foto perkawinan, surat izin mengemudi lengkap dengan sidik jari Poch.

Ada juga buku catatan berisi nama-nama orang Jerman yang tinggal di beberapa negara, seperti Argentina, Italia, Pakistan, Afrika Selatan, dan Tibet. Juga beberapa tulisan tangan steno dalan bahasa Jerman

Buku catatan Poch berisi dua kode, J.R. KepaD No.35637 dan 35638, kode simbol lelaki dan perempuan.

"Ada kemungkinan buku catatatan dimiliki dua orang, Hitler dan Eva Braun," kata Sosro.

Ada juga tulisan yang diduga rute pelarian Hitler -- yakni B (Berlin), S (Salzburg), G (Graz), J (Jugoslavia), B (Belgrade), S (Sarajevo), R (Rome), sebelum dia ke Sumbawa Besar.

Istri kedua Poch, 'S' juga menceritakan suatu hari dia melihat suaminya mencukur kumis dengan gaya mirip Hitler. Ketika dia bertanya, suaminya menjawab, "jangan bilang siapa-siapa."

Poch yang diduga adalah Hitler meninggal pada 15 Januari 1970 pukul 19.30 di Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya karena serangan jantung, dalam usia 81 tahun.

Sebuah makam di Ngagel jadi pintu masuk untuk menyelidiki kebenaran cerita akhir hayat 'sang Fuhrer'.

Apakah Hitler benar tewas bunuh diri di bunker di Berlin pada 30 April 1945, atau apakah mati dalam usia tua di Argentina, Brazil, Amerika Selatan, atau Indonesia -- masih harus dikaji kebenarannya.


Sumber:http://nasional.vivanews.com/news/read/131383-_dr_poch__hitler__nikah_lagi_dan_masuk_islam_ ; http://myquran.com/forum/showthread.php/5479-Kontroversial-dr-Poch-Hitler-Masuk-Islam.

“Loon” Penyanyi Rap Terkenal AS yang Masuk Islam

Grup music rap Bad Boy amatlah kesohor di Amerika. Loon adalah penyanyi yang terkenal bersama grup tersebut yang memiliki nama asli Chauncey L. Hawkins. Setelah masuk Islam, Loon merubah namanya menjadi Amir Junaid Muhaddith. Bukan hanya Loon yang masuk Islam, isteri dan anak-anaknya juga ikut langkah baik pemimpin keluarga mereka.

Tidak berapa lama setelah masuk Islam, Amir berangkat ke tanah suci Makkah, bertemu dengan para Imam Masjidil Haram.

Di depan Ka’bah itulah Amir menemukan jati dirinya sebagai seorang hamba Allah yang memiliki misi ibadah kepada-Nya. Amir masuk Islam setelah kumpulan lagu terakhirnya terjual 7 juta copy. Coba bayangkan, kalau per copy saja keuntungannya $ 1.00, maka maka sekitar $ 7 juta masuk ke kantong Loon, atau sekitar 70 miliyar rupiah.

Sungguh uang yang sangat banyak bukan ?

Uang yang melimpah yang ia hasilkan dari musik itu ternyata tidak membuat Amir semakin menikmati hidup ini. Bukan uang yang melimpah dan ketenaran sejagat yang membuat Amir menikmati kebahagiaan hidup. Soal uang, ketenaran dan berbagai penghormatan manusia sudah ia dapatkan, baik di Amerika sendiri maupun dari kawasan dunia lainnya. Lalu, Islamlah yang ia pilih untuk menggapai kebahagiaan hakiki itu. Ternyata semua bentuk kesuksesan dunia yang ia dapatkan, tak menghalanginya untuk masuk Islam dan memilih Islam sebagai the way of life-nya.

Tak heran jika setiap Muslim yang melihat atau mendengar kisah Loon ini, spontan terucap di lidah mereka : Alhamdulillah, selamat datang saudaraku seiman. Salut luar biasa. Harta yang melimpah dan ketenaran sejagat ditinggalkan demi hidup sebagai seorang Muslim yang taat. Sementara di negeri kami yang terkenal sebagai negeri Muslim, malah orang berlomba-lomba mengejar fatamorgana dunia dan ketenaran itu.

Sungguh besar pengorbananmu. Uang, harta dan ketenaran itu mungkin tidak akan Anda dapatkan lagi seperti saat sebelum memilih agama yang benar ini sebagai jalan hidup. Pasti Amir sudah memperkirakan itu semua dengan penuh kesadaran dan pemahaman yang mendalam. Itulah resiko menjadi Muslim taat, khususnya di Amerika yang terkenal pemerintahnya anti Muslim taat seperti Amir.

Amir menemukan cahaya Islam belum genap satu tahun, atau sekitar 10 bulan lalu. Musim Haji yang lalu, ia datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dan berkunjung ke Madinah, kota Rasul Saw. Amir juga berkunjung ke Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi dan bahkan ke beberapa kota di negara-negara Arab teluk, seperti United Arab Emirates. Dalam kunjungannya itu, Amir mendapatkan sambutan yang luar biasa. Beberapa media pun antri untuk mewawancarainya, termasuk Aljazeera, stasiun tv terkemuka di Qatar yang mampu melawan kebohongan dan hegemoni CNN milik raja media Yahudi bernama Murdoch.

Amir yang saat ini berusia 34 tahun menceritakan isi hatinya yang paling dalam tentang keislamannya sambil berkata : Saya meraih ketenaran yang luar biasa di kalangan masyarakat Amerika karena musik. Saya sukses luar biasa dalam dunia musik sehingga saya menjadi 10 penyanyi top Amerika berdasarkan rating media Amerika sendiri. Ketenaran saya meningkat tajam saat berduet bersama penyanyi kelas dunia Bop Diddy sehingga penjualan kaset rekaman lagunya lebih dari 7 juta copy. Saya telah menulis 52 lagu.

Amir menambahkan; Anda boleh percaya atau tidak. Kendati memiliki harta yang melimpah dan ketenaran, saya tidak pernah merasakan kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Sampai ketika saya berkunjung ke Abu Dhabi 7 bulan yang lalu, saya terkaget-kaget dengan budaya kaum Muslimin Arab. Saat itu saya mendengar lantunan suara azan dan saya melihat orang-orang bergerak menuju Masjid-Masjid yang terdekat untuk menunaikan shalat. Mereka terlihat berakhlak mulia dan berinteraksi dengan baik dengan siapa saja. Saat itu timbul pertanyaan dalam benak saya tentang hakikat agama mereka (Islam). Apakah Islam itu hanya khusus untuk bangsa Arab, atau untuk semua manusia? Sampai akhirnya saya mendapat jawaban yang konprehensif bahwa Islam itu adalah agama untuk semua manusia, tanpa membedakan keturunan, suku dan bangsa.

Setelah berfikir mendalam, saya putuskan masuk Islam dan saya shalat pertama kali saat kembali ke tempat tinggal saya di New York. Sejak itulah saya berubah total. Saya tinggalkan musik secara total. Saya keluar total dari komunitas di mana saya habiskan hidup saya sebelumnya selama 17 tahun. Sekarang saya merasakan ketenangan batin yang sejak lama saya rindukan. Saya merasa bertambah tenang lagi setelah isteri dan anak saya juga masuk Islam.

Semangat saya untuk belajar dan mengenal Islam semakin bertambah, karena tertanam niat dan tekad untuk mengajak orang lain kembali kepada Islam. Saya juga telah bergabung dengan lembaga dakwah Islam Kanada, bidang penyebaran Islam. Saya memiliki program khusus terkait masalah tersebut, yakni mengajak para penyanyi dan seniman top dunia untuk mengenal Islam dan prinsip-prinsipnya.

Terakhir Amir menyampaikan nasehatnya kepada generasi muda Muslim di mana saja berada : Ini adalah ucapan saya yang keluar dari lubuk hati yang dalam. Kepada setiap pemuda dan generasi Muda Muslim. Jangan sekali-kali terpengaruh oleh peradaban Barat, demikian juga dengan tradisi mereka.

Jangan sekali-kali meniru lagu-lagu Barat dan prilaku mereka serta apa saja yang dilakukan oleh penyanyi Amerika atau Barat lainnya. Berbanggalah dengan Islam dan agama ini yang sekarang sedang dicari-cari oleh orang-orang kaya dan orang-orang terkenal di dunia. Setelah mereka mengenal Islam, mereka akan tahu bahwa apa yang mereka kerjakan bertahun-tahun sebelumnya tidaklah bermutu dan berguna.

Banggalah Anda sebagai Muslim. Kenalilah Allah sebagai Tuhan Pencipta dan kenalilah Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul yang membawa misi keselamatan. Shadaqta ya Amir. Anda benar saudaraku… (FJ/ berbagai sumber/EM).

Bagi yang ingin mengenal dan berkomunikasi dengan Amir, silahkan

klik loon2amir.com. (fj)


http://myquran.com/forum/showthread.php/5535-Loon-Penyanyi-Rap-Terkenal-AS-yang-Masuk-Islam

Aysha : Saya Memilih Islam, Meski Harus Melawan Budaya dan Keluarga


Nama muslimnya Aysha. Muslimah ini berasal dari Hungaria Utara. Pertama kali mendengar tentang Islam ketika ia masih di sekolah menengah saat mata pelajaran sejarah. Sekedar informasi, Hungaria pernah berada dibawah pendudukan Turki selama 150 tahun.

Selanjutnya, Aysha kuliah di universitas jurusan biologi molekular, di mana ia bertemu dengan banyak mahasiswa Muslim dari negara lain. Sejak lama sebenarnya Aysha bertanya-tanya mengapa Muslim selalu bangga dengan kemuslimannya. Aysha sendiri, ketika itu penganut agama Kristen Katolik. Ia cukup taat dengan agamanya, tapi ia masih meragukan dan tidak setuju dengan beberapa bagian dari ajaran agamanya, misalnya; bagaimana bisa Tuhan memiliki anak laki-laki. Ia juga tidak bisa mempercayai konsep Trinitas dalam ajaran Katolik.

Aysha kemudian sering berdiskusi dengan teman-temannya. Suatu ketika ia dan teman-temannya sedang makan malam dan terdengar suara azan. Saalah seorang temannya meminta mereka diam sejenak, tapi Aysha menolak. Meski demikian, Aysha mengaku sangat terkesan temannya itu dan merasakan sesuatu telah menyentuh hatinya.

Pada suatu musim panas, Aysha mengunduh program Al-Quran dari internet. Ia tidak tahu mengapa dan untuk apa ia melakukan hal. Aysha lalu mendengarkan ayat-ayat suci Al-Quran dalam bahasa Arab dan membaca terjemahannya dalam bahasa Inggris. Sejak itu, Aysha banyak berpikir tentang agama Islam dan ia mulai banyak membaca banyak buku tentang Islam.

Setelah dua bulan terus memikirkan agama Islam, Aysha memutuskan untuk masuk Islam. Saya mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan oleh dua sahabat saya, "La ilaha illa Allah, Muhammad rasul Allah".

"Saya memilih Islam, meski harus melawan budaya dan keluarga, terutama ibu saya," kata Aysha.

Bulan Ramadan pun tiba. Aysha membulatkan tekadanya untuk memulai kehidupan barunya sebagai seorang Muslimah bersama bulan suci Ramadan. Dan ia bersyukur karena berhasil melalui bulan Ramadan dengan sukses. Hal yang paling sulit buat Aysha sebagai seorang mualaf adalah saat ia belajar salat, karena ia tinggal di lingkungan non-Muslim dan ia tidak bisa bertanya pada orang-orang di sekelilingnya.

"Saya belajar sendiri bagaimana cara salat dari Internet, karena tidak ada yang menunjukkan pada saya bagaimana melaksanakan salat , bagaimana cara berwudhu, atau apa doa yang diucapkan sebelum melakukan kegiatan itu serta bagaimana etika dan hukum Islam itu," tutur Aysha.

Aysha pernah punya seorang teman pria yang membuatnya patah semangat. Temannya itu mengatakan bahwa Aysha tidak akan pernah bisa memahami Islam, karena Aysha tidak dilahirkan sebagai seorang Muslim. Ketika Aysha mengatakan bahwa ia ingin berpuasa pada bulan Ramadan, temannya itu mengatakan bahwa puasa bulan Ramadan bukan hanya menahan lapar. Waktu itu Aysha baru satu bulan menjadi seorang muslim.

"Saat itu saya ketakutan, bagaimana jika saya tidak pernah belajar menunaikan salat dalam bahasa Arab? Bagaimana jika saya tidak melakukannya dengan cara yang benar? Dan saya tidak punya jilbab atau sajadah untuk salat. Tak yang membantu saya, sehingga saya begitu ketakutan," ungkap Aysha.

"Tapi ketika saya mulai salat, saya berpikir Allah pasti sedang tersenyum melihat saya sekarang. Karena saya menuliskan bacaan-bacaan salat di selembar kertas di atas kertas, beserta instruksinya. Saya memegang kertas itu di tangan kanan dan membacanya dengan keras. Kemudian sujud dan membacanya lagi dan begitu seterusnya. Saya yakin saya terlihat sangat lucu. Tapi kemudian saya berhasil menghafal bacaan-bacaan salat dalam bahasa Arab begitu," cerita Aysha.

Aysha lalu membuka akun di Facebook. Di situs jejaring sosial itu, Aysha mendapat banyak teman baru dan banyak saudara sesama muslimah. Dari sahabat-sahabatnya di internet, Aysha mendapatkan banyak perhatian dan dukungan. Seorang laki-laki muslim melamarnya, dari lelaki itu Aysha mendapatkan jilbab pertamanya, sajadah dan buku-buku Islam. Ia juga mendapatkan Al-Quran pertamanya dalam bahasa Arab yang dikirim dari Yordania karena ia sulit mendapatkan Al-Quran di Hungaria. Sekarang, sudah lebih dari setahun Aysha memakai jilbab.

Aysha mengalami periode yang sangat buruk dengan ibunya. Ibu Aysha selalu mengatakan bahwa Aysha akan menjadi teroris, bahwa Aysha akan meninggalkan ibunya seperti Aysha meninggalkan agama Katolik yang dianutnya dan bahwa Aysha juga akan meninggalkan Hungaria, negara kelahirannya.Ibu Aysha menaruh semua makanan yang mengandung daging babi di dalam lemari es dan tentu saja Aysha menolak untuk memakannya. Hal seperti itu kadang memicu pertengkaran besar antara Aysha dan ibunya.

"Ibu tidak senang melihat saya salat dan berjilbab. Saya selalu salat di dalam kamar agar ibu tidak melihat aku salat dan mengenakan jilbab. Ibu selalu berkata,'Aku melahirkan seorang anak Kristen, bukan seorang Muslim yang berjilbab'," kisah Aysha menirukan ucapan ibunya.

"Jadi, kami punya masalah serius, tapi saya tidak pernah kasar pada Ibu. Alhamdulilah, ibu sudah tenang sekarang dan tampaknya ia menerima keislaman saya. Saya benar-benar bersyukur kepada Allah untuk itu. Sekarang saya keluar rumah dengan berjilbab, dan ibu tidak mengatakan apa-apa," ungkap Aysha.

Hubungan Aysha dengan sang ayah, yang sejak lama dingin dan tidak saling bertegur sapa, juga membaik setelah Aysha memeluk Islam. Aysha mencoba membuka kembali komunikasi dengan ayahnya, dan kini ayah Aysha mulai mengunjunginya secara teratur.

"Ya, hidup saya adalah ujian besar tapi saya bersyukur pada Tuhan karena memiliki kesabaran dan harapan. Pada hari kiamat saya akan sangat bersyukur atas semua itu. Jadi aku berusaha untuk menjadi lebih baik dan lebih baik, dan belajar lebih banyak dan lebih banyak untuk memahami agama saya," ujar Aysha.

Ia melanjutkan, "Saya percaya semuanya sudah ditakdirkan, jadi apa pun yang Allah katakan akan terjadi kepada saya, tidak bisa berubah, tapi saya dapat memilih untuk menjalani hidup dengan baik."

"Saya sedang membantu sesama di Debrecen. Saya membuat proyek mengumpulkan pakaian bekas untuk kamp pengungsi.. Ada banyak Muslim di sana yang tidak punya rumah karena perang. Jadi kami mengumpulkan pakaian, kami pergi ke sana dan saya membuatkan roti Pakistan untuk anak-anak dan perempuan, mereka sangat bahagia dan sangat menyenangkan bisa bertemu mereka," papar Aysha.

Ia juga mencoba memberikan bimbingan pada para pengungsi yang ingin masuk Islam atau baru saja masuk Islam. Di kamp pengungsi Aysha bertemu dengan dua muslimah Hungaria yang baru masuk Islam. Pada mereka, Aysha memberikan buku-buku, sajadah dan Al-Quran. "Alhamdulillah. Kami salat bersama dan mereka benar-benar bahagia," kata Aysha haru.

Aysha menyatakan bahwa ia selalu berusaha memberikan kesan bahwa umat Islam adalah umat yang ramah dan memiliki hati yang penuh kasih sayang. Dulu, Aisyah akan bersuara keras jika ada seseorang melontarkan pernyataan yang membuatnya merasa terganggu. Tapi sekarang, Aysha selalu memberikan contoh yang baik sebagai seorang muslimah, kemanapun ia pergi. Aysha, meski baru masuk Islam satu setengah tahun yang lalu, kini sudah menunaikan salat lima waktu dengan rutin, banyak membaca buku Islam dan Al-Quran, berusaha mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah dan sekarang sedang belajar bahasa Arab. (ln/iol)


http://www.eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/saya-memilih-islam-meski-harus-melawan-budaya-dan-keluarga.htm; http://myquran.com/forum/showthread.php/595-Kisah2-Mualaf-ed.-II/page3